Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 142068 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Alkaf
"Latar Belakang: Terdapat beberapa instrumen model skor preoperatif yang dapat membantu menilai risiko komplikasi paru pasca operasi dan diperkirakan ARISCAT merupakan instrumen yang sederhana, memiliki performa yang baik, namun penggunaannya belum luas. Model skor ini belum divalidasi di Indonesia.
Tujuan: Menilai kemampuan diskriminasi dan kalibrasi skor ARISCAT dalam memprediksi komplikasi paru pasca operasi pada pasien di RSCM.
Metode: Penelitian ini adalah kohort retrospektif yang bertujuan untuk menilai kemampuan prediksi skor ARISCAT pada populasi Indonesia. Penelitian ini melibatkan 428 subjek yang menjalani operasi di RSUPN Cipto Mangunkusumo pada tahun 2017. Variabel yang diteliti meliputi usia, saturasi oksigen, riwayat infeksi paru, anemia, jenis pembedahan, durasi operasi, pembedahan darurat, dan  kejadian PPC yang terjadi dalam 30 hari pasca operasi. Validasi eksternal skor ARISCAT dilakukan dengan menilai kemampuan diskriminasi dan kalibrasi. Diskriminasi dinilai dengan area under the curve dan kalibrasi dinilai dengan uji Hosmer Lemeshow dan plot kalibrasi.
Hasil: Kami dapatkan insidensi PPC sebesar 32%. Kemampuan diskriminasi menunjukkan nilai AUC sebesar 88,2% (IK 95%; 84,1-92,2%). Kemampuan kalibrasi pada uji Hosmer Lemeshow menunjukkan nilai  p=0,052 dan plot kalibrasi menunjukkan koefisien r=0,968.
Simpulan: Skor ARISCAT memiliki kemampuan diskriminasi dan kalibrasi yang baik pada pasien yang menjalani operasi di RSCM.

Background: There are several prediction model score instruments that can help assessing pulmonary preoperative evaluation  and it is believed that ARISCAT model score is very simple to do and have good performance, but not widely used. This score has not been yet validated in Indonesia.
Objective: To assess the performance of discrimination and calibration of ARISCAT score in  predicting postoperative pulmonary complication who underwent surgery in Cipto Mangunkusumo Hospital.
Methods: This was a retrospective cohort  aim to assess the external validation of ARISCAT scores in Indonesian population. This study involved 428 patients underwent surgery at Cipto Mangunkusumo Hospital in 2017. Several variables were collected such as age, oxygen saturation, history of pulmonary infection, anemia, type of surgery, duration of operation, emergency surgery, and PPC that observed within 30 days after surgery. Discrimination was assessed by the area under the curve (AUC). Calibration was assessed by the Hosmer Lemeshow test and calibration plot.
Results: We found that PPC was observed in 32% of patients. Discrimination of ARISCAT score was shown by AUC value of 88.2% (CI 95%; 84.1-92.2%). Hosmer Lemeshow test showed p=0.052 and calibration plot revealed coefficient r=0.968.
Conclusion: ARISCAT score has good discrimination and calibration performance in patient undergo surgery in Cipto Mangunkusumo Hospital.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmadi Iwan Guntoro
"Pembedahan di daerah toraks dan abdomen sering menimbulkan komplikasi pascabedah terutama mempengaruhi sistem pernapasan yang mempunyai risiko besar terjadi penyulit pascabedah. Kemajuan teknologi dalam bidang kedokteran yang meliputi kemajuan teknik pembedahan, obat-obatan dan cara anestesi memungkinkan untuk melakukan tindakan bedah pada kasus-kasus dengan kelainan kardiopulmoner yang sebelumnya tidak dapat dioperasi sehingga konsekuensinya angka morbiditi dan mortaliti pascabedah dapat meningkat.
Untuk mengurangi kekerapan komplikasi pare pascabedah dan menurunkan morbiditi dan morta.liti serta masa penyembuhan yang lebih cepat maka diperlukan persiapan prabedah yang baik. Persiapan prabedah ini diperlukan untuk dapat :
1. Mengidentif kasi faktor risiko yang berhubungan dengan penderita dan operasinya.
2. Memisahkan penderita termasuk dalam kelompok risiko rendah atau tinggi.
Pilihan jenis pembedahan misalnya segmentektomi, lobektomi, pneumonektomi dan lain-lain didasarkan pada ukuran lesi, letak lesi, faal pant dan penyakit yang mendasari tetapi penentuan terakhir dilakukan pada saat pembedahan.
