Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 173521 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Steven Nugraha
"Memutuskan hal-hal yang benar atau salah adalah langkah paling penting dalam menentukan apakah seseorang akan terlibat dan melakukan sesuatu yang etis atau tidak etis. Ketika membuat penilaian moral, orang sering menggunakan standar sosial untuk mengurangi ambiguitas yang mereka hadapi dalam satu situasi. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan antara konsensus sosial dan penilaian moral pada sampel karyawan di negara berkembang dan kolektif. Penelitian ini adalah penelitian cross-sectional dan menggunakan kuesioner yang berisi skenario dan instrumen konsensus sosial dan penilaian moral. Menggunakan survei online, ada 324 karyawan yang terlibat dalam penelitian ini, dan hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa ada hubungan antara konsensus sosial dan penilaian moral. Temuan ini menggambarkan bahwa ketika karyawan membuat keputusan etis, mereka juga mempertimbangkan perspektif sosial dalam situasi dilematis. Selain itu, perspektif sosial dalam budaya kolektivis lebih cenderung lebih kuat karena individu membuat penilaian berdasarkan kesejahteraan dan minat kelompok daripada individu itu sendiri.

Deciding what is right or wrong is the most important step in determining whether someone will be involved and do something ethical or unethical. When making moral judgments, people often use social standards to reduce the ambiguity they face in one situation. This study aims to investigate the relationship between social consensus and moral judgment on a sample of employees in developing and collective countries. This research is a cross-sectional study and uses a questionnaire containing scenarios and instruments of social consensus and moral judgment. Using an online survey, there were 324 employees involved in this study, and the results of the correlation analysis showed that there was a relationship between social consensus and moral judgment. These findings illustrate that when employees make ethical decisions, they also consider social perspectives in dilemmatic situations. In addition, social perspectives in collectivist cultures are more likely to be stronger because individuals make judgments based on the welfare and interests of the group than the individual itself."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joshua Hezer
"Dilema etis merupakan hal yang dialami setiap orang dalam kehidupan sehari-hari. Saat menghadapinya, pengambilan keputusan yang tidak etis dapat merugikan berbagai pihak. Salah satu hal yang berperan dalam proses pengambilan keputusan etis adalah persepsi mengenai etika yang dimiliki oleh seorang individu. Di sisi lain, nilai yang dipegang seseorang juga diduga dapat memperkuat persepsi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan yang dimiliki social consensus dan moral judgment, serta pengaruh moderasi conformity pada hubungan tersebut.
Hasil analisis terhadap 86 karyawan umum menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan pada hubungan antara social consensus dan moral judgment. Namun, hasil analisis untuk moderasi menunjukan conformity tidak memoderasi hubungan tersebut. Hasil penelitian ini memiliki implikasi saran pada perusahaan untuk membangun budaya etis sehingga dapat meningkatkan perilaku etis. Penelitian ini juga menambah pengetahuan mengenai hubungan social consensus dan moral judgment, serta pengaruh conformity dalam pengambilan keputusan etis pada karyawan secara umum.

