Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 158183 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fadhilah Ramadhannisa
"ABSTRAK
Bullying adalah salah satu faktor risiko yang menyebabkan gejala psikotik. Berbagai penelitian menjelaskan bahwa banyak dampak intimidasi yang dialami oleh korban murni dan pelaku intimidasi. Beberapa contoh gejala psikotik adalah paranoia, khayalan, dan halusinasi. Namun, belum ada penelitian yang membandingkan gejala psikotik antara korban murni dan pelaku intimidasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak intimidasi terhadap keparahan gejala positif dan negatif pada korban murni dan pelaku intimidasi dengan mengendalikan gejala depresi sebagai kovariat. Partisipan yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah individu dengan usia minimum 18 tahun. Ada 406 peserta yang menyelesaikan kuesioner (26,4% pria, Mage = 22,42, SDage = 5,26) untuk penelitian ini. Gejala psikotik diukur oleh Asesmen Komunitas terhadap Pengalaman Psikotik (AKPP), sedangkan kategorisasi bullying diukur menggunakan Bullying Victimization Questionnaire (BVQ). Melalui analisis komparatif menggunakan independent sample t-test kami menemukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor dari kedua kelompok, t (404) = -1.095; p =. 274; dua sisi untuk gejala positif dan t (404) = -1,446; p = .151; berekor dua untuk gejala negatif. Tidak ada perbedaan signifikan yang ditemukan untuk gejala psikotik berdasarkan kelompok bullying setelah mengendalikan gejala depresi menggunakan analisis Ancova, F (1, 404) = 0,298, p = 0,585 untuk gejala positif dan F (1, 404) = 1,298, p =. 255 untuk gejala negatif. Oleh karena itu, tidak ada perbedaan dalam keparahan gejala psikotik antara korban murni dan pelaku intimidasi. Ini berarti kelompok korban murni dan kelompok pelaku intimidasi dapat memiliki keparahan gejala psikotik yang sama.

ABSTRACT
Bullying is one of the risk factors that cause psychotic symptoms. Various studies explain that many of the effects of intimidation experienced by pure victims and bullies. Some examples of psychotic symptoms are paranoia, delusion, and hallucinations. However, there are no studies comparing psychotic symptoms between pure victims and bullies. This study aims to determine the impact of bullying on the severity of positive and negative symptoms on pure victims and bullies by controlling symptoms of depression as covariates. Participants who participated in this study were individuals with a minimum age of 18 years. There were 406 participants who completed the questionnaire (26.4% male, Mage = 22.42, SDage = 5.26) for this study. Psychotic symptoms are measured by Community Assessment of Psychotic Experiences (PPA), while bullying categorization is measured using the Bullying Victimization Questionnaire (BVQ). Through comparative analysis using independent sample t-tests we found that there was no significant difference between the scores of the two groups, t (404) = -1,095; p =. 274; two sides for positive symptoms and t (404) = -1,446; p = .151; caudate for negative symptoms. No significant differences were found for psychotic symptoms based on bullying groups after controlling for depressive symptoms using Ancova analysis, F (1, 404) = 0.298, p = 0.585 for positive symptoms and F (1, 404) = 1,298, p =. 255 for negative symptoms. Therefore, there is no difference in the severity of psychotic symptoms between pure victims and bullies. This means that the pure victim group and the bully group can have the same severity of psychotic symptoms."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Muliaty
"Bullying marak terjadi di mana saja dan kapan saja. Umumnya bullying meningkat ketika seseorang memasuki masa SMP dan SMA. Laki-laki maupun perempuan dapat terlibat tindakan bullying, namun laki-laki lebih sering terlibat dibandingkan perempuan. Penelitian akan bullying terkait kepuasan akan tubuh lebih banyak pada perempuan, sehingga penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara bullying mengenai tampilan fisik dengan body satisfaction pada remaja putra korban bullying. Pengukuran bullying dan body satisfaction menggunakan alat ukur yang disusun oleh peneliti. Partisipan berjumlah 60 siswa SMP dan SMA yang pernah menjadi korban bullying.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan negatif yang signifikan antara bullying dengan body satisfaction pada korban (r = -0.255; p = 0.049, signifikan pada L.o.S 0.05). Artinya, semakin tinggi bullying yang dialami, maka semakin rendah body satisfaction remaja putra korban bullying. Hasil tersebut menunjukkan bahwa masih banyak remaja putra korban bullying yang tidak puas akan tampilan fisiknya.
