Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 64576 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abu Bakar Ash Shiddiq
"Pemerintah Indonesia memandang penting kemandirian dan ketahanan energi sebagai faktor pendukung proses pembangunan nasional. Berbagai kebijakan telah dikeluarkan untuk mendukung penemuan potensi Energi Baru dan Terbarukan (EBT), salah satunya dengan merancang biodigester yang menghasilkan biogas. Umumnya biodigester berukuran besar sehingga tidak mudah untuk dipindahkan atau permanen di suatu tempat. Jenis biodigester yang dikembangkan dalam penulisan ini adalah biodigester portabel yang ukurannya cukup kecil dan mudah untuk dipindah sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat secara umum. Untuk mengaplikasikan biodigester portabel perlu dilakukan analisis simulasi secara teknis dan ekonomis dengan beberapa skenario, baik dari sisi penawaran yaitu ketersediaan masukan kotoran sapi dan dari sisi permintaan yaitu kebutuhan gas masak dan listrik dasar harian itu sendiri. Berdasarkan analisis teknis dan keekonomian berupa Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PP) dan Benefit Cost Ratio (BC Rasio), skenario 1 yaitu desain basis biodigester portabel untuk pemenuhan gas masak harian yang bersumber dari kotoran satu ekor sapi adalah skenario optimal dan paling menguntungkan. Biodigester portabel tersebut memiliki kapasitas produksi 2,247 m3 biogas per hari dengan nilai NPV sebanyak Rp 3.431.947, IRR sebesar 32,30%, PP tercapai di tahun ke-2,70 dan nilai BC rasio sebesar 1,78 kali berdasarkan harga dan biaya acuan. Desain basis biodigester portabel tersebut masih layak dijalankan apabila terjadi perubahan hingga maksimal peningkatan 70% harga drum yang merupakan komponen biaya terbesar dalam instalasi alat biodigester. Selain itu, skenario 4 yaitu desain basis alat berdasarkan kebutuhan gas masak harian sebesar 1,070 m3 biogas per hari juga tergolong less favorable namun tetap layak dijalankan bagi penulis. Hal ini dikarenakan desain basis alat pada skenario tersebut hanya layak dijalankan apabila terjadi perubahan hingga peningkatan 20% harga drum. Parameter keekonomian untuk skenario 4 adalah nilai NPV sebanyak Rp 2.859.100 dengan nilai IRR sebesar 12,24%, PP tercapai di tahun ke-4,32 dan nilai BC rasio sebesar 1,15.

Indonesian Government concerns on energy security and independency as driven factors for National development process. Some policies had issued to support findings about Potentials of New and Renewable Energy (EBT), one of which is by developing a biodigester that produces biogas. Generally, biodigesters are large so they are not easy to move or permanently in place. The type of biodigester developed is portable biodigester, which is small enough and easy to move so that many people can use it in daily life. To apply that portable biodigester, it is necessary to analyze the simulations of its technical and economic feasibility by setting some scenarios, on supply side that is availability of cow manure and on demand side that is the need of cooking gas and daily basic electricity itself. Based on technical and economic analysis of Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PP) and Benefit Cost Ratio (BC Ratio), the first scenario of simulation which is basis design of portable biodigester to fulfill cooking gas had sourced from one cows manure is the optimal and the most profitable one. It produces 2,247 m3 biogas every day and results in positif economic parameter values which are Rp3.431.947 of NPV, 32,30% of IRR, 2,70 year of PP has achieved and 1,78 times of BC ratio based on price and cost reference. That basis design of portable biodigester is still feasible to be applied if change occurs up to 70% increase in price of drums that took the largest portion of biodigester installment cost. Besides, the fourth scenario of simulation which is basis design of portable biodigester based on daily cooking gas needed of 1,070 m3 biogas every day is categorized as less favorable for authors while is still feasible to be applied if change occurs up to 20% increase in price of drums. Economic parameters of the fourth scenario are Rp 2.859.100 of NPV, 12,24%, of IRR, 4,32 year of PP has achieved and 1,15 times of BC ratio."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farhandi Fadillah Fedrizal
"Kulit kakao adalah produk sampingan utama dari industri kakao, serai digunakan untuk memasak rempah-rempah di Indonesia, namun hanya batangnya yang digunakan, daunnya adalah limbah, dan ampas kopi adalah sisa dari biji kopi setelah digiling dan diseduh, di mana ia juga dianggap sebagai limbah Limbah biomassa ini berpotensi digunakan untuk produksi biogas melalui ko-pencernaan dengan kotoran sapi, karena ko-pencernaan antara limbah pertanian dan kotoran hewan memberikan efek sinergis yang akan menghasilkan hasil biogas lebih tinggi. Namun, limbah biomassa ini adalah bahan lignoselulosa, karena sulit untuk limbah biomassa diuraikan dalam pencernaan anaerob. Cairan rumen sapi telah diusulkan untuk metode biodegradasi biomassa lignoselulosa.
