Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177781 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muchammad Arief Gunawan
"Latar Belakang : Gangguan otot merupakan penyakit akibat kerja yang paling banyak terjadi di duni, dari data World Health Organization (WHO) pada tahun 2003 terdapat gangguan otot rangka mencapai 60% dari semua penyakit akibat kerja, di Indonesia menurut data dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2005 sebanyak 40,5% pekerja di Indonesia mempunyai keluhan nyeri otot. Pada pabrik pengolahan ikan PT X telah dilakukan survey awal pada 64 responen dan didapatkan 48% dari responden mengeluh nyeri tengkuk. Salah satu cara untuk mengurangi rasa nyeri adalah dengan melakukan peregangan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh peregangan terhadap penurunan dari nyeri tengkuk tersebut.
Metode : Studi analitik dengan desain Pre-Post Test. Membandingakan nilai nyeri dengan bantuan Visual Analog Scale (VAS) sebelum dilakukan peregangan dengan sesudah dilakukan peregangan sebanyak dua kali dalam sehari pada 5 hari dalam satu minggu dengan waktu penelitian selama 2 minggu.
Hasil : Didapatkanya nilai prevalensi nyeri tengkuk sebanyak 78.3% serta terdapat perbedaan bermakna dari nilai nyeri sebelum dilakukan peregangan ( VAS = 5 (3-6)) dengan nilai nyeri setelah dilakukan peregangan ( VAS = 2 (0-3)), tidak terdapat perubahan yang bermakan terhadap faktor individu baik umur, status gizi, pendidikan, kebiasaan olahraga, kebiasaan merokok dan faktor masa kerja.
Kesimpulan : Peregangan dapat menurunkan nilai nyeri tengkuk yang diukur berdasarkan Visual Analog Scale (VAS) dengan peregangan sebanyak 2 kali sehari selama 5 hari dalam 1 minggu selama 2 minggu.

Background: Muscle disorders are the most common occupational diseases in the world, from World Health Organization (WHO) data in 2003 there was musculoskeletal disorder reaching 60% of all occupational diseases, in Indonesia according to data from the Ministry of Health of the Republic of Indonesia in 2005 as many as 40.5% of workers in Indonesia have complaints of muscle pain. In PT X fish processing factory has been conducted initial survey on 64 respondents and found 48% of the respondents complained of neck pain. One way to reduce pain is to doing a stretching. This study aims to see the effect of stretching on the decrease of the neck pain.
Methods: Analytic studies with Pre-Post Test design. Analyze the value of pain with the help of Visual Analog Scale (VAS) before stretching compare to after stretching twice a day for 5 days in a week with a 2-week research period.
Result: The prevalence value of cervical pain was 78.3% and there was significant difference of pain value before stretching (VAS = 5 (3-6)) with pain value after stretching (VAS = 2 (0-3)), no change which are related to individual factors in terms of age, nutritional status, education, exercise habits, smoking habits and work-time factors.
Conclusion: By stretching 2 times daily for 5 days in 1 week for 2 weeks can decrease the value of neck pain measured by Visual Analog Scale (VAS).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Triandana Budi Wisesa
"Latar Belakang: Operator crane merupakan pekerjaan yang memiliki resiko tinggi mengalami gangguan muskuloskeletal. Studi epidemiologi yang dilakukan oleh Kuswaha et al menunjukkan bahwa dari 90% operator crane, 63% mengalami nyeri leher.1 Operator crane melakukan sebagian besar aktivitas kerja mereka dengan postur tubuh yang janggal pada leher, bahu dan punggung. Prevalensi nyeri leher yang tinggi dikaitkan dengan derajat fleksi leher yang tinggi serta postur statis dan janggal saat duduk. Postur membungkuk yang terus menerus dapat menyebabkan ketegangan dan tekanan pada jaringan lunak di sekitar tulang belakang. 2 Bekerja mengoperasikan crane dalam posisi duduk statis dan membungkuk ke bawah dan dalam waktu yang lama merupakan bagian dari tuntutan pekerjaan yang tidak dapat diubah secara teknis, sehingga perlu dilakukan kontrol, salah satunya dengan program peregangan. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan apakah peregangan yang dilakukan dalam waktu dua minggu (lebih singkat dari studi referensi) mampu menurunkan nilai VAS nyeri leher pada operator crane, serta untuk mengetahui berapa nilai penurunan VAS tersebut. pengukuran sebelum peregangan dan setelah peregangan.