Bullying is a well known problem and could happened anywhere and any time. In general, bullying heightened during middle-senior high. Both male and female can be involved in bullying but males are more involved. Researches about bullying and body satisfaction are generally dominated by female participants so this research was conducted to find the correlation between appearance related bullying and body satisfaction among male adolescence victims. Bullying and body satisfaction is measured using instruments derived by researcher. The participants of this research are 60 middle high and high school male students who have the general characteristics of a victim.
The main results of this research shows that there is a significant negative correlation between bullying and body satisfaction (r = -0.255; p = 0.049, significant at L.o.S 0.05). This suggests that with higher bullying actions the victims received, the victims would develop increasingly lower body satisfaction. Based on this results, it is advisable that teachers, parents and friends actively prevent and stop bullying actions. Many victims become dissatisfied with their physical appearance.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Septia Ningtias Rahayu Pamungkasari
"Dukungan keluarga penting bagi remaja korban perundungan agar tidak mengalami ansietas parah. Tujuan penelitian ini mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan tingkat ansietas pada remaja korban perundungan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian korelasi dan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 201 remaja korban perundungan. Instrumen yang digunakan adalah Adolescent Peer Relations Instrument (APRI), Perceived Social Support Family (PSS-Fa), dan Hamilton Anxiety Rating Scale (HAM-A). Hasil penelitian dianalisis menggunakan uji korelasi Rank-Spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan tingkat ansietas pada remaja korban perundungan (p value = 0,000 ; α = 0,05). Saran penelitian selanjutnya agar meneliti dukungan sosial lainnya yang memiliki pengaruh terhadap tingkat ansietas pada remaja korban perundungan.

Family support plays a crucial role in mitigating the severity of anxiety experienced by adolescent victims of bullying. This study aimed to investigate the relationship between family support and anxiety levels in adolescents who have been victims of bullying. This research is a quantitative study with a correlation research design and cross sectional. The sample size of 201 adolescents who had experienced bullying. The instruments utilized included the Adolescent Peer Relations Instrument (APRI), the Perceived Social Support Family (PSS-Fa), and the Hamilton Anxiety Rating Scale (HAM-A). The findings of the study were analyzed using the Rank-Spearman correlation test revealed a significant correlation between family support and anxiety levels in adolescents who have been victims of bullying (p-value = 0.000; α = 0.05). Future research recommendations include exploring the influence of other forms of social support than can influence the anxiety levels in adolescents who have been victimsz of bullying."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Era Sari
"ABSTRAK
Bencana banjir menyebabkan dampak psikologis yang cukup besar, salah satunya Acute Stres Disorder (ASD). Dampak psikologis yang muncul rasa panik ketakutan kehilangan salah satu nya dengan pemberian Terapi Swabantu.Tujuan penelitina ini adalah untuk mengidentifikasi penagruh terapi swabantu terhadap perubahan tanda dan gejala Acute Stres Disorder pada korban bencana banjir dikecamatan Plaju Kota Palembang. Metode penelitian ini mengunakan Quasi eksperiment dengan rancangan pre and post test design with control group dengan kriteria inklusi berada pada rentang usia 40-60 tahun, nilai Acute Stres Disorder Scala (ASDS) > 56, tidak sedang dalam pengobatan dan atau sakit kritis, tinggal diwilayah kecamatan Plaju, bersedia mengikuti penelitan sebagai responden. Alat ukur yang digunakan Acute Stres Disorder Scala (ASDS), analisis penelitian ini yaitu univariat dan bivariate. Tujuh puluh enam respoden yang terlibat, terbagi menjadi kelompok kontrol dan kelompk intervensi. Hasil menunjukkan adanya penurunan tanda dan gejala ASD dengan hubungan yang bermakna (p<0,05). Variabel yang berhubungan dengan tanda dan gejala ASD antara lain jenis kelamin dan pekerjaan, sedangkan yang tidak berhubungan yaitu variabel usia, pendidikan dan penghasilan,(p > 0,05). Rekomendasi dapat dijadikan alternatif terapi untuk fase akut penangan koban bencana.

