Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 203525 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Priyanka Ardiya
"Individu homoseksual kerap menerima sikap negatif dari masyarakat. Sikap negatif tersebut dapat diinternalisasi oleh individu dan menjadi sebuah stres minoritas bernama internalized homophobia. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa internalized homophobia berhubungan dengan gejala depresi melalui sense of belonging. Penelitian kali ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara internalized homophobia dan gejala depresi, hubungan antara sense of belonging dan gejala depresi, serta efek mediasi sense of belonging terhadap hubungan antara internalized homophobia dan gejala depresi pada individu homoseksual di Indonesia. Partisipan terdiri dari 295 gay dan lesbian berusia 18-37 tahun yang berwarga negara Indonesia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa internalized homophobia berhubungan positif dan signifikan dengan gejala depresi (r = 0,211, p < 0,05) dan sense of belonging berhubungan negatif dan signifikan dengan gejala depresi (r = -0,563, p < 0,05). Analisis regresi berganda menggunakan PROCESS for SPSS model 4 menunjukkan sense of belonging memediasi hubungan antara internalized homophobia dan gejala depresi secara parsial. Melalui hasil dari penelitian ini, individu homoseksual dapat mengenali internalized homophobia sebagai sebuah faktor risiko dari gejala depresi dan mengetahui pentingnya sense of belonging dalam mengurangi gejala-gejala tersebut.

Homosexual individuals often receive negative attitudes from society. These negative attitudes can be internalized by individuals and become a minority stress called internalized homophobia. Previous research has found that internalized homophobia is associated with depressive symptoms through sense of belonging. This study aims to determine the relationship between internalized homophobia and depressive symptoms, the relationship between sense of belonging and depressive symptoms, and the mediating effect of sense of belonging on the relationship between internalized homophobia and depressive symptoms among homosexual individuals in Indonesia. Participants consisted of 295 gays and lesbians aged 18-37 years who are Indonesian citizens.
Results showed that internalized homophobia was positively and significantly associated with depressive symptoms (r = 0,211, p <0,05) and sense of belonging was negatively and significantly associated with depressive symptoms (r = -0,563, p <0,05). Multiple regression analysis using PROCESS for SPSS model 4 shows that sense of belonging partially mediates the relationship between internalized homophobia and depressive symptoms. Through the results of this research, homosexual individuals can identify internalized homophobia as a risk factor of depressive symptoms and learn the importance of sense of belonging in reducing those symptoms.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vanda Pebruarini
"Layanan psikologis daring semakin berkembang dalam membantu remaja mencari bantuan profesional. Depresi yang dialami remaja merupakan faktor yang mempengaruhi remaja menggunakan layanan psikologis daring. Literasi kesehatan mental merupakan faktor yang perlu diteliti lebih lanjut untuk mengetahui perannya dalam memfasilitasi remaja dalam mencari bantuan psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran literasi kesehatan mental sebagai moderator antara gejala depresi dan intensi mencari bantuan psikologis pada remaja. Partisipan penelitian ini berusia 13-18 tahun dan memenuhi kriteria gejala depresi sesuai dengan alat ukur DASS-21. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan tiga instrumen yaitu DASS-21 milik Lovibond & Lovibond (1995) untuk mengenali tingkat depresi remaja, yang itemnya telah diadaptasi oleh Novera, Wetasin, & Khamwong (2013), Mental Health Literacy Scale (MHLS) milk O’Connor (2015) untuk mengukur literasi kesehatan mental yang itemnya telah diadaptasi oleh Pebruarini (2022), serta GHSQ milik Rickwood (2005) untuk mengukur intensi mencari bantuan psikologis yang dimodifikasi dalam konteks daring oleh Naila & Pebruarini (2022). Analisis moderasi dilakukan melalui program PROCESS dari Hayes v4.2 pada SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa literasi kesehatan mental memoderasi gejala depresi dengan intensi mencari bantuan psikologis daring. Dalam hal ini literasi kesehatan mental yang tinggi akan memperkuat remaja yang memiliki tingkat depresi yang tinggi dalam mencari bantuan psikologis daring.