People deal with ethical dilemma in everyday life. In dealing with ethical dilemma, unethical decision making could damage various parties. One of the leading role in ethical decision making process is the perception regarding ethic within a person. Moreover, personal value is also expected to strengthen ethical perception. This study intended to discover the relationship between social consensus and individuals moral judgment, and the moderation effect of conformity.
86 employees participated in the study and showed a positive and significant relationship between social consensus and individuals moral judgment. However, the moderation analysis result did not show that conformity could serve as a moderator in the relationship. The result had suggestion implication for companies to build a culture of ethic to increase ethical decision making. Furthermore, it also added up the knowledge about relationship between social consensus and individuals moral judgment, and the influence of conformity in ethical decision making on employees.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kenny Son Kow
"Dalam tempat kerja, karyawan biasanya akan dihadapkan dengan masalah moral. Karyawan sering kali menggunakan standar sosial untuk mengurangi ambiguitas. Prinsip-prinsip etika serta aturan yang berlaku dapat memandu karyawan dalam membuat pilihan dan bertindak saat mengatasi masalah moral. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menginvestigasi hubungan antara konsensus sosial dan penilaian moral dan dimoderasi oleh conscientiousness. Trait kepribadian conscientiousness diperkirakan akan memperkuat hubungan antara konsensus sosial dengan penilaian moral seseorang. Individu yang tinggi pada tingkat conscientiousness cenderung memiliki karakteristik yang berkomitmen, teratur, dan berhati-hati dalam bertingkah laku. Terdapat 375 karyawan yang terlibat dalam penelitian ini dan hasil korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara konsensus sosial dan penilaian moral. Namun, hasil analisis moderator menunjukkan bahwa conscientiousness tidak memoderasi hubungan antara konsensus sosial dan penilaian moral individu."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karima Anistya Nurfaiza
"Menanggapi masalah moral dengan cara yang tidak tepat dapat menimbulkan dampak yang merugikan berbagai pihak. Dalam menyelesaikan masalah moral di tempat kerja, individu sering kali menggunakan jalan pintas untuk mengurangi ketidakpastian dengan mengikuti standar sosial yang ada. Mereka cenderung untuk menjaga hubungan yang harmonis dan menghindari penyelesaian konflik yang akan merusak hubungan dalam kelompok. Akan tetapi, sense of power diduga dapat membuat individu menolak pengaruh lingkungan dalam menjalankan kehendaknya dalam arti mereka dapat melakukan sesuatu berdasarkan pilihannya sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan antara social consensus dan moral judgment serta pengaruh moderasi sense of power.
Hasil analisis korelasi pada 128 karyawan umum menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara social consensus dan moral judgment. Di sisi lain, hasil analisis moderasi tidak menunjukkan bahwa sense of power dapat menjadi alasan individu berbeda dari lingkungannya. Hasil penelitian mengimplikasikan anjuran bagi perusahaan untuk menciptakan lingkungan etis dalam rangka menekan perilaku tidak etis di tempat kerja. Lebih dari itu, penelitian ini menambah pengetahuan mengenai sense of power dalam ranah pengambilan keputusan etis.

Responding to moral problems in an inappropriate way could have a detrimental effect on other people. To solve moral problems in the workplace, people often use an easy way to avoid ambiguity by following existing social consensus. As an individual, they then tend to maintain harmonious relationships and avoid resolving conflicts that would harm the relationship in a group setting. However, with sense of power, it was argued that individuals could resist social influences in carrying out their will in a sense that they could do things based on their personal preferences. This study aimed to investigate the relationship between social consensus and individuals' moral judgment and the moderation effet of sense of power.
There were 128 employees involved in the study and the correlation analysis result showed that there was a positive and significant relationship between social consensus and moral judgment. However, the moderation analysis result did not show that sense of power would serve as a reason on why an individual might deviate from their society. The results implied recommendation for companies to create an ethical environment to suppress unethical behavior in the workplace. Moreover, it also added up our knowledge about sense of power in influencing ethical decision making.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nolia Nurcahyati
"Keputusan moral karyawan memiliki peran penting yang dapat memprediksi perilaku etis karyawan. Keputusan moral karyawan dipengaruhi oleh pandangan masyarakat mengenai norma yang berlaku dalam lingkungannya serta karyawan yang lebih mindful dapat membuat dirinya lebih sadar akan adanya norma dan membuat keputusan yang lebih etis.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran mindfulness trait sebagai moderator terhadap hubungan antara konsensus sosial dan keputusan moral dengan melibatkan 90 karyawan.
Hasil analisis korelasi Pearson menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara konsensus sosial dengan keputusan moral. Akan tetapi, hasil analisis regresi menunjukkan bahwa mindfulness trait tidak memoderasi hubungan antara konsensus sosial dengan keputusan moral.
Hasil penelitian ini memberikan wawasan bagi perusahaan, instansi atau organisasi untuk menciptakan lingkungan etis karena dapat memengaruhi penilaian karyawan. Selain itu, hasil penelitian ini dapat menambah literatur mengenai konsensus sosial dan mindfulness trait yang memengaruhi pengambilan keputusan etis."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Baihaqi Musyafa
"Effective altruism (Altruisme efektif) yang diusung Peter Singer dalam upayanya mewujudkan dunia yang lebih baik melalui etika terapan memang mampu menarik perhatian dan mengubah cara pandang banyak orang. Terutama mengenai prinsipnya dalam bagaimana menggunakan asas utilitarian untuk memaksimalkan kegiatan berdonasi. Semangat utilitarian yang diaplikasikan di gerakan ini adalah rasionalisasi dan kalkulasi dalam berderma. Hal ini diharapkan dapat menjadikan kegiatan donasi sebagai sesuatu yang efektif dan paling menimbulkan dampak ke orang banyak. Namun, semangat dominasi rasio dalam tindakan moral ini memunculkan anggapan bahwa ada keharusan untuk meminggirkan emosi dalam keputusan etis. Padahal emosi tidak bisa dicabut begitu saja dalam suatu keputusan moral. Seperti apa yang diargumenkan oleh Hume dan Westermarck, emosi berperan penting dalam setiap tindakan moral dan juga dibuktikan dengan adanya bias-bias yang muncul dalam kegiatan beraltruis. Meniadakan emosi ini juga mempunyai dampak lain yaitu melahirkan pandangan moralitas yang sempit. Tulisan ini akan memperlihatkan bagaimana emosi terus berperan dalam keputusan moral serta apa yang dimaksud dengan moralitas yang sempit sebagai hasil dari dominasi rasionalisasi dan kalkulasi yang berlebihan di dalam altruisme efektif.