ABSTRACT
Flood disasters cause quite large psychological impacts, one of which is Acute Stress Disorder (ASD). The psychological impact that arises from the fear of losing is one of them with the provision of self-help therapy. The purpose of this research is to identify the adherents of self-help therapy to changes in signs and symptoms of acute stress disorder in flood victims in the Plaju district of Palembang city. This research method uses Quasi experiment with pre and post test design with control group design with inclusion criteria in the age range of 40-60 years, the value of Acute Stress Disorder Scala (ASDS)> 56, not in treatment and or critically ill, living In the area of ​​Plaju sub-district, they are willing to participate in research as a respondent. Measuring instruments used are the Acute Stress Disorder Scala (ASDS), the analysis of this research is univariate and bivariate. Seventy six respondents were involved, divided into the control group and the intervention group. The results showed a decrease in signs and symptoms of ASD with a significant relationship (p <0.05). Variables related to signs and symptoms of ASD included gender and occupation, while those that were not related were age, education and income (p> 0.05). Recommendations can be used as alternative therapies for the acute phase of disaster management."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Era Sari
"Bencana banjir menyebabkan dampak psikologis yang cukup besar, salah satunya Acute Stres Disorder (ASD). Dampak psikologis yang muncul rasa panik ketakutan kehilangan salah satu nya dengan pemberian Terapi Swabantu. Tujuan penelitina ini adalah untuk mengidentifikasi penagruh terapi swabantu terhadap perubahan tanda dan gejala Acute Stres Disorder pada korban bencana banjir dikecamatan Plaju Kota Palembang.
Metode penelitian ini mengunakan Quasi eksperiment dengan rancangan pre and post test design with control group dengan kriteria inklusi berada pada rentang usia 40-60 tahun, nilai Acute Stres Disorder Scala (ASDS) > 56, tidak sedang dalam pengobatan dan atau sakit kritis, tinggal diwilayah kecamatan Plaju, bersedia mengikuti penelitan sebagai responden.Alat ukur yang digunakan Acute Stres Disorder Scala (ASDS), analisis penelitian ini yaitu univariat dan bivariate. Tujuh puluh enam respoden yang terlibat, terbagi menjadi kelompok kontrol dan kelompk intervensi.
Hasil menunjukkan adanya penurunan tanda dan gejala ASD dengan hubungan yang bermakna (p<0,05). Variabel yang berhubungan dengan tanda dan gejala ASD antara lain jenis kelamin dan pekerjaan, sedangkan yang tidak berhubungan yaitu variabel usia, pendidikan dan penghasilan,(p > 0,05). Rekomendasi dapat dijadikan alternatif terapi untuk fase akut penangan koban bencana.

