Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 118198 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rifky Pradana Purnamaputra
"

Penggunaan dan pengembangan energi baru terbarukan terus meningkat seiring waktu, salah satunya adalah energi surya. Untuk pemanfaatan energi surya menjadi energi listrik, dibutuhkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang tentunya menggunakan panel surya. Dalam penggunaannya, panel surya sangat bergantung terhadap cuaca dan iradiasi matahari yang berubah-ubah seiring waktu sehingga keluaran daya dari panel surya tidak selalu mencapai potensi maksimalnya. Pada sistem panel surya ini, dibutuhkan inverter untuk mengubah listrik DC yang dihasilkan panel surya menjadi listrik AC. Pemanfaatan inverter ini akan memengaruhi karakteristik hasil keluaran dari panel surya, salah satunya adalah disturbansi. Pada frekuensi rentang 9 -150 kHz, peralatan listrik dengan inverter akan menghasilkan disturbansi pada sistem. Sehingga, pada tulisan ini, penelitian dilakukan untuk mengamati karakteristik disturbansi frekuensi 9-150 kHz sistem PLTS on-grid terhadap variasi beban dan iradiasi matahari pada sistem kelistrikan di SPBU Kuningan sehingga dapat dijadikan pedoman untuk penelitian disturbansi kedepannya. Dari hasil penelitian tegangan disturbansi di frekuensi 9-150 kHz yang didapat, frekuensi 18 kHz menjadi frekuensi yang paling dominan disturbansinya. Persentase kenaikan nilai disturbansi dari iradiasi matahari terendah (500 W/m2) ke iradiasi matahari tertinggi (900 W/m2) adalah sebesar 10%-12% dan persentase kenaikan nilai disturbansi dari daya beban terendah (500 W) ke daya beban tertinggi (2500 W) adalah sebesar 3% - 8%.

 


The use and development of new renewable energy continues to increase over time, one of which is solar energy. To use solar energy into electricity, a solar power plant is needed which of course uses solar panels. In its use, solar panels are very dependent on weather and solar irradiation that changes over time so that the power output of solar panels does not always reach its maximum potential. In this solar panel system, an inverter is needed to convert dc electricity produced by solar panels into ac electricity. The use of this inverter will affect the characteristics of the output of solar panels, one of which is disturbance. At a frequency range of 9-150 kHz, electrical equipment with an inverter will produce a disturbance in the system. So, in this thesis, the study was conducted to observe the characteristics of the disturbance frequency of 9-150 kHz on-grid solar system to the variation of load and solar irradiation in the electrical system at the Kuningan gas station so that it can be used as a guide for future disturbance research. From the results of the study of disturbance voltages at frequency of 9-150 kHz, the frequency of 18 kHz is the most dominant frequency of the disturbance. The percentage of increase in disturbance value from the lowest solar irradiation (500 W/m2) to the highest solar irradiation (900 W/m2) is 10%-12% and the percentage of increase in disturbance value from the lowest load power (500 W) to the highest load power (2500 W) is 3% - 8%.

 

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alya Zahra
"Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) menggunakan photovoltaic yang dapat mengkonversi energi cahaya menjadi energi listrik. Teknologi photovoltaic menghasilkan listrik DC yang selanjutnya dapat diubah menjadi listrik AC menggunakan inverter agar dapat dihubungkan ke beban AC. Nyatanya, peralatan listrik dengan teknologi inverter dapat membangkitkan disturbance pada frekuensi tinggi 9-150 kHz, termasuk photovoltaic inverter. Namun standardisasi pada rentang frekuensi ini masih sangat kurang sehingga usaha untuk membatasi besarnya disturbance juga masih sangat sedikit.
Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi karakteristik disturbancedi frekuensi 9-150 kHz pada sistem photovoltaic dari sisi keluaran inverter sehingga dapat dijadikan acuan untuk penelitian dalam memprediksi, menganalisa dan mengetahui efeknya terhadap sistem kelistrikan dan kerja dari peralatan lain. Terdapat 2 sistem photovoltaic yang diinvestigasi, yaitu sistem off griddan sistem on griddengan melihat pengaruh besar perubahan radiasi matahari terhadap karakteristik disturbance yang dibangkitkan inverter.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi radiasi matahari yang terpapar ke sel surya, semakin tinggi juga tegangan disturbance yang dibangkitkan dari keluaran inverter karena dipengaruhi oleh perubahan tegangan. Berdasarkan hasil pengukuran, kenaikan tegangan disturbance keluaran inverterpada sistem off grid lebih tinggi dibanding pada sistem on grid, dimana pada sistem off gridterjadi kenaikan dengan rentang 7,6% -30,8%, sedangkan pada sistem photovoltaic on grid terjadi kenaikan dengan rentang 2,6% -14,12 %di tiap kenaikan radiasi matahari sekitar 100 W/m.