Pemeriksaan faal paru selain berguna untuk pemeriksaan penunjang diagnostik penyakit part juga untuk menilai perkembangan perjalanan penyakit paru tertentu, efek pemberian pengobatan, deteksi dini penyakit paru tertentu, menilai prognosis penyakit dan mengetahui toleransi operasi. Pemeriksaan ini dapat memperoleh prediksi faal pant penderita pascabedah paru serta risiko selama dan sesudah pembedahan sehingga dapat diambil tindakan penanggulangan menjelang pembedahan. Salah sate cara untuk mengetahui faal part adalah pemeriksaan dengan menggunakan spirometri. Pemeriksaan spirometri merupakan pemeriksaan faal paru sederhana yang paling sering dilakukan karena murah, praktis dan mudah digunakan tetapi cukup memberi informasi yang diperlukan.
Sampai saat ini belum ditemukan penelitian untuk mendeteksi pengaruh berbagai faktor risiko yang hares diperhatikan sebelum dilakukan bedah toraks terhadap faal paru penderita setelah pelaksanaan bedah toraks. Peneliti ingin melihat apakah faktor-faktor risiko tersebut mempengaruhi faal paru penderita pascabedah toraks. Penelitian serupa belum pernah dilaksanakan."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofian Kurnia Marsa Widjaya
"ABSTRAK
Latar Belakang : Komplikasi paru pasca operasi memiliki kontribusi penting dalam peningkatan angka morbiditas, mortalitas, dan lamanya perawatan. Terdapat beberapa faktor risiko diantaranya: status kesehatan pasien, jenis operasi, dan jenis anestesi yang digunakan. Model skor indeks risiko yang dikembangkan Arozullah dapat digunakan untuk memprediksi komplikasi gagal napas dan pneumonia pasca operasi. Oleh karena terdapat perbedaan karakteristik populasi pasien, maka perlu dilakukan validasi untuk mengetahui performa model skor tersebut. Tujuan : Menilai performa kalibrasi dan diskriminasi model skor indeks risiko komplikasi paru Arozullah dalam memprediksi komplikasi gagal napas dan pneumonia pasca operasi pada pasien yang menjalani operasi non kardiak di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSCM). Metode :Penelitian ini merupakan studi kohort retrospektif pada populasi pasien yang menjalani operasi nonkardiak di RSCM dari bulan Januari sampai Desember 2015. Variabel yang dinilai adalah jenis operasi, usia, operasi darurat, riwayat Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK), albumin darah, ureum darah, status fungsional, penurunan berat badan, perokok, penggunaan alkohol, transfusi darah pre operasi, anestesi umum, riwayat cerebrovascular disease, gangguan sensorium akut, penggunaan steroid kronis. Luaran yang dinilai adalah komplikasi gagal napas dan pneumonia 30 hari pasca operasi. Performa kalibrasi dinilai dengan uji Hosmer-Lemeshow. Performa diskriminasi dinilai dengan area under the curve (AUC). Hasil : Didapatkan 403 subyek memenuhi kriteria penerimaan dengan 74 subyek mengalami kejadian komplikasi paru (18,4%). Terdapat 52 subyek mengalami gagal napas dan 34 subyek komplikasi pneumonia, serta terdapat 12 subyek mengalami komplikasi keduanya. Uji Hosmer-Lemeshow pada komplikasi gagal napas menunjukkan p=0,333, sedangkan nilai AUC 0,911. Pada komplikasi pneumonia didapatkan hasil kalibrasi dengan nilai p=0,617 dan nilai diskriminasi AUC 0,789. Simpulan : Model skor perioperatif paru Arozullah mempunyai performa yang baik dalam memprediksi komplikasi gagal napas dan pneumonia 30 hari pasca operasi pasien di RSCM Kata Kunci : Gagal napas, pneumonia, operasi non kardiak, validasi, indeks risiko Arozullah.

