Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 191233 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tiara Shabrina
"Kampung kota merupakan salah satu kawasan kota yang menjadi pilihan bertinggal bagi masyarakat dengan kemampuan ekonomi rendah. Fenomena berhuni di kampung kota identik dengan citra kepadatan dan pemukiman kumuh. Namun, masih banyak masyarakat yang memilih untuk tetap tinggal di kawasan ini dan menolak untuk direlokasi. Fenomena ini menjadi isu yang menarik untuk dibahas lebih dalam. Hunian adalah bagian dari rekam jejak kehidupan penghuni yang memiliki makna. Pemahaman terkait makna hunian dapat dilihat melalui tahapan yang telah dilalui penghuni dalam proses berhuni. Proses perlu dilihat jauh ke belakang, karena wujud fisik hunian yang terlihat pada masa kini memiliki keterhubungan dengan tindakan dimasa lalu. Isu ini dapat dianalisis melalui pendekatan assemblage. Bagaimana penghuni menyusun setiap komponen hunian dalam masa pembangunan dan perubahan. Komponen material melewati tahapan pendefinisian territory yang dilakukan melalui proses territorialization dan deterritorialization, sehingga membentuk assemblage hunian. Berdasarkan hasil tinjauan teori dan analisis studi kasus, proses berhuni dalam konteks kampung kota dipengaruhi oleh tindakan penghuni yang memiliki otoritas. Tindakan aktor dilatar balakangi oleh faktor internal dan eksternal, sehingga hunian menjadi sebuah produk dan sebuah proses yang terus berjalan. Faktor internal berupa life-cycle, sedangkan faktor eksternal berupa bencana kebakaran. Dalam merealisasikan tindakan perubahan, aktor dibatasi oleh kemampuan ekonomi yang dimilikinya.

Kampung kota is one of the urban areas, which is chosen by the people with low economic income to live in. The phenomenon of the housing process in kampung kota is identical with the image of density and slums. However, there are people who still choose to live in this area and refuse to be relocated. This phenomenon is an interesting issue to discussed. House is part of the occupants life record, that has meaning for its inhabitants. We cannot judge a house as it is seems today. The present is always related to the past. This issue can be analyzed through an assemblage approach. How residents make every component of the house during the period of housing development. Through the process of coding, territory is being defined by the arranggement  of material components, which are carried out through the process of territorialization and deterritorialization. This process formed a house assemblage. Based on the results of a theoretical review and case study analysis, the housing process in the kampung kota is influenced by the actions of residents who have authority. Actors act based on the internal and external factors, therefore house becomes a product and also a process at the same time. Internal factors in the form of life-cycle, while external factors in the form of a conflagration. In the attempt of house assembling, the actor is limited by his economic capabilities. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farrah Eriska Putri
"Home-Based Enterprise (HBE) bukanlah hal yang jarang ditemukan pada permukiman di negara berkembang. Terbatasnya dana untuk menjalankan usaha, membuat HBE sebagai satu cara paling umum yang dilakukan warga berpenghasilan rendah memenuhi kebutuhan ekonominya.  Dengan bermodalkan ruang hunian sebagai lokasi usaha berbagai kegiatan ekonomi informal dapat dimulai warga. Bagaimana HBE masuk kedalam sebuah hunian telah banyak di bahas dalam studi di ebrbagai daerhah, namun fakta di Kampung Muka, Jakarta Utara bisa jadi berbeda. Studi ini akan mengungkap cara warga beradaptasi dengan memanfaatkan ruang hunian sebagai ruang ekonomi.  Melalui proses observasi lapangan dan pengumpulan data empiris secara langsung studi ini menunjukkan bahwa posisi HBE dalam ekonomi warga Kampung Muka ternyata bukan hanya sebagai penambah penghasilan, namun bahkan merupakan sumber utama penghidupan.  Pada akhirnya juga akan terlihat cara warga Kampung Muka beradaptasi dengan ruang hunian yang sangat terbatas dan berbeda dengan studi yang pernah dilakukan sebelumnya di Indonesia.