Solar power plant uses photovoltaic to convert solar energy into electrical energy. Photovoltaic technology produces DC electricity which is then converted into AC electricity using an inverter device to connect with AC load. Electrical equipments using inverter technology generate disturbance in high frequency 9-150 kHz, including photovoltaic inverter that commonly happened in switching frequency.
This research aims to investigate disturbance characteristics in the frequency range from 9-150 kHz on photovoltaic system from the side of the inverter outputso that can be used for research in analyzing its effect to system and other equipments. 2 systems were investigated : off grid system and on grid system with investigating the effect of changes in solar radiation on characteristics of the disturbance that is generated.
This study shown that the higher solar radiation exposed to solar cells, the higher disturbance voltage generated from the inverter output. Based on the measurement results, the increase in disturbance voltage in the off grid system is higher than the on grid system, which the off grid system gives an increase of 7,6%-30,8%,while the on grid system increases by 2,6%-14,12 % in each addition of 100 W/m2 solar irradiance.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nagib Muhammad
"Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) mengkonversi energi cahaya menjadi energi listrik dengan menggunakan photovoltaic. PLTS menggunakan inverter untuk merubah listrik DC ke AC untuk dapat dihubungkan ke beban AC. Seiring dengan meningkatnya penggunaan rooftop PLTS, maka penggunaan inverter juga meningkat. Faktanya, inverter dapat menghasilkan disturbansi pada frekuensi 9-150kHz. Berdasarkan hal tersebut, studi ini difokuskan dengan melakukan observasi terhadap karakteristik disturbansi PLTS terhadap variasi radiasi matahari dengan variasi tipe beban dan pemberian efek bayang-bayang pada rentang frekuensi dari 9-150 kHz. Diharapkan hasil pengamatan yang didapatkan bisa menjadi acuan untuk penelitian dalam menganalisa, memprediksi dan mengetahui efeknya terhadap sistem tenaga listrik. Metode yang digunakan pada pengamatan ini adalah pertama dengan melakukan pengamatan pada keluaran sistem photovoltaic yang dihubungkan dengan tipe beban yang bervariasi dan pengamatan kedua dilakukan dengan memberikan efek bayang-bayang 0%, 25%, 50%, 75% dan 100% dari luasan photovoltaic lalu mengamatinya pada dua kondisi radiasi matahari. Berdasarkan pengamatan yang didapatkan, secara umum terdapat tiga frekuensi disturbansi dominan yaitu range 19-29kHz, 69-79Khz, dan 140-149kHz. Sedangkan nilai tegangan disturbansi menurun seiring semakin besarnya efek bayang-bayang yang diberikan, tetapi pada kondisi terkenak efek bayang-bayang sebesar 25% dan 50% memiliki nilai tegangan disturbansi yang cenderung sama pada tiga frekuensi dominan tersebut.

