Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 215515 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fadelia Deby Subandi
"ABSTRAK
Bunuh diri telah menjadi masalah publik utama di kalangan remaja di seluruh dunia. Kebanyakan studi yang tersedia tentang kesepian dan bunuh diri adalah di antara sampel orang dewasa yang berpenghasilan tinggi negara. Penelitian ini bertujuan untuk menilai prevalensi dan juga memprediksi peran variabel kesepian, sosial-lingkungan, dan demografis untuk bunuh diri remaja ideasi dan percobaan bunuh diri dalam 12 bulan terakhir. Kami melakukan studi berbasis sekolah di antara siswa sekolah menengah yang tinggal di perkotaan Jakarta dikumpulkan secara acak bertingkat
teknik pengambilan sampel. Analisis regresi logistik digunakan untuk menganalisis data. Itu prevalensi ide bunuh diri dalam sampel kami adalah 8,1% (n = 43) dan prevalensi
percobaan bunuh diri adalah 5,5% (n = 29). Menjadi wanita dan kesepian akan meningkatkan risiko memiliki ide bunuh diri (masing-masing 2,2 kali lipat dan 1,2 kali lipat). Sementara itu saja kesepian meningkatkan kemungkinan melakukan upaya bunuh diri sebesar 1,2 kali lipat. Pelajaran ini juga menyoroti pentingnya mengidentifikasi remaja dengan masalah kesepian mencegah ide bunuh diri dan upaya. Bantuan psikologis lebih lanjut untuk remaja dengan kesepian harus disediakan

ABSTRACT
Suicide has become a major public problem among adolescents throughout the world. Most available studies on loneliness and suicide are among a sample of high-income adult countries. This study aims to assess the prevalence and also predict the role of loneliness, socio-environmental, and demographic variables for adolescent ideational suicide and suicide attempts in the last 12 months. We conducted a school-based study among high school students living in urban Jakarta collected by stratified random sampling
sampling technique. Logistic regression analysis is used to analyze data. The prevalence of suicide ideas in our sample was 8.1% (n = 43) and the prevalence
attempted suicide was 5.5% (n = 29). Being a woman and being lonely increases the risk of having suicidal ideation (2.2 times and 1.2 times, respectively). Meanwhile alone loneliness increases the likelihood of committing suicide by 1.2 times. This lesson also highlights the importance of identifying teens with lonely problems preventing suicide ideas and efforts. Further psychological assistance for adolescents with loneliness must be provided"
Lengkap +
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Alfianty Oetami
"Bunuh diri menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi pada remaja usia 15-19 tahun. Ide bunuh diri remaja muncul akibat berbagai faktor salah satunya adalah konflik orang tua destruktif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konflik orang tua dengan ide bunuh diri yang dipersepsikan remaja pada siswa sekolah menengah atas di Depok. Konflik orang tua diukur menggunakan instrumen Children’s Perception of Interparental Scale (CPIC). Desain penelitian ini adalah analitik korelatif cross-sectional terhadap 193 remaja usia 15-19 tahun di SMA Negeri 13 Depok yang dipilih menggunakan metode stratified random sampling.
Hasil uji korelasi spearman didapatkan ada hubungan bermakna antara persepsi terhadap konflik orang tua dengan ide bunuh diri pada siswa SMA di Depok (p<0,001). Semakin tinggi konflik orang tua yang dipersepsikan remaja, semakin tinggi ide bunuh diri yang muncul (r=0,416). Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan terutama keperawatan melalui program promotif dan preventif berfokus pada peningkatan status kesehatan jiwa keluarga dan remaja untuk mencegah munculnya ide bunuh diri pada remaja.

Suicide is one of the leading death causes in adolescents between 15-19 years old. Adolescents’ suicide ideation emerges due to several reasons, one of them is destructive interparental conflict. This study aims to determine the relationship between interparental conflict and suicide ideation perceived by adolescents in senior high school in Depok. The interparental conflict was measured by the Children's Perception of Interparental Scale (CPIC) instrument. The design of this study was correlative-analytic cross-sectional that was conducted on 193 respondents aged 15-19 years old at SMAN 13 Depok selected by stratified random sampling.