Penelitian ini akan menggunakan limbah biomassa dan akan dicerna bersama dengan kotoran sapi dengan 4 variasi, yaitu: 1: 3, 1: 1, 3: 1, dan 1: 0. Cairan rumen sapi juga akan ditambahkan dalam empat variasi berbeda yaitu 0 g, 50 g, 100 g, dan 200 g. Kondisi operasi untuk produksi biogas juga akan bervariasi pada 25oC, 37 oC, 50 oC, dan 70 oC. Pencernaan anaerob akan dilakukan selama 168 jam, berdasarkan hasil, rasio optimal kulit kakao, serai, ampas kopi dengan kotoran sapi masing-masing adalah 1: 1, 1: 1, dan 1: 3, sedangkan jumlah rumen sapi yang optimal fluida 100 g, dan suhu kondisi pengoperasian optimal pada 37oC.
Hasil metana untuk setiap limbah biomassa optimal adalah 46,05 ml, 33,88 ml, dan 346,3 ml dengan komposisi metana puncak yang sesuai masing-masing 16,64%, 8,45%, dan 57,89% untuk kulit buah kakao, serai, dan ampas kopi. Sementara perbandingan limbah biomassa dan kotoran sapi optimal yang sama tanpa penambahan cairan rumen menghasilkan 1,74 ml, 0,1 ml, dan 3,42 ml metana dengan komposisi metana puncak yang sesuai yaitu 1,56%, 0,03%, dan 23,32% untuk sekam kakao, serai, dan ampas kopi co-digestion masing-masing. Oleh karena itu, hasilnya menyiratkan bahwa penambahan cairan rumen sapi berhasil menurunkan biomassa lignoselulosa dan mempercepat produksi biogas.

Cocoa husk is the primary by-product from the cocoa industry, lemongrass is used for cooking spices in Indonesia, however only the trunks are used, the leaves are waste, and coffee grounds is the reside from coffee beans after it is milled and brewed, where it is also considered as waste These biomass waste has the potential of being used for biogas production by co-digestion with cow manure, as co-digestion between agricultural waste and animal manure gives synergistic effect which would produce higher biogas yield. However, these biomass wastes are lignocellulosic materials, as it is difficult to for the waste biomass to be decomposed in anaerobic digestion. Cow rumen fluid has been proposed for method for biodegradation of lignocellulosic biomass.
The research will use the biomass waste and it will be co-digested with cow manure with 4 variation, which are as follows, 1:3, 1:1, 3:1, and 1:0. Cow rumen fluid will also be added in four different variations which are 0 g, 50 g, 100 g, and 200 g. The operating condition for the biogas production will also be varied at 25oC, 370C, 50oC, and 70oC.
