Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 207659 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rinda Khalisya Soraya
"Mangrove asosiasi merupakan daerah vegetasi yang tumbuh di daerah pesisir dibelakang zona mangrove sejati. Mangrove asosiasi jenis Pluchea indica dan Sesuvium portulacastrum dapat digunakan sebagai bioindikator pencemaran logam berat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kandungan logam berat pada akar, batang, dan daun dari Pluchea indica dan Sesuvium portulacastrum. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari hingga Juli 2018 di tambak Blanakan, Subang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive random sampling. Kandungan logam berat dianalisis menggunakan Shimadzu 6300 Atomic Absorption Spectrophotometer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pluchea indica dan Sesuvium portulacastrum mampu menyerap logam berat. Kandungan Cu, Zn dan Pb tertinggi pada Pluchea indica, dengan konsentrasi masing-masing sebesar 18,61mg/kg di stasiun tiga, 27,40 mg/kg, dan 15,70 mg/kg di stasiun satu. Konsentrasi Cu, Zn, dan Pb pada organ Sesuvium portulacastrum dengan konsentrasi masing-masing sebesar,  8,88 mg/kg, 18,41 mg/kg, dan 14,55 mg/kg di stasiun 1, dengan konsentrasi tertinggi ditemukan pada akar. Sementara itu, pada sedimen kandungan Zn (101,27 mg/kg) > Pb (31,27) > Cu (10,88) pada stasiun 1. Berdasarkan uji manova 3 arah diperoleh bahwa organ tumbuhan, jenis tumbuhan, dan lokasi (stasiun) berpengaruh terhadap nilai Cu, Zn, dan Pb. Pluchea indica memiliki faktor biokonsentrasi Cu lebih dari 1 di semua stasiun pada semua organ (akar, batang, dan daun), sedangkan di Sesuvium portulacastrum pada akar. Faktor-faktor translokasi yang lebih dari 1 ditemukan pada Pluchea indica yaitu pada Cu, Zn, dan Pb masing-masing di stasiun 1 dan 3 daripada Sesuvium portulacastrum hanya pada Zn di stasiun 3. Penting untuk mempelajari kemungkinan Pluchea indica dan Sesuvium portulacastrum sebagai bioindikator dan akumulator logam berat.

Mangrove-associated plants is an area of vegetation that grows in the coastal area behind the true mangrove zone. Mangrove-associated plant are Pluchea indica and Sesuvium portulacastrum can be used as bioindicators of heavy metals pollution in the aquatic environment such as brackish water ponds. The purpose of this research was to analyze the heavy metals content in roots, stems, and leaves (Pluchea indica and Sesuvium portulacastrum). This research was conducted on January to Juli 2018 in Blanakan Ponds, Subang. Sampling was done using purposive random sampling method. Heavy metals content were analyzed using the Shimadzu 6300 Atomic Absorption Spectrophotometer. Result showed that Pluchea indica and Sesuvium portulacastrum were able to absorb heavy metals. The highest Content of Cu, Zn, and Pb in Pluchea indica, respectively 18,61 mg/kg at station 3, 27,40 mg/kg and 15,70 mg/kg at station 1. Concentration of Cu, Zn and Pb in organ Sesuvium portulacastrum, respectively 8,88 mg/kg, 18,41 mg/kg and 14,55 mg/kg at station 1, with highest concentration were found in roots. Meanwhile, sediments of Zn content (101.27 mg / kg)> Pb (31.27)> Cu (10.88) at station 1. Based on manova test showed that plant organs, plant species, and location (station) affected the values of Cu, Zn, and Pb. Pluchea indica had bioconcentration factor of Cu more than 1 at all stations in all organs (roots, stems, and leaves), while in Sesuvium portulacastrum in roots. Translocation factors more than 1 were found in Pluchea indica for Cu, Zn, and Pb at station 1 and 3 respectively than Sesuvium portulacastrum only Zn at station 3. It is important to study the possibility of Pluchea indica and Sesuvium portulacastrum as bioindicator and accumulator of heavy metals."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
T51762
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rakhmad Indra Pramana
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa pengaruh inhibisi ekstrak cair daun
Beluntas (Pluchea Indica Less.) terhadap korosi pada baja karbon rendah di
lingkungan 3,5% NaCl. Penelitian dilakukan menggunakan pengujian weight loss,
