Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 117031 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nur Hadiyazid Rachmad
"ABSTRAK
Rendahnya kesadaran masyarakat dalam membuang sampah pada tempatnya dan bahayanyamembuang sampah di sungai merupakan masalah yang paling serius di kalangan masyarakatDesa Pamagersari. Pemukiman masyarakat yang semakin padat dapat mengurangi lahan untukpenanaman pohon, sehingga hal tersebut dapat mengurangi resapan air hujan, sumur yang kering,timbulnya banjir bandang serta menyebabkan pemukiman warga menjadi kering dan gersang.Oleh karena itu kami memiliki program kerja yaitu pengadaan tong sampah dan budidaya tanamansengon dengan tujuan meningkatkan kesadaran masyarakat terkait masih banyaknyamasyarakat yang membuang sampah disungai. Untuk merealisasikan tujuan programkerja kami, kami memberikan tempat pembuangan sampah disekitar desa yang berfungsijuga sebagai sarana penghijauan lingkungan agar lingkungan tidak kering, tidak gersang dan tetapmemiliki resapan air. Air yang meresap ke dalam tanah dapat menambah debit air yang masuk kedalam sumber bertambah terutama untuk daerah yang tanahnya tidak mendukung sebagai tempatpembuatan sumur. Selain untuk peresapan air, hasil dari penanaman pohon tersebut juga dapatdimanfaat masyarakat sebagai sumber perekonomian."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, 2018
300 SYU 1:2 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hafidz
"ABSTRAK
Modal sosial adalah satu komponen vital bagi perkembangan ekonomi suatu daerah Sebagai negara berkembang dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara adalah suatu hal menarik untuk membahas perkembangan ekonomi di Indonesia terutama proses pembentukan modal sosial Dengan 70 persen populasinya tinggal di wilayah pedesaan mengkaji faktor faktor yang mempengaruhi proses ini tentu membangkitkan minat berkenaan dengan hal hal yang dianggap penting oleh masyarakat Agama masih merupakan bagian yang mendasar dalam konstruksi sosial masyarakat Indonesia dan oleh karena itu sangat menarik untuk ditelaah Studi ini dimaksudkan untuk menarik benang merah antara perkembangan ekonomi dan agama sesuatu yang tidak terlalu sering dibahas di lingkungan akademisi Dengan berfokus pada hubungan antara ketaatan beragama dan fungsi organisasi keagamaan sebagai penyedia kecakapan kecakapan yang diperlukan dalam mengembangkan ekonomi artikel ini dibuat untuk mengisi ruang kosong diantara dua konsep yang dianggap berjauhan

ABSTRACT
Social capital is a vital component for the development of a region rsquo s economy As a developing country with the largest economy in Southeast Asia the economic development in Indonesia is one interesting case to examine particularly the process of social capital establishment With approximately 70 per cent of the population living in rural areas it is intriguing to look at the factors which determine the process in terms of what matters to the people Religion still constitutes a fundamental part in Indonesia rsquo s social construct and therefore is a very appealing topic to discuss This study is aimed at drawing a line between economic development and religion something that is not too frequently touched among academics Focusing on the relationship between religion obedience and the function of religious organisations as providers of necessary skills this article is made to fill the gap between what deemed to be two remote concepts "
2014
S53505
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Nugroho
"Penelitian ini berangkat dari pemikiran bahwa kemiskinan tidak akan teratasi tanpa mengedepankan peranan masyarakat sebagai agen perubahan. Peranan ini ditandai dengan seberapa besar kelompok/organisasi swadaya melakukan kinerja. Dengan menguatnya paradigma pembangunan sosial yang berorientasi pada `community based activity', maka kinerja kelompok/organisasi swadaya menjadi salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Sementara itu, kegagalan Proyek Bantuan Kesejahteraan Sosial adalah ketidakmampuannya mewujudkan target yang ingin dicapai, yaitu sebesar 50% pada akhir pelita VII ternyata hanya sekitar 3 % yang menunjukkan keberhasilannya. Penelitian ini berusaha menelusuri sasaran yang dianggap berhasil. Dengan mempergunakan pemikiran dari Schler dan R. Batten sebagai piranti analisisnya, permasalahan yang diungkap adalah (1) kinerja Proyek Bantuan Kesejahteraan Sosial (2) pengaruh Proyek terhadap kinerja Kelompok usaha bersama (3) kinerja Kelompok Usaha Bersama dalam memperbaiki kesejahteraan masyarakat (4) intervensi yang dilakukan dan hasilnya.
