Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 203275 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Nadia Farhanah Syafhan
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
T39562
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Frizka Salsabila Zafri
"Kemoterapi merupakan salah satu modalitas terapi kanker payudara. Kombinasi dari 5-fluorourasil, doksorubisin, dan siklofosfamid (FAC) adalah protokol kemoterapi yang paling banyak digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi masalah terkait obat pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi FAC di Rumah Sakit Kanker Dharmais dalam periode Juli-Desember 2019. Penelitian dilakukan menggunakan metode observasional deskriptif dengan desain penelitian potong lintang (cross-sectional) menggunakan data restropektif. Masalah terkait obat yang diidentifikasi pada penelitian ini, meliputi dosis dan interaksi obat.
Hasil penelitian menunjukkan insiden kanker payudara tertinggi pada kelompok umur 44-54 tahun (43,70%) dan penggunaan obat penunjang tertinggi terdapat pada ondansetron (27,17%). Masalah terkait obat dengan dosis yang tidak sesuai sebesar 9,24%, di mana 7,56% dosis terlalu rendah dan 1,68% dosis terlalu tinggi, dan interaksi obat sebesar 9,24%, dimana 25% kategori mayor, 69,44% kategori moderat, dan 5,56% kategori minor. Penatatalaksana kemoterapi FAC pada pasien kanker payudara berpotensi menyebabkan masalah terkaitobat. Oleh karena itu, perlu pemantauan terapi obat pada pasien agar masalah terkait obat dapat diminimalisasi sehingga keberhasilan terapi dapat tercapai.

Chemotherapy is one of the modalities of breast cancer therapy. The combination of 5-fluorouracil, doxorubicin and cyclophosphamide (FAC) is the most widely use chemotherapy protocol. This study aims to identify drug-related problems in breast cancer patients undergoing FAC chemotherapy at Dharmais Cancer Hospital in the period July-December 2019. The study was conducted using descriptive observational methods with cross-sectional research designs using restropective data. Drug-related problems identified in this study included dosage and drug interactions.
The results showed the highest breast cancer incident showed in the age group 44-54 years old (43.70%) and the highest use of supportive therapy was found in ondansetron (27.17%). Percentage of inappropriate doses was 9.24% with 7.56% doses too low and 1.68% doses too high, and drug interactions by 9.24%, where 25% the major category, 69.44% the moderate category, and 5.56% the minor category. Management of FAC chemotherapy in breast cancer patients has the potential to cause drug-related problems. Therefore, it is necessary to monitor drug therapy in patients so that drug-related problems can be minimized andtherapeutic success can be achieved.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Nusaibah Al Hima
"Demam neutropenia merupakan efek samping yang sering terjadi setelah kemoterapi. Demam neutropenia dapat menyebabkan penundaan dosis kemoterapi sehingga dapat mengurangi efektivitas terapi. Kejadian demam neutropenia paskakemoterapi dapat dicegah dengan pemberian Granulocyte-colony Stimulating Factor (G-CSF). Regimen kemoterapi yang digunakan dapat memengaruhi kejadian demam neutropenia. Selain itu, usia, stadium kanker, riwayat kemoterapi dan kadar hemoglobin sebelum kemoterapi merupakan faktor risiko demam neutropenia paskakemoterapi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kejadian demam neutropenia regimen TAC (dosetaksel, doksorubisin, siklofosfamid) dengan profilaksis primer G-CSF dan regimen FAC (fluorourasil, doksorubisin, siklofosfamid) pada pasien kanker payudara di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung periode Januari 2017-Juni 2019.
Desain penelitian adalah cross sectional uji dua populasi. Jumlah sampel sebanyak 61 regimen TAC dan 102 regimen FAC. Kejadian demam neutropenia dianalisis menggunakan chi-square.
Hasil penelitian menunjukkan kejadian demam neutropenia paskakemoterapi lebih banyak terjadi pada regimen TAC dengan profilaksis primer G-CSF dibandingkan dengan regimen FAC. Kejadian demam neutropenia 12 kali lebih banyak terjadi pada regimen TAC dengan GCSF dibanding regimen FAC. Usia, stadium kemoterapi, riwayat kemoterapi dan kadar hemoglobin sebelum kemoterapi secara statistik tidak signifikan memengaruhi kejadian demam neutropenia paskakemoterapi.