polarisasi, dan Fourier transform infrared spectroscopy (FTIR). Pengujian weight
loss menunjukkan bahwa perendaman selama 9 hari dengan penambahan ekstrak
sebanyak 3 mL memberikan nilai rata-rata efisiensi paling maksimum sebesar
75,97% dengan rata-rata laju korosi paling minimum sebesar 0,89 mpy. Pengujian
polarisasi menunjukkan terjadi pergeseran kurva ke arah anodik pada penambahan
ekstrak sebanyak 1,2,3 mL, dan bergeser ke arah katodik pada penambahan
sebanyak 4 mL. Penambahan ekstrak berpengaruh terhadap penurunan laju korosi
yaitu dari 24,8 µA.cm-2 menjadi 5,04 µA.cm-2
, sehingga memperkuat hasil
pengujian weight loss bahwa ekstrak daun Beluntas dapat menghambat korosi
baja karbon rendah di larutan 3,5% NaCl. Pengujian polarisasi menunjukkan
bahwa ekstrak daun Beluntas memiliki tipe inhibisi campuran (mixed) dengan
kecenderungan lebih dominan kearah anodik berdasarkan nilai potensial korosi
yang berubah secara acak. Pengujian FTIR menunjukkan bahwa estrak daun
Beluntas teradsorpsi pada permukaan baja karbon rendah dan proses adsorpsinya
terjadi melalui gugus fungsi yang dimiliki ekstrak. Mekanisme adsorpsi ekstrak
daun Beluntas sesuai dengan Langmuir adsorption isotherm yang menunjukkan
bahwa telah terjadi pembentukan lapisan monolayer di permukaan baja karbon
rendah.

ABSTRACT
The study was conducted to analyze the inhibition effect of Beluntas (Pluchea
indica Less.) leaves extract on the corrosion of low carbon steel in 3.5% NaCl
environment. The study was invetigated by weight loss, polarization, and Fourier
transform infrared spectroscopy (FTIR) methods. Weight loss showed that soaking
for 9 days with the addition of 3 mL of the extract gave an average value of the
maximum efficiency of 75.97% with an average of the minimum corrosion rate of
0.89 mpy. Polarization shows the polarization curve shifts to the anodic direction
in addition of 1,2,3 mL extract, and shifted toward the cathodic curve to the
addition of 4 mL. The presence of inhibitor causes decrease in the corrosion rate
from 24.8 to 5.04 μA.cm-2, thus confirm the results of weight loss that Beluntas
leaves extract can inhibit the corrosion of low carbon steel in 3.5% NaCl solution .
The polarization showed that the Beluntas leaves extract acts through mixed mode
of inhibition, as evident from the values of Ecorr, which do not increase or decrease
in a regular manner from the blank value. FTIR showed that the Beluntas leaves
extract adsorbed on the surface of low carbon steel and the process of adsorption
occurs through a functional group extract. Beluntas leaves extract shows
Langmuir adsorptions isotherm that indicated the monolayer formation on the low
carbon steel surface."
Lengkap +
2012
T31694
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Choirunnisa
"ABSTRAK
Makrozoobentos memiliki peran penting sebagai detritivor dalam ekosistem perairan. Komunitas makrozoobentos juga dapat dijadikan sebagai instrumen biomonitoring. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi, kepadatan, keanekaragaman, kemerataan, dan dominansi makrozoobentos di kawasan tambak Blanakan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Juni 2018. Sampel makrozoobentos diambil dari 3 stasiun yang masing-masing terdiri atas 3 tambak. Pengambilan sampel di setiap tambak dilakukan dengan metode purposive random sampling pada 3 titik dengan 2 kali pengulangan di setiap titik. Pengukuran faktor abiotik perairan dilakukan di setiap titik. Sampel makrozoobentos diidentifikasi dan dianalisis menggunakan indeks keanekaragaman Shannon-Wiener, indeks kemerataan Pielou, indeks dominansi Simpson, indeks similaritas Sorensen, dan uji-t. Hasil penelitian diperoleh enam spesies makrozoobentos dari 3 kelas yaitu Melanoides tuberculata, Brotia costula, Cerithidea cingulata, Nephtys inornata, Cossura sp., dan Erpobdella sp. Kepadatan spesies tertinggi di kawasan tambak Blanakan dimiliki oleh Brotia costula yaitu sebesar 10907 ind./m3. Keanekaragaman dan kemerataan makrozoobentos di tambak Blanakan tergolong rendah dan ada spesies yang mendominansi di tambak Blanakan. Tidak ada perbedaan keanekaragaman makrozoobentos pada ketiga stasiun.