Anaerobic digestion will be conducted for 168 hours, based on the results the optimum ratio of cocoa husk, lemongrass, coffee grounds to cow manure are 1: 1, 1: 1, and 1: 3, respectively, while the optimum amount of cow rumen fluid is 100 g, and the optimum operating condition temperature is at 37oC. The methane yield for each optimum biomass waste are 46.05 ml, 33.88 ml, and 346.3 ml with corresponding peak methane composition at 16.64%, 8.45%, and 57.89% for cocoa husk, lemongrass, and coffee grounds, respectively. While the same optimum waste biomass to cow manure ratio with no addition of rumen fluid produces 1.74 ml, 0.1 ml, and 3.42 ml of methane with corresponding peak methane composition at 1.56%, 0.03%, and 23.32% for cocoa husk, lemongrass, and coffee grounds co-digestion respectively. Therefore, the results imply that the addition of cow rumen fluid is successful in degrading the lignocellulose biomass and accelerate biogas production."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rony
"Teknologi biogas bukanlah teknologi baru. Teknologi ini telah banyak dimanfaatkan oleh petani peternak diberbagai negara, diantaranya India, Cina, bahkan Denmark. Teknologi biogas sederhana yang dikembangkan di Indonesia berfokus pada aplikasi skala kecil/menengah yang dapat dimanfaatkan masyarakat pertanian yang memiliki ternak sapi 2 - 20 ekor. Penggunaan biodigester dapat membantu pengembangan sistem pertanian dengan mendaur ulang kotoran hewan untuk memproduksi gas bio dan diperoleh hasil samping berupa pupuk organik dengan mutu yang baik.
Penelitian ini bertujuan untuk kajian awal mempelajari hasil gas metan yang terbentuk dari biodigesrter. Penelitian ini menghasilkan rancangan biodigester yang berbahan dasar campuran baja dengan spesifikasi sebagai berikut: biodigester dengan volume total 60 liter, waktu proses 25 hari, memiliki pengaduk dengan kecepatan 20 rpm dan penampung dari bahan plastik dengan kapasitas sebesar 2 liter.
Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa kandungan gas metan pada biodigester dengan volume 60 liter sebesar 19.5447 %, nilai kalor bersih sebesar 6.45 Joules /cm3, jumlah gas yang dihasilkan dari proses fermentasi biogas selama 25 hari sebesar 76.9 g dan Pengaduk dengan dua impeller mempercepat terbentuknya biogas.

Biogas technology is not new technology. This technology has been used extensively by cattle farmers in all countries, including India, China, and even Denmark. Simple biogas technology developed in Indonesia focus on small-scale application / medium that can be utilized agricultural community who have cattle from 2 to 20 tails. Use of biodigester can help the development of agricultural systems to recycle animal dung to produce bio gas and a byproduct obtained in the form of organic fertilizer with good quality.
This research aims to study the results of initial studies of methane gas that is formed from biodigesrter. This research produced a design based biodigester steel mixed with the following specifications: biodigester with a total volume of 60 liters, 25 day processing time, a stirrer with a speed of 20 rpm and a container of plastic material with a capacity of 2 liters.
The results of this study found that the methane gas content in the volume biodigester with 60 liters of 19.5447%, net calorific value of 6:45 Joules / cm3, the amount of gas produced from biogas fermentation process for 25 days for 76.9 g and stirrer with impeller speed up the formation of two biogas.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51726
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Numberi, Johni Jonatan
"ABSTRAK
Eksperimental difusion laminar jet flame bioetanol ampas sagu pada tungku pembakaran honai burner terdiri dari pre-experimental dan eksprimental. Pre-experimental meliputi karakterisasi material ampas sagu dan karakterisasi bahan bakar bioetanol. Eksprimental meliputi flame characteristic, flame phenomena dan kinerja honai burner dengan parameter utama adalah distribusi temperatur, distribusi tekanan dan distribusi kecepatan. Tujuan pre-experimental untuk menganalisis material ampas sagu menggunakan SEM dimana nilai karbonnya CK 76 , proximate 82,4 kandungan karbohidrat sangat layak di proses sebagai bahan bakar bioetanol. Karakterisasi bahan bakar meliputi viscosity 1.03 cp , density 0.82 g/L , gas chromatography 61.04 , low heating value 80 =16.166 MJ/Kg, heat release rate 140 kW/m2, nilai pengujian menunjukan bioetanol ampas sagu 80 sangat layak sebagai bahan bakar. Originalitas penelitian karakteristik nyala api bahan bakar bioetanol yang optimal adalah bioetanol 80 , dengan 4 tahapan proses yaitu preheating, pool fire, jet flame dan dry out. Eksperimen ini menggunakan honai burner dengan variasi jumlah hole 1-16. 