Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 199365 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rifky Pradana Purnamaputra
"

Penggunaan dan pengembangan energi baru terbarukan terus meningkat seiring waktu, salah satunya adalah energi surya. Untuk pemanfaatan energi surya menjadi energi listrik, dibutuhkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang tentunya menggunakan panel surya. Dalam penggunaannya, panel surya sangat bergantung terhadap cuaca dan iradiasi matahari yang berubah-ubah seiring waktu sehingga keluaran daya dari panel surya tidak selalu mencapai potensi maksimalnya. Pada sistem panel surya ini, dibutuhkan inverter untuk mengubah listrik DC yang dihasilkan panel surya menjadi listrik AC. Pemanfaatan inverter ini akan memengaruhi karakteristik hasil keluaran dari panel surya, salah satunya adalah disturbansi. Pada frekuensi rentang 9 -150 kHz, peralatan listrik dengan inverter akan menghasilkan disturbansi pada sistem. Sehingga, pada tulisan ini, penelitian dilakukan untuk mengamati karakteristik disturbansi frekuensi 9-150 kHz sistem PLTS on-grid terhadap variasi beban dan iradiasi matahari pada sistem kelistrikan di SPBU Kuningan sehingga dapat dijadikan pedoman untuk penelitian disturbansi kedepannya. Dari hasil penelitian tegangan disturbansi di frekuensi 9-150 kHz yang didapat, frekuensi 18 kHz menjadi frekuensi yang paling dominan disturbansinya. Persentase kenaikan nilai disturbansi dari iradiasi matahari terendah (500 W/m2) ke iradiasi matahari tertinggi (900 W/m2) adalah sebesar 10%-12% dan persentase kenaikan nilai disturbansi dari daya beban terendah (500 W) ke daya beban tertinggi (2500 W) adalah sebesar 3% - 8%.

 


The use and development of new renewable energy continues to increase over time, one of which is solar energy. To use solar energy into electricity, a solar power plant is needed which of course uses solar panels. In its use, solar panels are very dependent on weather and solar irradiation that changes over time so that the power output of solar panels does not always reach its maximum potential. In this solar panel system, an inverter is needed to convert dc electricity produced by solar panels into ac electricity. The use of this inverter will affect the characteristics of the output of solar panels, one of which is disturbance. At a frequency range of 9-150 kHz, electrical equipment with an inverter will produce a disturbance in the system. So, in this thesis, the study was conducted to observe the characteristics of the disturbance frequency of 9-150 kHz on-grid solar system to the variation of load and solar irradiation in the electrical system at the Kuningan gas station so that it can be used as a guide for future disturbance research. From the results of the study of disturbance voltages at frequency of 9-150 kHz, the frequency of 18 kHz is the most dominant frequency of the disturbance. The percentage of increase in disturbance value from the lowest solar irradiation (500 W/m2) to the highest solar irradiation (900 W/m2) is 10%-12% and the percentage of increase in disturbance value from the lowest load power (500 W) to the highest load power (2500 W) is 3% - 8%.

 

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Luthvan Hood
"Salah satu hal permasalahan yang saat ini dihadapi oleh Indonesia saat ini adalah kebergantungan penggunaan sumber energi bahan bakar fossil sebagai sumber energi listrik untuk mengatasi peningkatan akan kebutuhan energi listrik. Salah satu sumber energi baru dan terbarukan penghasil tenaga listrik adalah energi surya dari matahari. Pemanfaatan energi surya yang diubah menjadi energi listrik diterapkan dengan menggunakan panel surya pada Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Pada sistem PLTS hal yang paling mempengaruhi kinerja dari sistem tersebut adalah panel surya dan kondisi cuaca. Teknologi Panel surya menghasilkan listrik DC yang selanjutnya dapat diubah menjadi listrik AC menggunakan inverter agar dapat dihubungkan ke beban AC. Nyatanya, peralatan listrik dengan teknologi inverter dapat membangkitkan disturbansi pada frekuensi 9-150 kHz. Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi karakteristik disturbansi di frekuensi 9 - 150 kHz pada sistem panel surya dari sisi keluaran inverter sehingga dapat dijadikan acuan untuk penelitian dalam memprediksi, menganalisa dan mengetahui efeknya terhadap sistem kelistrikan dan kerja dari peralatan lain. Berdasarkan Hasil Penelitian Tegangan Disturbansi di frekuensi 9-150 kHz pada frekuensi dominannya mengalami kenaikan sebesar 7.97 % setiap kenaikan iradiasi matahari sebesar 100 W/m2. Lalu pada keadaan impor daya listrik, Tegangan Disturbansi mengalami kenaikan 14.1 % setiap penurunan impor daya sebesar 1000 W. Sedangkan pada keadaan ekspor daya, Tegangan Disturbansi mengalami kenaikan 5.39 % setiap kenaikan ekspor daya sebesar 1000 W.