Psychological Online Help Seeking is growing to help teenagers seek professional help. Depression can influence adolescents to use online psychological services. Mental health literacy needs further investigation to determine its role in facilitating adolescents seeking psychological assistance. This study aims to examine the role of mental health literacy as a moderator between depressive symptoms and the intention to seek psychological help in adolescents. The participants in this study were aged 13-18 years and met the criteria for depressive symptoms according to the DASS-21 measurement tool. Data collection used three instruments, namely DASS-21 from Lovibond & Lovibond's (1995) to identify the level of adolescent depression, whose items have been adapted by Novera, Wetasin, & Khamwong (2013), O'Connor's Mental Health Literacy Scale (MHLS) (2015) to measure mental health literacy whose items have been adapted by Pebruarini (2022), as well as Rickwood's online GHSQ (2005) to measure the intention to seek psychological assistance modified in an online context by Naila & Pebruarini (2022). Moderation analysis was carried out through the PROCESS program from Hayes v4.2 on SPSS. The results showed that mental health literacy moderated depressive symptoms with the intention to seek psychological help online. In this case, high mental health literacy will s"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amilia Amin
"ABSTRACT
Penelitian kuantitatif ini bertujuan untuk melihat hubungan antara pengalaman depresif dengan gejala depresi pada dewasa awal. Pengalaman depresi meliputi kritisi diri dan ketergantungan, dimana pengalaman depresi ini jika tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan seseorang mengalami gejala depresi yang semakin buruk. Dalam penelitian ini digunakan dua alat ukur, yaitu untuk pengukuran pengalaman depresif digunakan alat ukur Depressive Experience Questionnaire (DEQ) dan untuk mengukur gejala depresi digunakan Beck Depression Inventory (BDI). Alat ukur ini diadministrasikan melalui media daring. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 113 partisipan yang merupakan mahasiswa program sarjana Universitas Indonesia. Penelitian ini menggunakan teknik korelasi Pearson untuk melihat hubungan antara kedua variabel ini. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara pengalaman depresi dan gejala korelasi dengan nilai r (113) = 0,468, p < 0,001. Selain itu ditemukan juga bahwa jumlah partisipan yang memiliki skor kritisi diri yang tinggi jumlahnya lebih banyak daripada jumlah partisipan yang memiliki skor ketergantungan yang tinggi.

ABSTRACT
This quantitative research focuses on the relationship between Depressive Experiences and Depressive Symptoms among emerging adults. The experience of depression involves self-criticism and dependence, if the experience of depression is not handled properly will make a person get the worst symptoms of depression. Depressive experiences are measured by Depressive Experience Questionnaire (DEQ) and Depressive Symptoms are measured by Beck Depression Inventory (BDI) and managed online. 113 students from the University of Indonesia participated in this study. This study uses Pearson correlation to determine the relationship between depressive experiences and depressive symptoms. The result is r (113) = 0.468, p <0.001, which means that there is a correlation between depressed experience and depressive symptoms. Other results from this study are participants who have higher self-criticism scores higher than participants who have high dependency scores."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Salsabilla
"Tujuan penelitian ini adalah memahami bagaimana peran spiritualitas dalam memprediksi gejala depresi pada emerging adult. Penelitian ini menduga bahwa spiritualitas merupakan prediktor depresi, semakin tinggi spiritualitas maka semakin rendah gejala depresi. Untuk membuktikan dugaan, penulis melibatkan 129 partisipan dengan rentang umur 18-25 tahun dalam penelitian cross-sectional. Partisipan dalam penelitian ini mengerjakan dua alat ukur (spiritualitas dan depresi). Spiritualitas diukur menggunakan Spiritual and Activity Involvement List (SAIL), sedangkan gejala depresi diukur menggunakan Beck’s Depression Inventory (BDI-II). Adapun analisis yang digunakan adalah regresi linear sederhana untuk menguji hipotesis. Hasilnya, spiritualitas terbukti memprediksi gejala depresi secara negatif (B = -0.17, p < .05). Dari hasil penelitian ini, terdapat sumbangan temuan untuk teori dan solusi praktis untuk emerging adult dalam meraih kesehatan mental yang lebih baik.