Peter Singers effective altruism (effective Altruism) in its efforts to create a better world through applied ethics is indeed able to attract attention and change the perspective of many people. Especially regarding the principle in how to use the utilitarian principle to maximize donation activities. The utilitarian concept that is applied in this movement is the rationalization and calculation in giving. This is expected to make donation activities as something that is effective and has the most impact on the people. However, this dominance of rationality in moral action raises the assumption that there is a necessity to marginalize emotions in ethical decisions. Though emotions cannot be revoked in a moral decision. As Hume and Westermarck argue, they always present in moral decisions and is proven by the existence of biases in the activities of the altruism. Eliminating this emotion also has another effect, namely giving birth to a narrow view of morality. This paper will show how emotions continue to play a role in moral decisions and what is meant by narrow morality as a result of the dominance of rationalization and excessive calculation in effective altruism."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Irsal Harifasyah
"ABSTRAK
Penelitian ini adalah tipe penelitian cross-sectional yang bertujuan meneliti hubungan antara identifikasi dan
pelepasan moral individu. Desain penelitian ini non-eksperimental yang membandingkan karakter-karakter
dalam tokoh One Piece menjadi tiga karakter. Variabel outcome dalam penelitian ini adalah pelepasan moral
individu, sedangkan variabel predictor dalam penelitian ini adalah identifikasi. Penelitian ini juga berusaha
mencari mengungkap peran mediasi dari penilaian moral dalam hubungan antara variabel prediktor dan outcome.
Responden dalam penelitian ini dibagi secara acak ke dalam tiga kelompok, yaitu kelompok karakter bermoral
paling baik, kelompok karakter bermoral ambigu, dan kelompok karakter paling immoral. Sebanyak 1471
responden mengisi penelitian ini dan dianalisis. Identifikasi terbukti berkorelasi secara positif dengan pelepasan
moral individu. Dalam hasil juga terdapat bahwa penilaian moral tidak memediasi hubungan antara identifikasi
dan pelepasan moral individu.