Metode: Studi analitik dengan desain within group experiment with repeated measurement. Dilakukan terhadap 25 orang responden yang dipilih secara consecutive sampling dengan mempertimbangkan kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Penelitian dilakukan dengan pemberian edukasi gerakan peregangan yang dilakukan dalam durasi sekitar lima menit, dilakukan dua kali dalam sehari yaitu sebelum dan setelah bekerja, dilakukan lima hari dalam satu minggu, selama dua minggu. Kemudian dilakukan pengukuran nilai Visual Analog Scale (VAS) sebelum dilakukan peregangan dengan sesudah dilakukan 5 hari peregangan dan 10 hari peregangan.
Hasil: Didapatkanya nilai prevalensi nyeri tengkuk sebanyak 39,6% serta terdapat penurunan signifikan dari nilai nyeri sebelum dilakukan peregangan (VAS = 5 (3-7)) dengan nilai nyeri setelah dilakukan peregangan (VAS = 3 (1-5)) dengan nilai p<0,01 dari uji wilcoxon. Tidak didapatkannya perubahan yang bermakna terhadap faktor individu yang dinilai, baik berdasarkan variabel umur, status gizi, kebiasaan olahraga, dan kebiasaan merokok.
Kesimpulan: Peregangan otot dapat menurunkan nilai nyeri tengkuk leher pada subjek penelitian operator crane, yang diukur berdasarkan Visual Analogue Scale (VAS) dengan intervensi peregangan dilakukan  selama 2 minggu.      

Background: Working to operate a crane in a sitting position for a long time with the back and neck bent is considered to be associated with an increased risk of neck and back pain disorders in crane operators, and is part of the job demands that cannot be changed technically. It is necessary to control the incidence of neck pain in crane operators, one of which is by stretching. The purpose of this study was to prove whether stretching that was carried out within two weeks (shorter than the reference study) was able to reduce the VAS value in neck pain in crane operators.
Methods: This study used an analytical study in the form of within group experiment with repeated measurement design. This research was conducted at the X container terminal located in North Sumatra, carried out when there were still social restrictions on the Covid-19 pandemic in October 2020. This study involved 25 respondents, who were obtained through consecutive sampling. Interventions were carried out by providing education for the McKenzie stretching movements which were about five minutes duration, twice a day, before and after work, for five days a week, in two weeks. Then the Visual Analog Scale (VAS) value was measured before stretching, 5 days of stretching and 10 days of stretching. The stretching and VAS measurement activities were monitored by the company doctor as well as the research team whose perceptions were matched.
Results: The prevalence value of neck pain was 39,6% and there was a statistically significant decrease in VAS levels from VAS = 5 (3-7) before stretching to VAS = 3 (1-5) after stretching for 2 weeks with p values 0.000. There were no significant changes in individual factors that could potentially be confounding factors, such as age, nutritional status, exercise habits, and smoking habits during the experiment.
Conclusion: Muscle stretching can reduce the value of neck pain in crane operator research subjects, which was measured based on the Visual Analog Scale (VAS) with stretching interventions carried out for 2 weeks.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eni Dwi Astuti
"Latar Belakang Pekerja emping bekerja dengan postur menunduk selama waktu kerja yang dapat menyebabkan nyeri tengkuk. Untuk merencanakan tempat kerja yang ergonomis diperlukan ukuran tinggi meja dan kursi yang sesuai. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kesesuaian tinggi meja dan kursi dengan tinggi siku duduk serta poplitea terhadap penurunan skala nyeri tengkuk.
Metode Penelitian menggunakan desain eksperimen one group pre-post. Skala nyeri tengkuk diukur meggunakan Visual Analog Scale. Intervensi yang dilakukan adalah penyesuaian tinggi meja dan kursi dengan tinggi siku duduk serta poplitea selama 14 hari. Kemudian dilakukan uji T berpasangan untuk rerata beda skala nyeri tengkuk pre dan post intervensi. Terhadap variabel bebas dilakukan uji bivariat terhadap perubahan skala nyeri tengkuk yang dilanjutkan uji multivariat.