14 hole 45 lebih optimal dengan temperatur 480?C-750?C dengan laju massa bahan bakar 60 ml/menit, gas hasil pembakaran CO 0.01 , CO2 0.2 dan HC 27 ppm. Novelty pada penelitian ini adalah difusion laminar jet flame bioetanol ampas sagu menggunakan honai burner secara atmospheric dengan laju alir bahan bakar berdasarkan gravitasi. Hasil komputasi CFD memperlihatkan vektor distribusi kecepatan fluida bioetanol yang terdapat pada ruang bakar untuk kondisi udara atmosfir diabaikan dan laju alir bahan bakar 60 ml/s. Menunjukkan terjadi fenomena lifted-distance, kecepatan bahan bakar keluar mulut burner seragam, semburan bahan bakar akan mengembang dengan batas semburan pada sistem ruang bakar. Sedangkan daerah dimana kecepatan reaksi bahan bakar serta fraksi massa bahan bakar belum mengalami perubahan karena belum terpengaruh oleh gaya geser viskos dan difusi potential-core. Berat molekuler semburan gas bioetanol tidak berubah dimanah massa jenis gas bioetanol tidak konstan, difusivitas bahan bakar dan momentum sama. Laju reaksi akan mempengaruhi stabilitas nyala api pada sudut jet hole 45 yang memberikan kondisi nyala difusion laminar jet flame sebagai kondisi yang diinginkan pada aplikasi kompor rumah tangga. Kontribusi penelitian ini sebagai salah satu solusi dalam menjawab permasalahan energi daerah, kebutuhan energi, akses terhadap energi, ketersedian energi dan menciptakan kemandirian energi daerah dari pemanfaatan limbah ampas sagu sebagai bahan bakar bioetanol. Secara khusus penelitian ini dapat di aplikasikan pada proses pembakaran tungku menggunakan honai burner untuk kebutuhan energi rumah tangga masyarakat Papua di daerah terisolasi.

ABSTRACT
Experimental difusion laminar jet of flame bioethanol sago dregs on honai burner stove consists of a pre experimental and eksprimental. Pre experimental includes characterization of sago dregs material and bioethanol fuel characterization. Experimental include flame characteristic, flame phenomena and honai burner performance with main parameters are temperature distribution, pressure distribution and speed distribution. The pre experimental objective of analyzing sago dregs material using SEM is 76 , proximate 82, 4 carbohydrate content is very feasible in process as bioethanol fuel. Fuel characterization includes viscosity 1.03 cp , density 0.82 g L , gas chromatography 61.04 , low heating value 80 16.166 MJ Kg, heat release rate 140 kW m2, test value shows bioethanol 80 Very feasible as fuel. Originality research characteristic of bioethanol fuel flame optimal is 80 bioethanol, with 4 stages process that is preheating, pool fire, and jet flame and dry out. This experiment uses a honai burner with a variation in the number of holes 1 to 16. 14 holes 45 more optimal with 480 C 750 C temperature with fuel mass 60 ml min, 0.01 CO2 0.02 CO2 gas 0.2 And HC 27 ppm. Novelty in this research is difusion laminar jet flame bioetanol pulp sago using honai burner atmospheric with fuel flow rate based on gravity. The CFD computation results showing the velocity distribution velocity of bioethanol fluid presents in the combustion chamber for negligible atmospheric air conditions and a fuel flow rate of 60 ml s. showing a lifted distance phenomenon, fuel velocity out of the burner 39 s mouth uniform, bursts of fuel will expand with blast limit on the combustion chamber system. Whereas the rate at which fuel reactions and fuel mass fractions have not changed has not been affected by viscous shear forces and potential core diffusion. The molecular weight of the bioethanol gas burst does not change as the mass of the bioethanol gas type is not constant, the fuel diffusivity and the momentum are the same. The reaction rate will affect the stability of the flame at a 45 angle jet hole which provides a flame condition of laminar jet flame difusion as the desired conditions in the household stove application. The contribution of this research as one solution to answer the problems of regional energy, energy needs, access to energy, availability of energy and creating regional energy independence from the utilization of waste of sago waste as bioethanol fuel. Specifically this research can be applied to the stove combustion process using honai burner for the energy needs of Papuan households in isolated areas.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2017
D2292
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Triyanto
"Penelitian ini mencoba untuk mengukur pengaruh determinan dari sosio-ekonomi dan demografi terhadap konsumsi energi rumah tangga di Indonesia. Di dalam penelitian ini membagi konsumsi energi menjadi dua bagian yaitu konsumsi listrik dan konsumsi Liquid Petroleum Gas LPG rumah tangga. metode analisis yang digunakan Ordinary Least Squares OLS, data sampel berjumlah 555.446 rumah tangga untuk analisis konsumsi listrik dan 403.244 rumah tangga untuk konsumsi LPG yang tersebar di 34 provinsi, data tersebut diambil dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional SUSENAS tahun 2016 dan 2017.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa mayoritas determinan faktor sosio-ekonomi dan demografi berasosiasi positif terhadap konsumsi energi sektor rumah tangga. Pendapatan rumah tangga adalah faktor yang paling menentukan konsumsi energi listrik tangga di samping faktor nonekonomi lainnya seperti lokasi tempat tinggal jumlah ruangan rumah dan jumlah anggota rumah tangga.