ABSTRACT
This study is cross-sectional research aimed to investigate relationship between identification and moral
disengagement. This study is non-experimental that compares three characters that exist in the story of One
Piece. Outcome variable of these study is moral disengagement, whereas the predictor is identification. Also,
these study try to reveal the mediation model of the predictor and outcome. 1471 respondents randomly assigned
into one of three group character that based on moral continuum which are most morally, morally ambiguous,
and most immoral character. The result shows that identification positively correlate with moral disengagement,
but the mediation which explains that moral judgement mediates the relationship between identification and
moral disengagement is not significant."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrina Ratri Paramita
"Gallupe dan Baron (2010) menyatakan bahwa moralitas seseorang memiliki peran dalam memprediksi terjadinya penyimpangan tingkah laku yang mengarah pada kriminalitas. Hal serupa juga dikemukakan oleh Bandura (2004) melalui teori pelepasan moral (moral disengagement) dalam fenomena radikalisme dan terorisme yang dapat dijelaskan sebagai rekonstruksi kognitif terhadap tingkah laku destruktif menjadi tingkah laku yang memiliki tujuan moral tinggi. Meskipun demikian, pelepasan moral dapat dicegah dengan memunculkan aspek-aspek kemanusiaan pada diri seseorang melalui penanaman nilai-nilai positif yang dapat membantu meningkatkan moral judgment seseorang. Meskipun demikian, remaja belum menjadi fokus dari program kontra radikalisasi di Indonesia, sehingga dirasa perlu ada program khusus bagi remaja sebagai kelompok yang rentan dipengaruhi oleh paham radikal. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan moral judgment remaja yang terkait dengan keberagaman dengan menerapkan teknik Appreciative Inquiry (Cooperrider, Whitney, & Stavros, 2003) terhadap siswa Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) di wilayah Jakarta. Melalui penerapan teknik tersebut, diperoleh peningkatan moral judgment remaja yang signifikan secara statistik dengan peningkatan rata-rata nilai sebesar 29.5% (t = -2.209, df = 23, p = .037).

Gallupe and Baron (2010) proposed that morality has a role in predicting deviation in one?s behavior leads to crime. Bandura (2004) also proposed the similar idea regarding radicalism and terrorism issues, stated that individuals experienced moral disengagement caused by cognitive reconstruction towards destructive behavior, resulting it to appear as a high morality behavior. Moral disengagement can be prevented by bringing up humanity aspects from one self through teaching positive values to develop moral judgment. Nevertheless, Indonesian adolescents? are not yet the focus for counter-radicalisation program held by the government, making it necessary to develop a program special for adolescents as a group vulnerable to radicalism. This research focus on enhancing adolescents? moral judgment regarding diversity, and appreciative Inquiry technique (Cooperrider, Whitney, & Stavros, 2003) is being used for this intervention technique targeting public high school students in Jakarta area. The application of this technique resulting in the statistically significant enhancement of adolescents? moral judgment with the average increased score 29.5% (t = -2.209, df = 23, p = .037).
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T41516
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sullivan, Michael
New York: Harvester Wheatsheaf, 1992
361.61 SUL p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Arung Samudra Adam
"Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kedalaman atau sofistikasi pemahaman seseorang mengenai politik memainkan peran penting dalam konsistensi antara nilai-nilai moral yang dipegangnya dengan berbagai ideologi dan sikap politik yang diekspresikan. Studi ini meneliti hubungan antara dua motif moral mengikat dan tiga orientasi politik serta bagaimana sofistikasi politik memengaruhi asosiasi tersebut. Sebanyak 112 mahasiswa Universitas Indonesia mengisi kuesioner motif moral, orientasi politik dan sofistikasi politik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa motif keteraturan sosial berhubungan positif dengan orientasi konservatif dan fundamentalis sedangkan motif keadilan sosial berhubungan negatif dengan orientasi kapitalis. Sofistikasi politik juga ditemukan meningkatkan hubungan ini positif antara motif keteraturan sosial dengan orientasi konservatif dan orientasi fundamentalis. Meskipun demikian, sofistikasi politik tidak ditemukan memainkan peran moderasi pada hubungan negatif antara motif keadilan sosial dan orientasi kapitalis.

Various studies show that the depth or sophistication of one 39 s understanding of politics play an important role in how one 39 s moral values correspond to his or her expressed political ideology or attitudes. This study investigate how one 39 s political sophistication affects the association between morality and political orientation. 112 students answered in person and online questionnaires designed to measure their binding moral motives, political orientation and political sophistication.
Results show that the moral motive of social order is strongly and positively correlated with socially conservative and religiously fundamentalist orientations while the moral motive of social justice correlates negatively to economically capitalistic orientation. Political sophistication also strengthens the positive correlation between the moral motive of social order and conservative and fundamentalist orientations but not the negative correlation between the moral motive of social justice and capitalistic orientation.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>