Home-Based Enterprise (HBE) is not rarely found in settlements in developing countries. Limited funds to run a business, make HBE the most common way for low-income residents to meet their economic needs. By capitalizing on residential space as a location for businesses various informal economic activities can be started by residents. How HBE has entered into a dwelling has been discussed in a variety of studies, but the facts in Kampung Muka, North Jakarta can be different. This study will reveal how people adapt by utilizing residential space as an economic space. Through the field observation process and direct empirical data collection this study shows that the HBE position in the economy of Kampung Muka residents is not only an income enhancer, but even a major source of livelihood. In the end, it will also be seen how the residents of Kampung Muka adapt to very limited and different residential spaces from studies that have been done before in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T53045
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Lutfiyah
"Skripsi ini bertujuan untuk meredefinisi konsep co-housing yang ada sesuai dengan konteks lokal di Jakarta. Kampung Muka sebagai salah satu komunitas secara tidak langsung telah menerapkan beberapa prinsip co-housing sesuai dengan konteks lokal. Nilai partisipatoris yang menjadi salah satu prinsip co-housing selanjutnya dijadikan pembelajaran akan bagaimana penerapannya di Kampung Muka. Nilai partisipatoris yang dipelajari berdampak pada negosiasi ruang yang diharapkan mampu mengeluarkan pemahaman baru kepada masyarakat terkait konsep co-housing yang sesuai dengan konteks lokal.

This thesis aims to redefine co housing concept adapted to local context in Jakarta. Kampung Muka as one of community based domestic space indirectly has applied some co housing principles according to the local context. Participatory, as one of that principle, furthermore being learned on how its used in Kampung Muka. The participatory that has been learned affects the negotiating of spaces which expected to suggest new understanding to the society about co housing concept according to the local context.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Diny Yulistia Hapsari
"Kampung kota merupakan jenis permukiman informal di area urban yang memiliki kerentanan terhadap ancaman-ancaman eksternal dan internal dalam kehidupan di perkotaan. Adapun beberapa kerentanan yang dihadapi oleh masyarakat kampung kota, terdiri dari (1) masalah finansial untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, (2) ancaman penggusuran paksa dan bencana, serta (3) ancaman kejahatan dan pencurian. Namun, kerentanan ini diimbangi oleh pembangunan resiliensi komunitas dan rumah tangga untuk mempertahankan eksistensinya dan melewati tekanan yang ada. Penelitian ini membahas tentang adaptasi keluarga kampung kota untuk merespon gangguan dan goncangan yang terjadi sepanjang kursus hidup keluarga. Metode kualitatif digunakan dalam kajian ini, berupa observasi lapangan untuk memahami perubahan spasial sebagai akibat dari ancaman dalam skala komunitas, wawancara dengan warga lokal dan para pengurus kampung untuk memahami adaptasi skala komunitas, wawancara mendalam dengan narasumber yang relevan untuk memahami pengalaman merumah dan adaptasi spasial yang dilakukan sebagai respon terhadap peristiwa kehidupan dalam kursus hidup sebuah keluarga, serta pendekatan partisipatoris untuk memahami dinamika rumah tangga yang terbentuk dalam keseharian sebuah keluarga kampung kota. Kajian ini mengungkapkan bahwa tipe-tipe rumah dan preferensi merumah warga kampung kota sangat dipengaruhi oleh keberadaan usaha rumahan (Home-Based Enterprises) sebagai faktor utama penyedia modal sosial dan ekonomi warga kampung kota.

Urban kampungs are informal settlements in urban areas vulnerable to external and internal threats in maintaining their existence in megacities. Some of the vulnerabilities faced by urban kampung communities consist of (1) financial problems in meeting everyday needs, (2) threats of forced displacement and disaster, and (3) the threat of crime and theft. However, these vulnerabilities are compensated with the resilience of communities and households of the inhabitants to maintain their existence and overcome existing pressures. This study discusses the adaptation of urban village families to respond to disruptions and shocks throughout a family's life course. Qualitative methods used in this study are field observations to understand spatial changes as a result of threats on the community scale, interviews with local residents and kampung authorities to understand community-scale adaptation and significant threats, in-depth interviews with a relevant source person to understand the dwelling experience and spatial adaptations carried out in response to life events in the course of a family's life, as well as participatory approaches to understanding the dynamics of households formed in the daily life of a urban kampung family. This study reveals that the types of houses and housing preferences of urban kampung residents are strongly influenced by the existence of home-based enterprises as the main factor providing social and economic capital as part of resilience."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Octavia
"ABSTRAK
Permukiman informal telah menjadi salah satu isu paling penting yang dihadapi daerah perkotaan di Indonesia, khususnya DKI Jakarta. Sebagai ibukota Indonesia, Jakarta menjadi tujuan utama bagi para migran yang mengharapkan peluang kerja dan peningkatkan ekonomi untuk memperoleh kehidupan yang lebih layak. Namun, faktor tenaga kerja yang murah dan keterbatasan pemerintah dalam menyediakan perumahan yang memadai, mendorong mereka untuk tinggal pada permukiman informal. Permukiman ini menjadi ruang yang mengakomodasi kebutuhan para migran dengan keterbatasan sosial-ekonomi untuk dapat menyesuaikan diri dengan dengan kehidupan kota, melalui penyediaan perumahan. Pada kenyataannya, pemerintah cenderung mengganggap permukiman informal sebagai pengganggu pembangunan kota melalui kebijakan penggusuran. Menggunakan teori informalitas kota, studi ini mencoba mengubah perspektif negatif terhadap permukiman informal, dengan menyoroti potensi yang dimiliki dan kontribusinya terhadap kota. Melalui studi kasus Kampung Muka sebagai permukiman informal di pusat kota, ternyata Kampung Muka tidak hanya sebagai solusi alternatif perumahan bagi para migran dengan keterbatasan sosial-ekonomi, namun juga turut mendukung perkembangan sektor formal yang ada di sekitarnya.