Hasil Besar sampel penelitian 31 orang dan didapatkan prevalensi nyeri tengkuk sebelum intervensi 82%. Hipotesis terbukti yakni terdapat perbedaan yang bermakna antara rerata skala nyeri tengkuk sebelum dibandingkan sesudah penyesuaian meja dan kursi kerja selama 14 hari dengan nilai p=0,000, 95%CI=3,35-4,13.
Kesimpulan Kesesuaian tinggi meja dan kursi kerja dengan tinggi siku duduk serta poplitea mempunyai hubungan yang bermakna terhadap penurunan skala nyeri tengkuk dengan masa intervensi selama empat belas hari.

Background: Emping chips labors work in bent body posture may cause neck pain. Designing ergonomically workplace require compatible table and chair height. The objective of this research to understand the effect of table and chair heightadjustment with elbow sitting height and popliteal against changing scale of neck pain.
Research Methodology: The research used experimental design with one group pre-post method. Neck pain scale was measured with Visual Analog Scale. Purposely intervention was adjustment in table and chair height with elbow sitting height and popliteal within 14 (fourteen) days observation. Subsequently, paired T-test was performed to measure mean difference between pre and post intervention against neck pain scale. Uncontrolled variable was examined with bivariate testing toward changing scale of neck pain that continued with multivariate testing.
Result: Subject of the study were 31 employees, and the prevalence neck pain before intervention was 82%. Statistically proven that there was significant difference of mean scale of neck pain between pre and post intervention in adjustment of table and chair height during 14 (fourteen) days observation with p-value = 0.000 and 95% CI= 3.35 - 4.13.
Conclusion: There was significant effect of table and chair height adjustment with elbow sitting height and popliteal against reduction of neck pain scale during 14 (fourteen) days observation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Iryana
"Latar Belakang. Nyeri tengkuk merupakan keluhan yang sangat umum, dimana 70% populasi pekerja pernah mengalami nyeri tengkuk.Para pekerja penjahit yang bekerja dengan posisi duduk menunduk banyak yang mengeluhkan nyeri tengkuk.Untuk mengatasi keluhan nyeri tengkukkarena kekakuanotot salah satunya dapat dengan menggunakan latihan peregangan.
Tujuan. Menilai pengaruh latihan peregangan dan penyuluhanterhadap berkurangnya keluhan nyeri tengkuk dibandingkan pemberian penyuluhan saja pada pekerja penjahit diUsaha Mikro, Kecil, danMenengah (UMKM) pembuatan boneka di Bogor.
Metode. Penelitian ini merupakan penelitian uji non randomized control trial yang dilakukan dengan intervensi latihan peregangan dan penyuluhan. Pengumpulan data meliputi wawancara, pengisian kuesioner, pemeriksaan fisik umum dan pemeriksaan spesifik tengkuk serta pemeriksaan intensitas nyeri dengan Visual Analog Scale (VAS).
Hasil. Dari 42 subyek penelitian yang terdiri dari 21 subyek pada kelompok kontrol yang mendapatkan penyuluhan saja dan 21 subyek pada kelompok intervensi dengan latihan peregangan dan penyuluhan didapatkan hasil ada perbedaan bermaknapada nilai VAS setelah intervensi. Penurunan nilai VAS pada kelompok intervensi yang lebih besardengan rerata 1,904 + 1,578 di bandingkan dengan kelompok kontrol 0,476 + 1,986. Pada perbedaan nilai VAS pagi sebelum bekerja, nilai VAS siang pada waktu istirahat dan Nilai VAS sore setelah bekerja ada perbedaan bermakna. Pada analisis multivariat pengaruh intervensi dan masa kerja mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap penurunan nilai VAS.
Kesimpulan. Latihan peregangan otot yang dilakukan selama 5-10 menit sebanyak 3 kali sehari selama 2 minggu dan secara teratur dapat mengurangi intensitas nyeri tengkuk.

Background : Neck pain is a very common complaint, where 70% of the working population had experienced neck pain. Seamstresses who work in a bow sitting position have the most complain of neck pain.To reliefthe neck pain problemdue to muscle tightness the option of stretching exercises can be used.