ABSTRACT
Macrozoobenthos has an important role as detritivore in water ecosystem. Macrozoobenthos community also act as a biomonitoring instrument. The purpose of this study is to know the composition, density, diversity, evenness, and dominance of macrozoobenthos at Blanakan Fish Pond. This study was done from February to June 2018. Macrozoobenthos samples were collected from 3 stations and each station consist of 3 fish ponds. Sampling on each ponds was done by purposive random sampling on 3 sampling points with twice repetition on each point. Water abiotic factors sampling was done on each points. Macrozoobenthos samples were identified and analyzed using Shannon Wiener diversity index, Pielou evenness index, Simpson 39 s dominance index, Sorensen similarity index, and t test. The results showed that there are six species of macrozoobenthos from 3 classes found, which are Melanoides tuberculata, Brotia costula, Cerithidea cingulata, Nephtys inornata, Cossura sp., and Erpobdella sp. Highest species density at Blanakan Fish Ponds is Brotia costula, amounting to 10907 ind. m3. The diversity and evenness of macrozoobenthos at Blanakan Fish Ponds classified as low and there is a dominant species at Blanakan Fish Ponds. There is no difference between macrozoobenthos diversity on 3 stations."
Lengkap +
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Susylowati
"ABSTRAK
Penelitian kali ini bertujuan untuk menganalisa fitokimia secara kuantitatif dan kualitatif;
aktivitas antioksi dan ekometabolomik daun beluntas yang tumbuh pada lahan salin.
Metode yang digunakan dalam uji aktivitas antioksidan adalah metode 2,2-diphenyl-1-
picrylhydrazyl (DPPH) and High Performance Liquid Chromatography (HPLC) digunakan
untuk menganalisa ekometabolomik. Hasil uji kualitatif fitokimia ekstrak metanol daun
beluntas pada lahan salin menunjukkan negatif terhadap terpenoid dan steroid dan positif
terhadap alkaloid, flavonoid, tanin, dan saponin. Hasil uji kualitatif fitokimia ekstrak
metanol daun beluntas pada lahan non salin menunjukkan positif terhadap alkaloid,
flavonoid, tanin, saponin, terpenoid dan steroid. Kandungan total fenol dan flavonoid
ekstrak metanol daun beluntas pada lahan salin lebih kecil daripada non salin. Rata-rata
kadar total fenol ekstrak daun beluntas pada lahan salin dan non salin adalah 938,33 dan
966,83 mg GAE/100 mg berat kering. Rata-rata kadar flavonoid ekstrak daun beluntas pada
lahan salin dan non salin adalah 836,74 dan 888,70 mg QE/ 100 gram. Kandungan total
flavonoid dan fenol berbanding lurus aktivitas antioksidan. Ekstrak metanol daun beluntas
pada lahan non salin memiliki mutu yang lebih bagus dengan luasan peak yang lebih tinggi
pada beberapa senyawa yang sama namun jumlah senyawa yang dimiliki lebih sedikit.

ABSTRACT
The present study aims to analyze phytochemicals quantitatively and qualitatively;
antioxidant activity and ecometabolomic of beluntas (Pluchea indica) leaves that grow on
saline area, Blanakan. The method used in the antioxidant activity test were the 2,2-
diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH); and High Performance Liquid Chromatography
(HPLC) method used to analyze ecometabolomics. Qualitative test results of phytochemical
methanol extract of beluntas leaves on saline area showed negative effects on terpenoids
and steroids and were positive for alkaloids, flavonoids, tannins and saponins. Qualitative
test results of phytochemical methanol extract of beluntas leaves on non-saline fields
showed positive effects on alkaloids, flavonoids, tannins, saponins, terpenoids and steroids.
