Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 55614 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Semiarto Aji Purwanto
Pustaka Labrak, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dzikry Meira Ariany
"Tender merupakan mekanisme pemilihan penyedia barang dan/atau jasa terbaik, atau pembeli barang terbaik. Pasal 22 Undang-undang No.5 Tahun 1999 melarang pelaku usaha bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur dan/atau menentukan pemenang tender yang dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat. Kegiatan bersekongkol yang dilakukan antara pelaku usaha dengan pihak lain tersebut, dikenal dengan istilah persekongkolan tender.
Melihat kepada perkara-perkara persekongkolan tender yang selama ini terjadi, persekongkolan tender didefinisikan sebagai kerja sama antara para pilrak yang terlibat dalam proses tender dimana kerja sama tersebut dilakukan dalarn bentuk koordinasi perilaku untuk mengatur dan/atau menentukan pemenang tender. Bab VIII Undang-undang No.5 Tahun 1999 menetapkan dua macam sanksi berbentuk hukuman bagi para pihak yang melakukan persekongkolan tender, yaitu sanksi administratif dan sanksi pidana.
Selain melanggar Pasal 22 Undang-undang No.5 Tahun 1999, persekongkolan tender yang melibatkan pegawai dan/atau pejabat instansi pemerintah juga melanggar Keputusan Presiden No. 18 Tahun 2000; Keputusan Presiden No.80 Tahun 2003; serta kelaziman dalam praktek tender yang sehat. Dengan demikian, para pihak yang melakukan persekongkolan tender juga dapat dikenakan sanksi berbentuk hukuman sebagaimana ditetapkan dalam kedua Keputusan Presiden di atas dan aturan internal instansi pemerintah yang bersangkutan. Masalah yang penulis teliti dalam tesis ini adalah penjatuhan sanksi hukum bagi para pihak yang terbukti melakukan persekongkolan tender."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T16366
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ernawati
"Keadaan sakit pada penderita stroke seringkali mengakibatkan klien mengalami keterbatasan dalam motorik dan mobilisasi. Hal ini menyebabkan klien memerlukan bamuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Keluarga adalah orang terdekat yang diharapkan mampu memberikan bantuan kepada klien, mengingat salah satu fungsi keluarga adalah membantu anggota keluarga dalam perawatan kesehatan. Sebagaimana prinsip dalam asuhan keperawatan, diberikan dalam konteks perawatan keluarga, artinya didalam pemberian asuhan perawatan senantiasa melibatkan klien dan keluarganya, dengan demikian akan tercapai tingkat kesehatan yang lebih optimal dan berguna untuk memandirikan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keluarga untuk terlibat dalam perawatan klien adalah adanya motivasi, hal ini menjadi penting artinya mengingat motivasi mampu menggerakan seseorang untuk melakukan sesuatu. Sebagai seorang perawat penulis mencoba meneliti faktor-faktor apa yang menyebabkan keluarga termotivasi untuk terlibat dalam perawatan diri klien stroke.
Metode yang digunakan yaitu deskriptif eksploratif. Penelitian dilakukan melalui kuesioner terhadap 30 responden, yaitu keluarga yang mempunyai anggota keluarga menderita stroke. Hasilnya menunjukan baik faktor intrinsik maupun ekstrinsik dapat mempengaruhi motivasi keluarga, walaupun faktor intrinsik seperti pengetahuan, pengalaman, kebutuhan dan minat lebih mempengaruhi dibandingkan faktor ekstrinsik yaitu, support sistim, ekonomi, situasi lingkungan dan jenis kegiatan. Hal ini menunjukan bahwa motivasi yang tinggi diperlukan keluarga untuk terlibat aktif dalam perawatan diri klien stroke.Mengingat penelitian ini masih dapat dikembangkan dengan mempertimbangkan variabel lainnya, maka penelitian lebih lanjut masih diperlukan."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5257
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Riza Sarasvita
"Indonesia pada tahun-tahun terakhir ini mengalami peningkatan penderita penyalahguna zat yang cukup pesat. Bukan hanya di kota-kota besar saja, melainkan
juga sudah merambah pada kota-kora kecil. jenis zat yang disalahgunakan sejak 1994
pada umumnya adalah jenis Heroin, yang dikenal sebagai zat yang bigh addiit (Fisher
& Harrison, 1997). Risiko kesehatan dan sosial yang ditimbulkan akibat
menyalahgunakan zat adalah sangat besar, mulai dari penurunan fungsi otak, kelainan
jantung, abses, tertularnya penderita dengan berbagai macam virus seperti HIV dan
Hipatiris C, hingga berbagai kemungkinan tindak kriminal yang dilakukan untuk
dapat mempertahankan pola pengunaan zatnya. Berbagai macam studi di berbagai
negara menunjukkan bahwa proses intervensi untuk memulihkan penderita bukanlah
hal yang mudah (Fisher & Hanison, 1997). Angka kekambuhan di RS
Ketergantungan Obat satu-satunya rumah sakit pemerintah yang khusus menangani masalah GBZ- secara kualitatif juga tergolong tinggi. Untuk itulah perlu kiranya
pengkajian yang leblh dapat mengarah pada usaba-usaha prevensi, agar dapat
menekan laju penumbuhan penderita baru. Salah satu faktor yang secara teoritis turut
menyumbang pada perilaku penyalahgunaan zat pada seorang anak adalah
pengasuhan orangtua (Patterson ct al dikudp oleh Fedman & Weinberger, 1994).
`Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola pengasuhan orangtua yang seperti apakah yang terjadi pada keluarga yang anaknya terlibat GBZ dan
sekaligus membandingkannya dengan apa yang terjadi pada keluarga yang anaknya tidak terlibat GHZ. Dengan demikian dapat diperoleh gabungan yang lebih detil atas
pola asuh yang cenderung memiliki risiko lebih besar terhadap penyalahgunaan zat yang dilakukan oleh anak.
Penelitian dilakukan dengnn metode kualitatif Responden keluarga yang
anaknyn terlibat GBZ adalah klien peneliti sejak beberapa tahun yang lalu. Pemilihan responden dengan kriteria ini dimaksudkan agar rapport yang telah terbina sebelumnya
dapat mempermudah perolehan data, mengingat beherapa tema penelitian termasuk
sensitif Sementra respunden keluarga yang anaknya tidak terlibat GBZ adalah relasi
peneliti yang juga telah cukup lama dikenal. Pemilihan responden dengnn kriteria ini
dimaksudkan agar dapat lebih menjamin bahwa tidak satupun anak pada keluarga
tersebut terlibat pnda masalah GHZ, mengingat diagnosa bebas (SBK tidak mudah ditegakkan dalm waktu singkat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan antarn pola asuh keluarga
yang anaknya telibat GBZ dengan keluarga yang anaknya tidak terlibat GHZ.
Perbedaan antnfa lain terlihat pada struktur keluarga, dimana keluarga yang anaknya
terlibat GBZ cenderung memiliki struktur patogcnik, yang berarti memiliki risiko
lebih bcsnr untuk mcnghasilkan individu yang rentan terhadap stres. Struktur patogcnik yang dimaksud antara lain adalah disrupted, disardanl ataupun distrubed
(Coleman, 1986). Sementara keluarga yang anaknya tidak tenlibat GBZ cenderung bersifat non-patogenik.
Perbedaan berikutnya juga ada pada pola asuh orangtua Sekalipun dua
kategori keluarga di atas memiliki figur ayah yang cendcrung tidak tenlibat dan pasif,
namun figur ibu dari keluarga yang anaknya tidak telibat GHZ lebih menampilkan
gaya pengasuhan yang bersifat otoritatif Sedangkan figur ibu dari keluarga yang anaknya telibat GBZ,lebih cenderung bersifat permisif atau otoriter. Perbedaan juga
terdapat pada pola komunikasi antara orangtua-anak. Pada keluarga yang anaknya
tidak terlibat, pola komunikasi lebih bersifat dua arah, intensif dan mendalam,sebaliknya pada keluarga yang anaknya terlibat, pola komunikasi lebih bersifat dua
arah dan kurang menggali pengetahuan dan kemampuan anak. Pada umumnya
keluarga yang anaknya terlibat GBZ kurang memiliki konsep pengasuhan yang jelas,
kurang memasukkan unsur spiritualitas dalam arti yang luas pada kehidupan sehari~-harinya, dan kurang dapat mengelola konflik suami-istri secara konstruktif
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pola pengasuhan yang
sempurna, yang ada hanyalah upaya. untuk terus menerus memperbaiki diri dan
bcrcermin pada kekeliruan atau kegagalan di masa lalu. Oleh karenanya perlu sikap optimis bagi setiap orangtua dalam menjalankan perannya sebagai orangtua.
Penelitian lanjulan yang bersifat kuantitaif perlu dilakukan, agar
dapat memberikan gambaran yang lebih kaya,1uas dan representif. hasil penelitian ini diharapkan juga dapar digunakan sebagai landasan pembuatan program prevensi
yang komprehensif bukan hanya melibatkan orangtua, melainkan juga melibatkan dunia sekolah dan pemerintah secara umum. Apapun juga, mencegah jauh lebih baik
daripada mengobati.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
T38221
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Windy Rossiningtias
"Dating violence di kalangan remaja merupakan suatu masalah yang mempunyai dampak psikologis yang serius bagi remaja (Girls Incorporate, 2004). Perilaku agresif atau kekerasan dapat dijelaskan dengan berbagai teori, misalnya teori lasting (Lorenz, 1966) dan drive theory (Dollard, et al, 1939), namun teori-teori tersebut mempunyai keterbatasan karena hanya menjelaskan perilaku agresif secara umum. Teori-teori tersebut tidak dapat menjelaskan perilaku kekerasan dalam dating violence karena merupakan perilaku agresif yang hanya ditujukan pada pasangan. Untuk menjelaskan terbentuknya perilaku kekerasan dalam dating violence lebih tepat dengan menggunakan teori social learning.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran umum dating violence yang terjadi di kalangan remaja dan memahami bagaimana remaja mempelajari kekerasan dari lingkungannya sehingga terjadinya dating violence. Penelitian ini menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk melihat gambaran umum dating violence yang terjadi pada remaja SMU dan pendekatan kualitatif untuk memahami perilaku remaja dalam dating violence.