ABSTRACT
Risk Index Score Perioperative Arozullah of Surgical Patients in Cipto Mangunkusumo General Hospital 2015 Background: Post operative pulmonary complication had important effect in increasing morbidity, mortality as well as length of stay. Several factor contributing those such as patient?s health status, type of operation and type anaesthesia used. There were risk score develop by Arozullah that can be used to predict the possibility of respiratory failure and post operative pneumonia. Due to the differences of the characteristic population, the study needed internal validation to discover the performance of the Arozullah score. Objectives: To assess the performance of calibration and discrimination of Arozullah?s model risk score in predicting complications of respiratory failure and pneumonia postoperative in patients under going non-cardiac surgery in Cipto Mangunkusumo General Hospital (RSCM) Methods: A cohort retrospective study in patients undergoing non-cardiac surgery in RSCM from January to December 2015.Considered variable were type of surgery, age, emergency surgery, history of Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD), serum albumin, ureum, functionalstatus, weight loss, history of smoking, alcohol use, blood transfusions pre surgery, general anaesthesia , history of cerebrovascular disease, acute impaired sensorium, chronic steroid use. Outcomes assessed were complications of respiratory failure and pneumonia 30 days post-operative. Performance calibration were assess with Hosmer-Lemeshow test and performance discrimination were assess with area under the curve ( AUC ) . Result: 403 subjects were meet the inclusion criteria with 74 of subjects had pulmonary complications (18.4 %), 52 subjects had respiratory failure, 34 subjects had pneumonia post operative, and 12 subjects had both complication. Hosmer-Lemeshow test on the complications of respiratory failure showed p = 0.333 and the AUC value is 0.911. While pneumonia complications showed p = 0.617 and AUC value is 0.789. Conclusion: Arozullah score perioperative had good performance in predicting respiratory failure and pneumonia 30-days post operative in RSCM. Key Word: respiratory failure, pneumonia, non cardiac surgery, validation, risk index score perioperative Arozullah;"
2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lalisang, Arnetta Naomi Louise
"Latar Belakang: Pankreatikoduodenektomi (PD) merupakan prosedur pilihan pada keganasan periampula yang dapat direseksi. Namun, angka kematian pasca operasi untuk PD relatif tinggi. Prediksi kematian dengan sistem penilaian membantu memilih pasien yang memenuhi syarat operasi untuk meminimalkan risiko kematian. Studi ini membandingkan empat sistem penilaian kematian pasca prosedur PD, termasuk skor prognostik Naples (SPN), WHipple-ABACUS (WA), skor Pitt yang dimodifikasi (MSP), dan skor Pitt pada populasi Indonesia.
Metode: Kami mengidentifikasi pasien yang menjalani PD karena keganasan periampula di Rumah Sakit Umum Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo antara Januari 2010 dan Januari 2022. Kami menilai akurasi, cut-off, sensitivitas, spesifisitas, negative predictive value, positive predictive value, dan area di bawah kurva (AUC). Nilai AUC dari masing-masing sistem penilaian dibandingkan dengan menggunakan uji De-Long. Kami juga menganalisis prediktor kematian.
Hasil: Dari 116 pasien yang memenuhi kriteria, angka kematian 29,3%. Rerata usia tahun 51,63 ± 10,22 terdiri dari 75,9% kelompok <60 tahun dan 24,1% 60 tahun, dengan 46,6% laki-laki dan 53,4% perempuan. AUC dari yang tertinggi hingga terendah adalah Pitt Score 0,662 (p 0,006), MPS 0,631 (p 0,027), WA 0,539 (p 0,505), dan SPN 0,495 (p 0,932) dengan tingkat akurasi masing-masing skor adalah skor Pitt 63,79%, MSP 65,52%, WA 50,00%, dan SPN 57,76%.
Kesimpulan: Skor Pitt dan MSP memiliki akurasi tertinggi dari semua sistem penilaian dalam penelitian ini. MSP memiliki keuntungan yaitu komponen yang lebih sedikit, sehingga mudah untuk diimplementasikan. MSP dapat menggantikan peran Skor Pitt dalam memprediksi mortalitas pasca-prosedur pankreatikoduodenektomi di Indonesia.

Background: Pancreaticoduodenectomy (PD) is the procedure of choice in resectable periampullary malignancies. However, the postoperative mortality rate for PD is relatively high. Prediction of mortality with a scoring system helps select patients eligible for surgery to minimize mortality risk. The study compared four post-procedural mortality scoring systems for PD, including Naples prognostic score (NPS), WHipple-ABACUS (WA), modified Pitt score (MPS), and Pitt score in Indonesian population.
Methods: We identified patients who underwent PD due to periampullary malignancy at Dr. Cipto Mangunkusumo National General Hospital between January 2010 and January 2022. We assessed accuracy, cut-off, sensitivity, specificity, negative predictive value, positive predictive value, and area under the curve (AUC). The AUC values of each scoring system were compared using De-Long test. We also analyzed predictors of mortality.