Jenis Penelitian adalah deskirptif dengan -pendekatan kualitatif dan anggota Kelompok Usaha Bersama (KUB) di Desa Wonorejo sebagai sasaran. Dari penelitian terungkap, bahwa Proyek Bantuan Kesejahteraan sosial tidak `sustainable'. Pendekatan yang digunakan lebih direktif, Strateginya adalah membangun kelompok usaha bersama sebagai sarana keswadayaan. Peranan petugas sangat dominan. Sementara masyarakat kurang memperoleh kesempatan untuk melakukan pilihan dalam pemecahan masalah, karena merupakan `paket', Keberadaan Kelompok Usaha Bersama dikatakan efektif jika diukur dari daya tahan (survival), walaupun tingkat perkembangannya berbeda. Indikator keberhasilan proyek baru mencapai 25%. Faktor keberhasilan (a) pengetahuan dan komitmen (b) Peranan ketua (b) fasilitas (c) reward (d) Peranan Pendamping dan campur tangan Kepala Desa. Kelompok yang memiliki `otonomi' justru menunjukkan perkembangan lebih lamban. Temuan lainnya adanya persaingan yang tidak sehat' antar KUB yang secara potensial menimbulkan konflik. Intervensi lanjutan ternyata mampu memperbaiki kondisi tersebut dengan menghasilkan insitutusi baru yang berperan sebagai 'social safety net'.
Kekhasan Pengembangan keswadayaan masyarakat (a) diawali intervensi pihak luar. (b) terbentuknya institusi sosial baru (c) keanggotaan kelompok swadaya yang bersifat heterogen dan didukung oleh kekuatan lain menyebabkan tetap survival (d) penerapan pengembangan masyarakat secara sustainable telah mempercepat proses keswadayaan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T5046
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luh Putu Candra Astiti
"Desa Cibalung yang terletak lebih kurang 40 km dari kota Bogor merupakan kawasan perbukitan yang subur namun mayoritas penduduknya adalah keluarga miskin yang mengandalkan penghasilannya selain dari pertanian juga membuat besek. Usaha membuat besek ini telah lebih dari 15 tahun ditekuni oleh warganya. Penghasilan mereka relatif kecil, hanya berkisar Rp.4,000 untuk 100 besek yang dihasilkan rata-rata per hari.
Program intervensi individu maupun kelompok yang dilakukan di Cibalung menggunakan pendekatan teori Asset-Based Community Development (ABCD) dari Kretzman dan McKnight. Teori ini digunakan untuk mengidentifikasi aset atau potensi yang dimiliki oleh suatu komunitas, dalam hal ini Kelompok di Cibalung. Teori ABCD yang dilandasi oleh pendekatan Appreciative Inquiry (AI) dari Copperrider ini merupakan bagian dari psikologi positif, yaitu suatu metodologi untuk memberdayakan individu/komunitas tersebut melalui penggalian hal-hal terbaik yang dimilikinya.
Kerangka teori ABCD digunakan dalam membuat rancangan program intervensi secara garis besar sedangkan teori AI dari Copperider dan teori Belajar Sosial dari Bandura digunakan pada program intervensi pemasaran untuk meningkatkan penilaian positif terhadap diri sendiri dan untuk memahami proses belajar yang ditandai dengan modifikasi perilaku, afeksi dan kognisi seseorang.