ABSTRACT
Informal settlements have become one of the most important issues facing urban areas in Indonesia, DKI Jakarta in particular. As the capital of Indonesia, Jakarta is the main destination for migrants who expect job opportunities and economy improvement for a more decent life. However, low-income factor and government limitations in providing adequate housing, encouraged them to live in informal settlement. This settlement become a space that accommodates the needs of migrants with socio-economic constraints to be able to adjust to city life, through the provision of housing. In reality, the government tends to consider informal settlement as a disruption to urban development, therefore the policy that is often carried out is eviction. Using urban informality as a main concept, this study tries to change the negative perspectives on informal settlements by highlighting at its potential and contribution to the city. Through the Kampung Muka case study as an informal settlement in the city center, it turns out that this settlement is not only as an alternative housing solution for migrants with socio-economic constraints, but also contributes to the development of the surrounding formal sector. "
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ary Nurmalasari
"ABSTRAK
Giardia duodenalis (G. duodenalis) adalah protozoa usus yang termasuk ke dalam Kelas Flagelata penyebab diare, yang sering menimbulkan masalah pada anak. Penyakit yang disebabkan oleh infeksi G. duodenalis disebut giardiasis. Giardia menginfeksi manusia maupun hewan dengan spesies G. duodenalis umumnya ditemukan pada manusia. Prevalensi giardiasis di negara berkembang dilaporkan sekitar 10-50%.
Riset epidemiologi molekuler di berbagai negara melaporkan pada saat ini berdasarkan kelompok genetik ada 8 assemblage Giardia (assemblage A-H) yang sudah diketahui dan untuk isolat G. duodenalis dari daerah geografis yang berbeda, hanya assemblage A dan B yang menyebabkan infeksi pada manusia. Sementara assemblage C dan D ditemukan pada anjing, kucing, serigala; assemblage E ditemukan pada hewan peliharaan, domba, kambing, babi, kerbau dan muflons; assemblage F pada kucing, assemblage G pada tikus dan assemblage H pada anjing laut dan burung camar. Karakteristik genotipe dari G. duodenalis adalah host-spesific sehingga dapat digunakan untuk melihat kemungkinan transmisi dan sumber infeksi.
Penelitian ini merupakan laporan pertama terhadap identifikasi genotip G. duodenalis isolat Indonesia, dengan sampel dari anak sekolah dasar. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah potong lintang (cross sectional). Sampel feses dikoleksi dari 140 anak-anak Sekolah Dasar di Kampung Melayu, Jakarta Timur, kemudian diperiksa secara mikroskopis untuk mendapatkan sampel yang positif mengandung Giardia. Sampel yang positif Giardia tersebut lalu dilanjutkan dengan pemeriksaan PCR dengan target gen triose phosphate isomerase (TPI) dan Restriction Fragmen Length Polimorphism (RFLP) untuk menentukan subtipe (assemblage) Giardia.
Hasil penelitian menunjukkan angka kejadian giardiasis secara mikroskopis pada anak usia sekolah di Kampung Melayu sebesar 10.7%. Dari sampel yang positif secara mikroskopis tersebut hanya 3 yang menunjukkan hasil positif dengan PCR-RFLP yaitu 1 sampel assemblage A dan 2 sampel assemblage B. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sumber infeksi Giardia kemungkinan berasal dari manusia dan mamalia.

ABSTRACT
G. duodenalis is one of the intestinal parasites that belong to the class of flagellates protozoa that cause diarrhea. Diseases caused by G. duodenalis infection called giardiasis. As one species of intestinal parasites, G. duodenalis commonly found in humans. Giardiasis in developing countries are reported to have a prevalence of 10-50%.
