Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 187979 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Linga Luana Zhafirah
"Ruang publik yang baik merupakan hak setiap penduduk kota. Namun, perempuan seringkali mengalami ketidakadilan di ruang publik. Para feminis berpendapat bahwa kota dirancang oleh pria untuk pria, dan mengabaikan kebutuhan perempuan, salah satunya ketersediaan toilet publik. Sedangkan, di jaman sekarang perempuan memiliki partisipasi besar di ruang publik. Maka itu, tersedianya toilet publik bagi mereka penting untuk menunjang kegiatannya. Perempuan memiliki rasa takut akan kejahatan yang lebih tinggi dari pria akibat banyaknya kasus kekerasan terhadap mereka. Toilet publik menjadi salah satu tempat yang berbahaya bagi perempuan. Hal ini membatasi kebebasan mereka bergerak di ruang publik. Maka itu, defensible space penting untuk mencegah terjadinya kejahatan, karena defensible space berperan sebagai pencegahan terjadinya kejahatan melalui desain. Kota Tua adalah kawasan wisata populer di Jakarta yang merupakan peninggalan jaman penjajahan Belanda. Namun, Kota Tua kurang aman karena angka kejahatan di sana relatif tinggi. Ini bertolak belakang dengan upaya pemerintah untuk menjadikan Kota Tua destinasi wisata. Maka, skripsi ini bertujuan untuk melihat apakah toilet publik di Kota Tua rawan kejahatan dan memicu rasa takut akan kejahatan pada perempuan, dan apakah ada konsep defensible space disana untuk mencegah terjadinya kejahatan?

City needs to provide public space with good quality. It is every residents rights to have access to physical space in the city. However, women still experience inequalities in public spaces when it comes to living in a city. Feminists often argue that cities are made for men by men, and tend to neglect the needs of womens public toilet provision. Whereas women have more complicated mobilization in a city than men, hence public toilets are necessary to support their activities. Women have a higher fear of crime in public space than men due to widespread of violence against them. Public toilets are one of the places that can be dangerous for women. This hinders them from using public space in a city freely. Hence, defensible space concept is necessary to prevent possible unwanted incidents. Kota Tua (Jakarta Old Town) is a neighborhood in Jakarta that traces back to the Dutch colonial era in the 17th century. It is now one of Jakartas heritage sites and is restored and revitalized to be one of Jakartas popular tourism site since 2006. However, research found that Kota Tua is not a friendly place for its high crime rate. This contradicts with the governments attempt to promote Kota Tua as Jakartas tourism destination. Therefore, this paper tried to see if public toilets in Kota Tua provide safety for women or not, and whether it is defensible.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ling X, 1935-
Jakarta: Museum Bank Mandiri, 2006
741.598 9 LIN s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Reggina Diah Ayuningtyas
"Dark tourism merupakan wisata dengan berkunjung ke tempat terjadinya kekejaman dan pembunuhan yang berhasil menarik minat wisatawan. Hal ini dikarenakan oleh keunikannya yang tidak didapatkan oleh wisatawan jika berkunjung ke jenis wisata lain. Oleh karena itu, wisata ini berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut, terlebih lagi Indonesia memiliki banyak daya tarik wisata dark tourism, salah satunya yaitu Kawasan Kota Tua Jakarta, seperti Pelabuhan Sunda Kelapa, Museum Sejarah Jakarta, dan Toko Merah. Adapun tujuan penelitian ini yaitu mengetahui tingkat kekelaman dark tourism sebagai daya tarik utama, potensi wisata, serta upaya pengembangan wisata di Kawasan Kota Tua Jakarta. Pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode skoring pada penilaian tingkat kekelaman dan potensi wisata. Sementara itu, pengumpulan data diperoleh melalui wawancara, observasi lapangan, dan studi pustaka. Selanjutnya data dianalisis menggunakan analisis deskriptif keruangan dan analisis spasial komparatif. Berdasarkan hasil penilaian spektrum dark tourism, diketahui bahwa Pelabuhan Sunda Kelapa tergolong ke dalam tingkatan light-dark, sedangkan Museum Sejarah Jakarta dan Toko Merah tergolong ke dalam tingkatan dark. Sementara itu, berdasarkan penilaian potensi wisata, Toko Merah tergolong ke dalam potensi sedang, sedangkan Museum Sejarah Jakarta dan Pelabuhan Sunda Kelapa memiliki potensi yang tinggi.