Purpose: To assess the effectiveness of stretching exercises witheducation to the reduction of neck pain complaints, compared with educationonly among seamstresses at Small, Medium Enteprise (SME)dolls in Bogor.
Methods : This study is a non-randomized control trial involving stretching exercises and education interventions. Data collection includes interviews, questionnaires, physical examination, specific inspection of neck and examination of neck pain intensity using Visual Analog Scale (VAS).
Results : Of the 42 study subjects consisting of 21 subjects in the control group who received education only and 21 subjects in the group intervention with stretching exercises and education showedthere is a significant difference in VAS score after intervention. Decreasing VAS value in the intervention group were greater with average value 1,904+1,578 compare with control group 0,476+1,986. On the difference in VAS morning before work, during the VAS value at rest and VAS Value evening after working there were significant differences. In the multivariate analysis the influence of the working groups and a has a significant influence onthe VAS value.
Conclusion : Stretching exercices are done for 5-10 minute of three time a day for 2 weeks regularly can reduce neck pain intensiti.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid Prima Oktarina
"Latar belakang: Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan masalah kesehatan kerja yang dilaporkan sebagai alasan umum ketidakhadiran operator dump truck di Industri Pertambangan PT.X. Operator alat berat memiliki risiko untuk terjadi NPB karena aktivitas pekerjaan. Sementara latihan peregangan membantu mencegah NPB dengan meningkatkan fleksibilitas neuromuskuler dan mengurangi rasa nyeri. Manfaat latihan peregangan untuk operator alat berat khususnya dump truck belum banyak diteliti dan perlu dilakukan intervensi berupa latihan peregangan terhadap operator dump truck yang mengalami NPB.
Tujuan: Mengetahui efek latihan peregangan saat bertugas terhadap NPB pada operator dump truck di industri pertambangan PT.X
Metode: Penelitian quasi experiment dengan pendekatan control group pretest-posttest melibatkan 76 operator yang mengalami NPB, masing-masing 38 operator dipilih secara purposive sampling untuk kelompok kontrol dan intervensi. Kelompok kontrol hanya menerima video edukasi pencegahan NPB dan kelompok intervensi menerima intervensi standar dan Latihan Peregangan Punggung Bawah. Penelitian dilakukan selama 4 minggu. Tingkat nyeri dan fleksibilitas diukur setiap minggunya. Tingkat nyeri dan fleksibilitas punggung bawah dinilai dengan Numeric Rating Scale (NRS) dan V-Sit and Reach Test. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis univariat, bivariat, dan general linear model (GLM).
Hasil Penelitian: Selama latihan peregangan, terdapat penurunan signifikan tingkat nyeri dan peningkatan fleksibilitas setiap minggunya. Pada akhir intervensi, terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat nyeri punggung bawah dan fleksibilitas pada kelompok kontrol dan intervensi (p<0,001). Tidak ada hubungan signifikan antara penurunan nyeri dan peningkatan fleksibilitas selama latihan peregangan.
Kesimpulan: Latihan peregangan punggung bawah secara signifikan dapat mengurangi tingkat nyeri dan meningkatkan fleksibilitas pada NPB. Latihan peregangan ini dapat digunakan sebagai salah satu program latihan peregangan di tempat kerja untuk pencegahan NPB. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh latihan peregangan pada operator alat berat lainnya.

Background : Lower Back Pain (LBP) is an occupational health problem that is reported as a common reason for the absence of dump truck operators in the mining industry of PT.X. Heavy Eequipment Vehicle (HEV) operators are at risk for LPB due to work activities. Stretching exercises help prevent LBP by increasing neuromuscular flexibility and reducing pain. The benefits of stretching exercises for HEV operators, especially dump trucks, haven’t been studied yet and interventions need to be carried out regarding the effects of stretching exercises on dump truck operators who experience LBP
Purpose: Determine the effect of stretching exercises especially pain level and flexibility in lower back while on duty towards low back pain in dump truck operators at the coal mining industry PT.X.