This research aims to understand the role of spirituality in predicting the symptoms of depression in emerging adults. This study hypothesized that spirituality is the predictor of depression; the higher the spirituality, the lower the symptoms of depression. To test the hypotheses, the author studied 129 participants aged 18-25 in this cross-sectional study. The participant in this study did two measurements (Spirituality and Depression). The Spiritual and Activity Involvement List (SAIL) was used to measure Spirituality, while the Beck Depression Inventory-II (BDI-II) was used to measure the symptoms of depression. As for the analysis, the author used Simple Linear Regression to test that hypothesis. The result showed that spirituality is proven to predict the symptoms of depression negatively (B = -0.17, p<.05). From this result, we can find a contribution of theoretical findings and practical solutions for emerging adults in achieving better mental health."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azzahra Fadhilah
"Stres dan burnout yang dapat berujung pada depresi banyak terjadi padamahasiswa kedokteran karena tuntutan lingkungan akademik dan non-akademik. Meskipun idealnya kejadian depresi akan berkurang saat mahasiswa mendekati akhir tahun praklinis karena mekanisme koping yang lebih baik, prevalensi gejala depresi akan meningkat saat mereka berada di rotasi klinik. Stres yang menumpuk dan tidak teratasi dari tahun praklinis dapat bertahan sampai memasuki rotasi klinik, dan nantinya akan mempengaruhi kinerja mereka terhadap pasien mereka kelak. Psikoedukasi diperlukan untuk mempersiapkan mahasiswa kedokteran untuk mengatasi dan membantu mengatasistres mereka yang tersisa dan yang akan datang dalam rotasi kepaniteraan mereka.
Metode: Studi potong lintang ini bertujuan untuk mengetahui dampak dan kemanjuran webinar promosi kesehatan mental dalam mengurangi gejala depresi yang ditemukan pada mahasiswa kedokteran tahun ketiga di Universitas Indonesia dengan menganalisis data sekunder skor PHQ-9 peserta, baik dari mereka yang datang ke webinar, maupun yang tidak sebagai pembanding. Skor PHQ-9 diisi oleh peserta sebelum dan sesudah sesiwebinar yang hanya diadakan sekali sebagai pre-test dan post-test.
Hasil: Pada data penialian dasar yang diambil dari skor pretes PHQ-9, kelompok yang mengikuti dan tidakmengikuti webinar tidak menunjukkan adanya perbedaan skor (p=0,512). Pada hasil postes, kedua kelompok masih menunjukkan tidak ada perbedaan (p=0,435) dan perbaikan skor dari pre-test ke post-test juga tidak terlalu ditemukan (kelompok peserta webinar p=0,606; kelompok pembanding p=0,063).
Kesimpulan: Webinar promosi kesehatan jiwa jika hanya diberikan satu kali tidak efektif dan berdampak dalam mengurangi gejala depresi pada mahasiswa kedokteran tahun ketiga.

Background: Stress and burnout, which can lead to depression, is prevalent amongst medical students due to demanding academic and non-academic environment. Althoughideally the occurrence of depression will decrease as the students approach late preclinicalyear due to better coping mechanism, the prevalence of burning out and depressive symptoms will increase as they reach clerkship rotations. Piling up and unresolved stressfrom preclinical year can remain until entering clerkship rotations, and later will affect their performance towards their future patients. Psychoeducation is needed to prepare themedical students to cope and help solve their remaining stress and upcoming stress in their clerkship rotations.
Methods: This cross-sectional study wants to find out the impactand efficacy of mental health promotion webinar in reducing depressive symptoms foundin third-year medical students of Universitas Indonesia by analysing secondary data of PHQ-9 score of the participants both from those who came to the webinar and those whodid not as the comparison. PHQ-9 score was filled by the participants before and after a one-time webinar session as pre-test and post-test.