This study attempts to find the influence of the determinants of socio-economic and demographic on household energy consumption in Indonesia. This study divides energy consumption into two section, that is electricity consumption and Liquid Petroleum Gas LPG consumption. The analytical method used is Ordinary Least Squares OLS, the sample data is 555,446 households for electricity consumption analysis and 403,244 households for LPG consumption, spread in 34 provinces in Indonesia, the data conducted by National Social Economic Survey SUSENAS BPS years 2016 and 2017.
The results of this study shows that socio-economic and demographic determinants have a positive relationship with household energy consumption. Household income is the most determining factor energy consumption by household besides other non-economic factors other non-economic factors such as location of residence, number of rooms and number of household members."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T54448
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahadian Ramadhan
"Riset ini bertujuan untuk memanfaatkan energi terbarukan di daerah pedesaan dengan menggunakan konsep Energi Bangunan nol (ZEB) dan analisis kelayakan, terkait dengan alternatif pembangkit listrik berbasis energi terbarukan dalam penggunaan energi di daerah pedesaan. Langkah pertama, adalah untuk mengetahui jumlah energi terbarukan di setiap kota atau kabupaten dengan melihat jumlah rata-rata curah hujan, kecepatan angin rata-rata, dan rasio elektrifikasi di setiap kabupaten atau kota di setiap provinsi, langkah kedua adalah studi literatur terkait dengan teknologi energi terbarukan, dan langkah terakhir dalam riset ini adalah menentukan analisis kelayakan terkait dengan teknologi energi terbarukan yang digunakan dengan menghitung nilai bersih sekarang (NPV) dan rasio biaya manfaat (BCR). Semua alternatif memiliki nilai NPV < 0, dan semua alternatif memiliki nilai BCR < 1, mengartikan bahwa investasi tidak menguntungkan.
Analisis sensitivitas menunjukan bahwa dengan mengubah parameter investasi dan biaya tahunan, dan melakukan pengurangan jarak perubahan sebesar 90 % dari kasus utama, alternatif 1 mampu memiliki NPV Rp 137,589. Dengan jarak perubahan sebesar 93 %, alternatif 2 memiliki NPV Rp 199,817, dan dengan jarak perubahan sebesar 94 %, alternatif 3 memiliki NPV Rp 434,364. Studi ini juga membandingkan beberapa alternatif teknologi energi terbarukan (yaitu panel surya, dan turbin angin) yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi listrik di daerah pedesaan, dikombinasikan dengan menggunakan konsep penangkap air hujan pico-hydro, yang menggunakan air hujan sebagai sumber energi alternatif.

This study aims to utilize renewable energy in rural areas using zero energy building (ZEB) concept and feasibility analysis, related to alternative renewable energy-based electricity generation in the use of energy in rural area. The first step, is to find out the amount of renewable energy in each city or district by looking at the average amount of rainfall, average wind speed, and the electrification ratio in each district or city in each province, the second step is a literature study related to renewable energy technology, and the final step in this study is to determine the feasibility analysis related to the technology of renewable energy resources used by calculating the net present value (NPV) and benefit cost ratio (BCR). All alternatives have a value of NPV < 0, and all alternatives have a value of BCR < 1, meaning that investment is unprofitable.
