Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 138499 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dhimas Haryo Priyoko
"Adanya masalah korosi dan pengendapan scale pada peralatan di dalam sumur produksi dapat menganggu integritas sumur yang akan mengakibatkan rilisnya minyak dan gas ke permukaan. Untuk menjalankan sistem manajemen well integrity dalam fase produksi maka manajemen korosi dan pengendapan scale harus dilakukan. Pemompaan corrosion dan scale inhibitor ke dalam sumur dengan cara pressure pumping dari stimulation vessel merupakan salah satu cara dalam mencegah korosi dan pengendaan scale di dalam sumur. Dalam operasinya pemompaan dilakukan dengan melawan tekanan aliran dari sumur sehingga terdapat risiko back pressure.
Belum adanya penelitian di Indonesia yang menganalisis risiko pressure pumping maka pada tesis ini dilakukan analisis risiko tersebut. Skenario yang dianalisis adalah kegagalan pompa akibat masalah kritis. Penelitian dimulai dengan mengidentifikasi risiko, kemudian risiko dianalisis menggunakan metode event tree analysis yang dimulai dengan menentukan iniating event, pivotal events, dan outcomes yang dapat terjadi. Nilai probabilitas outcomes kemudian dievaluasi dan ditentukan level risikonya kemudian ditentukan pengendalian risikonya.
Hasil analisis menunjukkan bahwa outcome 3 yaitu ketika terjadi kegagalan pompa, SCSSV gagal menutup, Production Master Valve gagal menutup, X-mass Tree gagal menutup, Cap tree bocor, minyak rilis ke permukaan tetapi tidak terjadi pengapian dan operator berhasil melakukan evakuasi sehingga outcome-nya adalah polusi minor yaitu minyak tumpah 50 barrel memiliki risiko yang paling besar dikarenakan memiliki nilai probabilitas tertinggi yaitu sebesar 1,65×10-8.
Selain itu, pada penelitian ini dianalisis potensi penerapan pressure pumping di Indonesia. Hasilnya potensi cukup tinggi dilihat dari kesamaan jenis platform dengan yang ada di Abu Dhabi, serta memiliki banyak keuntungan dari segi waktu, biaya dan risiko bila dibandingkan dengan well intervention lainnya, serta dari banyaknya jumlah kegiatan work over dan well intervention yang terkait dengan masalah korosi dan pengendapan scale.

The problems of corrosion and deposition of scale on equipment in production wells can disrupt the integrity of the well which will result in the release of oil and gas to the surface. To implement a well integrity management system in the production phase, the management of scale corrosion and precipitation must be carried out. Pumping of corrosion and scale inhibitors into the well by means of pressure pumping from the stimulation vessel is one way to prevent corrosion and scaling in the well. Pumping operations are carried out by fighting the flow pressure from the well so that there is a risk of back pressure.
The absence of a study in Indonesia that analyzes the risk of pressure pumping then analyzes this risk. The scenario analyzed is pump failure due to critical problems. The research begins with identifying risks, then the risk is analyzed using event tree analysis method that begins with determining the initiating event, pivotal events, and outcomes that can occur. The probability values ​​are then evaluated and the risk level determined and then the risk control is determined.
The analysis shows that outcome 3 is when a pump failure occurs, SCSSV fails to close, Production Master Valve fails to close, X-mass Tree fails to close, Cap tree leaks, oil is released to the surface but ignition does not occur and operator successfully evacuates so that the outcome is minor pollution, ie spilled oil 50 barrels has the greatest risk because it has the highest probability value of 1.65 × 10-8.
In addition, this study analyzed the potential application of pressure pumping in Indonesia. The result is quite high potential seen from the similarity of types of platforms with those in Abu Dhabi, and has many advantages in terms of time, cost and risk compared to other well interventions, and from the large number of work over and well intervention activities related to corrosion problems and scale deposition.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T53431
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Abdillah Mas`Ud
"