The analysis result using Spearman’s Rank Correlation test found that there is a significant relationship between the perception of interparental conflict and suicide ideation among adolescents in senior high school in Depok (p<0,001). In conclusion, as interparental conflict perceived by adolescents becomes higher and more intense, the higher adolescents to be put at risk for suicide ideation (r=0,416). The results of this study are expected to be useful to health services primarily nurses by improving mental health promotion programs that focus on family and adolescence to prevent suicide ideation among adolescents.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riski Vitria Ningsih
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan sense of community di sekolah dengan kesepian pada remaja di DKI Jakarta. Sebanyak 701 responden yang merupakan remaja SMA di DKI Jakarta berpartisipasi dalam penelitian ini dan telah dipilih berdasarkan multistage random sampling. Dalam melihat kedua hubungan varibel tersebut, digunakan alat ukur Sense of Community Index SCI-2 yang terdiri dari 24 item dan de Jong Loneliness Scale yang terdiri dari 6 item. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara sense of community di sekolah dengan kesepian pada remaja SMA di DKI Jakarta. Hubungan antara keduanya menunjukkan arah yang negatif, dimana semakin tinggi skor sense of community di sekolah diikuti dengan rendahnya skor kesepian pada remaja.

This study was conducted to examine the relationship of sense of community in schools and loneliness among high school adolescents in DKI Jakarta. A total of 701 respondents who are high school teenagers in DKI Jakarta partitioned in this study and selected through multistage random sampling technique. Sense of community was measured by The Sense of Community Index 2 SCI 2 consists of 24 items and loneliness was measured by de Jong Loneliness Scale consisting of 6 items. The results of this study indicate a significant relationship between the sense of community in school with loneliness among high school adolescents in DKI Jakarta. The relationship between the two variables shows negative direction, where the higher the score of the sense of community in school followed by the low score of loneliness in adolescents.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meulu Primananda
"ABSTRAK
Ide bunuh diri dan psikosis dini prodromal merupakan masalah kesehatan jiwa yang cukup sering ditemukan pada remaja SMA dan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor risiko yang ditemukan adalah keputusasaan, depresi, kecemasan, dan stres. Sedangkan untuk faktor perlindungan meliputi koping, dukungan sosial, dan harga diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor risiko dan faktor protektif terhadap ide bunuh diri dan psikosis dini prodromal pada remaja. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional cross sectional dan dilakukan pada 207 responden dengan mengisi kuesioner terkait ide bunuh diri, psikosis dini prodromal, faktor risiko, dan faktor proteksi. Ada hubungan antara semua faktor risiko dan faktor pelindung dipelajari dengan ide bunuh diri. Ada juga hubungan antara faktor risiko dan faktor protektif dipelajari dengan prodromal kecuali keputusasaan dan dukungan sosial. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk memberikan intervensi promotif dan preventif bagi remaja yang tidak bermasalah, serta memberikan intervensi kuratif dan rehabilitatif bagi remaja yang bermasalah dengan ide bunuh diri dan psikosis dini prodromal.
ABSTRACT
Suicidal ideation and early prodromal psychosis are mental health problems that are quite often found in high school adolescents and are influenced by various factors. The risk factors found were hopelessness, depression, anxiety, and stress. As for the protection factors include coping, social support, and self-esteem. This study aims to determine the relationship between risk factors and protective factors against suicidal ideation and early prodromal psychosis in adolescents. This study is a cross-sectional correlational descriptive study and was conducted on 207 respondents by filling out a questionnaire related to suicidal ideation, early prodromal psychosis, risk factors, and protection factors. There was an association between all the risk factors and protective factors studied with suicidal ideation. There is also an association between risk factors and protective factors studied with prodromal except hopelessness and social support. The results of this study can be used as consideration for providing promotive and preventive interventions for adolescents who do not have problems, as well as providing curative and rehabilitative interventions for adolescents who have problems with suicidal ideation and early prodromal psychosis."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devina Oktavia Rizqi Sekar Arum
"Masalah kesehatan mental yang sering ditemukan pada masa dewasa awal adalah ide bunuh diri. Munculnya masalah tersebut paling banyak terjadi pada rentang usia 18 – 23 tahun. Pada rentang usia tersebut, sebagian besar individu sedang memiliki status sebagai pelajar yang duduk di bangku perkuliahan. Faktor protektif yang dapat menurunkan tingkat ide bunuh diri pada mahasiswa adalah efikasi diri dan keeratan hubungan keluarga.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri dan keeratan hubungan keluarga dengan ide bunuh diri pada mahasiswa Universitas Indonesia khususnya pada program sarjana regular dan paralel. Desain penelitian analitik korelatif digunakan sebagai metode penelitian ini dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan pada 441 mahasiswa program sarjana. Data diambil dengan menggunakan empat bentuk kuesioner, yaitu kuesioner data demografi, General Self-Efficacy, Index Family Relation, dan Scale for Suicide Ideation.
Hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan yang bermakna antara efikasi diri dengan keeratan hubungan keluarga. Hubungan antara kedua faktor protektif tersebut memiliki hubungan dengan arah negatif terhadap ide bunuh diri. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pertimbangan dalam intervensi dan pengembangan program, khususnya pada bidang keperawatan, dalam menenurunkan ide bunuh diri pada mahasiswa serta meningkatkan faktor protektif pada mahasiswa seperti efikasi diri dan keeratan hubungan keluarga.

Suicidal ideation is mental health problems that most commonly found during the early adulthood. The emergence of the problem is most prevalent in the range of 18 and 23 years old. In that range, most individuals are currently in the status of university students.Protective factors which can reduce the level of suicidal ideation in university students are self efficacy and family relationship.
The purpose of this study was to determine the relationship between self-efficacy and family relationship with suicide ideation among students on Universitas Indonesia, especially students who attend on regular and parallel undergraduate program. Correlative analytical research design used as the research method with cross sectional approach and this study conducted on 441 undergraduates. Data were collected with four questionares: demographic data, General Self-Efficacy, Index Family Relation, and Scale for Suicide Ideation.
The results showed that there was a significant relationship between two protective factors with suicide ideation. The relationship between self-efficacy and family also has a relationship with a positive direction. The results of this study can be used as a basis consideration for intervention and program development, especially in nursing, to depress the idea of suicide and increase protective factors in students such as self-efficacy family relationships.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Florensa
"Bunuh diri pada remaja merupakan salah satu persoalan serius dalam kesehatan masyarakat saat ini. Data Global School based student Health Survey tahun 2015 terhadap remaja sekolah yang berusia 13-17 tahun di Indonesia menunjukkan bahwa 5% remaja memiliki ide bunuh diri, 6% sudah merencanakan bunuh diri dan 4% sudah melakukan usaha bunuh diri. Keputusan remaja untuk melakukan bunuh diri dipengaruhi oleh berbagai macam faktor risiko maupun faktor protektif yang merupakan faktor pencegah munculnya risiko bunuh diri pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengontrol faktor risiko dan meningkatkan faktor protektif terhadap risiko bunuh diri pada remaja dengan melibatkan peran serta perawat UKS, guru dan orang tua. Metode penelitian ini dibagi menjadi 3 tahap. Tahap pertama yaitu studi kualitatif dengan desain kualitatif deskriptif untuk mengetahui faktor protektif dan faktor risiko bunuh diri pada remaja. Partisipan pada tahap ini adalah remaja, guru, orang tua dan perawat UKS. Tahap ke dua adalah pengembangan model pencegahan risiko bunuh diri berbasis sekolah pada remaja. Pada tahap ke tiga dilakukan uji coba model dengan menggunakan pendekatan studi kuantitatif dengan desain quasy experiment dan rancangan penelitian pre and post with control group. Intervensi diberikan kepada 212 remaja. Hasil penelitian tahap satu ditemukan dua tema pada faktor protektif terhadap risiko bunuh diri yaitu faktor individu dan faktor sosial, dua tema pada faktor risiko risiko yaitu faktor individu dan sosial. Tahap dua diperoleh model pencegahan risiko bunuh diri berbasis sekolah pada remaja dan tahap tiga menunjukkan bahwa model meningkatkan mekanisme koping, dukungan sosial dan perilaku mencari bantuan serta menurunkan depresi dan ide bunuh diri pada remaja. Rekomendasi bagi pelayanan kesehatan disekolah bahwa model ini dapat diaplikasikan untuk pencegahan risiko bunuh diri di sekolah dengan melibatkan perawat UKS, guru, orang tua serta teman sebaya.