Sensitivity analysis shows that by changing investment parameters and annual costs, and reducing the the parameters by 90% from the main case, alternative 1 is able to have NPV of Rp. 137,589. With a 93 %, alternative 2 have NPV of Rp. 199,817, and with a 94 %, alternative 3 have NPV of Rp 434,364. The study also compares several alternative renewable energy technologies (ie solar panels and wind turbines) that can be used to meet electricity consumption needs in rural areas, combined with the concept of using pico-hydro rainwater harvesting, which use rain water as an alternative energy source.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T55333
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvin Saptauli
"Dalam masyarakat saat ini, evolusi besar teknologi bertanggung jawab atas konsumsi listrik yang besar baik di daerah pedesaan maupun perkotaan. Salah satu fenomena yang lahir dari situasi ini disebut kekuatan siaga. Daya siaga adalah daya yang dikonsumsi oleh alat atau perangkat saat perangkat tidak digunakan tetapi siap untuk digunakan dengan cepat. Banyak peralatan dan perangkat saat ini menggunakan daya siaga. Beberapa contoh umum termasuk pesawat televisi, komputer, periferal komputer, telepon nirkabel dan catu daya yang tidak pernah terputus. Karena peralatan ini mengkonsumsi daya saat tidak digunakan, satu-satunya cara untuk memastikan tidak ada daya yang dikonsumsi adalah dengan mencabutnya dari outlet listrik. Studi ini dibuat untuk menganalisis daya siaga yang dikonsumsi dengan berbagai situasi yang saat ini kita lalui setiap hari. Dengan mengukur tegangan, arus, daya, dan faktor daya, kita dapat menemukan daya nyata dan reaktif yang tampak di seluruh rangkaian untuk menemukan daya siaga. Melalui analisis, kita dapat menyimpulkan perangkat mana yang memiliki konsumsi daya siaga terbesar dan situasi di mana konsumsi daya siaga adalah yang tertinggi.

In today‘s society, the vast evolution of technologies is responsible for the huge consumption of electricity whether it is in a rural or urban area. One of the phenomena that birthed from this situation is called standby power. Standby power is the power consumed by an appliance or device when the device is not in use but is ready to be rapidly put into use. Many of today‘s appliances and devices use standby power. Some common examples include television sets, computers, computer peripherals, cordless telephones and uninterruptible power supplies. Because these appliances consumed power when not in use, the only way to be sure no power is being consumed is by unplugging them from the utility outlet. This study is made to analyze the standby power consumed with various situations that we currently going through every day. By measuring voltage, current, power, and power factor we can find the apparent, real, and reactive power that comes across the circuit in order to find the standby power. Through analysis, we can conclude which devices have the biggest standby power consumption and the situation where standby power consumption is the highest."
Depok: Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akbar Prastika Nugraha
"Penambahan aktivator pada proses pengomposan dapat mepengaruhi kualitas dari kompos yang dihasilkan. Pemberian aktivator menambah jumlah dan jenis mikroorganisme yang dapat menguraikan bahan organik pada sampah. Penurunan rasio C/N digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui efektifitas dari penambahan beberapa jenis aktivator yang berbeda. Terdapat empat variasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pengomposan menggunakan aktivator EM4, fermentasi buah pepaya, fermentasi ampas tahu, dan pengomposan tanpa menggunakan aktivator. Pengomposan dilakukan menggunakan metode windrow selama 60 hari dengan berat setiap tumpukan sampah 28 kg dan dilakukan pengadukan setiap lima hari sekali.Setelah pengomposan dilakukan, diketahui rasio C/N dari setiap variasi kompos yang diukur pada hari ke 18 dan 35 menunjukan penurunan sebesar 2.99 untuk kompos tanpa aktivator, 3.57 untuk kompos dengan aktivator buah pepaya, 3.03 untuk kompos dengan aktivator ampas tahu, dan 4.36 untuk kompos dengan aktivator EM4. Hasil analisis laboratorium terhadap rasio C/N pada hari ke 18 hingga hari ke 35, menunjukan bahwa EM4 merupakan aktivator yang paling efektif diantara aktivator yang diuji, diikuti oleh buah, dan kemudian ampas tahu. Dan ketiga jenis aktivator tersebut memiliki tingkat penurunan rasio C/N yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan pengomposan tanpa menggunakan aktivator.