Methods: A nonrandomized controlled trial with a pretest-posttest control group approach involved 76 dump truck operators who experienced LBP, each of which 38 operators were selected by purposive sampling for the control and intervention groups. The control group only received LBP prevention education videos and the intervention group received standard intervention and Lower Back Stretching Exercises. This study were performed for 4 weeks. Pain and flexibility levels were measured at the start of the program, weekly, until the end of the program. Low back pain and flexibility were assessed using the Numeric Rating Scale (NRS) and the V-Sit and Reach (VSR) test. The data obtained were analyzed using univariate, bivariate, and general linear models (GLM).
Results: During stretching exercises, there was a significant reduction in pain levels and a significant increase in flexibility each week. At the end of the intervention, there was a significant difference between the level of pain and flexibility on LBP in the control and intervention groups (p<0.001). There is no significant relationship between reduced pain and increased flexibility during stretching exercises.
Conclusion: Lower back stretching exercises can significantly reduce pain levels and increase flexibility in LBP. This stretching exercise can be used as one of the stretching programs at work for the prevention of LBP. Further research is needed on the effect of stretching exercises on other heavy equipment operators.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Dariana
"Pabrik sepatu merupakan suatu industri pengolahan yang pekerjanya hampir seluruhnya wanita dimana pekerja di bagian stitching athletic bekerja dengan kepala menunduk menghadap mesin kerja. Pada saat kepala maju kedepan diperlukan kekuatan untuk keseimbangan kepala dan bila ini berlangsung lama akan timbul kelelahan otot yang berakibat nyeri. Oleh karena itu dilakukan penelitian ini dengan tujuan mengetahui prevalensi serta faktor-faktor yang berhubungan dengan nyeri tengkuk.
Disain penelitian adalah penelitian potong lintang dengan jumlah sample 251 yang diambil secara random sampling. Data penelitian didapat dari data medical check up, anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan nyeri tekan pada daerah sub occipital, tes kompresi menurut Lhermittet, dan pengukuran-pengukuran antara lain pengukuran sudut fleksi leher menggunakan flexible curve, antopometri, tinggi meja dan penerangan.
Hasil penelitian:
Didapatkan prevalensi nyeri tengkuk sebesar 55.4%. Faktor-faktor yang berhubungan dengan nyeri tengkuk adalah umur (p = 0.006) dan fleksi leher (p = 0.000). Faktor yang paling berperan adalah fleksi leher (p = 0.000. OR - 4.58).
Kesimpulan:
Dari penelitian ini secara statistik terbukti bahwa fleksi leher berhubungan dengan timbulnya nyeri tengkuk dimana pada fleksi ≥ 20° mempunyai risiko 4.58 kali lebih besar dari pada fleksi < 20°. Perlu adanya penyuluhan atau pelatihan bagi pekerja tentang cara kerja yang ergonomis dan gerakan-gerakan senam ringan untuk mengurangi keluhan nyeri tengkuk. Oleh karena itu untuk mencegah dan mengurangi prevalensi nyeri tengkuk perlu pemahaman dan kerjasama yang baik dari manajemen, pekerja, perawat dan dokter perusahaan serta instansi terkait.
Relation between Neck Flexion and Neck Pain in Woman Workers of Stitching Athletic Division, Shoe Factory in Tangerang
The shoe factory is a manufactory industry where most workers are women. The workers from stitching athletic division usually work with bowing forward. If the head is bent forward muscle strength is needed to maintain the position. In long period this condition leads to muscle fatigue including neck pain. Based on above situation, the research is carried out to assess the prevalence and factors influencing neck pain.
Design research is cross sectional study with amount of 251 samples and randomly selected. The research data are compiled from medical check-up, anamnesis, physical examination, pain pressure examination on sub occipital area , compression test according Lhermitte and other measurements, such as : angle measurement of neck flexion using flexible curve, anthropometry, high' of table and lighting.
Result:
Prevalence of neck pain 55.4%. The neck pain is associated with age (p = 0.006) and neck flexion (p=0.000). The neck flexion is a main factor to deal with the neck pain.