Dark Tourism is a tour by visiting places of atrocities to murders that have succeeded in attracting tourism, because of its uniqueness that tourists will not get when visiting other types of tourism. Therefore, dark tourism has the potential to be developed further, especially Indonesia has a lot of dark tourism attractions, in the Kota Tua Jakarta, such as Pelabuhan Sunda Kelapa, Museum Sejarah Jakarta, and Toko Merah. The purpose of this study is to determine the dark level of dark tourism as the main attraction, tourism potential, and tourism development efforts. The approach used in this study is a qualitative using the scoring method in assessing the dark level of dark tourism and assessing tourism potential. Meanwhile, data collection was obtained through interviews, field observations, and literature studies. Furthermore, the data analysis in this study is descriptive analysis with a spatial approach, and comparative spatial analysis. Based on the results of the dark tourism spectrum assessment, it is known that Pelabuhan Sunda Kelapa belongs to the light-dark level, while the Museum Sejarah Jakarta and Toko Merah belong to the dark level. Meanwhile, based on the assessment of tourism potential, Toko Merah dan is classified as a medium potential to be developed, while the Museum Sejarah Jakarta and Pelabuhan Sunda Kelapa have high potential value."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heribertus Ompusunggu
"Kawasan Kota Tua Jakarta merupakan destinasi wisata yang direncanakan
oleh Pemerintah didaftarkan pada UNESCO di tahun 2015, sebagai heritage atau
warisan budaya. Namun permasalahan kemacetan lalu lintas, gangguan keamanan
dan tidak tertibnya pedagang kaki lima akan menjadi hambatan dalam rencana
tersebut. Sehingga diperlukan fungsi kepolisian dengan mengedepankan
kemitraan dengan masyarakat di Kawasan Kota Tua dalam penanggulangan
terhadap permasalahan-permasalahan sosial yang terjadi. Pertanyaan tesis ini
adalah: bagaimana Pemolisian Polsubsektor Pinangsia di Kawasan Kota Tua
Jakarta, kendala-kendala yang dihadapi dan Pemolisian yang ideal yang dapat
diterapkan di Kawasan Kota Tua Jakarta.
Teori dan Konsep yang digunakan pada tesis ini adalah, polisi, pemolisian,
masyarakat atau komuniti, pariwisata, perkotaan, manajemen, Polsek dan
Polsubsektor dan Analisis SWOT.
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif berfokus pada
etnografi, sementara metode penulisannya penulis cenderung ke deskriptif
analisis.
Temuan penelitian menyebutkan Pemolisian Polsubsektor Pinangsia di
Kawasan Kota Tua Fatahilah dilaksanakan dengan melalui beberapa proses
manajemen yakni perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan dan pengawasan.
Kegiatan yang dilakukan adalah pengaturan, penjagaan, dan patroli. Kendalakendala
yang dihadapi dari segi internal, adalah kemampuan Polsubsektor
Pinangsia masih terbatas hal ini dilihat dari segi sumberdaya manusia secara
kuantitas baik kualitas (khususnya tidak ada polisi pariwisata), sarana dan
prasarana serta anggaran. Sementara kendala dari segi Eksternal adalah kurang
maksimalnya kerjasama dengan pihak Sat Pol PP, Satpam Museum, PKL,
Parkiran dan Linmas dalam hal keterpaduan, kurang maksimalnya alat pendukung
pengamanan di wilayah kawasan Kota Tua, misalnya pagar dan CCTV. Model
Pemolisian yang ideal dengan melihat keterbatasan organisasi, bagi Polsubsektor
Pinangsia adalah pemolisian modern yang proaktif dalam menyelesaikan masalah
dengan memfokuskan pelayanan dan pengayoman terhadap pariwisata perkotaan.
Kesimpulan, Pemolisian Polsubsektor Pinangsia di Kawasan Kota Tua
Jakarta sudah dilaksanakan melalui peran petugas Polsubsektor Pinangsia yang
memiliki kecenderungan menekankan peran para petugas kepolisiannya pada
tindakan-tindakan kepolisian secara persuasif, preemtif dan preventif dengan
melaksanakan berbagai kegiatan yang bersifat individu..