Suicide in adolescents is one of the serious problems in public health today. Data from the 2015 Global School based Student Health Survey on school adolescents aged 13-17 years in Indonesia showed that 5% of adolescents had suicidal ideation, 6% had planned suicide and 4% had attempted suicide. Adolescent's decision to commit suicide is influenced by various risk faktors and protective faktors which are faktors that prevent the emergence of suicide risk in adolescents. This study aims to control risk faktors and increase protective faktors against suicide risk in adolescents by involving the participation of school nurses, teachers and parents. This research method is divided into 3 stages. The first stage is a qualitative study with a descriptive qualitative design to determine the protective faktors and risk faktors for suicide in adolescents. Participants at this stage were teenagers, teachers, parents and UKS nurses. The second stage is the development of a school-based suicide risk prevention model in adolescents. In the third stage, a model trial was conducted using a quantitative study approach with a quasi-experimental design and a pre and post research design with a control group. The intervention was given to 212 adolescents. The results of the first phase of the study found two themes on protective faktors against suicide risk, namely individual faktors and social faktors, two themes on risk faktors, namely individual and social faktors. In the second stage, the model of school-based suicide risk prevention in adolescents showed that the model improved coping mechanisms, social support and help-seeking behavior and reduced depression and suicidal ideation in adolescents. Recommendations for health services in schools that this model can be applied to prevent the risk of suicide in schools by involving school nurses, teachers, parents and peers."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arrohman Prajitno
"Fokus penelitian ini ialah eksplorasi hubungan potensial antara percobaan bunuh diri di Jakarta pada tahun 1982/ 1983, dan diagnosis psikiatri dan faktor sosiokultural, Sistem Kesehatan Nasional 1982 dalam menyongsong tahun 2000 memperkirakan bahwa jumlah gangguan kesehatan jiwa rakyat Indonesia secara relatif lebih besar berkembang di bidang yang diakibatkan oleh tekanan hidup dengan akibat meningkatnya angka perilaku menyimpang, termasuk percobaan bunuh diri. Berdasarkan ulasan kepustakaan mengenai tindakan bunuh diri, ditinjau dari sejarah, agama, psikologi, sosiologi, patodinamika percobaan bunuh diri serta pengalaman pribadi penulis, diajukan permasalahan utama sebagai berikut. Apakah percobaan bunuh diri yang terjadi pada akhirakhir ini di Jakarta berhubungan dengan gangguan kesehatan (penyakit) jiwa dan faktor sosiokultural tertentu?
Metode penelitian iniadalah suatu studi kasus kelola dengan Cara menyelidiki kelompok pasien yang melakukan percobaan bunuh diri, kelompok pasien psikiatri yang tidak melakukannya, dan kelompok orang yang melakukan bunuh diri. Pada penelitian ini diuji sejumlah 17 hipotesis yang terdiri dari variabel utama diagnosis psikiatri menurut Sistem dan Evaluasi Multiaksial dan faktor-sosiokultural tertentu. Analisis statistik menggunakan tabel 2 x 2 untuk uji x2 risiko relatif dan kuatnya hubungan asosiasi Л(phi) dan Y (Yule). Sampel yang digunakan ialah sampel sengaja (purposive sample) dan sampel berlapis (stratified sample), yaitu wanita menikah yang berusia muda dengan tujuan agar diperoleh sampel yang spesifik untuk percobaan bunuh diri.