At this time based on genetic group there are 8 assemblage G. duodenalis (assemblage A-H) is already known. From the results of molecular studies with PCR method for G. duodenalis isolates from different geographic areas, only assemblages A and B which stated the cause infections in humans. While assemblage C and D are found in dogs, cats, wolves; E assemblage found in pets, sheep, goats, pigs, buffalo and muflons; assemblage F in cats, assemblage G in mice and assemblage H in seals and gulls. Genotipe characteristics of G. duodenalis are host-specific and can be used to look at the possibility of transmission and sources of infection.
In this study, cros-sectional was used as a research design. Fecal samples were collected from 140 primary school children in Kampung Melayu of East Jakarta and examined directly by microscope to get positive Giardia samples. The positive samples were examined by PCR with triose phosphate isomerase (TPI) as the target gene and followed by Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP) to determine the Giardia subtype (assemblage).
The results showed that the percentage of giardiasis microscopically at school-age children in Kampung Melayu is 10.7%. However, among those positive microscopically samples, only 3 samples can be amplified with PCR and identified by RFLP. Assemblage found are 1 sample of assemblage A and 2 samples of assemblage B. From these findings it can be concluded that the possible source of transmission of giardiasis are humans and mammals.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhila Shabrina Putri
"Kampung kota (urban kampung) merupakan permukiman di tengah kota dengan komunitas yang memperlihatkan karakteristik 'rentan' dan adaptif secara bersamaan. Rentannya eksistensi kampung kota bersumber dari tekanan internal maupun eksternal yaitu (1) keterbatasan komunitas dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari seperti kelangkaan air bersih dan ketersediaan fasilitas sanitasi serta (2) ancaman yang timbul secara tiba-tiba dari luar komunitas seperti penggusuran, relokasi, dan bencana seperti kebakaran. Namun rentannya keberadaan kampung kota diperkuat dengan adaptasi yang dilakukan secara komunal sebagai bentuk respon penduduk kampung terhadap tekanan yang ada. Penelitian ini membahas tentang adaptasi spasial penduduk kampung kota sebagai respon terhadap tekanan dalam aspek pemenuhan kebutuhan sehari-hari yaitu penyediaan air bersih dan fasilitas sanitasi. Metode kualitatif yang digunakan dalam kajian ini terdiri dari observasi lapangan terhadap adaptasi spasial komunitas, serta wawancara dengan penduduk lokal untuk mendapatkan pemahaman lebih mendalam mengenai adaptasi yang dilakukan dari sudut pandang mereka. Kajian ini menggunakan panduan Resilience Assessment untuk mempelajari kerentanan, adaptasi, serta resiliensi kampung kota. Panduan ini mencakup model siklus adaptif untuk mempelajari perubahan yang terjadi dalam kampung kota, terdiri empat fase yaitu: eksploitasi, konservasi, pelepasan, dan reorganisasi. Fase pada siklus adaptif mencakup tantangan jangka pendek (kebakaran dan penggusuran) dan jangka panjang (penyediaan air bersih dan fasilitas sanitasi) yang dihadapi kampung kota dalam kesehariannya. Kapasitas adaptif yang dimiliki kampung kota memperlihatkan potensi adanya resiliensi komunitas yang dapat dikembangkan dan diterapkan pada kehidupan kota dengan skala lebih besar.

Urban kampung is an urban settlement with a community that indicates the characteristics of “vulnerability” and adaptability at the same time. The vulnerabilities of their existence rely from internal and external pressures which consists of (1) chronic stresses which are community’s limitations of their daily needs fulfillment such as water scarcity and sanitation facilities, and (2) acute shocks which are sudden threats that emerges from outside the community such as eviction, relocation, and disasters (arson). Simultaneously their vulnerabilities is strengthened by communal adaptations as a respond of kampung residents towards these internal and external pressures/ threats. This paper discusses spatial adaptations done by residents of Kampung Muka, North Jakarta as a respond to clean water provision and sanitation facilities as their basic daily needs. Qualitative methods consist of site observation of community spatial adaptation along with interview with the locals to gain a deeper understanding about the adaptation from their perspectives are used to investigate the community. We employ Resilience Assessment as a guiding tool to study vulnerabilities, adaptations, and resilience of urban kampung. This guide incorporates adaptive cycle model to study how the system changes over time, following a pattern of four phases: exploitation, conservation, release and reorganization. These phases incorporates both long-term (relocation and arson) and short-term challenges (provision of clean water and sanitation facilities) faced by kampung residents on their daily basis from historical and current point of view. Adaptive capacity shown in urban kampung indicates potential resilience in their community which can be developed and implemented in a larger urban scale."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Moh. Nur
"Penelitian ini bertolak dari fenomena keberadaan kampung di perkotaan dalam proses berlangsungnya perkembangan kota. Banyak penduduk asli kampung yang tersisih dan pindah ke pinggiran kota namun masih ada yang dapat bertahan. Permasalahan yang akan diungkapkan adalah menyangkut pengaruh perkembangan kota terhadap keberadaan kampung kota dan bagaimana komunitas asli yang masih terdapat di dalamnya melakukan aktivitas dan bermukim sebagai usaha untuk tetapat eksis di lingkungan tempat tinggalnya. Analisis didasarkan atas penggunaan konsep Vita aktiva dari Arendt dan Strukturasi masyarakat oleh Giddens sebagai orientasi teoritikal untuk memahamai kondisi manusia dari komunitas asli, perekonomian, system sosial serta produksi dan reproduksi sosial dan implementasinya terhadap aspek keruangan di dalam kampung. Untuk itu penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode observasi dan wawancara.