The Solar Power Plant converts light into electricity using photovoltaic. It uses an inverter to convert DC to AC electricity to be connected to an AC load. Along with the increasing use of solar panel, inverter use has also increased. In fact, the inverter can produce disturbances at frequency between 9-150kHz. Based on this matter, this study is focused on observing the disturbance characteristics of photovoltaic system due to variations in irradiation, type of load and shading in the frequency range from 9-150 kHz. It is expected that the output of this observations can be a reference for research in analyzing, predicting and knowing the effects on the electric power system. First, this observation provide a variation type of load, such as resistive, capacitive and inductive load. Second, this observation provide a shading effect of 0%, 25%, 50%, 75% and 100% of the photovoltaic area and then observe it in at least two different solar irradiation conditions. Based on observations obtained, in general there are three frequencies of dominant disturbances, namely the range 19-29kHz, 69-79Khz, and 140-149kHz then on the shading effect condition the disturbance voltage decreases with increasing shading effect, but at shading conditions 25% and 50% have a value voltage disturbances that tend to be the same in the three dominant frequencies."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T53162
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marganda, Naek
"Penggunaan pembangkit listrik tenaga surya atau PLTS saat ini sedang berkembang pesat di dunia termasuk di Indonesia karena sifatnya yang ramah lingkungan tanpa mengeluarkan emisi gas rumah kaca. Pesatnya perkembangan teknologi elektronika daya berdampak pada meningkatnya penggunaan PLTS dan peralatan rumah tangga yang bersifat non-linear yang menggunakan teknologi inverter. Pada PLTS, inverter digunakan untuk mengubah listrik arus searah (direct current/DC) dari sinar matahari menjadi arus bolak-balik (alternating current/AC). Inverter biasanya memiliki kecepatan switching yang lebih tinggi dari 1 kHz, yang dapat menyebabkan distorsi bentuk gelombang pada keluaran daya AC, seperti harmonisa dan disturbansi pada rentang frekuensi 9-150 kHz. Distorsi ini dapat mempengaruhi kinerja peralatan itu sendiri maupun peralatan tetangga yang terhubung ke jaringan tenaga listrik yang sama. Penelitian ini difokuskan untuk menganalisis pengaruh berbagai jenis beban peralatan linear dan non-linear terhadap harmonisa dan disturbansi 9-150 kHz pada PLTS Atap on-grid melalui pengukuran dengan osiloskop berbasis komputer dan Power Quality Analyzer (PQA). Melalui analisis korelasi, penelitian juga mencari tahu hubungan harmonisa dengan disturbansi 9-150 kHz yang ditimbulkan pada sistem PLTS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara PLTS dengan beban non-linear meningkatkan harmonisa tegangan dan disturbansi 9-150 kHz. Analisis korelasi menunjukkan bahwa tegangan harmonisa dan tegangan disturbansi 9-150 kHz memiliki hubungan yang sangat kuat pada saat PLTS dengan beban kapasitor dan peralatan non-linear.

The usage of Photovoltaic (PV) energy system as a solar power plant has been growing rapidly in the world, because it is clean without emitting greenhouse gasses. The rapid development of power electronics technology has an impact in the development of PV system and the usage of non-linear household appliances that use inverter technology. In PV system, an inverter is used to convert direct current (DC) power from sunlight to alternating current (AC). Inverters usually have a switching rate higher than 1 kHz, which may cause waveform distortions and disturbances in AC power output, such as harmonics (< 2 kHz) and disturbance in the frequency range 9-150 kHz. These disturbances may affect the performance of equipment, as well as neighbor equipment connected to the same network. This research is focused on analyzing the effect of various types of linear and non-linear equipment loads to the harmonics and disturbance in frequency 9-150 kHz on the Grid-connected Rooftop PV System by conducting laboratory measurement using a computer-based oscilloscope and power quality analyzer. Through correlation analysis, research also finds out the relationship between the harmonics and the disturbances in frequency 9-150 kHz generated in the Rooftop PV System. The results show that the interaction between PV system and non-linear loads increased the harmonics voltage and disturbance 9-150 kHz. Correlation analysis shows that the harmonic voltage and the diturbance 9-150 kHz have a very strong relationship when the load of PV system is capacitor and non-linear equipment."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salma Azra Fatimah
"