Hasil penelitian ini membuktikan terdapatnya asosiasi yang sangat bermakna (significant) (p <0,01) dan hubungan yang sangat kuat antara percobaan bunuh diri dan gangguan depresi, Gangguan dan Ciri Kepribadian Histrionik, Stres Psikososial yang berat, Fungsi Adaptif Tertinggi yang lumayan pada setahun terakhir, metode yang lunak, penyalahgunaan obat dan alkohol, faktor pencetus/stres kehidupan berupa masalah pernikahan, predileksi jenis kelamin (wanita) dan usia (16--30 tahun), status menikah, dan golongan etnik Cina. Di samping itu, terdapat asosiasi yang bermakna (p < 0,05) dan hubungan yang kuat antara PBD dan Gangguan dan Kondisi Fisik yang minimal, sikap keluarga yang tergolong menerima, dan bermukim kurang dari tiga tahun di Jakarta. Hipotesis yang ditolak ialah asosiasi antara percobaan bunuh diri_dan status sosial ekonomi yang rendah, komposisi keluarga, kepatuhan beragama yang kurang, dan aktivitas kemasyarakatan yang kurang. Pada analisis regresi berganda teruji urutan prediksi variabel Stres Psikososial yang berat, gangguan depresi, dan PungsI Adaptif Tertinggi Setahun Terakhir yang lumayan. Ternyata prediksi variabel Gangguan dan Ciri Kepribadian Histrionik dan golongan etnik Cina kurang menunjukkan peran yang nyata. Hasil yang lain ialah dapat dicatat sejumlah 1.337 pasien pada tahun 1982/1983 atau angka prevalensi 2,3/100.000 orang penduduk serta peta tindakan bunuh diri menurut kecamatannya. Secara ringkas, penemuan hasil penelitian ini ialah tentang patodinamika terjadinya, profit orang yang mempunyai risiko tinggi untuk melakukannya, dan informasi terbaru mengenai peristiwa percobaan bunuh diri di Jakarta.
Implikasi studi ini ialah bahwa karena asosiasi yang sangat bermakna antara diagnosis psikiatri dan percobaan bunuh diri, diperlukan evaluasi dan terapi di bidang psikiatri untuk semua pelaku percobaan bunuh diri. Pola penanggulangan percobaan bunuh diri dengan cara pendekatan Tlmu Kesehatan Jiwa Masyarakat berupa prevensi primer, sekunder, dan tersier (pastvention) disarankan agar dikembangkan. Penelitian ini mengundang penelitian-penelitian lain di bidang epidemiologi, perilaku destruksi diri yang lain, dan masalah lain seperti depresi, stres kehidupan, dan faktor sosiokultural lainnya yang diduga ada kaitannya dengan percobaan bunuh diri.

The focus of this research is the exploration of the potential relationship between attempted suicides in Jakarta in the year 1982/1983 and psychiatric diagnosis and sosiocultural factors. The National Health System of 1982 in its approach towards the year 2000 estimates that there will be a relarively larger increase in disturbances of mental health among the Indonesian people in the category caused by life stresses resulting in deviant behavior, including attempted suicide. Based on a literature review on suicidal act concerning history, religion, psychology, sociology and the pathodynamics of attempted suicide, and the author's personal observations, the main problem is formulated as follows: Are the recent attempted suicides in Jakarta connected with mental health disturbance (mental illness) and particular sociocultural factors?
The investigation method is the case-control study in which were examined one group of patients who attempted suicide, one group of psychiatric patients who did not, and a group of persons who committed suicide. In this study, 17 hypotheses were tested, involving such variables as certain psychiatric diagnosis according to the Multiaxial System and Evaluation and sociocultural factors. For statistical analysis the 2 X 2 table for testing X2, relative risk, and associative strength between Л (phi) and Y (Yule) were used. Samples used were purposive samples and stratified samples, i.e. married young women in order to obtain a specific sample for attempted suicide.