The total content of phenol and flavonoids of methanol extract of P. indica leaves on saline
fields was smaller than non-saline. The average total phenol content of P. indica leaf
extract on saline and non-saline area was 938.33 and 966.83 mg GAE / 100 mg dry weight
respectively. The average flavonoid levels of P. indica leaf extract on saline and non-saline
fields were 836.74 and 888.70 mg QE / 100 grams respectively. The total content of
flavonoids and phenol is directly proportional to antioxidant activity. The methanol extract
of beluntas leaves on non-saline land has better quality with a higher peak area in some of
the same compounds, but the number of compounds possessed were less.

"
Lengkap +
2019
T53125
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arie Wiriawan
"ABSTRAK
Kandungan logam berat masih ditemukan pada beberapa biota budidaya di kawasan tambak Blanakan, Subang, seperti bandeng dan udang. Tambak Blanakan merupakan tambak tradisional sehingga bandeng dan udang akan tergantung pada makanan alaminya seperti fitoplankton. Bioakumulasi logam berat pada fitoplankton perlu diketahui karena air tambak yang tercemar logam berat berdampak pula pada fitoplankton.Logam berat seperti tembaga Cu dan seng Zn merupakan logam-logam esensial yang diperlukan oleh biota, namun konsentrasi yang berlebihan dapat membahayakan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bioakumulasi logam Cu dan Zn pada fitoplankton di tambak terhadap lokasi sumber pencemar, menganalisis hubungan bioakumulasi Cu dan Zn pada fitoplankton dengan akumulasi Cu dan Zn pada sedimen, menganalisis hubungan bioakumulasi Cu dan Zn pada fitoplankton dengan kelimpahan dan keanekaragaman fitoplankton, dan menganalisis hubungan bioakumulasi Cu dan Zn pada fitoplanktondengan kualitas perairan tambak. Pengukuran kandungan logam pada fitoplankton dan sedimen menggunakan Atomic Absorption Spectrometry AAS . Analisis data menggunakan analisis varians multivariat/multivariate analysis of variance manova dan analisis korelasi regresi. Disimpulkan bahwa bioakumulasi logam Cu dan Zn pada fitoplankton akan semakin tinggi jika tambak semakin dekat dengan lokasi sumber pencemar, kelimpahan fitoplankton semakin banyak, indeks keanekaragaman fitoplankton semakin kecil, suhu, pH dan oksigen terlarut perairan tambak semakin tinggi serta salinitas perairan tambak semakin rendah.
ABSTRACT
The heavy metal content is still found in some cultivation biota in the area of Blanakan pond, Subang, like milkfish and shrimp. Blanakan pond is a traditional pond so milkfish and shrimp will depend on natural food such as phytoplankton. Bioaccumulation of heavy metals in phytoplankton should be known because the pond water contaminated by heavy metals also affects phytoplankton. Copper Cu and zinc Zn are the essential metals required by the biota, but excessive concentration can be dangerous. The purpose of this study was to know Cu and Zn bioaccumulation in phytoplankton at ponds against the location of pollutant sources, to analyzethe relationship between Cu and Zn bioaccumulation in phytoplankton with Cu and Zn accumulation in sediments, to analyzethe relationship between Cu and Zn bioaccumulation in phytoplankton with phytoplankton abundance and diversity, and to analyzethe relationship between Cu and Zn bioaccumulation in phytoplankton with pond water quality. Measurement of metal content in phytoplankton and sediment using Atomic Absorption Spectrometry AAS . Data analysis using multivariate analysis of variance manova and regression correlation analysis. It was concluded that Cu and Zn bioaccumulation in phytoplankton will be higher if the pond closer to the location of pollutant source, the more phytoplankton abundance, the smaller phytoplankton diversity index, the higher temperature, the pH and the dissolved oxygen of pond water and the lower salinity of pond water. "