One of the problems currently faced by Indonesia today is the reliance on the use of fossil fuel energy sources as a source of electrical energy to overcome the increase in electrical energy needs. One of the new and renewable energy sources producing electricity is solar energy from the sun. The use of solar energy which is converted into electrical energy is applied using solar panels in the Solar Power Plant. In the Solar Power Plant system the most influencing performance of the system are solar panels and weather conditions. Technology Solar panels produce DC electricity which can then be converted into AC electricity using an inverter so that it can be connected to an AC load. In fact, electrical equipment with inverter technology can generate disturbances at a frequency of 9 - 150 kHz. This study aims to investigate the characteristics of disturbances at the frequency of 9-150 kHz in the solar panel system from the inverter output side so that it can be used as a reference for research in predicting, analyzing and knowing the effect on the electrical system and work of other equipment. Based on the results of Disturbance Voltage Research at a frequency of 9-150 kHz the dominant frequency has increased by 7.97 % each increase in solar irradiation by 100 W / m2. Then in the state of electric power imports, the Disturbance Voltage increases by 14.1 % each decrease in import power by 1000 W. Whereas in the state of power exports, the Disturbance Voltage increases by 5.39 % each increase in export power by 1000 W."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gusdhi Rhazhya Ramadhan
"

Penggunaan energi baru terbarukan di dunia semakin meningkat, begitu juga dengan Indonesia. Ketertarikan ini didukung oleh sifatnya yang ramah lingkungan dan salah satu cara yang efektif untuk melawan pemanasan global. PLTS adalah pembangkit listrik yang dapat mengkonversi energi surya menjadi energy listrik menggunakan panel surya.Namun,PLTS memiliki ketergantungan pada energy surya,ini karena energi surya dipengaruhi oleh cuaca dan kondisi awan yang mungkin bisa berubah dalam waktu singkat.Tentu di saat ada perubahan pada energi surya maka keluaran dari panel surya pun juga berubah. PLTS pada umumnya memiliki komponen elektronika daya yaitu inverter. Inverter digunakan untuk mengubah keluaran panel surya yang berupa arus searah (DC) menjadi arus bolak-balik (AC).Penggunaan komponen elektronika daya seperti inverter, ditambah keluaran panel surya yang cenderung fluktuatif merupakan disturbansi.Pada umumnya, inverter mempunyai frekuensi switching di atas 1Khz, atas dasar ini pada rentang 9-150 Khz inverter bisa menghasilkan disturbansi pada sistem PLTS.Namun, standardisasi untuk persyaratan emisi yang ada untuk inverter pada frekuensi 9 kHz-150 kHz kurang. Oleh karena itu, pada tulisan ini akan dilakukan penelitian mengenai karakteristik disturbansi pada frekuensi 9kHz-150 kHz pada sistem PLTS On-Grid di SPBU Kuningan. Pengukuran dilakukan di sisi keluaran dari inverter dan sisi output grid-tie inverter. Berdasarkan hasil dari pengolahan data, nilai disturbansi pada frekuensi ini cenderung konstan terhadap daya atau irradiasi, namun jika perubahan terjadi secara cepat maka nilai disturbansi juga mengalami perubahan.

 


The usage of renewable energy is increasing in many countries, Indonesia included. This spike of interest is supported by its environmental-friendly nature and the fact that it is one of the most effective ways to combat global warming.Solarpower plants are electricy generators with the ability to convert solar energy to electricity by using solar panels.However, solar power plants are indubitably dependent on solar energy, which can cause a fluctuation of output because solar energy is affected by weather and the clouds condition.Generally, solar power plants have a power electronics component called an inverter. Inverters are used to convert the output of solar panels, the direct current (DC), to alternating current(AC). The usage of power electronics such as inverters plus the fluctuation of the solar panelcommonly cause disturbansis.Invertes usually have a switching rate higher than 1 Khz, which can cause disturbansis in the range of 9-150 Khz throughout the whole system.However, there is little to none standardization regarding how much emission it is allowed to radiate at the 9-150Khz. With the aforementioned concerns in mind, this writing discusses research regarding the characteristics of disturbansis on the 9-150Khz frequency on the On-Grid solar power plants located at SPBU Kuningan.Measurement is done on the output side of the bidirectional inverter and the output side of the grid-tie inverter. The results of this disturbansi research shows that the disturbansi produced remains constant in correlation with changes in irradiance or power, however the disturbansi produced increases as the power output changes during a short interval.