Conclusion:
The research shows that neck pain is statistically associated with neck flexion where neck flexion > 20° has 4.58 greater risks than neck flexion ≤ 20°. Training and counseling on ergonomics of work ethic and light relaxation are needed by the workers in order to reduce neck pain. Awareness and collaboration among management, workers, nurses, company doctors and integrated sector is essential aspect to prevent and minimize prevalence of neck pain of employees.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T11287
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rama Devarie Likumahwa
"Nyeri tungkai bawah adalah salah satu keluhan muskuloskeletal yang sering dialami para penjahit industri garmen UMKM. Menurut penelitian- penelitian yang sudah ada sebelumnya, diketahui bahwa baik stretching ataupun mini-break mampu mengurangi keluhan muskuloskeletal pada pekerja, namun belum pernah ada yang meneliti efektivitas kedua intervensi tersebut pada penjahit industri garmen. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Experimental, dan menggunakan desain two-group pre test-post test. Penelitian ini melibatkan 70 orang subyek penelitian, yang terbagi menjadi 33 orang pada ruang kerja 1, dan 37 orang pada ruang kerja 2. Sebelum diberikan intervensi, terlebih dahulu diambil skor VAS pre- intervensi dari seluruh subyek penelitian, kemudian para subyek mengikuti program intervensi sesuai ruang kerjanya, dimana pada ruang kerja 1 akan diberikan intervensi stretching, dan ruang kerja 2 akan diberikan intervensi mini- break. Kedua intervensi dilaksanakan oleh subyek penelitian selama 2 minggu. Setelah pemberian intervensi, akan dilakukan kembali pengukuran nilai VAS post- intervensi untuk menilai efektivitas dari program intervensi yang telah diberikan. Data-data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan uji statistik untuk menilai perbandingan efektivitas kedua kelompok intervensi. Hasil: Terdapat nilai median  selisih VAS pre- post intervensi sebesar 4 pada kelompok stretching, dan nilai median selisih VAS sebesar 2 pada kelompok mini- break. Dari hasil analisis perbedaan penurunan nyeri tungkai bawah antara kelompok intervensi stretching dan kelompok intervensi mini- break diperoleh hasil nilai p <0,001, yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara nilai median selisih VAS kelompok stretching dan selisih VAS kelompok mini- break yang signifikan secara statistik. Kesimpulan:  Terdapat penurunan nyeri tungkai bawah setelah pemberian program stretching ataupun pemberian mini- break, namun begitu, efek pengurangan nyeri setelah pemberian stretching lebih baik dibandingkan dengan pemberian mini-break

Lower leg pain is one of the musculoskeletal problem that often felt by a sewing worker of a MSME (Micro, Small, and Medium Enterprises) garment industries. According to previous research, it is known that either stretching or mini- break were able to reduce musculoskeletal problem in workers, but there has never been any research about the effectiveness of both interventions in reducing pain, specifically in lower leg in a sewing worker of a garment industry. Methods: Quasi experimental studies was applied, and using a two group pre test- post test design. This research involved 70 subjects, that was divided into 33 persons in workroom 1, and 37 persons in workroom 2. Before intervention was given to subjects, a pre- intervention VAS were collected first, then subjects followed the intervention program, correspond to their workroom. Stretching intervention was given to subjects in workroom 1, and mini- break intervention was given to subjects in workroom 2. Both intervention were given to the subjects for 2 weeks. After the intervention has been given, the post- intervention VAS was measured to assess the effectiveness of the given interventions. Collected datas will be analyzed using a statistical test to assess the comparison of effectiveness within the intervention groups. Result: From this research, a VAS differences median score of 4 at stretching group, and VAS differences median score of 2 at mini-break group were found. From the analysis of lower leg pain reduction comparison between stretching group and mini- break group, we found a p score <0,001, which means there was a statistically significant difference between VAS difference median score of stretching group and VAS difference median score of mini- break group. Conclusion: There were reduction of lower leg pain after stretching or mini- break programs were given, however, the effect of pain reduction after stretching program was better than mini- break."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galuh Rahmayani
"ABSTRAK
Pekerja pembuat cincin akik memiliki potensi memiliki gangguan muskulosceletal disorder terkait dengan aktivitas pekerjaan dan postur tubuh selama bekerja. Umumnya, pekerja dengan posisi menunduk melebihi 200 berisiko terhadap kejadian nyeri leher. Survey pendahuluan pada 28 orang pekerja, ditemukan 15 orang dengan keluhan nyeri leher,untuk itulah dilakukan penilaian terhadap risiko ergonomi dengan melihat terjadinya perubahan insiden nyeri leher pada pekerja yang bekerja 4 jam pertama dan 4 jam kedua yang diselingi waktu istirahat.