Program intervensi pemasaran sebagai program individu menekankan pada upaya membangun kemandirian warga atau perorangan untuk menggali peluang pasar yang baru. Sedangkan pembentukkan organisasi paguyuban yang memayungi seluruh pokja sebagai program kelompok menekankan pada upaya untuk mempertahankan motivasi dan menjaga kesinambungan pelaksanaan program intervensi di desa Cibalung."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18757
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pembangunan kesejahteraan sosial selama ini selalu melibatkan instansi terkait termasuk komponen masyarakat di level grassroot. Salah satu komponen masyarakat yang ikut dalam mewarnainya di level grassroot adalah kelompok kerja ketahanan sosial (Pokja Tansosmas) Sriwijaya sebagai "garda penggerak pembangunan kesejahteraan sosial" di Desa Tanjung pasir di kabupaten ogan illir. Pokja tansosmas sriwijaya telah membuktikan kiprahnya di desa Tanjung Pasir dalam meningkatkan kepedulian sosial dan lingkungan hidup. Salah satu bentuk perlindungan sosial yang telah diwujudkan yaitu membangun rumah layak huni bagi keluarga penyandang masalah kesejahteraan sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum keberadaan pokja tansosmas tersebut telah dirasakan manfaatnya, terutama dalam meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap permasalahan sosial yang ada di lingkungannya. "
SOSKES 17:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Kusuma Permanasari
"Wilayah Indonesia sebagian besar adalah perdesaan dengan mata pencaharian penduduk bekerja di sektor pertanian. Sayangnya, jumlah penduduk miskin terbesar juga terdapat di perdesaan. Beberapa Negara dewasa ini telah mengembangkan kepariwisataan sampai ke desa-desa dengan memajukan potensi lokal. Pariwisata diharapkan dapat memberikan peningkatan pendapatan dan penyerapan tenaga lokal, baik secara langsung maupun tidak langsung. Indonesia memiliki berbagai sumber daya alam dan budaya yang dapat menjadi daya tarik pariwisata. Salah satu yang juga dapat menjadi daya tarik adalah desa tradisional yang dikembangkan menjadi desa wisata.
Kecamatan Borobudur di Provinsi Jawa Tengah terdapat Candi Borobudur yang menjadi salah satu warisan budaya dunia. Upaya pengentasan kemiskinan di desa-desa sekitarnya dilakukan dengan pemberdayaan masyarakat melalui desa wisata. Diharapkan pemberdayaan tersebut dapat mengurangi kemiskinan dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui desa wisata, serta untuk mengetahui sejauh mana dampak pemberdayaan tersebut dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Indonesia's territory is mostly rural area with majority of residents work in agriculture. Unfortunately, the largest number of poor people stay in rural areas. Recently, many countries have developed tourism to promote the local potentials, and some of them developed tourism villages. Tourism is expected to deliver increased income to local people, either directly or indirectly. Indonesia has a variety of natural and cultural resources that could become tourist attractions. One that can also be the main attraction is a traditional village which developed into a tourism village.
There is Borobudur temple which became one of the world cultural heritage in Kecamatan Borobudur, Central Java. Empowering the community through community-based tourism is done for the purpose of poverty alleviation and welfare in the surrounding villages. This study is to identify community empowerment activities through tourism village, as well as to determine the extent of the impact of empowerment in improving the welfare of the community.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2011
T29802
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mulat Wigati Abdullah
"ABSTRAK
Penelitian ini melihat bagaimana peran kapital sosial dalam mengembangkan ekonomi masyarakat desa. Ide dasarnya adalah kondisi masyarakat Pakansari, meski memiliki keterbatasan Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM), namun dengan kapital sosial yang dimilikinya, mampu mendorong terjadinya peningkatan ekonomi masyarakat. Studi kasusnya adalah Koperasi Kredit Bina Mandiri (KKBM) desa Pakansari, kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kerangka teori kapital sosial yang dipakai, menggunakan pemikitan Francis Fukuyama, Robert Putnam, James Coleman dan Robert Lawang. Dalam perspektif Putnam, kapital sosial menunjuk pada ciri-ciri organisasi sosial yang berbentuk jaringan horisontal yang didalamnya berisi norma-norma yang memfasilitasi koordinasi, kerjasama dan saling mengendalikan yang manfaatnya bisa dirasakan bersama anggota organisasi. Dalam konteks ekonomi, jaringan horisontal yang terkoordinasi dan cooperative itu akan menyumbang pada kemakmuran dan pada gilirannya diperkuat oleh kemakmuran tersebut. Berbeda dengan Putnam, Coleman lebih melihat kapital sosial dari sisi fungsi. Menurut Coleman, fungsi kapital sosial dilihat dari aspek struktur sosial, dan bentuk jaringan yang sifatnya lebih ketat dan relatif tertutup, ternyata lebih efektih daripada jaringan yang terbuka.Sedangkan Fukuyama, lebih melihat bahwa kapital sosial memiliki kontribusi cukup besar atas terbentuk dan berkembangnya ketertiban dan dinamika ekonomi. Dalam konsepsi Fukuyama, kapital sosial adalah serangkaian nilai dan norma informal yang dimiliki bersama di antara para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya kerjasama di antara mereka. Penelitian ini dilakukan terhitung sejak bulan Februari 2006 sampai dengan April 2007. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam menggali informasi terhadap sumber data dilakukan melalui wawancara terhadap informan kunci dan pengumpulan data. Peneliti secara periodik melihat aktivitas kegiatan KKBM, dengan mengamati dan melakukan wawancara mendalam terhadap informan kunci, yang terdiri dari beberapa orang anggota, pengurus, pengawas dan manajerial KKBM, masyarakat bukan anggota KKBM, ketua dan pengurus Kelompok Warga Bahagia (KWB), staf dan pimpinan proyek CCF. Wawancara juga dilakukan terhadap Lurah Pakansari beserta staf. Temuan penelitian menjelaskan, bahwa kapital sosial yang tumbuh dalam masyarakat desa Pakansari terjadi akibat adanya sinergisitas antara kapital fisik dan kapital manusia. Kapital fisik berupa aset dan modal. Sedangkan kapital manusia adalah jumlah dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada. Keduanya saling mendukung. Selain itu, terjadinya intervensi dari luar, berupa program pendampingan dan pembinaan oleh Christian Children Fund (CCF), mendorong munculnya kapital sosial. Intervensi luar tersebut berhasil mendorong terbentuknya Kelompok Warga Bahagia (KWB). KWB terdiri dari anggota masyarakat desa dan aparat pemerintah. Mereka bekerjasama dalam memecahkan masalah yang ada di dalam masyarakat, dengan tujuan dan kepentingan bersama. Bentuknya dengan memberikan bantuan sosial kemasyarakatan dan kredit modal bagi warga dampingan. Pada perkembangan berikutnya, KWB berkembang dan memiliki Koperasi Sejahtera, yang dikemudian hari berkembang menjadi Koperasi Kredit Bina Mandiri (KKBM). Kapital Sosial berupa jaringan telah terwujud dan terbina di internal KKBM, maupun dengan institusi / lembaga di luar desa Pakansar yang berkompeten. Faktornya karena ada kepercayaan (trust) dari berbagai pihak. Kepercayaan ini terlihat dari aktivitas yang dilakukan oleh anggota KKBM, berupa tradisi lokal yang kental dan sikap saling menghormati serta saling menghargai akan hak dan kewajiban anggota kelompok secara proporsional. Tradisi gotong royomg, sikap musyawarah daam mencari solusi permasalahan masyarakat, sikap saling menyapa, sikap peduli pada lingkungan sekitar, merupakan modal sosial yang dimiliki oleh masyarakat Pakansari. Networking dan trust yang telah terbangun dan terbina di dalam dan di luar KKBM, tak dapat mengabaikan peran norma, adat dan tradisi lokal masyarakat desa Pakansari. Peran kapital sosial di dalam KKBM terjadi melalui kepercayaan, jaringan dan norma yang terjalin di antara anggota KKBM, baik interaksi internal maupun eksternal kelompok. Sinergi kapital sosial, kapital fisik dan kapital manusia di dalam KKBM, terbukti mampu meningkatkan kinerja KKBM. Sehingga peran kapital sosial sangat terkait dengan keberadaan dan pengembangan kelompok sosial (KKBM) yang ada di desa Pakansari.

ABSTRACT
This research is considering how social capital developing the economy of rural society. The main idea is the condition of Pakansari’s society, ; even though having limited natural resources and human resources, but with the social capital which they have, can be able to stimulate the increasing of society’s economy. The case study is KOPERASI KREDIT BINA MANDIRI (KKBM) Pakansari village, Bogor Regency. The sketch of social capital theory is application the thoughts of Francis Fukuyama, Robert Putnam, James Coleman and Robert Lawang. In Putnam’s perspective, social capital indicates the characteristics of social organization which is farmed in horizontal networking and filled with common rules which facilitate coordination, cooperation and managing each other which it’s benefits can be felt together by the member of organization. In economical context, the coordinative and cooperative horizontal networking will contribute prosperity it self. Different from Putnam, Coleman see social capital from the function side. According to Coleman’s opinion, the function of social capital is considered from the social structural aspect, and the form of network which is stricter and relatively closed approvingly more effective than the open network. Meanwhile, Fukuyama considers social capital has a big enough contribution to the forming and development of regularity and the dynamic economy. In Fukuyama’s conception, social capital is series of values and informal common rules which are belong together by the member of group which enable to make cooperation among them. Discovery of research in the field explains that social capital which grows in the Pakansari’s