 

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nagib Muhammad
"Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) mengkonversi energi cahaya menjadi energi listrik dengan menggunakan photovoltaic. PLTS menggunakan inverter untuk merubah listrik DC ke AC untuk dapat dihubungkan ke beban AC. Seiring dengan meningkatnya penggunaan rooftop PLTS, maka penggunaan inverter juga meningkat. Faktanya, inverter dapat menghasilkan disturbansi pada frekuensi 9-150kHz. Berdasarkan hal tersebut, studi ini difokuskan dengan melakukan observasi terhadap karakteristik disturbansi PLTS terhadap variasi radiasi matahari dengan variasi tipe beban dan pemberian efek bayang-bayang pada rentang frekuensi dari 9-150 kHz. Diharapkan hasil pengamatan yang didapatkan bisa menjadi acuan untuk penelitian dalam menganalisa, memprediksi dan mengetahui efeknya terhadap sistem tenaga listrik. Metode yang digunakan pada pengamatan ini adalah pertama dengan melakukan pengamatan pada keluaran sistem photovoltaic yang dihubungkan dengan tipe beban yang bervariasi dan pengamatan kedua dilakukan dengan memberikan efek bayang-bayang 0%, 25%, 50%, 75% dan 100% dari luasan photovoltaic lalu mengamatinya pada dua kondisi radiasi matahari. Berdasarkan pengamatan yang didapatkan, secara umum terdapat tiga frekuensi disturbansi dominan yaitu range 19-29kHz, 69-79Khz, dan 140-149kHz. Sedangkan nilai tegangan disturbansi menurun seiring semakin besarnya efek bayang-bayang yang diberikan, tetapi pada kondisi terkenak efek bayang-bayang sebesar 25% dan 50% memiliki nilai tegangan disturbansi yang cenderung sama pada tiga frekuensi dominan tersebut.

The Solar Power Plant converts light into electricity using photovoltaic. It uses an inverter to convert DC to AC electricity to be connected to an AC load. Along with the increasing use of solar panel, inverter use has also increased. In fact, the inverter can produce disturbances at frequency between 9-150kHz. Based on this matter, this study is focused on observing the disturbance characteristics of photovoltaic system due to variations in irradiation, type of load and shading in the frequency range from 9-150 kHz. It is expected that the output of this observations can be a reference for research in analyzing, predicting and knowing the effects on the electric power system. First, this observation provide a variation type of load, such as resistive, capacitive and inductive load. Second, this observation provide a shading effect of 0%, 25%, 50%, 75% and 100% of the photovoltaic area and then observe it in at least two different solar irradiation conditions. Based on observations obtained, in general there are three frequencies of dominant disturbances, namely the range 19-29kHz, 69-79Khz, and 140-149kHz then on the shading effect condition the disturbance voltage decreases with increasing shading effect, but at shading conditions 25% and 50% have a value voltage disturbances that tend to be the same in the three dominant frequencies."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T53162
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alya Zahra
"Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) menggunakan photovoltaic yang dapat mengkonversi energi cahaya menjadi energi listrik. Teknologi photovoltaic menghasilkan listrik DC yang selanjutnya dapat diubah menjadi listrik AC menggunakan inverter agar dapat dihubungkan ke beban AC. Nyatanya, peralatan listrik dengan teknologi inverter dapat membangkitkan disturbance pada frekuensi tinggi 9-150 kHz, termasuk photovoltaic inverter. Namun standardisasi pada rentang frekuensi ini masih sangat kurang sehingga usaha untuk membatasi besarnya disturbance juga masih sangat sedikit.
Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi karakteristik disturbancedi frekuensi 9-150 kHz pada sistem photovoltaic dari sisi keluaran inverter sehingga dapat dijadikan acuan untuk penelitian dalam memprediksi, menganalisa dan mengetahui efeknya terhadap sistem kelistrikan dan kerja dari peralatan lain. Terdapat 2 sistem photovoltaic yang diinvestigasi, yaitu sistem off griddan sistem on griddengan melihat pengaruh besar perubahan radiasi matahari terhadap karakteristik disturbance yang dibangkitkan inverter.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi radiasi matahari yang terpapar ke sel surya, semakin tinggi juga tegangan disturbance yang dibangkitkan dari keluaran inverter karena dipengaruhi oleh perubahan tegangan. Berdasarkan hasil pengukuran, kenaikan tegangan disturbance keluaran inverterpada sistem off grid lebih tinggi dibanding pada sistem on grid, dimana pada sistem off gridterjadi kenaikan dengan rentang 7,6% -30,8%, sedangkan pada sistem photovoltaic on grid terjadi kenaikan dengan rentang 2,6% -14,12 %di tiap kenaikan radiasi matahari sekitar 100 W/m.