Results: At the baseline data, taken from PHQ-9 pre-test score, groups that attended webinar and did not shows no score discrepancy (p=0.512). Derived from post-test result, both groups still indicates no difference (p=0.435) and the score improvements from pre-test to post-test also not remarkably found (webinar attendee group p=0.606; comparison group p=0.063).
Conclusion: Mental health promotion webinar if only given once is not effective and impactful in reducing depressive symptoms in third-year medical students.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Gracia Nathanya Djodi
"Homofobia atau ketakutan terhadap homoseksual hingga saat ini masih menjadi sebuah permasalahan. Homofobia menjadi sebuah masalah karena masih adanya perilaku homofobik yang dapat ditemukan di sekitar kita yang salah satunya dapat ditemukan dalam olahraga sepak bola profesional. Homofobia pada sepak bola profesional dapat dijumpai pada perilaku fans maupun pada pemainnya. Penelitian ini akan membahas mengenai tindakan homofobik dan ideologi yang mendasarinya melalui representasi pada film mengenai pemain sepak bola muda gay berjudul “Mario” (2018). Penelitian ini ditulis dengan menggunakan metode kualitatif yang menghasilkan data deskriptif. Film “Mario” dianalisis dengan menggunakan teori representasi oleh Stuart Hall yang didukung oleh metode semiotika umum. Hasil dari analisis film “Mario” menunjukkan bahwa terdapat tiga jenis homofobia yang ditemukan pada film, yaitu prohibitionist homophobia, avoidance homophobia dan internalized homophobia (denialist homophobia). Sementara itu, terdapat ideologi maskulin atau masculine ideology yang mendasari terbentuknya homofobia yang diperlihatkan melalui cara berpikir tokoh-tokoh di sekitar Mario yang menentang homoseksual dalam olahraga sepak bola profesional.

Homophobia or fear of homosexuals is still a current problem. Homophobia is still a problem because there are homophobic behaviors that can be found around us, one of which can be found in professional football. Homophobia in professional football can be found in the behavior of fans and players. This research will discuss homophobic actions and the underlying ideology through representations in a movie about a young gay soccer player, entitled "Mario" (2018). This research is written using a qualitative method that produces descriptive data. The film "Mario" is analyzed using Stuart Hall's theory of representation supported by the general semiotic method. The results of the analysis of the film "Mario" show that there are three types of homophobia found in the film, namely prohibitionist homophobia, avoidance homophobia and internalized homophobia (denialist homophobia). Meanwhile, there is a masculine ideology underlying the formation of homophobia which is shown through the way of thinking of the characters around Mario who oppose homosexuals in professional soccer."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Wimala Tiastrinindita Purwa
"Penelitian ini merupakan suatu penelitian untuk melihat tingkat depresi pada penyandang carat fisik. Untuk melihat tingkat depresi penelitian ini menggunakan Beck Depression Inventory. Subyek yang diikutsertakan dalam penelitian ini adalah penyandang cacat fisik yang tinggal di Panti Sasana Bina Daksa Budhi Bakti di Cipayung & Pondok Bambu serta penyandang cacat fisik yang tinggal di Yayasan Sinar Pelangi di Jati Kramat, Pondok Gede. Subyek yang menjadi sample penelitian adalah penyandang cacat fisik yang berusia 17 hingga 40 tahun (N = 44). Uji validitas BDI adalah menggunakan validitas kriteria di mana item yang ada dalam BDI mengacu pada kriteria depresi yang disebutkan di dalam DSM IV. Hasil uji analisis data menunjukkan skala BDI memiliki koefisien alpha Cronbach sebesar 0.797. Koefisien korelasi bergerak antara 0,0352 hingga 0,6105. Penelitian ini juga menggunakan metode wawancara untuk mendapatkan informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat depresi dari subyek penelitian. Jumlah subyek yang diwawancara adalah sebanyak enam orang, dua orang merupakan subyek yang tergolong dalam kategori faking good, dua orang merupakan subyek yang tergolong depresi ringan dan dua orang yang tergolong dalam kategori depresi berat."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T17866