Saran, seharusnya Polsubsektor Pinangsia memiliki kemampuan secara
kualitas dan kuantitas untuk menjamin kenyamanan wisatawan dalam melakukan
kunjungannya, dan ditunjang oleh pendukung dalam rangka penanggulangan
permasalahan sosial yang membutuhkan dukungan dari Pemerintah.
Kata Kunci: Pemolisian, Perkotaan dan Pariwisata.

The Kota Tua Jakarta area is a tourist destination which was planned by
the Government registered on the UNESCO in 2015, as a heritage city. But the
problems of traffic congestion, security threats and not martinet vendors will be
obstacles in the plan. So that the necessary police functions by promoting
partnerships with the community in the Kota Tua Jakarta area in in response to the
social problems that occur. The thesis question is: how policing Polsubsektor
Pinangsia in the Kota Tua Jakarta area, obstacles faced and policing an ideal that
can be applied in the Kota Tua Jakarta area.
Theories and concepts used in this thesis is, police, policing, community or
local community, tourism, urban management, police and Polsubsektor and
SWOT Analysis.
Methods This study used a qualitative approach focuses on ethnography,
while the methods of literary writers tend to the descriptive analysis.
Polsubsektor Pinangsia policing research findings mentioned in the Kota
Tua Jakarta area implemented through a management process ie planning,
organizing, leadership and supervision. Activities undertaken is the setting,
maintenance, and patrol. Constraints faced in terms of internal, is still limited
ability Polsubsektor Pinangsia this in terms of human resources in terms of
quantity of good quality (in particular there is no tourism police), infrastructure
and budget. While the terms of the External constraints are less maximum
cooperation with the Sat Pol PP, museum guard, street vendors, parking and
Linmas in terms of integrity, lack of support tools maximum security in the Kota
Tua Jakarta area, such as fencing and CCTV. The ideal model of policing to see
the limitations of the organization, for Polsubsektor Pinangsia modern policing is
proactive in resolving problems with the service and protection focusing on urban
tourism.
Conclusion, policing Polsubsektor Pinangsia in the Kota Tua Jakarta area
has been carried out through role Pinangsia Polsubsektor officer who has a
tendency emphasizes the role of its police officers on police actions persuasively,
preemptive and preventive to implement various activities are individual.
Advice, should have the ability Polsubsektor Pinangsia in quality and quantity to
ensure the comfort of the traveler's visit, and supported by the support in order to
control social problems that require the support of the Government.
"
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aloisius David
"Penelitian ini membahas mengenai pengaruh keberadaan kejahatan yang terjadi di dalam angkutan umum terhadap perilaku seseorang ketika menggunakan angkutan umum tersebut. keberadaan kejahatan tersebut menimbulkan perasaan takut akan kejahatan dan kemudian memberikan pengaruh kepada perilaku seseorang yang menggunakan angkutan umum. Penelitian ini mengambil perempuan pekerja sebagai sampel penelitian dengan asumsi bahwa kerentanan perempuan terhadap kejahatan lebih besar dibandingkan laki-laki. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan survey sebagai sarana pengumpulan data primer. Hasil penelitian menemukan bahwa rasa takut memberikan pengaruh signifikan pada respons seseorang untuk mengasuransikan barang-barangnya dan juga menyebarkan berita akan kejahatan tersebut.
This research is a study about finding the influences between the fear of crime and the behavior response among the passengers. Crime that happens inside the public transportation such as pickpocket, robbery, threaten, sexual harrasment, and hypnosis creating fear that stimulating responses from the passengers. This research is try to find whether it?s true or not that fear of crime have an influence with the behavior or act based on response that coming from the passenger. This study take women that work and using public transportation in Depok city as the research sample based on the assumptions that women is more vulnerable to crime than men. The research done with quantitative method with survey as the primary data collecting tools."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sadika Nurani Hamid
"Tesis ini membahas persepsi pemilik dan pengelola bangunan di Kawasan Taman Fatahillah terhadap program revitalisasi Kota Tua Jakarta yang dijalankan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif. Data diperoleh dari studi pustaka, observasi dan wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pandangan para pemilik dan pengelola bangunan, aspek negatif revitalisasi masih lebih besar dibandingkan aspek positifnya. Oleh karena itu harus dilakukan pembenahan pada tiga bidang, yaitu manajemen pemerintahan, perencanaan revitalisasi dan pendidikan masyarakat.