Flood disasters cause quite large psychological impacts, one of which is Acute Stress Disorder (ASD). The psychological impact that arises from the fear of losing is one of them with the provision of self-help therapy. The purpose of this research is to identify the adherents of self-help therapy to changes in signs and symptoms of acute stress disorder in flood victims in the Plaju district of Palembang city. This research method uses Quasi experiment with pre and post test design with control group design with inclusion criteria in the age range of 40-60 years, the value of Acute Stress Disorder Scala (ASDS)> 56, not in treatment and or critically ill, living In the area of Plaju sub-district, they are willing to participate in research as a respondent. Measuring instruments used are the Acute Stress Disorder Scala (ASDS), the analysis of this research is univariate and bivariate. Seventy six respondents were involved, divided into the control group and the intervention group. The results showed a decrease in signs and symptoms of ASD with a significant relationship (p <0.05). Variables related to signs and symptoms of ASD included gender and occupation, while those that were not related were age, education and income (p> 0.05). Recommendations can be used as alternative therapies for the acute phase of disaster management."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soetji Andari
"ABSTRAK
lnses merupakan salah satu bentuk kekerasan seksual yang dialami anak dalam kehidupan rumahtangga. lnses adalah hubungan seksual pada pasangan yang memiliki hubungan darah, tetapi dalam kehidupan modem masyarakat pada umumnya masih menganggap sebagai hal yang tabu. Kondisi tersebut terjadi karena korban tidak bersedia melaporkan segera kejadian dengan berbagai alasan, sehingga dampak psikologis, sosial, maupun ftsik semakin berat bagi pelaku. Temuan penelitian menunjukkan, korban inses mengalami trauma dan membutuhkan pendampingan orang sangat dekat dan dipercaya untuk mengungkap kejadian yang dialami. Kondisi korban inses selanjutnya memerlukan orang yang mampu memberi motivasi dan dukungan moral agar dapat bang kit lagi menjalani kehidupan sosialnya.Faktor penyebab inses tidak berdiri sendiri atau tunggal tetapi merupakan akumulasi berbagai permasalahan psikologis, sosial, sikap mental, moralitas,dan budaya patriarkhis pelaku.Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, dilakukan di Kota Batam mewakili Indonesia bagian barat yang banyak terJadl mses dan Kota Makassar mewakili Indonesia bagian timur yang sedikit sekali terdapat kejadian inses.

ABSTRACT
one of the sexual violences form that experiencedby children in domestic life is incest. Incest is a sexual abuse that occurs in couples who have blood relationships, many people still consider it a taboo. The impacts occur because the victim did not want to immediately report the incident, so that the psychological, social and physical impacts will be more severe. The research found the impact of incest victims were traumatic and required counseling with people very closed to the victims and believed to reveal the incidents they experienced. The condition of incest victims then need people who are able to provide motivation and moral support so that they can rise again their social lives. The cause of incest was not single alone but an accumulation of psychological, social, mental moral problems, an the patriarchal culture of the perpretators. The research usedqualitative-descriptive technique, and conducted in Batam city which representing western part of Indonesia with high prevalence of incests, and Makassar which representing east Indonesia where incest incident wer still very low"
Yogyakarta: Balai Besar dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Yogyakarta (B2P3KS), 2017
360 MIPKS 41:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nahrisa Fauzia
"Perundungan masih menjadi suatu potret negatif pendidikan Indonesia. Perundungan memberikan dampak negatif bagi korban yang dapat mengganggu aktivitasnya sebagai siswa di sekolah maupun ketika berada di rumah. Pada masa remaja, teman sebaya merupakan lingkungan terdekat yang mampu memberikan dukungan sosial bagi siswa korban perundungan. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai perundungan yang terjadi di SMPN X serta menjelaskan bagaimana bentuk dukungan sosial yang diberikan oleh teman sebaya terhadap remaja korban perundungan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain deskriptif melalui studi literatur dan teknik wawancara. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perundungan yang dialami siswa terjadi dalam bentuk fisik maupun verbal. Adapun penyebab terjadinya perundungan yaitu korban yang dianggap sebagai sosok yang lemah dan tak mampu melakukan perlawanan. Pihak sekolah juga telah memiliki peraturan terkait sanksi bagi pelaku, namun dalam pelaksanaannya peraturan tersebut masih belum dijalani secara konsisten. Penelitian ini menunjukkan bahwa teman sebaya menjadi pihak yang paling banyak memberikan dukungan serta bantuan secara langsung ketika korban diusik dan diganggu oleh pelaku. Dukungan sosial tersebut yaitu meliputi dukungan informatif dengan memberikan solusi maupun menjadi penghubung informasi antara guru dengan korban, dukungan penghargaan yaitu dengan menyebutkan hal positif pada diri korban, dukungan instrumental yaitu dengan melaporkan hal ini kepada pihak sekolah maupun membela ketika para pelaku mulai mengusik korban dan dukungan emosional yaitu dengan menjadi tempat curhat dan berkeluh kesah tanpa memberikan penghakiman. Dengan adanya dukungan sosial tersebut, korban pun dapat kembali berfungsi sosial dalam lingkungannya.