Kegagalan sistem perpipaan pada industri minyak bumi dan gas merupakan kondisi yang sangat dihindari dan diantisipasi karena kerugian yang dihasilkan dapat mencapai sangat tinggi. Salah satu penyebab yang mengakibatkan kegagalan sistem perpipaan adalah korosi internal. Korosi internal ini disebabkan oleh kandungan karbon dioksida dan zat-zat yang korosif di dalam minyak bumi dan gas. Untuk mengantisipasi kegagalan yang dapat terjadi, dibutuhkan sistem inspeksi yang optimal sehingga tidak hanya dapat mencegah terjadinya korosi yang mengakibatkan kegagalan sistem perpipaan namun juga overbudgetting akibat inspeksi yang terlalu sering. Risk Based Inspection (RBI) merupakan salah satu metode untuk menentukan sistem inspeksi secara optimal dengan menggunakan pendekatan risiko. Dalam pendekatan penghitungan risiko, simulasi monte carlo dapat digunakan untuk mendekati nilai risiko aktual pada kondisi lapangan dengan jumlah sampel yang sedikit. Dalam simulasi monte carlo ini digunakan dua jenis fungsi laju korosi yang sesuai dengan ASTM G-16 95. Dengan membandingkan jenis fungsi laju korosi linier yang umumnya digunakan dalam penghitungan laju korosi di lapangan dengan fungsi laju korosi non-linier akan menghasilkan pendekatan nilai risiko yang lebih akurat. Dengan pendekatan nilai risiko yang lebih akurat, sistem inspeksi yang dihasilkan dalam akan lebih optimal.

 


Failures in oil and gas piping system are a condition which may occur and resulting in high amount of loses. One of the main causes on pipeline system failure is Internal corrosion. This internal corrosion is occurred due to high content of carbon dioxide gasses and other corrosive substances inside crude oil and natural gasses. Therefore, an optimum inspection scheduling system will be needed not only to intercept the probability of pipeline failures caused by corrosion but also to prevent overbudgeting on excessive inspection scheduling. For this purpose, Risk-Based Inspection (RBI) is used based on API RP 581 document as a standard procedure of analysis. Also, in this paper Monte Carlo simulation will be applied using stochastic iteration to approximate the actual risk value of the pipeline system with limited amount of sample on site. In addition, the non-linear corrosion rate function is used as a comparison to the commonly used linear corrosion rate function based on the ASTM G-16 95 document. The results show non-linear corrosion rate function will generate more accurate approach on approximating the actual risk value and eventually resulting in more efficient inspection scheduling system during the lifetime of the pipe system.

 