Solar power plant uses photovoltaic to convert solar energy into electrical energy. Photovoltaic technology produces DC electricity which is then converted into AC electricity using an inverter device to connect with AC load. Electrical equipments using inverter technology generate disturbance in high frequency 9-150 kHz, including photovoltaic inverter that commonly happened in switching frequency.
This research aims to investigate disturbance characteristics in the frequency range from 9-150 kHz on photovoltaic system from the side of the inverter outputso that can be used for research in analyzing its effect to system and other equipments. 2 systems were investigated : off grid system and on grid system with investigating the effect of changes in solar radiation on characteristics of the disturbance that is generated.
This study shown that the higher solar radiation exposed to solar cells, the higher disturbance voltage generated from the inverter output. Based on the measurement results, the increase in disturbance voltage in the off grid system is higher than the on grid system, which the off grid system gives an increase of 7,6%-30,8%,while the on grid system increases by 2,6%-14,12 % in each addition of 100 W/m2 solar irradiance.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faizal
"ABSTRAK
Penggunaan rangkaian elektronika daya berupa inverter dan switched mode power supplies (SMPS) yang memiliki frekuensi pensaklaran pada frekuensi tinggi memberikan dampak pada munculnya gangguan pada frekuensi tinggi. Berkembangnya teknologi rangkaian elektronika daya tersebut juga mulai banyak digunakan pada peralatan rumah tangga modern dan ramah lingkungan, serta mulai meningkatnya penelitian mengenai peralatan rumah tangga dan sistem PLTS yang menghasilkan gangguan atau disturbansi pada frekuensi tinggi yaitu pada rentang 9-150 kHz, merupakan dasar penulis melakukan penelitian mengenai analisis karakteristik disturbansi dan perilaku disturbansi yang dihasilkan oleh beberapa peralatan rumah tangga pada rentang frekuensi 9-150 kHz di sistem PLTS on-grid. Pengukuran dilakukan di ruangan EPES gedung MRPQ fakultas Teknik UI, dengan menggunakan solar inverter sunny boy yang termasuk jenis inverter pada sistem PLTS on-grid. Untuk mengkonfirmasi daya yang digunakan pada peralatan atau beban digunakan Power Quality Analyzer, dan untuk pengukuran disturbansi menggunakan picoscope, yang hasil pengukurannya diolah menjadi domain frekuensi untuk mempernudah Analisis. Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa pada beban atau peralatan rumah tangga menghasilkan disturbansi yang cukup tinggi, serta variasi pada penggunaan daya dan kombinasi peralatan pada sistem yang sama juga mempengaruhi nilai dari disturabansi dan perubahan frekuensi pada disturbansi tersebut.