Bullying is still a negative portrait of Indonesian education. Bullying has a negative impact on victims that can interfere with their activities as students at school and when they are at home. In adolescence, peers are the closest environment that can provide social support for students who are victims of bullying. This study aims to provide an overview of the bullying that occurs at SMPN X and to explain how the forms of social support provided by peers to young victims of bullying. This study used a qualitative approach with a descriptive design through literature study and interview techniques. The results of this study indicate that the bullying experienced by students occurs in both physical and verbal forms. The cause of bullying is that the victim is considered a weak figure and unable to fight back. The school also has regulations related to sanctions for bullies, but in its implementation these regulations have not been followed consistently. This research shows that peers are the ones who provide the most direct support and assistance when the victim is harassed and bullied by the perpetrator. This social support includes informative support by providing solutions as well as connecting information between teachers and victims, support for appreciation, namely by mentioning positive things about the victim, instrumental support, namely by reporting this to the school and defending when the perpetrators start harassing the victim and support. emotional namely by being a place to vent and complain without giving judgment. With this social support, victims can return to social functions in their environment."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anitasari Kusumawati
"PENDAHULUAN : Stres kerja merupakan hal yang berisiko bagi keselamatan dan kesehatan pekerja. Salah satu yang merupakan penyebab stres kerja adalah perundungan di tempat kerja. Pertama kali dijelaskan oleh Leymann pada tahun 1984, perundungan di tempat kerja terus dilaporkan di berbagai negara.Perundungan merupakan suatu media penghubung yang kuat antara stres dengan kesehatan fisik pekerja, pada kerah biru maupun kerah putih. Di Indonesia, belum terdapat prevalensi maupun studi maupun penelitian lebih lanjut terhadap faktor perundungan sebagai faktor signifikan yang menyebabkan stres di tempat kerja.
TUJUAN : penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara perundungan di tempat kerja terhadap stres kerja pada pekerja kerah putih dan kerah biru di perusahaan, sebagai strategi peningkatan produktivitas dengan optimalisasi manajemen stres pada pekerja.
METODE : Penelitian ini merupakan studi analitik potong lintang dengan menggunakan kuesioner perundungan Negative Acts Questionnaire-Revised (NAQ-R) dan Perceived Stres Scale – 10 (PSS-10) sebagai pengukur tingkat stres pekerja. Tingkat perundungan juga dihubungkan dengan faktor risiko stres lainnya seperti, jenis pekerja (kerah biru dan kerah putih), jenis kelamin, usia, status pernikahan, gaji, komunikasi, dan beban kerja.
HASIL PENELITIAN : Sebanyak 409 pekerja pabrik garmen di Indonesia menjadi responden, dengan rerata tingkat stress 12,3 (±6,17) berdasar skala PSS-10 dan 23,3 (±2,39) angka perundungan menurut NAQ-R. Intimidation bullying merupakan jenis perundungan yang paling sering ditemukan. Perundungan berhubungan kuat dengan tingkat stres, gaji, dan faktor komunikasi pekerja. Persepsi Stress memiliki hubungan signifikan dengan kategori komunikasi dan gaji.
KESIMPULAN  Perundungan di tempat kerja memiliki hubungan terhadap stres kerja pada pekerja, baik kelompok pekerja kerah putih dan kerah biru. Komunikasi yang kurang baik dan gaji yang lebih rendah juga memiliki hubungan dengan perundungan di tempat kerja.