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Tisnaya Tirta
"Penelitian ini dilakukan untuk memprediksi pengaruh completion fluid (CF) di dalam sumur minyak terhadap laju korosi pada tubing dengan cara perhitungan indeks korosgfitas yang dikomparasikan dengan metode polarisasi. Data yang dihasilkan dapat digunakan untuk menentukan CF yang baik dan penggunaan material yang tepat, sehingga dapat ditenrukan sistem pengendalian korosi pada rubing yang berada dalam sumur minyak. Sampel air CF yang digunakan sebanyak 3 buah Iain diukur indeks korosifitasnya. Untuk sampel tubing pengukuran laju korosinya dilakukan dengan metode polarisasi, dimana sampel yang diuji terdapat 2 buah yaitu, baja karbon dan baja Cr 13%. Sampel rubing diukur Iaju korosinya terhadap CF CaCl2, spent Polyphospat, campuran CaCl2 dengan Orthopospat, yang pengujiannya dilakukan pada temperatur ruang dan temperatur 90°. Hasil perhitungan indeks korosifiras sampel spent Polyphospar adalah Ll = -4,024 dan R1 = 10, 548; indeks korosifitas sampel CF CaCl2 kedalaman 2000 m adalah LI = 2,083 dan RI = 2,334; indeks korosifitas sampel CF kedalaman 1000 m adalah Ll = 2,159 dan RI = 2,182 Dari pengajian palarisasi baja karban mempunyai ketahanan korosi yang cukup pada Iingkungan CF CaCl2 dengan laju korasi pada temperatur ruang 20 mpy dan 31 mpy pada temperarur 90°, sedangkan pada lingkangan spent Polyphospat kerahanan korosinya buruk dengan laju karosi sebesar 170 mpy dan pada lingkungan campuran CaCl2 dan Orthophospai menunjukkan ketahanan korosi yang dikategorikan tidak dapat diterima akibar laju korosi yang terlalu besar yaitu, 450 mpy. Untuk baja Cr 13% di lingkungan spent Polyphospar mempunyai ketahanan korosi yang baik sekali pada temperatur ruang dengan laja korosi 3-5 mpy, sedangkan pada temperatur 90° ketahanan korosinya baik dengan laju korosi 7-13 mpy dan pada lingkungan CF CaCl 2 ketahanan korosinya luar biasa dengan laju korosi 0,01 - 0,008 mpy, sedangkan untuk lingkungan campuran CaCl2 dan Orthophospat ketahanannya korosinya baik dengan Iaju korosi 10-16 mpy."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S41648
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Wisnu Kuncoro
"Pipe Support merupakan bagian yang tidak terpisahkan pada instalasi pipa dan pada bagian ini sering terjadi korosi, posisinya yang tertutup dan sulit seringkali tidak dapat di inspeksi visual maupun alat inspeksi biasa. Korosi merupakan masalah di dalam industri produksi karena dapat menurunkan efektivitas produksi dan menimbulkan kerusakan yang berakibat fatal. Tujuan akhir dari penelitian ini adalah untuk memperoleh keakuratan penggunaan dari alat PAUT dan SRUT terhadap korosi ,mendapatkan karakterisasi material, dan analisa CUPS. Kalibrasi PAUT 1 (Gain 25, Focus Depth 40) yang menggunakan Total Focusing method mengalami kendala saat inspeksi pada pipe support karena jarak pantulan untuk mendeteksi CUPS melebihi 3x ketebalan dari material dan jarak inspeksi dari probe ke CUPS lebih dari 15 cm. Sedangkan dengan Kalibrasi PAUT 2 (Gain 30, Focus Depth 30) saat dilakukan inspeksi, akan tetapi karena CUPS merupakan korosi yang terjadi di eksternal pipa dan jarak inspeksi dari probe ke CUPS lebih dari 15 cm sehingga menggukan Gain 70-80 dB pada saat inspeksi. Efek dari penggunaan gain yang tinggi saat inspeksi mengakibatkan hanya hasil inspeksi A-scan yang dapat di interpretasi kedalaman serta jarak korosi, sedangkan S-scan pulsa nya merah semua sehingga hasil inspeksi nya tidak dapat di interpretasi hasil S-scan. Hasil Inspeksi SRUT pada line number 38PR4-4-FG2D/PS 3 jarak korosi dari probe 19.4 mm,panjang 128.1 mm, lebar 36.1 mdan pada line number 38P24-4-CB2B/PS 3 jarak korosi dari probe 51.7 mm, panjang 188.7 mm dan lebar 34.2 mm. Data komposisi material sesuai dengan spesifikasi A 106 Gr. B dan sample produk korosi yang dominan adalah chromite FeCr2O4 sebesar 74% serta komposisi produk korosi yang paling kecil adalah hematite Fe2O3 8%. Pengujian Optical microscopy menampilkan foto microstructure dari sample potongan pipe line number 38PR4-4-FG2D carbon steel A 106 Gr. B terdiri dari pearlite yang gelap tertanam di substrat yang putih. Data laju korosi hasilnya potensial korosi sebesar -674 mv, arus korosi sebesar 27.80 uA, dan laju korosi sebesar 12.7 mpy.