The addition of activators to the composting process can affect the quality of the compost produced. The addition of activators increases the number and types of microorganisms that can decompose organic matter on waste. Decrease in C N ratio was used in this study to determine the effectiveness of the addition of several different types of activators. There are four variations used in this research that is composting using EM4 activator, papaya fruit fermentation, fermentation of tofu pulp, and composting without using activator. Composting was done using windrow method for 60 days with the weight of each pile of garbage 28 kg and stirring done every five days.After composting, the C N ratio of each compost variation measured on days 18 and 35 shows a decrease of 2.99 for compost without activator, 3.57 for compost with papaya activator, 3.03 for compost with tofu pulp activator, and 4.36 for compost with EM4 activator. The result of laboratory analysis of C N ratioon day 18 to 35, showed that EM4 was the most effective activator among tested activators, followed by fruit, and then tofu pulp. And the three types of activators have a higher rate of C N ratio reduction when compared to composting without using the activator."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68991
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfiona Anastasya
"Energi merupakan kebutuhan dasar manusia yang terus meningkat sejalan dengan tingkat kehidupannya. Dalam pengembangan suatu wilayah, energi memiliki peranan yang sangat penting untuk menggerakkan segala aktivitas perekonomian, tidak terkecuali di wilayah pulau-pulau kecil. Dalam RUPTL PLN 2018-2027dituliskan jika saat ini Kepulauan Seribu telah memiliki sistem tenaga listrik eksisting, namun sistem tenaga listrik eksisting perlu ditingkatkan keandalannya, yang salah satu tahapnya yaitu dengan pemanfaatan PLTS. Sebelum diterapkannya energi terbarukan, partisipasi masyarakat nantinya terhadap penggunaan energi terbarukan perlu dikaji karena partisipasi masyarakat merupakan alat untuk memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat setempat. Partisipasi masyarakat dalam penelitian ini yaitu dengan mengkaji willingness to pay rumah tangga di pulau-pulau yang memiliki peruntukan yang berbeda dengan mengkaitkan pengetahuan masyarakat terhadap tenaga surya dan pola konsumsi listriknya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan geografi humanistik sebagai landasannya. Hasil peneltian menunjukan bahwa pengetahuan masyarakat di pulau dengan fungsi yang berbeda tidak memiliki variasi kedalaman yang beragam dimana pengetahuan masyarakat sebagaian besar hanya mencakup pada mengetahui secara umum terkait ada nya penerapan tenaga surya. Namun rumah tangga yang anggota keluarga nya memiliki mata pencaharian yang lebih banyak interaksi dan akses lebih tinggi dengan lingkungan luar memiliki pengetahuan yang lebih baik. Sedangkan willingness to pay masyarakat dengan jenis rumah tangga dengan homestay dan rumah tangga dengan usaha di pulau peruntukan wisata dan pulau peruntukan pusat pemerintahan tidak dipengaruhi oleh pengetahuan terhadap tenaga surya, melainkan lebih berorientasi pada jumlah konsumsi listrik yang terbilang dalam jumlah yang cukup besar saat ini. Sementara willingness to pay masyarakat pada jenis rumah tangga biasa baik di pulau permukiman, pulau wisata, dan pulau pusat pemerintahan dipengaruhi oleh pengetahuan terhadap tenaga surya. Masyarakat yang bersedia membayar pada jenis rumah tangga biasa adalah masyarakat yang memiliki pengetahuan yang baik.