INTRODUCTION: Work stress is a risk to worker’s safety and health. One of the causes of work stress is bullying in the workplace. First described by Leymann in 1984, workplace bullying continues to be reported in various countries.Bullying has a strong correlation between stress and the physical health of workers, both "blue collar" and “white collar” workers. In Indonesia, there has been no prevalence or further studies or research on bullying as a significant factor that causes stress in the workplace.
AIM: This research aims to analyze the relationship between workplace bullying and work stress in white-collar and blue-collar workers in companies, as a strategy to increase productivity by optimizing stress management in workers.
METHODS: This research is an analytic cross-sectional study using the Negative Acts Questionnaire-Revised (NAQ-R) bullying questionnaire and Perceived Stress Scale – 10 (PSS-10) as a measure of workers' stress levels. The level of bullying is compared to other stress risk factors such as type of worker (blue collar and white collar), gender, age, marital status, salary, communication and workload.
RESULTS: A total of 409 garment factory workers in Indonesia were respondents, with an average stress level of 12.3 (±6.17) based on the PSS-10 scale and 23.3 (±2.39) level of bullying according to NAQ-R. Intimidation bullying is the most common type of bullying. Bullying is strongly related to workers' stress levels, wages, and communication factors. Perceived Stress had a significant relationship with communication categories and wages.
CONCLUSION: Bullying in the workplace is related to work stress in workers, both white collar and blue collar workers. Poor communication and lower pay are also linked to workplace bullying.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nigel Ashifa Harmen
"ABSTRACT
School is a place for children and adolescent to study, however in some research it was found that bullying also often occur in school. Bullying experience is a negative experience that can affect the student rsquo s mental health. Therefore, this study is aimed to identify the students perception to school environment and obtain the correlation between bullying experience and students perception to school environment.Method This study was using cross sectional design with the subject of this study was students from grade 7 9 in five junior high school in Jakarta. This research was part of another research entitled Adolescent, Mental health, Wellbeing and bullying that received money from DRPM UI. Questionnaire that used was traditional bullying questionnaire from Nansel and 4 questions that stated the students perception to their school environment. One hundred twenty students who randomly selected, were involved in this study and divided into four groups, which are the victims group, perpetrator groups, and both victim and perpetrator groups. All of the data were analyzed with Spearman rsquo s correlation rank test using SPSS for Mac version 21.Result of this research showed that there was a weak correlation between students victim, perpetrator and both perception on school safety and bullying behavior in victims,perpetrator, and victim and perpetrator groups. r 0.2, r 0.3, r 0.25. A weak correlation was found between Teacher or other adult act to stop bullying and bullying experience in victim group, perpetrator group, and both victim and perpetrator group, where the coefficient correlation are r 0.3,r 0.2,r 0.21 respectively. To conclude, a major part of students have a good perception on school environment. Therefore, the school condition need to be maintain hence the students will always feel that their school is giving a consistent support.