Results: Of the 116 patients who met the criteria, the mortality rate was 29.3%. Mean age years 51.63 ± 10.22 consist of 75.9% group <60 years and 24.1% ≥60 years, with 46.6% male and 53.4% female. The AUC from highest to lowest were Pitt Score 0.662 (p 0.006), MPS 0.631 (p 0.027), WA 0.539 (p 0.505), and NPS 0.495 (p 0.932) with the level of accuracy of each score were Pitt Score 63.79%, MPS 65.52%, WA 50.00%, and NPS 57.76%.
Conclusions: The Pitt and MPS scores have the highest accuracy of all the scoring systems in this study. MPS has the advantage of having fewer components, making it easy to implement. MPS can replace the role of the Pitt Score in predicting post-procedure PD mortality in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofian K. Marsawidjaya
"Komplikasi paru pacsa oprasi (PPC-Post operative Pulmonary Complications) memiliki kontribusi penting dalam peningkatan angka morbiditas, moralitas, dan lamanya perawatan. Terdapat beberapa faktor risiko terkait diantaranya: status kesehatan pasien, jenis dan teknik oprasi, dan jenis anestesi yang digunakan. Insiden yang paling sering dilaporkan diantaranya: gagal napas, pneumonia, atelektasis, dan eksaserbasi penyakit paru kronis. Model skor indeks risiko yang dikembangkan Arozullah dapat digunakan untuk memprediksi komplikasi paru pasca operasi diantaranya gagal napas dan pneumonia. Oleh karena terdapat perbedaan karakteristik populasi pasien, maka perlu dilakukan validasi untuk mengetahui performa model skor tersebut.
Tujuan menilai performa kalibrasi dan diskriminasi model skor indeks risiko komplikasi paru Arzullah dalam memprediksi komplikasi gagal napas dan pneumonia pacsa oprasi pada pasien yang menjalani oprasi non-kardiak di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo ( RSCM).
Metode penelitian ini merupakan studi khorot retrospektif pada populsi pasien yang menjalani oprasi non-kardiak di RSCM dari bulan Januari sampai Desember 2015. Variabel yang dinilai adalah jenis oprasi, usisa, oprasi darurat, riwayat Penyakit Paru Obtruksi Kronis ( PPOK), kadar albumin darah, kadar ureum darah, status fungsional, penurunan berat badan >10% dalam 6 bulan, prokok, penggunaan alkohol, transfusi darah pre oprasi >4 kolf, anatesi umum, riwayat cerebrovascular disaese, gangguan sensorium akut, dan penggunaan steroid kronis. Lauran yang dinilai dengan uji Hosmer-Lemeshow. Performa diskriminasi dinilai dengan area under the curve (AUC). "
Jakarta: Departement of Internal Medicine, Faculty of Medicine Universitas Indonesia, 2016
616 UI-JCHEST 3 : 2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Wawan Setyawan
"Latar Belakang. Stratifikasi risiko merupakan bagian integral dari managemen pasien sindrom koroner akut (SKA). Identifikasi pasien yang berisiko tinggi menjadi sangat penting untuk meningkatkan kewaspadaan sekaligus mengurangi tindakan berlebih terhadap pasien dengan risiko rendah. Meskipun TIMI pada STEMI dan UAPINSTEMI merupakan skor risiko yang baik dan telah divalidasi dan dipergunakan secara luas, tetapi penelitian mengenai perfonnanya belum pernah dilakukan di Indonesia. Adanya perbedaan karakteristik antara pasien SKA di Indonesia dengan populasi di negara maju dapat mempengaruhi prognosis pasien sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai perfonna dari kedua sistem skoring tersebut. Tujuan. Menilai perfonna kalibrasi dan diskriminasi skor TIMI dalam memprediksi mortalitas 30 hari pasien STEMI dan 14 hari pasien UAPINSTEMI di Indonesia Metodologi. Studi kohort retrospektif menggunakan data rekam medis pasien SKA yang dirawat di IeeU RSeM 2003-2010 dengan metode pengambilan sampel konsekutif. Perfonna kalibrasi skor TIMI dinyatakan dengan plot kalibrasi dan uji Hosmer-Lemeshow sedangkan perfonna diskriminasi dinyatakan dengan nilai AUe. Hasil. Selama penelitian terkumpul 714 pasien STEMI dan 787 pasien UAPINSTEMI yang dirawat di IeeU RSeM. Skor TIMI STEMI mempunyai perfonna kalibrasi dan diskriminasi yang baik dengan plot kalibrasi 0,98, uji Hosmer-Lemeshow 0,93 dan nilai AUe 0,801 (Kl 95% 0,759-0,844). Perfonna kalibrasi dan diskriminasi skor TIMI UAPINSTEMI juga cukup baik dengan plot kalibrasi mencapai 0,88, uji Hosmer lemeshow 0,86 dan nilai AUe 0,727 (KI95% 0,668-0,786). Simpulan. Skor TIMI mempunyai perfonna kalibrasi dan diskriminasi yang baik dalam memprediksi mortalitas pasien SKA di Indonesia.