Tujuan penelitian menilai pengaruh tingkat risiko ergonomi sikap kerja berdasarkan RULA dan faktor ? faktor lainnya dengan nyeri leher pada pekerja industri pembuat cincin.
Metode penelitian cohort prospektif dengan observasi 8 jam kerja pada 40 subyek penelitian dengan 20 kelompok terpapar (yang memiliki skor RULA tinggi) dan 20 kelompok kontrol (yang memiliki skor RULA rendah-sedang).Pengumpulan data dengan observasi skor Rapid Upper Limb Assesment (RULA) beberapa hari sebelumnya, pengisian kuesioner, pemeriksaan spesifik leher serta pemeriksaan intensitas nyeri dengan Visual Analog Scale (VAS).
Didapatkan hasil bahwa tingkat risiko ergonomi leher tinggi memiliki risiko 3,93 kali dibandingkan tingkat risiko ergonomi leher rendah terhadap kejadian nyeri leher (RR 3,93 ; Cl95% 1,66-9,3 ), dan tingkat risiko ergonomi punggung tinggi mempunyai risiko 5,25 kali dibandingkan tingkat risiko ergonomi punggung rendah terhadap kejadian nyeri leher, (RR 5,25; Cl95% 1,93-14,25 ).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya pengaruh antara tingkat risiko ergonomi sikap kerja berdasarkan RULA dengan nyeri leher pada pekerja industri pembuat cincin.

ABSTRACT
The Agate Ring Maker Workers has a potential that can cause health problems such muskulosceletal disorder associated with the activity of work and posture during work. In general, employees working in a sitting position without backrest down or stand down in excess of 200 is at risk of incidence of neck and shoulder pain. At the preliminary survey, from 28 workers, found 15 people with complaints of neck pain. For this reason, it should be made an assessment of ergonomic risk to see the incidence of neck pain in workers who worked the first 4 hours and 4 hours interspersed second rest period.
Purpose to assess the effect of the level of ergonomic working risk based on Asessment of RULA and other factors with neck pain at the agate ring maker industrial workers .
This methode is a prospective cohort study with observation of 8 hours of the 40 study subjects consisting of 20 subjects in the exposed group (which has a high score of RULA) and 20 subject in the controls group (which has low-moderate score of RULA) Data collection includes observation of score Rapid Upper Limb Assessment (RULA) a few days earlier, questionnaires, specific inspection of neck and examination of neck pain intensity using Visual Analog Scale (VAS).
The result showed that the high awkward posture of the neck are at risk 3,93 times than the low awkward posture of the incidence of neck pain (RR 3,93 Cl95% 1,66-9,3 ), and high awkward postures of the back are at risk 5,25 times compared low awkward posture on the incidence of neck pain (RR 5,25; Cl95% 1,93-14,25).
It has influence of the level of ergonomic working posture risk based on Assessment of RULA working with neck pain at the agate ring maker industrial workers.
"
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nelmi Silvia
"Latar Belakang: Pekerja kantor dengan komputer berisiko untuk mengalami nyeri leher dan bahu. Bila nyeri leher dan bahu ini tidak ditangani dengan baik akan dapat mengganggu aktivitas pekerja baik di tempat kerja maupun di luar pekerjaan. Oleh karena itu diperlukan suatu penanganan yang tepat pada kasus nyeri leher dan bahu ini. Laporan ini dibuat untuk memperoleh bukti apakah latihan leher dan bahu efektif dalam mengurangi nyeri leher dan bahu pada pekerja kantor dengan komputer.
Metode: Pencarian literatur dilakukan secara online dengan menggunakan database Pubmed dan Cohrane library. Judul dan abstrak yang didapatkan kemudian ditapis berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Telaah kritis dilakukan dengan menggunakan kriteria oleh Center-for Evidence Based Medicine, University of Oxford yang mencakup validity, importance dan applicability.