ABSTRAK
Sekolah merupakan tempat anak dan remaja menuntut ilmu, namun dalam beberapa penelitian menunjukan bahwa perundungan juga banyak ditemukan dalam sekolah. Pengalaman perudungan tersebut merupakan pengalamn negative yang berdampak terhadap kesehatan jiwa anak. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengdetifikasi persepsi anak terhadap lingkungan sekolah dan mendapatkan korelasi antara pengalaman perudungan dan persepsi anak terhadap lingkungan sekolah.Metoda: Merupakan penelitian dengan desain potong lintang dengan subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas 7-9 di lima sekolah menengah pertama di Jakarta. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian Adolescent, Mental health, Wellbeing and bullying yang mendapatkan dana penelitian dari DRPM UI. Kuisioner yang digunakan adalah kuisioner perundungan tradisional dari Nansel dan empat buah pertanyaan yang menyatakan persepsi siswa/I terhadap lingkungan sekolahna. Seratus dua puluh siswa/i yang di pilih secara acak terlibat dalam penelitian ini dan terbagi dalam tiga kelompok yaitu kelompok korban perundungan, kelompok pelaku perundungan, dan kelompok korban sekaligus pelaku perundungan. Semua data di analisa dengan uji rangking korelasi Spearman rsquo;s dengan memakai SPSS untuk Mac versi 21.Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat korelasi lemah antara persepsi siswa/i korban,pelaku,keduanya terhadap keamanan sekolah dengan pengalaman perundungan baik pada kelompok korban, pelaku dan kelompok korban dan pelaku dengan masing ndash; masing koefisien korelasi r=-0.2, r=-0.3, r= -0.25. Korelasi lemah ditemukan antara sikap guru atau orang dewasa lainnya untuk menghentikan perundungan dengan dengan pengalaman perundungan pada kelompok korban, pelaku dan kelompok korban dan pelaku dengan masing- masing koefisien korelasi r=-0,3,r=-0,2 dan r=-0,21. Kesimpulan sebagian besar siswa/i mempersepsikan lingkungan sekolah dengan baik, dan berkorelasi lemah dengan pengalaman perundungan. dengan demikian kondisi sekolah tersebut harus tetap dipertahankan agar siswa/i terus merasa bahwa sekolah mereka merupakan sekolah yang memberikan dukungan secara konsisten."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70437
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Harmanto
"ABSTRAK
Individu yang termasuk dalam kelompok minoritas memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami gejala psikotik, yang telah ditemukan terkait dengan berbagai stresor lingkungan seperti persepsi diskriminasi. Artikel ini bertujuan untuk memeriksa mekanisme yang diterjemahkan status minoritas menjadi gejala psikotik melalui diskriminasi yang dirasakan dalam sampel masyarakat di Indonesia. Gejala psikotik diukur dengan Community Assessment of Psychotic Experiences (CAPE), status minoritas dan persepsi diskriminasi yang diukur dengan survei NEMESIS, serta mengukur gejala depresi menggunakan Patient Health Questionnaire-9 (PHQ-9) sebagai variabel kovariat. Analisis mediasi dilakukan untuk memverifikasi peran persepsi diskriminasi dalam memediasi hubungan antara status minoritas dan gejala psikotik. Diskriminasi yang dirasakan ditemukan sepenuhnya memediasi hubungan antara status minoritas dan gejala psikotik positif (ab = 0,57, 95% CI [0,10, 1,05]) tetapi tidak ada efek mediasi dalam gejala psikotik negatif (ab = -0,11, 95% CI [-0,40, 0,17]). Disimpulkan bahwa status minoritas yang dipegang oleh individu meningkatkan persepsi diskriminasi, yang pada gilirannya diterjemahkan menjadi gejala psikotik positif yang lebih tinggi yang dilaporkan. Implikasi dan diskusi mengenai penelitian akan dibahas lebih lanjut dalam artikel.

ABSTRACT
Individuals belonging to a minority group have a higher risk of experiencing psychotic symptoms, which have been found to be associated with various environmental stressors such as discrimination perception. This article aims to examine the mechanism that translates minority status into psychotic symptoms through perceived discrimination in a community sample in Indonesia. Psychotic symptoms were measured by Community Assessment of Psychotic Experiences (CAPE), minority status and discrimination perceptions as measured by the NEMESIS survey, as well as measuring depressive symptoms using Patient Health Questionnaire-9 (PHQ-9) as covariate variables. Mediation analysis was carried out to verify the role of perception of discrimination in mediating the relationship between minority status and psychotic symptoms. Perceived discrimination was found to fully mediate the relationship between minority status and positive psychotic symptoms (ab = 0.57, 95% CI [0.10, 1.05]) but there was no mediating effect in negative psychotic symptoms (ab = -0.11 , 95% CI [-0.40, 0.17]). It was concluded that the minority status held by individuals increased the perception of discrimination, which in turn translated into higher positive psychotic symptoms that were reported. Implications and discussion regarding research will be discussed further in the article.
"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>