rural society happen because of sinergity between the physical and human capital. Physical capital is in the form of asset and capital. On the other hand, human capital is a quantity and quality of human resources. Both of them are supporting each other. Beside that, Intervention happen from the outside as a comradeship and pedagogy by Cristian Children Fund (CCF), push the existence of social capital. The intervention it self succeed to push the forming of Kelompok Warga Bahagia (KWB). KWB consist of member of rhe rural society and government staff. They cooperate in solving problems with the same purpose and interest. The cooperation is formed into assistance by giving capital credit to the society. And after the next development, KWB develop and posses Koperasi Kredit Bina Mandiri (KKBM). The research is done for one year, since February 2006 until April 2007. Searches come periodictly for the location of the field research. The research use the qualitative approximation and doing in depth interview to the key information, such as the head, member, organizator and also the founder of KKBM. Social capital as a network has been realized and created in the internal side of KKBM and also with the Institution outside Pakansari village. It happen because of trust from many sides. This trust is visible from the activities which have been done by the member of KKBM, as a local tradition which is full honor and respect of rights and obligation of the member proportionally. Trust and network which have been created inside and outside of KKBM definitely can’ avoid the role of common rules, custom and local tradition of the Pakansari’s rural society. According to the writer, the roles of the social capital inside KKBM happen by trust, network and also common rule which are well linked, not only internal interaction but also external group. The synergy of social capital, physical capital and human capital inside KKBM, are enable to improve the work of KKBM, so that the rule of social capital can be very connected with the existence and the development of social group in Pakansari village. vi Peran kapital "
2007
T19300
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yogyakarta: Ashoka ndonesia, 1999
303.4 MEN
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rd. Hasan Basri S.
"Masyarakat Suku Anak Dalam merupakan bagian dari kelompok masyarakat terasing yang berada di wilayah Propinsi Jambi dengan populasi seluruhnya 2.951 kepala keluarga atau 12.909 jiwa yang tersebar di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Batang Hari, Kabupaten Bungo Tebo dan Kabupaten Sarolangun Bangko. Mereka ini hidupnya terpencil, terisolasi, tertinggal di bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosial, politik dan agama. Untuk memenuhi kebutuhan hidup kesehariannya dilakukan dengan cara mengumpulkan hasil hutan dan berburu binatang.
Dalam menangani masyarakat terasing ini, pemerintah [Departemen Sosial] telah mengeluarkan suatu kebijakan yang secara yuridis formal tertuang dalam Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 5/HUK/1994 tanggal 25 Januari 1994 tentang Program Pembinaan Kesejahteraan Sosial Masyarakat Terasing [PKSMT]. Pertimbangan dikeluarkannya kebijakan tersebut adalah bahwa masyarakat terasing bagian dari masyarakat Indonesia, memiliki berbagai masalah sosial yang perlu memperoleh pembinaan secara sistematik untuk meningkatkan taraf hidup mereka.
Program PKSMT ini mempunyai tujuan terentasnya masyarakat terasing dari ketertinggalan dan terbelakangan di berbagai bidang dan dapat beradaptasi dengan lingkungan sosial serta hidup sejajar dengan masyarakat lain yang lebih maju dan pada akhirnya menjadi masyarakat mandiri. Secara teknis program ini dilaksanakan melalui pola pendekatan Sistem Pemukiman Sosial [SPS] dengan empat tipe pemukiman yaitu: (1) tipe pemukiman di tempat asal atau insitu development (2) tipe pemukiman di tempat baru atau exsitu development (3) tipe stimulus pengembangan masyarakat, dan (4) tipe kesepakatan dan rujukan.
Dalam konteks ini maka pada tahun 1993/1994, Pemerintah Daerah Propinsi Jambi, Kanwil Departemen Sosial Propinsi Jambi dan instansi terkait telah melakukan pembinaan/bimbingan sosial kepada masyarakat Suku Anak Dalam khususnya yang berada di Desa Jebak Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten Batang Hari. Pembinaan ini telah berhasil menetapkan masyarakat Suku Anak Dalam pada lokasi pemukiman menetap sebanyak 85 kepala keluarga atau 358 jiwa.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, tipe permukiman di tempat asal [insitu development/ cukup berpengaruh terhadap penataan wilayah di tempat asal masyarakat Suku Anak Dalam. Adanya sarana umum/sarana sosial yang tersedia di lokasi pemukiman disertai pula dengan bantuan stimulus berupa kebutuhan hidup sehari-hari selama 24 bulan serta bantuan peralatan kerja merupakan bagian yang terpenting dalam merubah dan membentuk perilaku sosial masyarakat Suku Anak Dalam sebagaimana yang dikehendaki.