Hasil: Didapatkan enam artikel yang relevan. Semua studi merupakan randomized controlled trial. Secara keseluruhan semua studi cukup valid, walaupun ada studi yang memiliki angka drop-out yang tinggi. Dari enam studi, aspek importance hanya dapat dinilai pada tiga studi karena tidak diketahui berapa effect size pada tiga studi lainnya. Pada tiga studi yang dapat dinilai aspek importance, walaupun ada hasil yang menunjukkan efek perbaikan yang bermakna secara statistik, namun efeknya secara klinis hanya minimal sampai sedang. Oleh karena tingkat kepentingannya yang rendah, maka tidak dilanjutkan lagi penilaian applicability.
Kesimpulan: Belum ditemukan bukti yang cukup kuat bahwa latihan leher dan bahu efektif dalam mengurangi nyeri leher dan bahu pada pekerja kantor dengan komputer. Oleh karena itu kita belum dapat menyarankan latihan leher dan bahu ini sebagai terapi untuk mengurangi nyeri leher dan bahu pada pekerja kantor dengan komputer.

Background: Computer office workers are at risk to have neck and shoulder pain. If neck and shoulder pain is not controlled properly, it can disrupt the worker?s activities both at work and outside work. Therefore proper treatment is needed for neck and shoulder pain. This report aims to obtain evidence whether neck and shoulder training is effective in reducing neck and shoulder pain among computer office workers.
Method: A literature search was conducted online using database of Pubmed and Cochrane library. Titles and abstracts were obtained and then screened based on inclusion and exclusion criteria. Critical appraisal was conducted using criteria by Center-for Evidence Based Medicine, University of Oxford include validity, importance and applicability.
Results: Six articles were found to be relevant. All studies are randomized controlled trials. Overall, all studies are quite valid although there are studies which have high drop-out rate. From six studies, aspect of importance only can be assessed in three studies because the effect size in three other studies was unknown. In the three studies where aspect of importance could be assessed, although there are outcomes that were statistically significant, the clinically improvement were only minimal to moderate. Because the level of importance is low, assesment of applicability was not conducted.
Conclusion: No sufficient evidence was found that neck and shoulder training is effective in reducing neck and shoulder pain among computer office workers. Therefore neck and shoulder training as therapy for reducing neck and shoulder pain among computer office workers can not be recommended.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T58659
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rohmani
"ABSTRAK
Nyeri akut merupakan masalah utama yang dialami pasien post hemoroidektomi yang terpasang tampon. Penatalaksanaan nyeri yang tepat diperlukan untuk mengurangi respon nyeri. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui pengaruh kompres dingin di tengkuk pada pasien post hemoroidektomi yang terpasang tampon. Desain penelitian ini menggunakan quasi experiment dengan non-equivalent pretest-post tes with control group, pengambilan sampel menggunakan concecutive sampling. Jumlah sampel yaitu 32 responden (16 orang kelompok intervensi dan 16 orang kelompok kontrol). Nyeri diukur dengan numeric rating scale (NRS). Uji statistik menggunakan uji nonparametrik wilcoxon test. Hasilnya adalah ada pengaruh signifikan kompres dingin di leher belakang terhadap penurunan nyeri pasien post hemoroidektomi yang terpasang tampon (p value=0,0001; alpha=0,05). Hasil penelitian ini dapat direkomendasikan untuk diterapkan sebagai upaya mengurangi nyeri post hemoroidektomi yang terpasang tampon.

ABSTRACT
Post haemorrhoidectomy patients who are applied tamponade dressing will have major problem of acute pain. Appropriate pain management was needed to reduce the pain response. The aim of this research was to know the effect of cold compress on the back of the neck in after surgery haemorrhoidectomy patient with tamponade dressing. The design of this study used quasi experiment with nonequivalent pretest-post test with control group, sampling used concecutive sampling. Total of sample were 32 respondents (16 intervention and 16 control group). Pain was measured by numeric rating scale (NRS). Statistical test used nonparametric test of wilcoxon. The result showed that there was a significant effect of cold compress on the back of neck to reduction of after surgery haemorrhoidectomy patients with tamponade pain (p value = 0.0001; α=0.05). This study can be recommended as an intervention to reduce pain post haemorrhoidectomy tamponade dressing."
2017
T48880
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>