Background. Risk Stratification in acute coronary syndrome patients is an integral part in the management of patients. Risk stratification is important to avoid overtreatment in high risk patients, as well as undertreatment in low risk patients. Although TIMI STEMI and TIMI UAiNSTEMI are scores that have been validated and used widely, but to date no study of its appicability has been done in Indonesia. Differences in characteristic of acute coronary syndrome patients in Indonesia compared to developed countries can have influence on the prognostic of the patient hence a study is needed regarding performance of TIM I scoring system. Objectives. To obtain the calibration dan discrimination performance of TIMl risk score to predict 30 day dan 14 day mortality in STEMI and UAPINSTEMI patients in Indonesia Methods. A retrospective cohort study with consecutive sampling was done in ACS patients hospitalized in the ICCU Cipto Mangun Kusumo Hospital between the period 2003 until 2010. Calibration performance of TIM I risk score was evaluated by calibration plot and Hosmer-Lemeshow test while discrimination performance was done with A Uc. Results. A total of 714 STEMI patients and 787 UAPINSTEMI patients entered the study. TIMI STEMI risk score have a good calibration and discrimination performance with calibration plot of 0, 98, Hosmer-Lemeshow test 0,93 and AUC 0,801 (CI95% 0,759-0,844). A good calibration and discrimination performance of TIMI UAPINSTEMI risk score was observed with calibration plot of 0,88, Hosmer-Lemeshow test 0,86 and AUC 0,73 (CI 95% 0,668-0,786). Conclusion. TIM! risk score has a good calibration and discrimination performance in predicting mortality of ACS patients in Indonesia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
T58023
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadrian
"Latar Belakang: Dalam beberapa tahun terakhir, permasalahan yang sering muncul pada pneumonia komunitas adalah terkait timbulnya patogen penyebab yang bersifat resisten obat. Skor DRIP merupakan suatu model prediksi terhadap Patogen Resisten Obat (PRO) pada pneumonia komunitas. Skor DRIP memiliki akurasi prediksi patogen PRO yang lebih baik dibandingkan dengan beberapa alternatif skor lain termasuk kriteria HCAP. Belum adanya studi validasi terhadap penggunaan skor DRIP di Indonesia sehingga belum diketahui tingkat akurasi prediksi skor ini pada populasi, karakteristik pasien dan pola kuman di Indonesia terutama di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta.
Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui performa skor DRIP sebagai instrumen dalam memprediksi infeksi akibat patogen PRO pada pneumonia komunitas di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta.
Metode: Suatu penelitian dengan menggunakan desain potong lintang. Subyek penelitian adalah pasien pneumonia komunitas yang dirawat di RS Cipto Mangunkusumo pada periode Januari 2019 hingga Juni 2020. Penelitian dilakukan dengan mengambil data rekam medis pasien pneumonia komunitas yang dirawat inap. Didefinisikan sebagai PRO apabila dari hasil kultur sputum didapatkan resisten terhadap antibiotik golongan β-laktam non pseudomonas (ceftriaxone, cefotaxime, ampicilin sulbaktam), Makrolid (azitromisin) dan fluorokuinolon respirasi (levofloxacin, moxifloxacin). Performa skor dianalisis dengan menentukan nilai kalibrasi dan diskriminasi menggunakan uji Hosmer-Lemeshow dan AUROC.
Hasil: Sebanyak 254 subyek yang memenuhi kriteria pemilihan diikutkan dalam penelitian. Terbagi menjadi kelompok PRO 103 pasien (40,6%) dan non PRO 151 pasien (59,4%). Hasil analisis kalibrasi skor DRIP dengan uji Hosmer-Lemeshow didapatkan nilai p=0,001 (p<0,05). Sementara untuk analisis diskriminasi skor DRIP dari kurva ROC didapatkan nilai AUC 0,759 (IK95%;0,702-0,810). Pada skor ≥ 4, skor DRIP memiliki nilai sensitivitas 70,9%, spesifisitas 92,7%, nilai prediksi positif 86,9%, dan nilai prediksi negatif 82,3%.
Simpulan: Skor DRIP memiliki performa yang baik untuk memprediksi infeksi akibat patogen PRO pada pneumonia komunitas.