Mereka telah mengenal pola bertani secara menetap, berkebun karet, memakan hasil pertanian dan memasarkannya pada masyarakat desa, dan pasar-pasar tradisional [green market] dan telah dapat mengembangkan rumah menjadi rumah permanen. Di bidang pendidikan mereka telah dapat membaca, menulis, berhitung dan menyekolahkan anak-anak pada sekolah dasar, dibidang agama mereka telah memeluk salah satu agama [lslam] dan menjalankan perintah agama, di bidang kesehatan mcreka telah memanfaatkan sarana kesehatan [Puskesmas].
Walaupun di satu sisi program PKSMT telah menunjukkan hasil ke arah pencapaian sasaran yang dikehendaki, pada sisi lain akan dapat terjadi kecenderungan dampak negatif [social attitude negative] dalam kehidupan masyarakat Suku Anak Dalam yaitu hilangnya sebagian budaya seperti ritus acara perkawinan yang sebenarnya dapat dipertahankan sebagai momentum pengembangan wisata budaya yang dikombinasikan dengan wisata alam setempat. Potensi produk wisata ini akan dapat menjadi nilai tambah tersendiri untuk menarik minat peningkatan jumlah kunjungan wisatawan ke lokasi setempat. Semua perubahan-perubahan sosial (fisik dan non fisik) pada masyarakat Suku Anak Dalam di lokasi penelitian, kami sajikan secara keseluruhan dalam tesis ini."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T919
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emma Rahmawati
"Perkembangan kuantitas BUM Desa di Kabupaten Bogor belum diiringi dengan
peningkatan kualitasnya. Jika dibandingkan dengan daerah lain kondisi kualitas BUMDesa di Kabupaten Bogor masih perlu ditingkatkan. Hal ini menjadi penting dikarenakan disatu sisi BUM Desa diharapkan dapat menjadi jalan keluar untuk permasalahan pengangguran di Kabupaten Bogor. Tesis ini membahas tentang hubungan program CSR, partisipasi masyarakat dan aksesibilitas BUM Desa dengan perkembangan BUM Desa di Kabupaten Bogor. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data melalui kuesioner, studi kepustakaan dan dokumentasi. Objek penelitian ini adalah 47 BUM Desa di Kabupaten Bogor yang menerima CSR dari perusahaan. Teknik pengolahan data dengan uji statistik deskriptif dan uji korelasiKendall’s Tau. Hasil penelitian menunjukkan tingkat perkembangan BUM Desa di Kabupaten Bogor mayoritas berada pada status “Berkembang”. Hipotesis penelitian secara keseluruhan “diterima” dan diperoleh hasil hubungan antara lain hubungan antara program CSR dengan perkembangan BUM Desa adalah signifikan, kuat dan searah. Hubungan antara partisipasi masyarakat dengan perkembangan BUM Desa adalah signifikan, kuat dan searah. Hubungan antara aksesibilitas BUM Desa dengan perkembangan BUM Desa adalah signifikan, sedang dan searah. Sehingga dapat dikatakan jika mengharapkan BUM Desa di satu daerah ingin lebih berkembang, maka perlu mempertimbangkan variabel-variabel tersebut

The development of the quantity of BUM Desa in Bogor Regency has not been
accompanied by an increase in quality. When compared to other regions, the quality ofBUM Desa in Bogor Regency still needs to be improved. This is important because BUM Desa is expected to be a solution of the problem of unemployment in Bogor Regency.
This study discusses the influence of the CSR program, community participation and the accessibility of BUM Desa with the development of BUM Desa in Bogor Regency. This study uses a quantitative approach. Data collection techniques through questionnaires, literature study and documentation. The object of this research is 47 BUM Desa in Bogor Regency which received CSR from the company. Data processing techniques used descriptive statistical tests and Kendall's Tau correlation test. The results showed that the level of development of BUM Desa in Bogor Regency majority in the "Developing"
status. The overall research hypothesis is "accepted" and the results of the relationship between the relationship between the CSR program and the development of BUM Desa are significant, strong and unidirectional. The relationship between community participation and the development of BUM Desa is significant, strong and unidirectional.
The relationship between the accessibility of BUM Desa and the development of BUM
Desa is significant, moderate, and unidirectional. So it can be said that if you expect the BUM Desa in one area to be more developed, it is necessary to consider these variables
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>