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T48469
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desmita Artalina
"Aktivitas manusia di sekitar tambak silvofishery berpotensi menyumbang limbah dan meningkatkan ancaman polusi logam berat. Jumlah limbah logam berat, terutama dari industri yang masuk ke dalam perairan tambak diduga memengaruhi organisme akuatik yang berada di dalamnya. Keong bakau (Telescopium telescopium) dan kepiting bakau (Goniopsis pelii) adalah biota non-budaya yang hadir di tambak silvofishery dan dikonsumsi oleh manusia.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji kandungan logam berat pada keong bakau, kepiting bakau dan sedimen pada tambak silvofishery Blanakan-Subang. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan April 2018, di tiga stasiun dengan metode purposive random sampling. Kandungan logam berat dianalisis menggunakan spektrofotometri serapan atom.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan Pb tertinggi terdapat pada keong bakau di stasiun 3 sebesar 19,46 mg kg. Kandungan Cu dan Zn tertinggi terdapat pada kepiting bakau di stasiun 2 masingmasing sebesar 33,77 mg/kg dan 22,54 mg kg. Secara umum, pada sedimen kandungan Zn Cu Pb. Kandungan Pb, Cu dan Zn tertinggi di sedimen terdapat di stasiun 2 masing-masing sebesar 19,55 mg kg, 6,76 mg kg, dan 68,56 mg kg.
Uji Manova dua arah menunjukkan bahwa jenis/ variabel (keong bakau, kepiting bakau, sedimen) dan lokasi (stasiun, inlet/ outlet) berpengaruh nyata terhadap nilai Pb, Cu dan Zn. Nilai faktor biokonsentrasi 1 menunjukkan bahwa keong bakau dan kepiting bakau memiliki kecenderungan untuk mengakumulasi logam berat. Berdasarkan BPOM No 03725-B-SK-VII-89, masyarakat harus lebih berhati-hati dalam mengkonsumsinya. Selanjutnya, keong bakau dan kepiting bakau dapat digunakan sebagai bioindikator untuk mengendalikan pencemaran lingkungan.

Human activities around the silvofishery ponds potentially contribute waste and promote heavy metals pollution threats. High input of this metals, especially from industry waste that entered the ponds suspected affect aquatic organism inside it. Mangrove snail (Telescopium telescopium) and mangrove crab (Goniopsis pelii) are non-cultured biota which is present at silvofishery ponds and consumed by humans.
This research aimed to determine metals content in mangrove snail, mangrove crab and sediment at Blanakan silvofishery ponds. Sampling was done on April 2018, at three stations using purposive random sampling. Metals content were analysed using atomic absorption spectrophotometry.
Result showed that the highest Pb content was in mangrove snail at station 3 at 19,46 mg kg. The highest Cu and Zn content was in mangrove crab at station 2 at 33,77 mg kg and 22.54 mg kg respectively. Generally, metals content in sediment was Zn Cu Pb. The highest content of Pb, Cu and Zn in sediment was at station 2 at 19,55 mg kg, 6,76 mg kg, dan 68,56 mg kg respectively.
Manova test showed that variables (mangrove snail, mangrove crab, sediment) and location (station, inlet/outlet) significantly affect the value of Pb, Cu and Zn. The bioconcentration values 1 showed that mangrove snail and mangrove crab has a tendency to accumulate heavy metals. Based on BPOM No 03725-B-SK-VII-89, people must be more careful in consuming them. In the future, mangrove snail and mangrove crab can be used as bioindicator to control environmental pollution."