The results of this study show a highly significant (p {0,01) association and a very strong association between attempted suicide on the one hand - and on the other: depression and Histrionic Personality Disturbance and Traits, severe Psychosocial Stress, fair Highest Level of Adaptive Functioning Past Year, "soft" method, drug and alcohol abuse, life stress in the from of a marital discord as precipitating factor, predilection of the female sex aged 16--30, married status, and ethnic group (Chinese). Further, the results show a significant (p < 0.05) association and strong association between attempted 'suicide on the one hand - and on the other: Minimal Psysical Disturbance and Conditions, accepting attitude on the part of the family, and residence of less than 3 years in Jakarta. Hypotheses that remain unsupported are concerning an association between attempted suicides on the one hand - and on the other: low social and economic status, family structure, loose religious adherence, and insufficient social activity. Muliple regression analysis indicates that prominent predictors to lead a person for attempting suicide are severe Psychosocial Stress, depressive disorders, and fair Highest Level of Adaptive Functioning Past Year. On the other hand, Histrionic Personality Disorder or Trait and Chinese ethnicity are relatively less prominent predictors. Another result was that 1,337 patients were registered during 1982-1983, a prevalence of 2.3 per 100,000 city residents, and were entered on a map showing the distribution by district. In summary, the findings of this research throw light on the pathodynamics, provide a profile of persons at high risk of attempted suicide and the latest information on attempted suicide in Jakarta.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1984
D260
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khalis Al Ghifari
"ABSTRACT
Penelitian ini membahas mengenai keberfungsian keluarga sebagai prediktor terhadap ide bunuh diri pada remaja akhir. Keberfungsian keluarga menjadi faktor protektif maupun faktor risiko dari ide bunuh diri pada remaja akhir. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan jumlah partisipan sebanyak 496 individu, dengan rentang umur 18-22 tahun. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Positive and Negative Suicide Ideation Inventory PANSI untuk mengukur ide bunuh diri, dan Family Assesment Device FAD untuk mengukur persepsi individu mengenai keberfungsian keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberfungsian keluarga secara signifikan dapat memprediksi ide bunuh diri pada remaja akhir R=-0.487.

ABSTRACT
This research explaining about family functioning as a predictor of suicide ideation among late adolescents. Family functioning could become a protective and risk factor, for adolescents rsquo suicide ideation. This is a quantitative research that includes 496 participants, aged 18 22. The data were collected using Positive and Negative Suicide Ideation Inventory PANSI to measures suicide ideation, and Family Assesment Device FAD to measures individual perception of their family functioning. The result suggests that family functioning can significantly predict suicide ideation among late adolescents R 0.487."
Lengkap +
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Octaviani Indrasari Ranakusuma
"Studi ini bertujuan untuk melihat perbedaan pengaruh faktor individual dan faktor sosial terhadap rasa kesepian yang dialami oleh praremaja dan remaja korban peer victimization. Faktor individual terdiri dari set esteem dan temperamen. Empat faktor temperamen yang diukur dalam studi ini adalah surgency, effortful control, afliativeness dan negative affectivity. Faktor sosial terdiri dan penerimaan teman sebaya, kualitas persahabatan yang dimiliki, dan pola asuh orangtua. Subyek yang berpartisipasi dalam studi ini adalah murid kelas lima Sekolah Dasar dan kelas sembilan atau setara dengan kelas 3 Sekolah Menengah Pertama, yang menurut penilaian kelompok sebayanya mengalami viktimisasi atau kekerasan di lingkungan sekolah.
Analisa dengan menggunakan ree-resi memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh kedua faktor individual dan sosial pada praremaja dan remaja korban viktimisasi. Self-esteem yang termasuk faktor individual merupakan satu-satunya variabel yang mempengaruhi rasa kesepian pada praremaja. Analisa lebih lanjut pada kelompok praremaja memperlihatkan peran self-esteem sebagai mediator antara dua faktor dari temperamen yaitu of ortful control dan aitiativeness dengan rasa kesepian. Tidak terlihatnya pengaruh pola asuh orangtua terhadap rasa kesepian diuraikan berdasarkan sudut pandang statitistik pada bagian diskusi. Sumbangan variabel yang minimal (9%) terhadap variabilitas rasa kesepian pada praremaja mengindikasikan bahwa terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi rasa kesepian pada kelompok yang tidak diperhitungkan dalam studi.
Pada remaja korban viktirnisasi, surgency pada temperamen yang merupakan faktor individual, serta pain asuh yang welas asih (nurturing), dan kualitas persahabatan yang merupakan faktor sosial mempengaruhi secara negatif rasa kesepian. Dapat dikatakan remaja dengan faktor surgency yang tinggi, memiliki hubungan persahabatan yang memuaskan dirinya, serta memiliki orangtua yang welas asih, melaporkan rasa kesepian yang rendah walaupun is mengalami viktimisasi oleh kelompok sebayanya. Kualitas persahabatan yang memuaskan dimiliki oleh remaja yang memiliki negative affectivity yang rendah serta memiliki orangtua yang tidak punitif dalam berinteraksi dengan anak.