Energi listrik adalah salah satu energi yang sangat dibutuhkan demi keberlangsungan hidup manusia dengan peningkatan penggunaan setiap tahunnya. Di Indonesia sendiri, sebagian besar sumber energi pembangkitan listrik masih berasal dari batu bara, sehingga pemerintah menargetkan pengembangan PLTS atap hingga 3,6 GW pada tahun 2025. Demi mendukung program tersebut, PLTS eksisting tetap harus dijaga kinerjanya, di mana salah satu cara untuk menguji keandalan sistem tersebut adalah dengan melakukan evaluasi kinerja mengacu pada standar IEC 61724, yaitu standar untuk mengukur kinerja fotovoltaik. Penelitian ini melakukan studi mengenai implementasi PLTS Atap On-Grid 90 kWp di Gedung Energi 625 Pusat Penelitian Ilmu Penerapan dan Teknologi (Puspiptek), Serpong, Tangerang Selatan. Gedung ini merupakan pusat pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi berbasis penelitian. Sebagai data acuan, akan dilakukan simulasi data seharusnya menggunakan perangkat lunak PVsyst. Berdasarkan simulasi, dihasilkan energi keluaran PLTS tahunan sebesar 130.451 kWh dengan  performance ratio sebesar 81,30% dan capacity factor sebesar 16,21%. Sedangkan, hasil pengukuran menghasilkan energi keluaran tahunan sebesar 102.491 kWh dengan rasio performa sebesar 73,51% dan capacity factor sebesar 13%. Rata-rata penurunan produksi energi tahunan sebesar 6,32% dengan energy performance index yang diperoleh adalah 80,21%.


Electrical energy is one of the most important energies for human life and sustainability with a constant increase in usage every year. In Indonesia, most of the electricity generated comes from coal, resulting in the government targeting solar power plant development up to 3,6 GW by 2025. To support the initiative, all the existing solar power plants have to sustain their performance, and one of the methods is to evaluate the system's performance according to the IEC 61724 standard, which is a standard to measure the performance of photovoltaic. This research is studying the implementation of a 90 kWp On-Grid Rooftop Solar Power Plant in the Energy Building of Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek), Serpong, South Tangerang. This government-owned building is used as a center for the development and application of science and technology based on research. For data reference, a simulation with PVsyst software was conducted. Based on simulation, the yearly output energy yielded 130.451 kWh with a performance ratio of 81,30% and a capacity factor of 16,21%. While the measured data obtained a yearly energy output of 102.491 kWh with a performance ratio of 73,51% and a capacity factor of 13%. The average output energy degradation is 6,32% with an acquired energy performance index of 80,21%.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Green, Martin A.
Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, 1982
521.312 44 GRE s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Aiman Setiawan
"As a tropical country, Indonesia has great solar energy potential, with an average solar radiation intensity of 4.8 kWh/m2/d. Consequently, the optimization of solar power plants in Indonesia is necessary. The objective of this paper is to investigate solar panel optimization in Indonesia using system advisor model (SAM) software. Optimization focuses on two main concerns, choice of photovoltaic (PV) type and optimum PV tilt angle. Research is conducted in three different cities in Indonesia. The annual energy production simulation is conducted on 5 kWDC PV on-grid systems with different PV types and slope angles. According to simulation results, Indonesia has a relatively low proper PV tilt angle, with a value of 11o, 11o and 6o for Jakarta, Makassar and Jayapura, respectively. It can also be derived that when compared to crystalline PV modules, thin film PV modules have better performance, with the highest annual energy production due to its temperature coefficient characteristics."
Depok: Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, 2017
UI-IJTECH 8:3 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Francesco Theodore Budiman
"Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan utama dalam kehidupan modern. Akan tetapi, pertumbuhan penduduk di Indonesia cenderung meningkatkan konsumsi listrik. Sementara itu, ketersediaan energi fosil semakin terbatas. Meskipun potensi energi matahari di Indonesia mencapai 207,8 GWp, pemanfaatan energi surya hanya mencapai peringkat keempat dalam penggunaan energi terbarukan, yakni sebesar 322,6 MW pada tahun 2023. Oleh sebab itu, pengoptimalan penggunaan energi surya melalui sistem pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) sangat penting. Gedung Departemen Teknik Elektro Universitas Indonesia dengan konsumsi listrik yang relatif besar dijadikan sebagai lokasi studi. Penelitian mencakup simulasi konfigurasi PLTS Atap On-Grid dan Off-Grid dengan variasi penambahan generator set. PLTS Off-Grid juga disimulasikan dengan jenis Baterai Lead Acid dan Baterai Lithium Ion, dengan biaya komponen masing-masing $235,72/kWh dan $392,87/kWh, serta dengan spesifikasi teknis menurut standar HOMER Pro. Semua konfigurasi dan skema PLTS akan dibandingkan untuk mendapatkan yang paling optimal berdasarkan biaya Net Present Cost (NPC). Hasil simulasi HOMER Pro dan analisis menunjukkan bahwa Baterai Lithium Ion merupakan baterai yang paling optimal untuk PLTS Off-Grid. Penambahan generator set meningkatkan NPC pada sistem On-Grid optimal, tetapi menurunkan NPC pada sistem Off-Grid optimal. PLTS On-Grid akan optimal tanpa penambahan generator set. Sementara, PLTS Off-Grid akan optimal dengan penambahan generator set dan penggunaan Baterai Lithium Ion. Analisis ekonomi dengan parameter Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period menunjukkan bahwa PLTS On-Grid tanpa generator set optimal layak untuk diimplementasikan.