Lengkap +
Depok: Universitas Indonesia, 2019
T52128
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Mulia Primatama
"Krisis air bersih di daerah berair payau belakangan ini semakin memprihatinkan terutama saat musim kemarau tiba. Mesin Reverse Osmosis (RO) yang berfungsi untuk mengolah air tanah menjadi air bersih bagi penduduk daerah berair payau juga sudah tidak berfungsi secara maksimal. Karena kebutuhan air bersih yang dibutuhkan tidak tersedia, penduduk setempat terpaksa menggunakan air tanah dari sumur mereka yang berasa asin (payau). Hal tersebut mendorong pengembangan alat water purifier yang dapat mengatasi krisis air bersih di daerah berair payau secara aplikatif. Alat ini memanfaatkan prinsip kerja filtrasi, adsorpsi, dan desalinasi. Unit filtrasi menggunakan saringan micron, unit adsorpsi menggunakan kombinasi adsorben zeolite dan karbon aktif, dan unit desalinasi menggunakan metode capacitive deionization. Alat ini direncanakan akan berfungsi dengan output 5 Liter. Kriteria yang akan ditinjau dalam mengetahui kinerja water purifier adalah kualitas produk keluaran berupa konsentrasi TDS (mg/L), konduktivitas (μS/cm), dan penurunan kadar garam (%). Variasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah jenis air payau yang memiliki konsentrasi TDS dan konduktivitas berbeda, susunan ketinggian adsorben pada unit adsorpsi, dan tegangan pada unit desalinasi. Unit desalinasi dengan capacitive deionization bekerja optimum pada tegangan 2V dan jenuh pada waktu 15 menit. Penurunan kadar garam maksimal dari unit desalinasi mencapai 13,4%. Energi yang dibutuhkan sel CDI pada penelitian ini adalah 1,05 kWh/m3. Pada unit filtrasi dan adsorpsi komposisi ketinggian adsorben paling baik adalah 40cm-40cm (karbon aktif-zeolit) yang memiliki penurunan kadar garam 17,1%. Total penurunan kadar garam pada alat water purifier ini adalah 30,4%.

Recently, clean water crisis in brackish water area is increasing, particularly during the dry season. Water sources that have been used by residents is low. Reverse Osmosis (RO), which serves to cultivate the soil water into clean water for the inhabitants of brackish water area also was not functioning optimally. Because of the need of clean water required are not available, local residents are forced to use ground water from their wells that are salty (brackish). It encourages the development of water purifier that can overcome the water crisis directly in the brackish watery region. This water purifier utilizes the working principles of filtration, adsorption, and desalination. Filtration unit uses a micro fiber filter, adsorption units uses a combination between the zeolite adsorbent and activated carbon, and the desalination unit used capacitive deionization as the method. This tool is planned to be functioning with an output of 5 L. The criteria that will be reviewed in knowing the water purifier's performance is the quality of the product output of TDS concentrations (mg / L), conductivity (μS / cm), and decrease of salt content (%). This research involves the variation of feed?s TDS concentration and conductivity, the height combination of both adsorbents, and the applied voltage on CDI cell. Desalination unit with capacitive deionization work optimally at a voltage of 2V and saturated at 15 minutes. The maximum decrease of salt content at desalination unit is 13.4%. The CDI cells required 1.05 kWh / m3 energy. On filtration and adsorption unit, the best height combination of adsorbents is 40cm-40cm (activated carbon-zeolite) that has a 17.1% reduction in salt levels. Total decrease in salinity in the water purifier tool is 30.4%.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S62662
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Monika Setyorini
"ABSTRAK
Seiring dengan berkembangnya peradaban dan bertumbuhnya populasi penduduk di Indonesia, kebutuhan air tawar semakin meningkat. Namun, dengan minimnya akses dan sumber untuk mendapatkan air tawar, masih banyak penduduk di Indonesia yang tidak dapat menggunakan air tawar. Penduduk yang tinggal di daerah muara, hanya bisa mengkonsumsi air payau hasil intrusi air laut dan air sungai dimana tingkat salinitas airnya berkisar antara 5 permil-30 permil. Teknologi desalinasi bertenaga surya menjadi solusi tepat untuk negara kepulauan seperti Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menguji karakteristik salah satu teknologi desalinasi merek X. Penelitian dilakukan selama April-Mei 2018 dengan menguji sudut inklinasi merek X dengan memvariasikan sudut, menguji merek X ketika kosong, menguji dengan air tawar, dan menguji dengan air payau. Dari penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa sudut inklinasi 20 merupakan sudut efektif merek X di Indonesia, waktu operasional merek X yaitu dari pukul 06.00-18.00 dengan waktu efektif pukul 10.00 ndash; 13.00, air payau berhasil di desalinasi dengan produktivitas air tawar yang dihasilkan sebesar 1,37 l/m /hari.