Walaupun terdapat perbedaan pengaruh faktor individual dan faktor sosial terhadap rasa kesepian antara kelompok remaja dan praremaja korban viktimisasi, namun analisa yang dilakukan secara bersamaan terhadap kedua kelompok ini memperlihatkan bahwa rasa kesepian hanya dialami oleh mereka yang merasakan dirinya sebagai korban (self-report victimization). Penilaian kelompok sebaya bahwa individu menjadi korban viktimisasi tidak mempengaruhi timbulnya rasa kesepian pada kedua kelompok
Hasil yang diperoleh dart studi ini mengindikasikan bahwa diperlukan programprogram pendidikan dan pelatihan untuk orangtua danl atau pendidik yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan (parenting skill) dan kesadaran (awareness) pentingnya pengaruh pola pengasuhan yang welas asih dari orangtua kepada anak terhadap kesejahteraan mental (psychological well-being) remaja yang akan menginjak masa dewasa. Dengan dukungan yang diperoleh dart orangtua dan sahabat, remaja tidak mengalami kesepian walaupun is mengalami viktimisasi."
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18621
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rumaisha Nabilah
"COVID-19 menyebabkan berkurangnya interaksi individu yang dapat memunculkan kesepian. Dengan demikian, kesepian perlu diatasi dengan welas diri yang telah ditemukan pengaruhnya terhadap kesepian pada penelitian terdahulu. Namun, pengaruh welas diri terhadap kesepian perlu diuji kembali dengan mengontrol variabel gender karena terdapat penelitian serupa yang menemukan adanya kemungkinan bias gender dalam hasil yang ditemukan terkait pengaruh welas diri terhadap kesepian. Meta analisis juga menunjukkan adanya hubungan gender dengan welas diri maupun kesepian. Penelitian ini dilakukan untuk menguji peran welas diri terhadap kesepian setelah mengontrol variabel gender pada dewasa muda Indonesia pada masa pandemi COVID-19. Penelitian kuantitatif ini melibatkan 474 partisipan dengan kriteria laki-laki atau wanita minimal berpendidikan lulusan SMA/sederajat berdomisili Indonesia dan berusia 20 hingga 40 tahun. Pengukuran kesepian dilakukan dengan alat ukur UCLA Loneliness Scale (version 3) oleh Russell (1996) dan pengukuran welas diri menggunakan alat ukur Self-Compassion Scale (Neff, 2003). Hasil penelitian menunjukkan bahwa welas diri secara umum memengaruhi kesepian secara negatif dan signifikan (b = -10,104, SE = 0,638, p = 0,000). Pengaruh negatif dan signifikan welas diri terhadap kesepian berkontribusi sebesar 34,3% setelah mengontrol variabel gender. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa makin tinggi tingkat welas diri yang dimiliki individu, akan makin rendah tingkat kesepian pada individu tersebut. Dengan demikian, penyebaran informasi terkait welas diri masih perlu dilakukan sebagai salah satu upaya mengurangi tingkat kesepian.

COVID-19 causes reduction in individual interactions which can lead to the feelings of loneliness. Thus, loneliness needs to be overcomed by self-compassion which has been found to have an effect on loneliness in previous studies. However, the effect of self-compassion on loneliness needs to be re-examined with addition of control for the gender variable due to a possible gender bias in the results that have been found in similar studies regarding the effect of self-compassion on loneliness. Meta-analysis also shows a gender relationship with self-compassion and loneliness This study was conducted to examine the role of self-compassion on loneliness after controlling for gender variables in young Indonesian adults during the COVID-19 pandemic. This quantitative study involved 474 participants with the criteria of being male or female, at least having a high school graduate/equivalent, domiciled in Indonesia and aged 20-40 years. Loneliness was measured using the UCLA Loneliness Scale (version 3) by Russell (1996) and self-compassion was measured using the Self-Compassion Scale (Neff, 2003). The results showed that self-compassion generally negatively and significantly affected loneliness (b = -10.104, SE = 0.638, p = 0.000). The negative and significant effect of self-compassion on loneliness contributed 34.3% after controlling for the gender variable. Based on these results, it can be concluded that the higher the level of self-compassion an individual has, the lower the level of loneliness in that individual will be. Thus, the socialization of information related to self-compassion still needs to be done as an effort to reduce the level of loneliness."
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>