Pipe Support is an integral part of the pipe installation and in this section corrosion often occurs, its closed and difficult position often cannot be visually inspected or by ordinary inspection tools. Corrosion is a problem in the production industry because it can reduce the effectiveness of production and cause fatal damage. The ultimate goal of this research is to obtain the accuracy of the use of PAUT and SRUT tools against corrosion, obtain material characterization, and CUPS analysis. PAUT 1 calibration (Gain 25, Focus Depth 40) using the Total Focusing method encountered problems during inspection of the pipe support because the reflection distance to detect CUPS exceeds 3x the thickness of the material and the inspection distance from probe to CUPS is more than 15 cm. Meanwhile, with PAUT 2 Calibration (Gain 30, Focus Depth 30) during inspection, however, because CUPS is corrosion that occurs on the external pipe and the inspection distance from the probe to CUPS is more than 15 cm so we use a Gain of 70-80 dB during inspection. The effect of using high gain during inspection results in only the A-scan inspection results being able to interpret the depth and distance of corrosion, while the S-scan pulses are all red so that the inspection results cannot be interpreted from the S-scan results. SRUT inspection results on line number 38PR4-4-FG2D/PS 3 corrosion distance from probe 19.4 mm, length 128.1 mm, width 36.1 m and line number 38P24-4-CB2B/PS 3 corrosion distance from probe 51.7 mm, length 188.7 mm and 34.2mm wide. Material composition data according to specification A 106 Gr. B and the dominant corrosion product sample is chromite FeCr2O4 by 74% and the composition of the smallest corrosion product is hematite Fe2O3 8%. Optical microscopy testing displays a photo of the microstructure of the sample pipe line number 38PR4-4-FG2D carbon steel A 106 Gr. B consists of dark pearlite embedded in a white substrate. Corrosion rate data results in a corrosion potential of -674 mv, a corrosion current of 27.80 uA, and a corrosion rate of 12.7 mpy.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aryo Eko Budiarto
"Korosi adalah degradasi material akibat interaksi dengan lingkungan, dimana menyebabkan material mengalami kegagalan dan kerugian. Salah satu cara yang paling efektif dalam mencegah kerugian akibat korosi pada industri minyak dan gas bumi adalah mengisolir logam dari lingkungannya. Penggunaan inhibitor korosi berbahan alami menjadi salah satu alternatif baru untuk mencapai tujuan tersebut.
Telah dilakukan penelitian dalam mempelajari perilaku inhibisi air rendaman kulit sawo dalam lingkungan air formasi terhadap baja API 5L menggunakan metode kehilangan berat dengan variabel waktu rendaman (3, 6, 9, dan 12 hari) dan konsentrasi inhibitor 30 ml. Penggunaan air rendaman kulit sawo sebagai inhibitor organik didasari oleh adanya kandungan senyawa antioksidan di dalamnya berupa gugus phenolik, yaitu senyawa tannin.
Hasil penelitian menunjukkan hasil yang baik, dimana air rendaman kulit sawo mampu menurunkan laju korosi dengan efisiensi sebesar 80,85% pada hari ke-3 perendaman dan turun sampai 58,30% pada hari ke-12 perendaman. Terbentuknya lapisan tipis tidak kasat mata ferric tannate pada permukaan sampel menunjukkan mekanisme inhibisi inhibitor kulit sawo, dengan mekanisme adsorpsi campuran sebagai cara senyawa tannin melakukan inhibisi.