ABSTRACT
As Indonesia develops and the population grows, the need of fresh water increases. But, there are still problems in obtaining freshwater for many people out there. People who live near the estuary, suffer from this problem where they use brackish water, which salinity is around 5 permil 30 permil, in daily life. Indonesia as a country consisting of 70 sea and 30 land and because the sun shines throughout the year, there is a great deal of potential for solar energy when it comes to desalination. The desalination technology comes up as something that can solve this problem with the potential of unlimited water and abundant solar energy in Indonesia. This experiment aims to test the characteristics of Solar still x. Several tests were conducted by varying the inclination angle, measuring its temperatures and humidity, and varying the feed water which are ground water and brackish water. The results show that the most effective inclination angle of Solar still x in Indonesia is 20 , the operational hours of Solar still x should be at 06.00 a.m-06.00 p.m, while the effective hours would be around 10.00 a.m-1 p.m. The brackish water was successfully desalinated, with the productivity of freshwater reached 1,37 l m day."
Lengkap +
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amara Sausan Qotrunnada
"Tambak Blanakan merupakan kawasan budidaya perikanan yang berada di daerah pesisir Kabupaten Subang, Jawa Barat. Kawasan di sekitar tambak merupakan tempat padat aktivitas yang berpotensi menyebabkan kontaminasi logam berat masuk ke dalam perairan tambak. Logam berat yang masuk dapat memengaruhi organisme akuatik seperti ikan. Ikan mujair (Oreochromis mossambicus) merupakan salah satu ikan budidaya yang dikonsumsi oleh manusia. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kandungan logam berat kadmium (Cd) dan tembaga (Cu) pada sedimen dan ikan mujair Oreochromis mossambicus, serta menentukan nilai Bioconcentration Factor (BCF) logam Cd dan Cu pada ikan mujair di tambak Blanakan, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Penentuan lokasi pengambilan sampel dengan metode purposive sampling pada tiga stasiun dengan tiga titik, yaitu inlet, midlet, dan outlet. Sampel sedimen diambil sebanyak 500 g pada setiap titik dari ketiga stasiun dan sampel ikan mujair diambil sebanyak 5 ekor pada tiap stasiun dengan berat berkisar antara 50–150 g. Sampel sedimen dikeringkan sebanyak 200 g dan sampel bagian daging ikan mujair diambil sebanyak 100 g/stasiun sebelum dianalisis kandungan logam berat. Logam berat kadmium pada sedimen dan ikan mujair dianalisis dengan Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) dan Inductively Coupled Plasma (ICP), sedangkan logam berat tembaga pada kedua sampel dianalisis dengan AAS. Hasil analisis kandungan logam tembaga pada sedimen rata-rata berkisar antara 5,54–8,31 ppm, sedangkan analisis logam tembaga pada ikan mujair rata-rata sebesar 2,05 ppm. Hasil analisis kandungan logam kadmium baik pada sedimen maupun ikan mujair tidak terdeteksi (not detected). Nilai BCF logam tembaga adalah BCF<1, menunjukkan bahwa ikan mujair di tambak Blanakan termasuk dalam kategori dekonsentrator.