Background: In recent years, problems that often arise in community-acquired pneumonia are related to drug-resistant pathogens. The DRIP score is a predictive score model for Drug-Resistant Pathogens (DRP) in community-acquired pneumonia. It also has a better DRP pathogen prediction accuracy compared to other alternative scores including HCAP. There is no validation study on the use of the DRIP score in Indonesia, so the accuracy of this score prediction in the population, patient characteristics and germ patterns in Indonesia is not known, especially in RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta.
Objective: This study aims to determine the performance of the DRIP score as an instrument in predicting infection due to DRP pathogens in community-acquired pneumonia at Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta, Indonesia.
Methods: A study with cross-sectional design, on community-acquired pneumonia patients who were treated at Cipto Mangunkusumo Hospital in the period January 2019 to June 2020. Furthermore, this was conducted by reviewing medical records of inpatients. It is defined as DRP if the sputum culture results show resistance to non pseudomonas β-lactam antibiotics (ceftriaxone, cefotaxime, ampicillin-sulbactam), macrolides (azithromycin) and respiratory fluoroquinolones (levofloxacin, moxifloxacin). Score performance analyzed by determining the calibration and discrimination values using the Hosmer-Lemeshow and AUROC tests.
Results: 254 subjects who met the selection criteria were included in the study. It was divided into a PRO group of 103 patients (40.6%) and a non-PRO of 151 patients (59.4%). The results of the calibration analysis of the DRIP score with the Hosmer- Lemeshow test obtained a value of p=0.001 (p<0.05). Discrimination analysis from ROC curve got an AUC value of 0.759 (CI95%; 0.702-0.810). At a threshold ≥ 4 points, DRIP score demonstrated a sensitivity of 70,9%, a specificity of 92,7%, a positive predictive value of 86,9%, a negative predictive value of 82,3%.
Conclusions: The DRIP score have good performance to predict infections due to DRP pathogens in community-acquired pneumonia.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cekli Wahyuwidowati
"ABSTRAK
Latar belakang : Kunjungan dan angka mortalitas pasien di Instalasi Gawat Darurat (IGD) semakin meningkat dengan kondisi penyakit yang bervariasi, sehingga deteksi yang cepat dan tepat pada pasien dengan risiko mortalitas tinggi sangat penting. Skor Hypotension, Oxygen Saturation, Low Temperature, ECG Changes, and Loss of Independence (HOTEL) sangat baik dan penting untuk diterapkan pada pasien gawat darurat karena menggunakan variabel-variabel yang mudah dan cepat diperoleh. Namun demikian skor tersebut belum divalidasi di Indonesia.
Tujuan : untuk menilai performa skor HOTEL dalam memprediksi mortalitas 24 jam pasien non bedah di IGD Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Metode: Penelitian ini merupakan studi kohort retrospektif. Subjek penelitian adalah pasien non bedah yang masuk ke IGD RSCM pada bulan Oktober hingga November 2012. Variabel bebas yang dinilai adalah tekanan darah sistolik, saturasi oksigen perifer, suhu tubuh, perubahan elektrokardiogram (EKG), dan kemampuan berdiri tanpa bantuan. Luaran yang dinilai adalah mortalitas dalam 24 jam setelah masuk IGD. Performa kalibrasi dinilai dengan uji Hosmer-Lemeshow. Performa diskriminasi dinilai dengan area under the curve (AUC).
Hasil: Terdapat 815 pasien non bedah yang datang ke IGD RSCM selama bulan Oktober hingga November 2012. Sebanyak 804 (98,7%) subjek memenuhi kriteria inklusi dengan mortalitas 24 jam sebesar 30 (3,7%) subjek. Performa kalibrasi HOTEL dengan uji Hosmer-Lemeshow menunjukkan p = 0,753. Performa diskriminasi ditunjukkan dengan nilai AUC 0,86 (IK 95% 0,781; 0,931).
Simpulan: Skor HOTEL memiliki performa kalibrasi dan diskriminasi yang baik dalam memprediksi mortalitas 24 jam pada pasien non bedah yang masuk ke IGD RSCM.

ABSTRACT
Background: The number of visit and mortality rate of emergency patients at Emergency Department (ED) have been increasing from time to time. Those patients have wide spectrum conditions. Appropriate identification of the patients with high mortality risk is crucial. The Hypotension, Oxygen Saturation, Low Temperature, ECG changes, and Loss of Independence (HOTEL) score is easy and important to be applied in the ED, however, the score has not been validated in Indonesia.