Energy is a basic human need that continues to increase in conjuction with their level of life. In developing a region, energy has a very important role to play in all economic activities, so as in the small islands. In the PLN 2018-2027 RUPTL, Its written that currently in Kepulauan Seribu district already has an existing power system, but the existing power system needs to be improved, which one of the steps is by using solar power. Before the implementation of renewable energy, society participation in the use of renewable energy needs to be reviewed because it involves the community to obtain information about the conditions, needs, and attitudes of the local society. Society participation in this research is by assessing willingness to pay on household that live in islands with different function by associating peoples knowledge of solar power with the pattern of electricity consumption. This research is a qualitative study using a humanistic geographical approach as its foundation. The research results show that the peoples knowledge who live on the island with different functions dont have diverse variations on depth level of knowledge where the knowledge of the majority of people only covers knowing in general the existence of solar power. But households whose family members have livelihoods that have more interaction and higher access to the outside environment have better knowledge. Meanwhile, willingness to pay for types of households with homestays and households with businesses both in island as tourism function and island as government centers function are not influenced by knowledge of solar power itself, but rather is oriented to the amount of electricity consumption. On the other side, knowledge affects the willingness to pay for types of households only either in island as settlements function, island as tourism function, and island as government centers function, whereas those who are willing to pay are people who have deeper knowledge."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathur Nurmahdi
"Sistem penyimpanan energi saat ini telah berkembang pesat dan banyak digunakan pada suatu sistem tenaga listrik seiring berkembangnya teknologi yang masuk ke dalam dunia kelistrikan, salah satunya yaitu penggunaan baterai sebagai media penyimpanannya. Baterai digunakan untuk menyimpan energi yang disimpan pada suatu waktu ketika energi tersebut tidak banyak digunakan dan akan dilepas energinya pada suatu waktu yang sebaliknya. Dengan kata lain, baterai juga dapat digunakan untuk menggantikan pembangkit dengan harga Biaya Pokok Penyediaan (BPP) listrik yang mahal, sehingga anggaran yang dikeluarkan akan lebih hemat. Oleh karena itu, dibutuhkan ilmu tentang pengimplementasian teknologi Battery Energy Storage System (BESS) yang tepat pada suatu wilayah. Perhitungan yang tepat diperlukan untuk menentukan kapasitas baterai yang terpasang, serta besaran biaya finansial yang dikeluarkan. Berdasarkan hasil perhitungan kapasitas baterai yang terpasang, dapat dilakukan shifting pembangkit dengan rentang BPP dari Rp1500/kWh hingga Rp2000/kWh yang membutuhkan kapasitas baterai berkisar antara 606,58 – 882,94 MWh dengan penurunan biaya berkisar antara Rp2,94 hingga Rp3,9 Triliun/tahun. Selain itu, dari segi finansial didapatkan 4 (empat) skenario dengan variasi pada nilai investasi BESS sebesar $400 - $500 dan siklus charging-discharging sebesar 4.000 – 5.000, didapatkan biaya investasi BESS sebesar Rp3,64 hingga Rp6,62 Triliun/tahun, rentang Internal Rate of Return (IRR) berkisar antara 52,02 % - 74,65 %, rentang Net Present Value (NPV) berkisar antara Rp14,19 hingga Rp20,69 Triliun, dan Discounted Payback Period (DPP) selama 2-3 tahun.

Energy storage systems are currently growing rapidly and are widely used in an electric power system as technology develops into the world of electricity, one of which is the use of batteries as storage media. Batteries are used to store energy that is stored at a time when the energy is not used much and will be released energy at a time when it is not. In other words, batteries can also be used to replace generators with cost of electricity supply (BPP), so that the budget spent will be more efficient. Therefore, knowledge about the proper implementation of Battery Energy Storage System (BESS) technology is needed in an area. Precise calculations are needed to determine the capacity of the installed battery, as well as the number of financial costs incurred. Based on the calculation results of the installed battery capacity, it can be done shifting the power plant with a BPP range from Rp1500/kWh to Rp 2000/kWh which requires a battery capacity range from 606,58 – 882,94 MWh with cost reductions range from Rp2,94 to Rp3,9 Trillion/year. Furthermore, from a financial perspective, there are 4 (four) scenarios with variations in the BESS investment value of $400 - $500 and the charging-discharging cycle of 4,000 - 5,000, it gain the BESS investment cost is Rp3.64 to Rp6.62 trillion/year, Internal range Rate of Return (IRR) ranges from 52.02% - 74.65%, Net Present Value (NPV) ranges from Rp.14.19 to Rp.20.69 Trillion, and Discounted Payback Period (DPP) for 2-3 years."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>