Blanakan ponds is an aquaculture area located in the coastal area of Subang Regency, West Java. The area around the pond is a dense place of activity that has the potential to cause heavy metal contamination to enter the pond waters. Heavy metals that enter can affect aquatic organisms such as fish. Mozambique tilapia (Oreochromis mossambicus) is one of the cultivated fish that is consumed by humans. This study aims to determine the content of heavy metals cadmium (Cd) and copper (Cu) in sediment and Mozambique tilapia Oreochromis mossambicus, as well as determine the value of the Bioconcentration Factor (BCF) of Cd and Cu metals in Mozambique tilapia in Blanakan ponds, Subang Regency, West Java. Determination of the sampling location by purposive sampling method at three stations with three points, namely inlet, midlet, and outlet. Sediment samples were taken as much as 500 g at each point from the three stations and samples of Mozambique tilapia were taken as many as 5 fish at each station with a weight ranging from 50–150 g. Sediment samples were dried as much as 200 g and samples of Mozambique tilapia meat were taken as much as 100 g/station before being analyzed for heavy metal content. Cadmium heavy metal in sediment and Mozambique tilapia was analyzed by Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) and Inductively Coupled Plasma (ICP), while copper heavy metal in both samples was analyzed by AAS. The results of the analysis of copper metal content in sediments averaged between 5.54–8.31 ppm, while the analysis of copper metal in Mozambique tilapia averaged 2.05 ppm. The results of the analysis of the metal content of cadmium in both sediment and Mozambique tilapia were not detected. The BCF value of the copper metal is BCF <1, indicating that the Mozambique tilapia in the Blanakan ponds are included in the deconcentrator category."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meiliandy Mahalana
"Kandungan logam berat pada lingkungan akuatik harus dipantau secara terus menerus agar tidak membahayakan organisme perairan dan manusia yang mengkonsumsinya. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kandungan logam berat seng (Zn) dan logam timbal (Pb) pada sedimen dan kepiting bakau (Scylla serrata) yang diambil di Kawasan Tambak Blanakan, Subang, Jawa Barat, serta mengetahui nilai faktor biokonsentrasi (BCF) seng dan timbal pada kepiting bakau. Metode yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah purposive sampling, untuk deteksi logam Zn menggunakan perangkat AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry) dan untuk logam Pb menggunakan perangkat ICP (Inductively Coupled Plasma). Didapatkan rata-rata kandungan logam Zn pada sedimen di Tambak Blanakan tertinggi pada tambak I sebesar 26,39 ppm dan untuk rata-rata kandungan logam Pb tertinggi terdapat pada tambak III sebesar 7,273 ppm. Berdasarkan baku mutu US EPA kandungan logam berat pada sedimen untuk logam Zn sebesar 140,48 ppm dan untuk logam Pb sebesar 47,82 ppm, kandungan logam Zn dan Pb pada sedimen Tambak Blanakan masih berada di bawah ambang batas logam berat. Kandungan logam Zn pada kepiting bakau didapatkan pada tambak I sebesar 35,66 ppm, tambak II sebesar 18,99, tambak III sebesar 64,88 ppm dan untuk kandungan logam Pb pada kepiting bakau di Blanakan adalah ND atau tidak terdeteksi. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan logam Zn dan Pb pada kepiting bakau (Scylla serrata) di Tambak Blanakan masih berada dibawah ambang batas logam berat. Nilai BCF logam Zn pada kepiting bakau pada tambak I sebesar 1,35 yang termasuk dalam kategori mikrokonsentrator, pada tambak II sebesar 0,76 termasuk dalam kategori dekonsentrator, dan pada tambak III sebesar 3,04 yang termasuk dalam kategori makrokensentrator.

The content of heavy metals in the aquatic environment must be monitored continuously so as not to harm aquatic organisms and humans who consume them. This study aims to determine the content of heavy metal zinc (Zn) and metal lead (Pb) in sediment and mud crab (Scylla serrata) taken in the Blanakan Tambak Area, Subang, West Java, and to determine the value of the bioconcentration factor (BCF) of zinc and lead. on mud crabs. The method used for sampling is purposive sampling, for detection of Zn metal using an AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry) device and for Pb metal using an ICP (Inductively Coupled Plasma) device. The highest average content of Zn in the sediment in the Blanakan Pond was 26.39 ppm in pond I and the highest average Pb metal content was found in pond III of 7.273 ppm. Based on the US EPA quality standard, the heavy metal content in sediment for Zn metal is 140.48 ppm and for Pb metal is 47.82 ppm, the content of Zn and Pb metals in Blanakan Pond sediments is still below the heavy metal threshold. The metal content of Zn in mangrove crabs was found in pond I of 35.66 ppm, pond II of 18.99, pond III of 64.88 ppm and for Pb metal content in mangrove crabs in Blanakan was ND or undetectable. This indicates that the metal content of Zn and Pb in the mud crab (Scylla serrata) in the Blanakan pond is still below the heavy metal threshold. The BCF value of Zn metal in mud crabs in pond I was 1.35 which was included in the microconcentrator category, at pond II was 0.76 which was included in the deconcentrator category, and in pond III was 3.04 which was included in the macrocentrator category."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>