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurmiati Amir
Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
616.8 NUR d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kalista Putri
"Pandemi COVID-19 yang melanda dunia semenjak tahun 2020 menimbulkan berbagai dampak negatif terhadap kehidupan manusia, salah satunya meningkatnya gejala depresi. Salah satu kelompok umur yang paling rentan terkena depresi adalah dewasa awal, karena banyaknya transisi yang sedang mereka alami, kurangnya interaksi dengan teman dan pasangan yang merupakan hal penting, serta kurangnya keterlibatan orangtua ketika anak beranjak dewasa. Walaupun begitu, terdapat berbagai metode yang dapat digunakan untuk mengurangi gejala depresi, salah satunya adalah mindfulness. Penelitian ini dilakukan terhadap 158 individu individu dalam rentang usia dewasa awal (18 – 25 tahun) yang bertempat tinggal di Indonesia. Variabel gejala depresi diukur dengan alat ukur Beck Depression Inventory – II (BDI-II) dan variabel mindfulness diukur dengan Mindfulness Attention & Awareness Scale (MAAS). Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa mindfulness berkontribusi negative secara signifikan terhadap gejala depresi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuat masyarakat meningkatkan mindfulness mereka dalam kehidupan mereka sehari-hari.

The COVID-19 pandemic that has been happening since 2020 negatively affected a lot of aspects in the world, including increasing depressive symptoms in human. A developmental period where depression is most likely to occur is emerging adult, where they are in the middle of many transition, lack of support system during the pandemic, and lack of parental involvement as they are adulting. However, there are several techniques that can be used to prevent depression, one of them is mindfulness. This study is conducted on 158 emerging adult (age ranging between 18 – 25 years old) living in Indonesia. Depressive symptoms are measured with Beck Depression Inventory – II (BDI-II) and mindfulness is measured with the Mindfulness Attention & Awareness Scale (MAAS). Simple regression analysis showed that mindfulness has a significant negative contribution to depressive symptoms in emerging adults during COVID-19 pandemic. This finding hopefully will encourage people to increase their mindfulness."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanifah Nurul Firdausi
"ABSTRAK
Outness merupakan seberapa jauh seseorang terbuka mengenai orientasi seksualnya. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa outness mampu mengurangi gejala depresi pada homoseksual. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti apakah outness memiliki hubungan secara signifikan dengan gejala depresi pada homoseksual di Indonesia. Studi korelasional dengan analisis korelasional menggunakan Pearsons correlation dilakukan terhadap partisipan gay dan lesbian di Indonesia N = 231). Instrumen penelitian adalah Outness Inventory (OI) dan Beck Depression Inventory (BDI). Hasil yang didapat menunjukkan bahwa outness (M = 5,72, SD = 2,94) dengan gejala depresi tidak berkorelasi secara signifikan (M = 17,96, SD = 12,87),  r(231) = 0,043, p < 0,05. Dengan kata lain, tinggi rendahnya tingkat outness tidak memiliki hubungan dengan tinggi rendahnya tingkat gejala depresi pada homoseksual di Indonesia.
ABSTRACT
Outness is the extent to which someone is open about his or her sexual orientation. Previous research has shown that apparently outness can reduce depression symptoms in homosexuals. This study aims to examine whether outness has a significant relationship with depressive symptoms in homosexuals in Indonesia. Correlational studies with correlational analysis using Pearsons correlation were conducted with gays and lesbians in Indonesia (N = 231). Research instruments are Outness Inventory (OI) and Beck Depression Inventory (BDI). The results obtained showed that outness (M = 5.72, SD = 2.94) with depressive symptoms did not correlate significantly (M = 17.96, SD = 12.87), r (231) = 0.043, p <0 , 05. In other words, the level of outness does not have a relationship with the levels of depressive symptoms in homosexuals in Indonesia."
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>