Hasil analisa menemukan bahwa perkembangan kota berdampak pada terbukanya akses ke kampung, banyak pendatang dan investor berminat untuk tinggal dan berusaha di kampung yang berakibat pada terjadinya transformasi ruang di kampung. Ketidakmampuan untuk bersaing karena keterbatasan kondisi manusia menyebabkan penduduk asli sulit untuk mempertahankan asetnya. Dipihak lain dengan latar pendidikan dan keterampilan yang lebih baik, para pendatang dan investor dapat mendominasi kepemilikan lahan dan kegiatan perekonomian di kampung. Terdominasinya penduduk asli dalam kehidupan akan berimplikasi pada terbentuknya masyarakat baru di kampung. Dalam aspek legal formal kampung Luar Batang masih eksis, namun keberadaanya hanya bersifat semu karena tidak lagi didukung oleh komunitas awal sebagai komponen dasar yang membentuknya.

This research motivated by an existence phenomenon of kampung kota in urban development process. Many people of kampung moving of to the town boundary but still there are original communities able to stay, to survive. This research aim to explores the influence of urban development process to existence of kampung Luar Batang in north of Jakarta and how the community of this kampung conduct their life and activity as effort to survive. The analysis based on Arendt idea of vita activa and Gidden?s structuration is applied as theoretical orientation to understand human condition of community, economic life, social reproduction and social system and the implementation in to the spatial formation in kampung. It is therefore done by research by using qualitative method to express the community phenomenon by explore life experiences in it through observation and interview.
Findings have shown that process of urban development has caused the spatial transformation in kampung. The limited economy capability causes the high dependability of the community to land. The land as commodity used for fulfilling their needs in following the environment change around the kampung. Limitation of human condition, the community cannot be compete and predominated by immigrant and investors. On the other hand, with education background and better skill, the immigrant has the abilities predominate the property of land and activity of economics in kampung. The predominating of community in kampung will increase a new society in kampung. In case of legally and formally aspect, kampung Luar Batang is still exist, however the substance of the existence is in appearance only, because this kampung is no longer supported by the early community as basic component was form of.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
T41134
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Nur Mauladi
"Pada studi ini membahas tentang pembentukan ruang publik melalui beragam aktivitas masyarakat di kampung kota. Karakteristik dari aktivitas kehidupan publik masyarakat kampung kota ini bisa ditelaah lebih dalam melalui konsep hubungan socio-spatial yang akan melihat interaksi nilai-nilai spasial dengan nilai-nilai sosial juga akan melihat persepsi orang-orangnya dalam memaknai hubungan tersebut. Sehingga akan bisa diidentifikasi identitas dan kebutuhan dari masyarakat kampung kota tersebut. Interaksi dari beberapa poin seperti keberagaman fungsi, konektivitas dan integrasi, kondisi fisik ruang, pola aktivitas yang terjadi, serta persepsi masyarakat akan sebuah ruang dalam hubungan socio-spatial ini juga bisa dilihat sebagai faktor-faktor pembentukan ruang publik di kampung kota.

This study discusses the formation of public spaces through various community activities in urban kampung. The characteristics of the public life activities of this urban kampung community can be explored more deeply through the concept of socio-spatial relations which will see the interaction of spatial values with social values and will also see the perceptions of the people in interpreting these relationships. So that the identity and needs of the urban village community will be identified. The interaction of several points such as the diversity of functions, connectivity and integration, the physical condition of the space, the pattern of activities that occur, and the public's perception of a space in this socio-spatial relationship can also be seen as factors in the formation of public spaces in urban kampung."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>