Febrile Neutropenia is a common side effect of chemotherapy. Febrile neutropenia can cause delayed chemo doses that can reduce the effectiveness of therapy. The incidence of febrile neutropenia can be prevented by administering Granulocyte-colony Stimulating Factor (G-CSF). The chemotherapy regimen can affect the incidence of febrile neutropenia. In addition, age, stage of cancer, history of chemotherapy and prechemotherapy hemoglobin level are risk factors for febrile neutropenia.
This study aimed to compare the incidence of febrile neutropenia between TAC (docetaxel, doxorubicin, cyclophosphamide) regimen with G-CSF primary prophylaxis and FAC regimen (fluorouracil, doxorubicin, cyclophosphamide) in breast cancer patients at RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung period January 2017 - June 2019.
The study design was cross sectional test of two populations. The sample consisted of 61 TAC regimen and 102 FAC regimen. The incidence of febrile neutropenia were analyzed using chi-square.
The results showed that the incidence of post-chemotherapy febrile neutropenia is more common in TAC regimen with G-CSF primary prophylaxis than FAC regimen. The incidence of neutropenia is 12 times more common in TAC regimens with G-CSF than FAC regimen. Age, stage of chemotherapy, history of chemotherapy and pre-chemotherapy hemoglobin levels did not statistically significantly influence the incidence of febrile neutropenia."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
T55212
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
cover
Tandjung, Rini Agustien
"Latar Belakang: Akhir-akhir ini peristiwa epigenetik turut berperan menjadi penyebab keganasan. Peristiwa epigenetik meliputi metilasi DNA dan modifikasi histon. Gen penekan tumor adalah salah satu golongan gen yang merupakan target utama kcrusakan DNA. Contohnya gen penekan tumor dapat tidak berfungsi karena termutasi, termetilasi dan mengalami LOH (Loss of heterozygosity), gen WRN adalah termasuk gen penekan tumor. Gen WRN termutasi pada penyakit Werner Syndrome, gen WRN yang terletak pada kromosom 8p 11.2-12 sering mengalami LOH dan pada lokus genetik ini terdapat pada pasien usia muda kanker payudara, laporan terakhir mcnyatakan bahwa gen WRN dapat mengalami metilasi, semua kejadian pada gen WRN tersebut dapat mengarah ke kanker.
Tujuan: Penelitian ini untuk mengetahui karakteristik status gen WRN yang temietilasi pada pasien kanker payudara di Rumah sakit Kanker Dharmais dan hubungan gen WRN yang termetilasi tersebut dengan ekspresi mRNA nya.
Desain: Analitik.
Metode: Jaringan segar kanker payudara di isolasi sehingga didapat DNA dan RNA. Untuk mengecek kualitas DNA yang didapat dilakukan PCR konvensional dengan primer Interferon-Gamma. Dilanjutkan perlakuan sodium bisuliit, untuk mengkonversi sitosin yang tidak termetilasi menjadi urasil sedangkan sitosin yang termetilasi tetap menjadi sitosin. Primer myod-1 untuk megecek hasil perlakuan sodium bisuliit kemudian dilakukan teknik MSP dengan masing-masing Primer metilasi dan Primer tidak metisi. RNA yang didapatdi reverse rranscripiase menjadi cDNA kemudian di perlakukan bersama cDNA B-actin diperiksa dcngan Real Time PCR. Uji Mann- Whitney U dipakai untuk menguji hubungan antara gen WRN yang termetilasi dengan ekspresi mRNA dan uji Fisher untuk menguji hubungan antara gen WRN yang temietilasi dcngan data klinik meliputi usia penderita, hasil pemeriksaan lmmunohistokimia (ER, PR, IIer2, p53) dan TNM.
Hasil: Gen WRN yang termetilasi sebanyak 9 sampel dari 60 sampel (l5%). Ekspresi mRNA yang dapat dinilai datanya sebanyak 49 sampel dari 60 sampel (8 I ,67%) dan Rasio ekspresi WRN terhadap B-actin sekitar 0,00 hingga 27,75.
Kesimpulan: Tidak ada hubungan antara gen WRN yang tcrmetilasi dengan ekspresi mRNA dengan P = 0,61 dan tidak ada hubungan antara gen yang termetilasi dengan data klinik yang terdiri dari hasil pemeriksaan ER, PR, Her2, Triple negatif, p53, dan TNM, tapi ada hubungan yang signiiikan antara usia pcnderita yang muda (dibawah dan sama dcngan 40 tahun) dengan gen WRN yang termctilasi dengan P = 0,02.

Background: Epigenetic events including DNA methylation and histone modifications contribute to the cause of malignancy. Tumor suppressor genes belong to class of genes which may be subjected to DNA damage or modification. For instance, tumor suppressor gene may be inactivated by mutation, methylation and LOH ( Loss of heterozigosity), the WRN gene is an example of tumor suppressor gene. Mutated in the premature aging Werner syndrome, WRN gene is located on chromosome 8p 11.2-12. Futhermorc, L01-I in this genetic locus is found in a subset of early onset breast cancer patients. Recent report also indicated that WRN gene may be susceptible to methylation. These data suggest that WRN gene inactivation may lead to cancer.
Objective : This study aims to examine the characteristic of a methylation status of WRN gene in breast cancer patients at Dhamiais National Cancer Hospital and the relationship between WRN gene methylation with its mRNA expression.
Design: Analytical.
Methods: DNA and RNA were isolated from archieved frozen breast cancer tissue sample. DNA quality was checked by PCR amplification of Interferon gamma gene. To determine promoter methylation, DNA was treated with bisultite to distinguish methylated cytosine from unmethylatated ones. The quality of converted DNA was determined by amplification of Myod-1 locus with contain cytosine rich sequences that are susceptible to uracil conversion upon bisultite treatment. Subsequently, WRN methylation was determined using Methylation Specific PCR (MSP) using 2 set of primers recognizing either methylated or unmethylated WRN sequence. WRN expression was determined bythe level of cDNA upon conversion of total, RNA using reverse transcriptase. Expression of WR.N was calibrated to B-actin expression using Real-Time PCR and Pffafl method. Mann-Whitney U test was used to examine the relationship between WRN gene methylation and its mRNA expression. Fisher test was used to examine the relationship between WRN gene methylation status with clinical data include age, lmmunohistokimia test (ER,PR,I-ler2,p53) and TNM.
Results: WRN gene is methylated in nine samples out of 60 samples (I5%). mRNA expression data was assessed from 49 samples out of 60 samples only (8l,67%). Although there is a trend of mRNA silencing in methylated WRN gene, the relationship does not reach statistical significance. WRN expression ratio of B- actin around 0,00 to 27,75.
Conclusion: There is no relationship between the WRN gene methylation and mRNA expression, P = 0.61 and no relationship between the WRN gene methylated with clinical data that consists of ER, PR, Ht-:r2, Triple negative, p53, and TNM. Interestingly, WRN methylation was found more frequently in early onset breast cancer patients, P=0,02.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
T32357
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>