The focus of the study is the perception of building owners' and building users' of the Taman Fatahillah area on the Old City of Jakarta revitalization program initiated by the provincial government of Jakarta. This study use qualitative method. The data were collected by means of deep interview, observation and library research.
This study concludes that based on the building owners' and building users `perspectives, the negative aspect of the revitalization is still greater than the positive aspects. To resolve that, three domains needs to be addressed: government management, revitalization planning and public education.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
T39172
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Paulus Sarli Anthoni
"Fear of crime atau rasa ketakutan terhadap tindak kejahatan dapat dimiliki oleh siapa saja dan dapat terjadi untuk tindak kejahatan apapun, salah satunya adalah ketakutan mengalami kejahatan di moda transportasi umum. Sekarang ini, penggunaan transportasi umum, terutama di kota-kota besar, sudah menjadi bagian dari kebutuhan dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Skripsi ini menguji lima variabel fear of crime yang mungkin dialami oleh pengguna moda transportasi umum yang dibentuk oleh Carlos J. Vitalta (2011) menggunakan metode kuantitatif, dengan mengumpulkan kuesioner dari 150 responden yang tinggal di Kota Depok dan pernah menjadi korban kejahatan di transportasi umum. lima variabel fear of crime ini terdiri atas victimization, physical vulnerability, social vulnerability, social disorder, dan social network. hasilnya ditemukan bahwa empat variabel memiliki bentuk hubungan yang positif terhadap fear of crime, sementara satu variabel lainnya memiliki hubungan yang negatif. semakin tinggi tingkat victimization, social disorder, social vulnerability, maka semakin tinggi pula tingkat fear of crime yang dimiliki seseorang. sedangkan semakin rendah tingkat physical vulnerability dan social network maka semakin tinggi fear of crime yang dimiliki oleh seseorang

Fear of crime can be possessed by anyone against any kind of crime. One of those includes the fear of crime in public transportation. Utilizing public transportation is inevitable on daily life especially in big cities. This research examines Carlos J. Vitalta’s (2011) the five variables of fear of crime experienced by public transportation user. The method being used is quantitative as 150 respondents live in Depok City who had experienced crime in public transportation were gathered. These five variables consist of victimization, physical vulnerability, social vulnerability, social disorder, and social network. The result shows that four of the variables perform positive relation against fear of crime while the other one shows negative relation. The higher level of victimization, physical vulnerability, social vulnerability, social disorder, and social network will create higher level of someone’s fear of crime. On the other hand, the lower level of victimization, physical vulnerability, social vulnerability, social disorder, and social network will create higher level of someone’s fear of crime will create lower level of someone’s fear of crime"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jihan Afifah Rifdah
"Penelitian ini mengkaji tentang tingkat walkability pada jalur pedestrian di Kawasan Kota Tua dalam mewujudkan walkable city di Provinsi DKI Jakarta. Penelitian ini tmenggunakan teori Global Walkabality Index sebagai teori utama. Teori Global Walkabality Index memiliki tiga dimensi, yaitu Keselamatan dan Keamanan, Kenyamanan dan Daya Tarik, serta Dukungan Kebijakan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik pengumpulan data mixed method melalui survei dan wawancara mendalam. Teknik pengambilan sampel untuk survei adalah convenience sampling, sedangkan untuk wawancara mendalam menggunakan teknik purposive sampling Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 100 orang yang didapatkan dengan menyebarkan kuesioner secara daring dan luring kepada pengguna jalur pedestrian di Kawasan Kota Tua Jakarta. Data yang diperoleh telah diolah menggunakan software SPSS versi 25 melalui ukuran pemusatan berupa modus. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa jalur pedestrian Kawasan Kota Tua Jakarta memiliki tingkat walkability yang tinggi berdasarkan persepsi masyarakat dengan persentase sebesar 84%. Tingginya tingkat walkability tersebut diperoleh dari komputasi tiga dimensi dalam penelitian ini. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran terkait bagaimana walkability pada jalur pedestrian di Kawasan Kota Tua dalam mewujudkan walkable city di Provinsi DKI Jakarta yang diukur dari persepsi masyarakat.