Objective: to evaluate performance of HOTEL score in predicting the 24-hour mortality non-surgical patients in ED of Sakit Cipto Mangunkusumo hospital.
Method: This was a retrospective cohort study. The research subjects were the non-surgical patients who admitted to ED of RSCM between October-November 2012. We collected systolic blood pressure, peripheral oxygen saturation, body temperature, ECG changes, and loss of independence. Those data were evaluated based on the HOTEL scoring system. The outcome were evaluated in 24- hour after admission (alive or dead). The calibration was evaluated with the Hosmer-Lemeshow test. The discrimination performance was evaluated with area under the curve (AUC).
Results: There were 815 non-surgical patients admitted to the ED between October until November 2012. There were 804 (98,7%) subjects included. The 24-hour mortality rate was 30 subjects (3,7%). The calibration performance with the Hosmer-Lemeshow test showed p = 0,753. The discrimination performance was shown with the AUC score 0,86 (95% CI 0.781; 0.931).
Conclusion: The HOTEL score has a good calibration and discrimination performance in predicting the 24-hour mortality of the non-surgical patients in ED of Cipto Mangunkusumo hospital.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R Gantira Wijayakusumah Danasasmita
"Latar Belakang. Pasien demam neutropenia yang bukan akibat efek samping kemoterapi
angka kejadiannya semakin meningkat. Kondisi neutropenia meningkatkan risiko terjadinya
infeksi, adapun penyebab neutropenia tidak hanya obat kemoterapi. Beberapa sistem
penilaian risiko komplikasi digunakan untuk dasar terapi antibiotik pada pasien demam
neutropenia pasca kemoterapi, belum ada penelitian terhadap pasien demam neutropenia
selain pasca kemoterapi. Penelitian ini bertujuan untuk validasi dan menilai performa skor
MASCC dan penambahan prokalsitonin pada populasi demam neutropenia tidak terkait
kemoterapi.
Metode. Penelitian dilakukan pada rekam medis 68 pasien demam neutropenia yang bukan
terkait kemoterapi di ruang perawatan RSUP Nasional dr. Cipto Mangunkusumo pada bulan
Januari 2018-November 2019. Dilakukan penilaian validasi kalibrasi menggunakan Hosmer-
Lameshow dan deskripsi dengan ROC.
Hasil. Terdapat variasi skor MASCC dan nilai prokalsitonin subjek penelitian. Median skor
MASCC adalah 21 (18-24) yang masuk dalam kategori low-risk. Median prokalsitonin
subjek adalah 1,99 ng/mL (0,72-10,60). Performa MASCC menghasilkan kalibrasi baik
p>0,05 dan area under curve (AUC) sebesar 0,888(IK95% 0,813-0,962, p = 0,000).
Prokalsitonin menunjukkan AUC sebesar 0,797 (IK95% 0,683-0,911, p = 0,000), titik
potong 1,67 dengan sensitifitas 78,8% dan spesifisitas 72,4%. Performa gabungan skor
MASCC dan prokalsitonin juga menghasilkan kalibrasi Hosmer-Lameshow dengan p>0,05
dan AUC sebesar 0,901 (IK95% 0,827-0,974).
Kesimpulan. Dapat disimpulkan bahwa MASCC merupakan instrumen yang baik untuk
mendeteksi komplikasi perawatan pada pasien dengan FN yang tidak terkait kemoterapi.
Gabungan antara MASCC dan PCT didapatkan hasil yang bermakna dalam prediktor
komplikasi dengan validasi baik.

Background. Neutropenia patients who are not due to side effects of chemotherapy are
increased. Neutropenia increases the risk of infection. Several complications risk assessment
systems are used for antibiotic therapy in patients with post-chemotherapy neutropenia. There
are no studies in neutropenic fever patients who are not due to chemotherapy drugs. This
study aims to validate and assess the performance of the MASCC score and the addition of
procalcitonin in the neutropenia fever population not related to chemotherapy.
Methods. The study was conducted on the medical records of 68 neutropenic fever patients
who were not chemotherapy-related in the National Hospital Dr. Cipto Mangunkusumo in
January 2018-November 2019. The calibration validation was assessed using Hosmer-
Lameshow and description with ROC.
Results. There are variations in MASCC scores and procalcitonin scores in the study subjects.