ABSTRACT
Power electronic circuits usage such as of inverters and switched-mode power supplies (SMPS), which have switching frequencies at high frequencies, have an impact on the appearance of disturbance at high frequencies. Development of power electronic circuit technology has also begun to be widely used in modern household appliances, as well as increasing research on household appliances and PV system that produce disturbances in range of 9-150 kHz, with this base, the author conducted research on the analysis of the characteristics of disturbances and behavior of the disturbances produced by household appliances in the frequency range of 9-150 kHz in on-grid PV system. Measurements were made in the EPES room of MRPQ building at Faculty of Engineering UI, using a sunny boy solar inverter which is an inverter type on the on-grid PV system. To confirm the power used in the equipment or load the Power Quality Analyzer is used, and for disturbances using a picoscope, measurement results are processed into a frequency domain to facilitate analysis. This study results indicate that household equipment generates disturbances, and variations in power usage and equipment combinations in the same system also affect the value of the disturbances and frequency changes in the disturbances."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rheo Loridho Pratama
"Uninterruptible Power Supply (UPS) yang bekerja pada mode dual konversi mengubah tegangan AC yang masuk ke UPS menjadi tegangan DC agar dapat menyuplai tegangan ke battery charger yang kemudian tegangan DC tersebut kembali diubah menjadi tegangan AC oleh inverter agar dapat menyuplai tegangan ke sistem. Oleh sebab itu dengan meningkatnya kebutuhan UPS sebagai backup daya sementara ketika sumber listrik utama mengalami gangguan maka penggunaan inverter pun semakin meningkat. Karakteristik inverter yang non linear menyebabkan penggunaan inverter dapat memicu disturbansi pada frekuensi 9-150 kHz. Berdasarkan hal tersebut, studi ini difokuskan dengan melakukan observasi tegangan disturbansi yang dihasilkan pada sistem UPS dengan memvariasikan beban uji yang terhubung dengan UPS. Beban uji yang digunakan yaitu beban resistif, induktif, kapasitif dan gabungan dari ketiga beban tersebut dengan variasi tingkat pembebanan. Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, secara umum terdapat empat frekuensi dominan yang menghasilkan disturbansi yaitu rentang frekuensi 19-25 kHz, 39-45 kHz dan 129-135 kHz pengujian beban resistif, induktif dan resistif-induktif sementara rentang frekuensi 19-25 kHz, 39-45 kHz dan 106-112 kHz pada saat pengujian beban kapasitif, resistif-kapasitif dan induktif-kapasitif. Puncak tegangan disturbansi tertinggi terjadi pada saat pembebanan induktif yaitu 80,7 mV pada frekuensi 19,8 kHz.

Uninterruptible Power Supply (UPS) which works in dual conversion mode changes the AC voltage entering the UPS into a DC voltage so that it can supply the voltage to the battery charger and then the DC voltage is converted back into AC voltage by the inverter so that it can supply the voltage to the system. Therefore, with the increasing need for UPS as a temporary power backup when the main power source is interrupted, the use of inverters is increasing. The non-linear characteristics of inverter cause the use of inverters can trigger disturbances at 9-150 kHz frequency. Based on this, this study is focused on observing the voltage disturbances generated on the UPS system by varying the test load connected to the UPS. The test load used is resistive, inductive, capacitive and a combination of the three loads with varying loading levels. Based on the results of tests, in general there are four dominant frequencies that produce disturbances, namely the frequency range 19-25 kHz, 39-45 kHz and 129-135 kHz resistive, inductive and resistive-inductive load testing while the frequency range is 19-25 kHz, 39-45 kHz and 106-112 kHz when testing capacitive, resistive-capacitive and inductive-capacitive load testing. The highest disturbance voltage peak occurs is 80.7 mV at a frequency of 19.8 kHz when inductive load connected to the UPS."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marganda, Naek
"Penggunaan pembangkit listrik tenaga surya atau PLTS saat ini sedang berkembang pesat di dunia termasuk di Indonesia karena sifatnya yang ramah lingkungan tanpa mengeluarkan emisi gas rumah kaca. Pesatnya perkembangan teknologi elektronika daya berdampak pada meningkatnya penggunaan PLTS dan peralatan rumah tangga yang bersifat non-linear yang menggunakan teknologi inverter. Pada PLTS, inverter digunakan untuk mengubah listrik arus searah (direct current/DC) dari sinar matahari menjadi arus bolak-balik (alternating current/AC). Inverter biasanya memiliki kecepatan switching yang lebih tinggi dari 1 kHz, yang dapat menyebabkan distorsi bentuk gelombang pada keluaran daya AC, seperti harmonisa dan disturbansi pada rentang frekuensi 9-150 kHz. Distorsi ini dapat mempengaruhi kinerja peralatan itu sendiri maupun peralatan tetangga yang terhubung ke jaringan tenaga listrik yang sama. Penelitian ini difokuskan untuk menganalisis pengaruh berbagai jenis beban peralatan linear dan non-linear terhadap harmonisa dan disturbansi 9-150 kHz pada PLTS Atap on-grid melalui pengukuran dengan osiloskop berbasis komputer dan Power Quality Analyzer (PQA). Melalui analisis korelasi, penelitian juga mencari tahu hubungan harmonisa dengan disturbansi 9-150 kHz yang ditimbulkan pada sistem PLTS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara PLTS dengan beban non-linear meningkatkan harmonisa tegangan dan disturbansi 9-150 kHz. Analisis korelasi menunjukkan bahwa tegangan harmonisa dan tegangan disturbansi 9-150 kHz memiliki hubungan yang sangat kuat pada saat PLTS dengan beban kapasitor dan peralatan non-linear.