Corrosion is the degradation of the material due to interaction with the environment, which lead to material failure and loss. One of the most effective ways to prevent losses due to corrosion in the oil and gas industry is to isolate the metal from the environment. The use of corrosion inhibitor made from natural become one of the new alternatives to achieve these objectives.
Has conducted research in the study of behavioral inhibition of sapodilla skin soaking water in connate water environment of the API 5L steel using weight loss method with immersion time variable (3, 6, 9, and 12 days) and the concentration of inhibitor is 30 ml. The use of sapodilla skin water soaking as organic inhibitors based on the content of antioxidant compounds in the form of phenolic group, the tannin compounds.
A good results showed, with sapodilla skin soaking water can reduce the corrosion rate with an efficiency of 80.85% on the 3rd day of immersion and dropped to 58.30% on the 12th day of immersion. The formation of a invisible thin layer of ferric tannate on the surface of the samples showed inhibition mechanism of sapodilla skin inhibitor, with a mixture adsorption mechanism as the way of doing the inhibition from tannin compounds.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44724
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dasalak, David
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S41043
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prameswari SM
"ABSTRAK
Korosi baja tulangan dalam beton dewasa ini Ielah menjadi masalah utama dalam merawat struktur-struktur bangunan terutama pada jembatan dan bangunan disekitar laut. Pada kondisi ini, serangan ion khlorida dari air laut sangat herperan dalam menurunkan umur pakai dan kualitas beton. Usaha dan penelitian telah banyak dilakukan untumengendalikan korosi pada haja tulangan dalam beton, salah satunya adalah dengan penambahan inhibitor nitril (dalam hal ini NaNO2) ke dalam campuran heton. Inhibitor ini sangat disarankan karena lebih efektif dan ekonomis haik untuk
struktur-struktur baru maupun yang diperbaiki. Untuk mempelajari mekanisme NaNO2 dalam mengikisi korosi baja tulangan dalam helon digunakan Electrochemical Impedance Spectroscop karena dapat memberikan data yang lebih akurat untuk mempelajari prilaku koro si dan pasifitas antarmuka baja tulangan dalam beton.
Parameter kondisi beton dibuat dengan perhandingan air-semen 0.6 dengan.
Variabel konsentrasi inhibitor NaN02 sebesar 5 L/m3, 15 L/m3, dan 30 L/m3, yang dicelup lie dalam air laut buatan (35 gpl Na) teknis. Pengukuran EIS dilalrukan selama 5 minggu (minggu ke-5, 6, 7, 8. dan ke-9 setelah curing) dengan membenikan polensial bolak-balik 10 mV dan selang frek uensi dari 5000 Hz sampai 0,002 Hz. Spektra impelansi hasil pengukurcan HIS dipresentasikan da/am bentuk kurva Nyquist dan Bode.
"
2001
S41398
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andre Diaz
"Permasalahan yang paling sering timbul pada peralatan yang digunakan pada proses operasi minyak bumi adalah adanya proses korosi. Padahal peralatan-peralatan industri tersebut diharapkan untuk dapat bekerja optimal secara kontinu dengan umur pakai yang panjang. Hal ini menyebabkan pencegahan dan penanggulangan korosi menjadi esensial dikarenakan dampak yang ditikbulkan korosi yang sangat besar. Perhitungan prediksi umur pakai dari suatu peralatan juga diperlukan untuk dapat memperlihatkan waktu perbaikan ataapun penggantian dari peralatan.
Dalam penelitian ini digunakan metode Electrical Resistance (ER) Method untak melakukan pengakuran laju korosi yang didukung oleh pengakaran ketebalan aktual atap tanki dengan mengganakan Ultrasonic Thickness Meter, sebagai data pembanding dari nilai laju korosi dari probe ER. Selain Iaju korosi, jaga dilakukan pendeteksian agen-agen pengkorosi yang terdapat dalam ruang antar minyak mentah dan atap seperti H2S. Pada skala Iaboratorium dilakukan pemeriksaan produk korosi dengan metode difraksi sinar x. Dari hasil penelitian ini diperoleh nilai laju korosi pada atap tanki dengan menggunakan metode Electrical Resistance Probe Sebesar 0.191 mm/yr, dan dart hasil perhitungan data ketebalan aktual atap tanki diperoleh laju korosi sebesar 0.18377 mm/yr. Dari hasil deteksi gas didapat kandungan Hidrogen Sulfida (H2S) dan oksigen (O2) yang dominan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S41647
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rodax Jimmy Wibawa
"ABSTRAK
Laju korosi dari inhibitor dengan bahan dasar Imidazoline pada baja API 5-L Grade B dalam lingkungan NaCl 3,5% diinvestigasi dengan menggunakan metode polarisasi Tafel. Senyawa Imidazoline yang berhasil teradsorpsi ke permukaan logam diselidiki dengan menggunakan pengujian FTIR. Efisiensi inhibisi inhibitor Imidazoline bergantung pada konsentrasi inhibitor yang diberikan. Efisiensi optimum yang diperoleh 64,80 % dengan konsentrasi optimum 150 ppm. Inhibitor Imidazolin yang diselidiki merupakan jenis inhibitor campuran. Inhibitor Imidazoline juga dikatakan sebagai inhibitor korosi karena terbukti dapat menurnkan laju korosi.

ABSTRACT
The corrosion rate from Imidazoline-based inhibitors on API 5-L Grade B steel at NaCl 3,5% environtment were investigated using the Tafel Polarization method. The Imidazoline compounds that successfully absorbed onto steel surface were investigated using the Fourier Transform Infra Red (FTIR). Imidazolin’s efficiency depends on the concentration that given onto environtment. The highest efficiency of Imidazoline inhibitor is 64,80% with the optimize concentration 150 ppm. The investigated Imidazoline inhibitors were proven as the corrosion inhibitors because it can reduces the corrosion rate. Imidazoline inhibitors are also mixed type inhibitors."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55454
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>