The median MASCC score is 21 (18-24). The median procalcitonin subject was 1.99 ng / mL
(0.72 - 10.60). MASCC's performance resulted in a good calibration of p> 0.05 and area
under curve (AUC) of 0.888 (IK95% 0.813 - 0.962, p = 0.000). Procalcitonin showed AUC of
0.797 (IK95% 0.683 - 0.911, p = 0.000), the cut point 1.67 with a sensitivity of 78.8% and
specificity of 72.4%. The combined performance of MASCC and procalcitonin scores also
resulted in Hosmer-Lameshow calibration with p> 0.05 and AUC of 0.901 (IK95% 0.827-
0.974).
Conclusion. It can be concluded that MASCC is a good instrument for detecting treatment
complications in patients with FN that are not chemotherapy related. The combination with
PCT has significant results
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ramdhani Yassien
"Sepsis neonatorum masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas neonatus di seluruh dunia, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Klebsiella pneumoniae dalam beberapa tahun terakhir tidak hanya muncul sebagai patogen terbanyak penyebab sepsis, namun juga menimbulkan masalah lain berupa resistensi antibiotik. Klebsiella pneumonia merupakan mikroorganisme penyebab infeksi terbanyak di ruang perinatologi RS Cipto Mangukusumo (RSCM) selama tahun 2018 yaitu sebesar 16,2%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko yang memengaruhi mortalitas pada pasien sepsis neonatorum yang terinfeksi K. pneumoniae. Studi kohort retrospektif dilakukan terhadap 174 pasien di unit perinatologi RSCM dengan diagnosis sepsis neonatorum dengan hasil kultur positif terhadap isolat K. pneumoniae sejak Januari 2017 - Oktober 2020. Karakteristik demografi, riwayat tata laksana, serta antibiogram diambil dari rekam medis. Penelitian ini mendapatkan proporsi mortalitas pada neonatus yang terinfeksi K. pneumoniae di RSCM sebesar 71,8%. Karakteristik neonatus yang terinfeksi K. pneumonia pada kelompok yang meninggal mayoritas memiliki usia gestasi kurang bulan, berat lahir rendah, dan dirawat lebih dari tujuh hari. Tindakan medis yang diperoleh antara lain mendapatkan nutrisi parenteral total, ventilasi mekanis dan kateter vena sentral lebih dari 14 hari, memiliki riwayat penggunaan vasopressor dan antibiotik karbapenem sebelumnya. Analisis pola sensitivitas antibiotik menunjukkan bahwa antibiotik yang paling sensitif terhadap K. pneumoniae adalah kolistin (90,9%), fosfomisin (75%), dan doripenem (65,7%). Dari analisis bivariat, hanya riwayat penggunaan vasopressor yang secara statistik bermakna terhadap mortalitas pada neonatus yang terinfeksi oleh K. pneumoniae (p<0,001; OR=5,0; IK95%=2,2-11,3). Analisis multivariat menunjukkan faktor risiko independen terhadap mortalitas pada neonatus yang terinfeksi oleh K. pneumoniae adalah berat lahir rendah (p=0,008; OR=3,6; IK95%=1,4-9,1).

Neonatal sepsis remains the leading cause of neonatal morbidity and mortality worldwide, especially in developing countries including Indonesia. Klebsiella pneumoniae in recent years has emerged not only as the most common pathogen causing sepsis but also causing a drug resistance problem. In 2018, Klebsiella pneumoniae caused 16.2% infection in perinatology unit Cipto Mangunkusumo Hospital (CMH). This study is aimed to determine the risk factors that affect mortality in neonatal sepsis due to K. pneumoniae infection. A retrospective cohort study was done to 174 patients in perinatology unit of CMH with diagnosis of neonatal sepsis with positive culture result to K. pneumonia isolates during January 2017 - October 2020. Demographic characteristics, history of treatment, and antibiograms were obtained from medical records. This study found the proportion of mortality in neonates infected by K. pneumoniae at CMH was 71.8%. The majority of subjects who died to K. pneumoniae infection were born premature, had low birth weight, and were treated for more than seven days. They also received total parenteral nutrition, mechanical ventilation, and central venous catheter for more than 14 days, had history of using vasopressors and a recent carbapenem antibiotic. Analysis of antibiotic sensitivity patterns showed that the antibiotics most sensitive to K. pneumoniae were colistin (90.9%), fosfomycin (75%) and doripenem (65.7%). However, bivariate analysis showed that only history of vasopressor administration is statistically significant related to mortality due to K. pneumonia infection (p<0.001; OR=5.0; 95%CI=2.2-11.3). Multivariate analysis showed that the independent risk factor for mortality in infected neonates was the low birth weight group (p=0.008; OR=3,6; 95% CI=1.4-9.1)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>