Electricity is one of the primary necessities in modern life. However, Indonesia’s population growth tends to increase electricity consumption. Meanwhile, fossil energy availability is becoming increasingly limited. Despite Indonesia’s solar energy potential reaching 207.8 GWp, solar energy utilization only ranked fourth in renewable energy usage, reaching 322.6 MW in 2023. Therefore, optimizing solar energy utilization through solar photovoltaics plants (PLTS) is crucial. The Department of Electrical Engineering Building at the University of Indonesia, with its relatively high electricity consumption, is chosen as the study site. The research includes simulating On-Grid and Off-Grid Rooftop PLTS configurations with variations in the addition of generator set. Off-Grid PLTS is also simulated with Lead Acid and Lithium Ion Batteries, with component costs $235.72/kWh and $392.87/kWh, respectively, and technical specifications according to HOMER Pro standards. All PLTS configurations and schemes will be compared to obtain the most optimal for one based on the Net Present Cost (NPC). The HOMER Pro simulation results and analysis show that adding generator sets increases the NPC in optimal On-Grid system but decreases it in optimal Off-Grid systems. On-Grid PLTS will be optimal without adding a generator set, while Off-Grid PLTS will be optimal with the addition of a generator set and the use of Lithium Ion Batteries. Economic analysis with Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), and Payback Period parameters indicates that optimal On-Grid PLTS without a generator set is feasible for implementation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pieter
"Penggunaan bahan bakar fosil memiliki dampak yang berbahaya bagi lingkungan seperti emisi gas rumah kaca. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah energi alternatif yang digunakan sebagai sumber bahan bakar pembangkit listrik yang lebih ramah lingkungan. Pada studi kali ini membahas perancangan interkoneksi yang efisien dalam sistem pembangkit listrik tenaga surya fotovoltaik (PLTS) on-grid dalam jaringan tegangan menengah di Wilayah X. Studi ini menggunakan software seperti DIgSILENT Power Factory, untuk menyelidiki dampak interkoneksi terhadap stabilitas frekuensi dan tegangan. Pada percobaan ini dilakukan beberapa variasi kapasitas PLTS ketika terjadi pemadaman PLTS pada detik ke-5, yang mana kapasitas 2 MW merupakan kapasitas yang optimal. Hal ini dibuktikan dengan nilai frekuensi sebesar 50 Hz dan nilai tegangan sebesar 0.998 pu ketika mencapai kondisi stabil. Selain itu, melalui hasil simulasi dapat disimpulkan jika interkoneksi PLTS dapat mengurangi gangguan arus hubung singkat. Selanjutnya, pada simulasi kestabilan, dengan kondisi salah satu generator padam pada detik ke-5 diperoleh jika sistem sebelum dan sesudah interkoneksi PLTS masih stabil. Percobaan selanjutnya, dengan asumsi pemadaman pada PLTS dan kondisi eksternal (hujan, berawan, mendung, dan gelap) diperoleh jika penggunaan generator cadangan sangat penting untuk menyuplai daya agar memperoleh sistem yang stabil. Kestabilan diperoleh ketika frekuensi berada pada rentang yang berlaku 49.5 Hz - 50.5 Hz dan tegangan berada pada rentang kerja yang sesuai yaitu -10% dan +5%.