Hasil dari kuesioner yang diisi oleh 240 siswa SMU terlihat bahwa rernaja perempuan dan laki-laki sama-sama menjadi korban dan pelaku dalam dating violence, sehingga bentuk hubungan kekerasan yang terjadi adalah reciprocal. Kekerasan yang banyak terjadi adalah kekerasan emosional, dan kombinasi kekerasan fisik dan emosional. Pendekatan kualitatif digunakan untuk melihat secara mendalam proses terjadinya dating violence dengan menggunakan social learning theory. Hasil wawancara terhadap tujuh partisipan (satu laid-laid dan enam perempuan) yang kesemuanya adalah korban dan korban yang menjadi pelaku menunjukkan bahwa perilaku kekerasan tidak dipelajari dart keluarga maupun teman. Kekerasan dipelajari dalam hubungan berpacaran dimana korban meniru kekerasan dart pacamya sehingga kemudian melakukan tingkah laku kekerasan yang lama terhadap pacarnya. Reciprocal juga terjadi sebagai salah satu upaya untuk membela diri dari perlakuan pacarnya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18116
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arya Mahardhika Pradana
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2008
S21807
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Univeristas Indonesia. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poilitk, 1993
S6727
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zarra Dwi Monica
"Kekerasan dalam pacaran merupakan fenomena yang marak terjadi namun seringkali terabaikan. Kekerasan yang terjadi dapat berupa kekerasan psikologis, fisik, dan seksual. Meskipun demikian, tak sedikit pelaku dan korban kekerasan berpikir bahwa hal tersebut merupakan ekspresi kasih sayang serta merasa bahwa hubungannya baik-baik saja.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana pelaku dan korban kekerasan dalam pacaran memersepsikan kualitas hubungan romantis serta melihat apakah terdapat perbedaan di antaranya. Kekerasan diukur dengan The Revised Tactics Conflict Scales, sedangkan kualitas hubungan romantis diukur dengan Partner Behaviours as Social Context dan Self Behaviours as Social Context.
Penelitian yang dilakukan kepada 431 dewasa muda menunjukkan tidak adanya perbedaan persepsi kualitas hubungan romantis pada pelaku dan korban kekerasan dalam pacaran secara umum. Namun demikian, apabila kualitas hubungan romantis ditinjau dari persepsi individu terhadap pasangannya, terdapat perbedaan yang signifikan di antara kelompok pelaku dan korban.

Dating violence is a common phenomenon yet often ignored. The violence can manifest in the forms of psychological, physical, and sexual coercion. However, many offenders and victims of dating violence perceive the violence as the expression of affection. They also think that their relationship is not affected in any way because of it.
This research aims to see how the offenders, victims, and victim-offenders of dating violence perceive the quality of romantic relationships and to see if there are differences among them. Dating violence is measured by The Revised Conflict Tactics Scales, while the quality of romantic relationships is measured by Partner Behaviours as Social Context and Self Behaviours as Social Context.
Data from 431 young adults with dating violence shows that there is no difference in the perception of romantic relationships quality between the offenders and victims of dating violence. On the other hand, if the quality of romantic relationships is seen from the individual perception of their partner, there are significant differences between offenders and victims.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S64813
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
N Driyarkara
"Summary:
Modern and ancient philosophy"
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2016
181.16 NDR k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"It is widely accepted that education is one important sector in human life espicially related to access and participation. However , Indonesia sill faces problem in relation to equal education access for boys is higher than rhose for girls. This situation shows, to some point, hind rents the Indonesia government to provide equal education for man and woman as one target of the United Nation's Millenium Declaration. It is the necessary to take a look at policies of Indonesia government on education and how the policies influence women participation in education. One of the government policies which could benefit women is the acknowledgeement of distance education (DE) in Indonesia educational system. This paper discusses how DE could benefit women by providing wider access to education. For illustration , this paper provides analysis of roles and performances of Universitas Terbuka , a state national higher education which fully implements DE system, in relation to efforts to increase access and participation of women in education, espicially in higher education."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>