This study examines the level of walkability on pedestrian streets in the Kawasan Kota Tua in realizing a walkable city in Provinsi DKI Jakarta. This study uses the theory of the Global Walkability Index as the main theory. The Theory of the Global Walkabality Index has three dimensions, namely Safety and Security, Convenience and Attractiveness, and Policy Support. This study uses a quantitative approach with mixed method data collection techniques through surveys and interviews. The sampling technique for surveys is convenience sampling, while for interviews using purposive sampling techniques. The number of respondents in this study were 100 people who were obtained by distributing online and offline questionnaires to pedestrian path users in the Kawasan Kota Tua of ​​Jakarta. The data obtained has been processed using SPSS version 25 software through a measure of concentration in the form of mode. The results of this study indicate that the pedestrian path in the Kawasan Kota Tua Jakarta has a high level of walkability based on public perception with a percentage of 84%. The high level of walkability is obtained from three-dimensional computing in this study. It is hoped that this research can provide an overview of how walkability on pedestrian paths in the Kawasan Kota Tua can create a walkable city in Provinsi DKI Jakarta as measured by public perception."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Margaret Arni Bayu Murti
"Jalan Kopi merupakan salah satu bagian dan kawasan pemugaran Kota Tua Jakarta yang telah ditetapkan sejak tahun 1973. Namun, di dalam rencana pengembangan Kota Jakarta 2005-2010, Dinas Tata Kota telah merencanakan pelebaran jalan di beberapa wilayah kota, termasuk di kawasan pemugaran karena alasan permasalahan transportasi. Hal ini menjadi permasalahan karena di kawasan pemugaran terdapat bangunan-bangunan tua dengan Garis Sempadan Bangunan (GSB) adalah nol, yang berarti akan terjadi pembongkaran pada bagian depan bangunan tua dengan gaya Pecinan tersebut. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan, apakah yang menyebabkan pertentangan dalam rencana pelebaran jalan di kawasan pemugaran dan konflik apakah yang terjadi dalam rencana pelebaran jalan di kawasan pemugaran? Untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut, saya menggunakan pendekatan kualitatif dengan cara pengumpulan data, yaitu studi dokumen, pengamatan dan wawancara berpedoman kepada para informan, yaitu pejabat institusi pemerintah dan warga yang bangunannya akan terbongkar untuk rencana pelebaran jalan. Berdasarkan hasil penelitian, penyebab pertentangan adalah adanya dasar pemikiran antara Dinas Tata Kota dan Dinas Kebudayaan dan Permuseuman yang berlawanan. Perbedaan kepentingan di antara institusi pemerintah dan warga Jalan Kopi, juga yang mengakibatkan adanya pertentangan. Selanjutnya, konflik yang terjadi di dalam rencana ini adalah ketidakcocokan pemahan terhadap kebijakan pemugaran dan adanya tumpang tindih kepentingan sehingga menyebabkan ketidakcuhan para pejabat institusi dan warga terhadap makna sejarah Jalan Kopi. Penelitian ini menyimpulkan, yang pertama, bahwa terjadinya rencana pelebaran jalan di kawasan pemugaran disebabkan karena tidak adanya koordinasi antar institusi, sehingga perlu ditetapkan wewenang kepada sebuah badan pengelola untuk Kota Tua Jakarta. Kedua, rencana pelebaran jalan di kawasan pemugaran sebaiknya dihentikan, karena adanya kendala dana untuk ganti rugi kepada warga dan secara drastis dapat merubah wajah Kota Tua Jakarta.