The use of fossil fuels has dangerous impacts on the environment such as greenhouse gas emissions. Therefore, an alternative energy is needed that is used as a fuel source for power plants that is more environmentally friendly. This study discusses the design of efficient interconnections in on-grid solar photovoltaic power generation systems (PLTS) in the medium voltage network in Region X. This study uses software such as DIgSILENT Power Factory, to investigate the impact of interconnections on frequency and voltage stability. In this experiment, several variations in PLTS capacity were carried out when the PLTS outage occurred at the 5th second, where a capacity of 2 MW was the optimal capacity. This is proven by a frequency value of 50 Hz and a voltage value of 0.998 pu when it reaches a stable condition. Apart from that, through the simulation results it can be concluded that PLTS interconnection can reduce short circuit current disturbances. Furthermore, in the stability simulation, with the condition that one of the generators goes out at the 5th second, it is found that the system before and after the PLTS interconnection is still stable. The next experiment, assuming a blackout at the PLTS and external conditions (rainy, cloudy, cloudy and dark), showed that the use of a backup generator was very important to supply power to obtain a stable system. Stability is obtained when the frequency is in the applicable range of 49.5 Hz - 50.5 Hz and the voltage is in the appropriate working range, namely -10% and +5%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Della Dwindaputri
"Dengan meningkatnya permintaan listrik, diharapkan pembangkit listrik dari energi terbarukan dapat membantu memenuhi kebutuhan masyarakat. Salah satunya adalah solar sistem tenaga yang menggunakan teknologi panel surya. Panel surya dapat mengubah sinar matahari menjadi energi listrik DC. Dengan bantuan inverter, energi listrik DC itu diproduksi oleh panel surya akan diubah menjadi energi listrik AC. Namun, Teknologi inverter ini menghasilkan gangguan pada rentang frekuensi 9 kHz - 150 kHz karena frekuensi switching di inverter.
Dalam penelitian ini, 2 jenis pengukuran dilakukan. Pertama, iradiasi matahari pengukuran dengan perangkat meteran tenaga surya. Kedua, gangguan pengukuran pada sistem panel surya off grid dengan perangkat Picoscope 3425. Pengukuran ini dilakukan secara bersamaan. Beban listrik (resistif, induktif, dan kapasitif) dicolokkan pada sistem dan diukur hari yang berbeda.
Berdasarkan hasil pengukuran, nilai gangguan tertinggi pada frekuensi 74 kHz. Urutan beban listrik dengan nilai gangguan tertinggi di iradiasi ± 200 W / m2, ± 400 W / m2, dan ± 600 W / m2 adalah induktor, kapasitor, dan resistor. Sedangkan untuk urutan beban listrik dengan yang tertinggi nilai gangguan pada iradiasi ± 800 W / m2 dan ± 1000 W / m2 adalah resistor, induktor, dan kapasitor. Penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi iradiasi matahari terkena panel surya, semakin tinggi gangguan tegangan yang dihasilkan dari sisi keluaran dari inverter.

With the increasing demand for electricity, it is expected that electricity generation from renewable energy can help meet the needs of the community. One of them is a solar power system that uses solar panel technology. Solar panels can convert sunlight into DC electrical energy. With the help of an inverter, the DC electrical energy produced by solar panels will be converted into AC electrical energy. However, This inverter technology produces interference in the frequency range of 9 kHz - 150 kHz because of the switching frequency at the inverter.
In this study, 2 types of measurements were made. First, solar irradiation measurements with a solar meter. Secondly, interference measurements on off grid solar panel systems with the Picoscope 3425 device. These measurements are carried out simultaneously. Electric load (resistive, inductive, and capacitive) plugged into the system and measured different day.
Based on the measurement results, the highest disturbance value is at 74 kHz. The sequence of electrical loads with the highest interference value in irradiation is ± 200 W / m2, ± 400 W / m2, and ± 600 W / m2 are inductors, capacitors, and resistor. As for the sequence of electrical loads with the highest interference value at irradiation ± 800 W / m2 and ± 1000 W / m2 are resistors, inductors, and capacitors. This research shows that the higher the sun's irradiation exposed to solar panels, the higher the interference voltage generated from the output side of the inverter.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>