The usage of Photovoltaic (PV) energy system as a solar power plant has been growing rapidly in the world, because it is clean without emitting greenhouse gasses. The rapid development of power electronics technology has an impact in the development of PV system and the usage of non-linear household appliances that use inverter technology. In PV system, an inverter is used to convert direct current (DC) power from sunlight to alternating current (AC). Inverters usually have a switching rate higher than 1 kHz, which may cause waveform distortions and disturbances in AC power output, such as harmonics (< 2 kHz) and disturbance in the frequency range 9-150 kHz. These disturbances may affect the performance of equipment, as well as neighbor equipment connected to the same network. This research is focused on analyzing the effect of various types of linear and non-linear equipment loads to the harmonics and disturbance in frequency 9-150 kHz on the Grid-connected Rooftop PV System by conducting laboratory measurement using a computer-based oscilloscope and power quality analyzer. Through correlation analysis, research also finds out the relationship between the harmonics and the disturbances in frequency 9-150 kHz generated in the Rooftop PV System. The results show that the interaction between PV system and non-linear loads increased the harmonics voltage and disturbance 9-150 kHz. Correlation analysis shows that the harmonic voltage and the diturbance 9-150 kHz have a very strong relationship when the load of PV system is capacitor and non-linear equipment."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septian Ari Kurniawan
"Kompor induksi adalah sebuah peralatan elektronik nonlinier yang dalam proses memasaknya menggunakan prinsip pemanasan secara induksi. Bertepatan dengan Hari Listrik Nasional ke-75, PT PLN (Persero) meluncurkan "Gerakan Konversi Satu Juta Kompor Elpiji ke kompor Induksi". Kompor induksi dapat menyebabkan gangguan pada bentuk gelombang listrik AC dalam bentuk disturbance pada rentang frekuensi 9-150 kHz yang disebabkan oleh karakteristik pensaklaran dari kompor induksi tersebut yang berakibat pada penurunan kualitas daya listrik dan mengganggu peralatan elektronik lain yang terhubung dengan jaringan yang sama. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh karakteristik tegangan disturbance yang dibangkitkan oleh empat kompor induksi pada jaringan PLN dan sistem PLTS atap on-grid. Karakteristik disturbance interaksi kompor induksi dengan peralatan sekitar dan pengaruh perbedaan titik pengukuran juga diperoleh. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan picoscope untuk memperoleh sinyal dalam domain waktu, yang kemudian diproses oleh Matlab menggunakan metode FFT untuk mendapatkan sinyal dalam domain frekuensi. Tegangan disturbance meningkat ketika tingkatan daya tiap kompor induksi meningkat. Tegangan disturbance kompor induksi yang diinteraksikan dengan peralatan sekitar mengalami penurunan, di mana penurunan tersebut dipengaruhi oleh impedansi internal dari peralatan sekitar. Perbedaan titik pengukuran menunjukkan bahwa semakin jauh pengukuran dari sumber disturbance, semakin kecil tegangan disturbance-nya