Kopi street has been included in Old Town Conservation Plan since 1973 by a decree of the Governor of Jakarta. However, a road-widening project has been planned by Dinas Tata Kota (Department of Town Planning) of Jakarta in the old town area for the program in 2005-2010. The city road-widening project was proposed in order to solve the transportation problem in Kota area. Consequently old buildings with Building Line ratio zero and with the front side having Chinese style facades must be all demolished. This condition raises contradictive question: what is behind the contradiction in the protected district? What kind of conflict is involved? To answer the questions, I used qualitative approach to collect the research data. These were acquired through document study, observation, guided interview to the related resources; officers of related departments and building owners of the studied district. The research conducted has shown that the contradiction originated came from the different point of views between Dinas Tata Kota (Department of Town Planning) and Dinas Kebudayaan dan Permuseuman (Department of Culture and Museum). The research also showed another source of conflict, namely the different interests between governmental institutions and residencents of Kopi Street. Furthermore, the conflict occurred in road-widening plan came from the misunderstanding on the restoration policy and the overlapping interest among the above mentioned two entangled parties and led into different appreciation about the historical background of Kopi street. The study has been summarizes into two points of conclusion. First, the road-widening project was planned without any coordination among the related institutions. Thus, a leading sector authority must be established to commission Jakarta Old Town Conservation Program. Second, the road-widening project must be reconsidered or cancelled, due to the lack of financial support in order to pay the land compensation to the residencents of Kopi Street as well as due to negative opinion support. Also the road-widening project would severely change the townscape of Old Jakarta established in the 17th century by the Dutch.
Key Words : contradiction, conflict, restoration policy, institution, old town conservation district, road widening project planning.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T16828
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pardede, Petrus
"Penelitian ini membahas mengenai kesiagaan masyarakat menghadapi kejadiaan tindak kejahatan seksual terhadap anak ndash; anak yang dikenal dengan istilah Paedophilia. Yang saat ini sering terjadi dan sudah dikategorikan menjadi keadaan darurat dengan diundangkannya Perpu Nomor 1 tahun 2016 menjadi Perubahan kedua terhadap Undang ndash; undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan akibat kejadian ndash; kejadian tersebut mengakibatkan ketakutan dan rasa tidak aman ditengah ndash; tengah masyarakat yang dikenal dengan istilah Fear of Crime.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data empiris dan hubungan antar variabel tentang Paedophilia dan Fear Of Crime terhadap Kesiagaan masyarakat di tinjau dari perspektif Ketahanan Wilayah di tempat yang tingkat terjadi kejahatanPaedophiliapaling tinggi di Provinsi DKI Jakarta yaitu di kota Jakarta Timur dengan melalui survei dan wawancara terstruktur.
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif yang mengandalkan angka ndash; angka dalam bentuk skor dan hasil perhitungan statistik sebagai dasar untuk analisis. Untuk mendapatkan skor tersebut digunakan metode survei lapangan dengan wawancara terstruktur dengan cara menyebar angket kuisioner kepada responden yang diambil secara purposivedi Kecamatan Ciracas Kota Jakarta Timur.
Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel bebas yaitu Paedophilia dan fear of crimeberkorelasi kuat dan sedang terhadap variabel terikat yaitu Kesiagaan masyarakat, hal ini diketahui dari hasil analisis data yang menggunakan analisis korelasi, determinasi dan regresi baik secara tunggal maupun secara simultan. Dengan diketahuinya hasil analisis hubungan variabel yang kuat dan berpengaruh signifikan, maka hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam upaya peningkatan Kesiagaan masyarakat khususnya terhadap kejahatan Paedophilia.

This research focuses on community preparedness to face the incidence of acts of sexual crimes against children known by the term pedophilia, which is currently often the case and is classified as a state of emergency with the enactment of Government Regulation No. 1 of 2016 became second change toLaw number 23 of 2002 on Protection of Children and the consequences of events events that lead to fear and insecurity in the middle of the community known as the fear of Crime.
This study aims to obtain empirical data and relationships between variables of pedophilia and Fear Of Crime against Preparedness society in the review from the perspective of durability Region in place of the crime pedophilia highest in Jakarta is in the city Jakarta through surveys and structured interviews.
This study used quantitative research approaches that rely numbers in the form of scores and statistical analysis as a basis for analysis. To gain score method is used with a structured interview survey by distributing questionnaires to the respondents to the survey taken by purposive in East Jakarta District Ciracas.
The results showed that the independent variables are pedophilia and fear of crime are strongly correlated to the dependent variable and the preparedness of society, it is known from the analysis of data using correlation analysis, and regression determination either singly or simultaneously. By knowing the analysis of the relationship between a strong and significant effect, the results of this study can be used as a reference in an effort to increase community preparedness, especially against crime pedophilia.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>