The induction cooker is a nonlinear electronic device which in the cooking process uses the induction heating principle. Coinciding with the 75th National Electricity Day, PT PLN (Persero) launched the "Gerakan Konversi Satu Juta Kompor Elpiji ke kompor Induksi". Induction cooker can cause disturbances in AC electric waveforms in the form of disturbances in the frequency range 9-150 kHz which is caused by the switching characteristics of the induction cooker which results in a decrease in the power quality and disrupts other electronic equipment connected to the same network. This study aims to obtain the disturbance voltage characteristics generated by four induction cooker on the utility grid and the on-grid rooftop PV system. The disturbance characteristics of the interaction of the induction cooker with the neihbor appliance and the effect of different measurement points were also obtained. This research was conducted using a picoscope to obtain a signal in the time domain, which was then processed by Matlab using the FFT method to obtain the signal in the frequency domain. The disturbance voltage increases when the power level of each induction cooker increases. The disturbance voltage of the induction cooker interacted with the neihbor appliance has decreased, where the decrease is influenced by the internal impedance of the neihbor appliance. The difference measurement points showed that the further measurement point from the disturbance source, disturbance voltge will decrease."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Fadhil Rafii Saputro
"Banyak peralatan rumah tangga saat ini sudah menerapkan teknologi switch-mode power supply (SMPS) dan inverter yang dapat meningkatkan efisiensi energi. Namun penggunaan teknologi tersebut dapat membangkitkan disturbance pada rentang frekuensi 9-150 kHz akibat frekuensi switching yang tinggi. Selain itu, penurunan emisi pada rentang frekuensi rendah atau harmonik klasik dengan rangkaian filter, menjadi salah satu penyebab lainnya dalam meningkatnya emisi pada rentang frekuensi tinggi. Tegangan suplai utama pada jaringan tegangan rendah selalu bervariasi nilainya setiap waktu. Variasi tegangan suplai yang terjadi secara aktual dapat mempengaruhi disturbance yang dibangkitkan oleh peralatan rumah tangga pada rentang frekuensi 9-150 kHz.
Penelitian ini fokus pada pencarian karakteristik disturbance peralatan rumah tangga dan pengaruh disturbance yang dibangkitkan terhadap variasi tegangan suplai pada rentang frekuensi 9-150 kHz. Peralatan rumah tangga yang digunakan adalah AC inverter, AC non-inverter, kulkas inverter, kulkas non-inverter, kompor induksi, lampu CFL, lampu LED, personal komputer, dan vacuum cleaner. Dalam melakukan pencarian karakteristik disturbance peralatan rumah tangga, digunakan decoupling network untuk menurunkan tegangan jatuh pada impedansi internal peralatan rumah tangga dan membatasi disturbance dari suplai masuk saat dilakukan pengukuran.
Pengukuran disturbance dilakukan dengan menggunakan osiloskop differensial Picoscope 3425. Analisis karakteristik disturbance dilakukan dalam domain frekuensi dengan menggunakan Fast Fourier Transform (FFT). Pencarian karakteristik disturbance dilakukan pada tiga variasi waktu (pagi, siang, dan malam). Dari hasil pengukuran menunjukan disturbance tertinggi dihasilkan oleh vacuum cleaner sebesar 5,085 V pada frekuensi 9,8 kHz dan disturbance terendah dihasilkan oleh lampu LED Panasonic sebesar 16,62 mV pada frekuensi 64,4 kHz. Perubahan disturbance tertinggi yang dibangkitkan oleh peralatan rumah tangga terhadap variasi tegangan suplai terjadi pada kulkas inverter, dengan perubahan disturbance mencapai 71,79% dan yang terendah terjadi pada lampu CFL Philips sebesar 11,6%.

Many household appliances are now implementing switch-mode power supply (SMPS) and inverter technologies that can improve energy efficiency. But the use of these technologies may generate disturbances in the frequency range within 9-150 kHz due to high switching-frequency. In addition, decreasing emissions in the low frequency range or classical harmonics with filter circuits, is one of the other causes in increasing emissions in the high frequency range. The main supply voltage at low voltage networks always varies in time. Variations in actual supply voltage can affect the disturbance generated by household appliances at a frequency range within 9-150 kHz.
This study focused on the search for characteristics of disturbance in household appliances and the disturbance generated by variations of actual supply voltage in the frequency range within 9-150 kHz. The household appliances under test are inverter air conditioner, non-inverter air conditioner, inverter refrigerator, non-inverter refrigerator, induction cooker, CFLs lamps, LEDs lamps, personal computer, and vacuum cleaner. The actual disturbance characteristics of household appliances can be measured by installing decoupling network which used to reduce the voltage drop in the internal impedance of household appliances and limit the disturbance from incoming supply when measured.
The disturbance is measured by using Picoscope 3425 differential oscilloscope. The characteristics of disturbance is analyzed in the frequency domain using Fast Fourier Transform (FFT) and measured on three variations of time (morning, afternoon and evening). The measurement results shows, the highest disturbance is generated by a vacuum cleaner of 5,085 V at a frequency of 9,8 kHz and the lowest disturbance is generated by Panasonic LED lamps of 16,62 mV at a frequency of 64,4 kHz. The highest variance of disturbance generated by household appliances affected by variations in supply voltage is inverter refrigerator, with variance of disturbance reaches 71,79% and the lowest is Philips CFL lamps reaches 11,6%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>