Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 115356 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aisyah Latifah
"ABSTRAK

Berdasarkan Standar Nasional Indonesia terkait kualitas bioetanol, kadar air maksimum bahan bakar adalah 1.0 v/v% karena terjadinya fenomena azeotrop. Maka, perlu dilakukan proses pemurnian lebih lanjut. Metode pemurnian yang yang paling hemat energi adalah proses adsorpsi. Adsorpsi yang digunakan adalah adsorpsi kontinyu dimana proses yang jauh lebih baik karena sistem operasinya yang selalu mengontakkan adsorben dengan larutan segar sehingga adsorben dapat mengadsorpsi dengan optimal sampai kondisi jenuhnya. Salah satu yang mempengaruhi adsorpsi adalah jenis adsorben dan komposisi dari setiap adsorben. Material adsorbent yang diuji adalah komposit dari campuran Polyvinyl Alcohol (PVA), zeolit, dan karbon aktif terhadap bioetanol dengan kemurnian 88% dan 96%. Terdapat lima variasi komposisi adsorben yang dengan perbandingan PVA, zeolit, dan karbon aktif yaitu 1:1:0, 1:1:0.25, 1:1:0.5, 1:1:0.75, 1:1:1. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis hubungan serta pengaruh variasi komposisi adsorben terhadap kemurnian bioetanol setelah melalui proses adsorpsi kontinyu melalui kurva breakthrough dari hasil penelitian serta performa adsorpsi yang dihasilkan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan variasi perbandingan PVA/zeolit/karbon aktif = 1:1:1 merupakan variasi paling bagus dimana proses adsorpsi yang terjadi paling optimum dengan hasil kemurnian etanol yang tinggi yaitu mencapai 99.53% untuk konsentrasi awal 88% dan 99.51% untuk konsentrasi awal 96%


ABSTRACT
Based on the Indonesian National Standards regarding the quality of bioethanol, the maximum water content of the fuel is 1.0 v/v% due to the occurrence of the azeotrope phenomenon. Therefore, it is necessary to do a further purification process. The purification method which is the most energy efficient is adsorption process. The method used is continuous adsorption where this process has a much better because the operating system always contacts the adsorbent with fresh solution, so that the adsorbent can adsorb optimally until the condition is saturated. One that affects adsorption is the type of adsorbent and composition of each adsorbent. The adsorbent material tested was a composite of a mixture of Polyvinyl Alcohol (PVA), zeolite, and activated carbon on bioethanol with a purity of 88% and 96%. There are five variations of the adsorbent composition with a ratio of PVA, zeolite, and activated carbon, namely 1: 1: 0, 1: 1: 0.25, 1: 1: 0.5, 1: 1: 0.75, 1: 1: 1. This research was conducted by analyzing the relationship and the effect of variations in the composition of the adsorbent on bioethanol purity after continuous adsorption process using the breakthrough curve from the results of the research and adsorption performance produced. The results of this study indicate that the variation in the ratio of PVA / zeolite / activated carbon = 1: 1: 1 is the best variation where the optimum adsorption process occurred with high ethanol purity reaches 99.53% for the initial concentrations of 88% and 99.51% for concentrations initial 96%.

 

 

"
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Mulia
"ABSTRAK
Produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif masih perlu ditingkatkan kemurniannya sehingga memenuhi standar fuel grade ethanol 95%v/v. Pada prosesnya, etanol hasil fermentasi memiliki kemurnian 5-12%b/b. Salah satu metode pemurnian yang dapat digunakan adalah adsorpsi yang memiliki efisiensi energi baik. Media adsorben akan mengalami kejenuhan dalam waktu tertentu, sehingga perlu dilakukan regenerasi adsorben. Penelitian ini membahas pengaruh regenerasi adsorben terhadap proses pemurnian tahap awal dari campuran etanol-air menggunakan proses adsorpsi kontinu pada unggun tetap. Material adsorben yang diuji dalam penelitian ini adalah karbon aktif Calgon bekas yang telah diregenerasi dengan metode pemanasan oven drying dengan temperatur 115°C. Digunakan campuran etanol-air dengan kemurnian etanol 10%v/v dan 50%v/v. Uji adsorpsi dilakukan dengan kondisi operasi suhu dan tekanan ruangan, serta laju alir 10 mL/menit melalui kolom adsorpsi unggun tetap secara kontinu selama 5 jam hingga adsorben karbon aktif jenuh. Hasil dari penelitian ini diolah dan disajikan dalam bentuk kurva breakthrough yang menunjukkan performa adsorpsi. Hasil kemurnian etanol tertinggi sebesar 59,04%v/v pada konsentrasi awal etanol 50%v/v dan 27,12%v/v pada konsentrasi awal etanol 10%v/v. Kinerja adsorben teregenerasi mengalami penurunan sekitar 10% setelah dilakukan regenerasi, dengan kapasitas adsorpsi 0,156 pada konsentrasi awal etanol 50%v/v dan 0,225 pada konsentrasi awal etanol 10%v/v.

ABSTRACT
Bioethanol product as an alternative fuel needs enhancement of purity to meet the standard of 95%v/v. In the process, the ethanol produced from fermentation has purity of 5-12%w/w. One of the purification methods that can be used is adsorption that has good energy efficiency. However, regeneration on spent adsorbents is needed in consideration of economic aspects. This study discusses the effects of regenerated adsorbents in the initial-stages purification process of ethanol-water mixture in fixed-bed continuous adsorption. Spent Calgon activated carbon is regenerated using oven drying method with the temperature of 115°C. This study is using ethanol purity of 10%v/v and 50%v/v. The research is carried out under operating conditions of atmospheric temperature and pressure, and flow rate of 10 mL/minutes through a fixed-bed continuous adsorption column for 5 hours until the adsorbent is saturated. The results of this study are presented in breakthrough curves that shows the adsorption performance. The highest ethanol purity yield of 59.04%v/v for ethanol initial concentration 50%v/v, and 27.12%v/v for ethanol initial concentration 10%v/v. The adsorption performance is decreased about 10% after the regenerated adsorbents is in use with adsorption capacity of 0.156 for ethanol initial concentration 50%v/v and 0.225 for ethanol initial concentration 10%v/v.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathurrahman
"Indonesia, sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar dan kebutuhan energi yang tinggi, mengalami peningkatan permintaan energi yang signifikan. Untuk mengatasi tantangan ini, Indonesia berkomitmen untuk meningkatkan kapasitas energi terbarunya guna memenuhi kebutuhan energi bersih global. Salah satu terobosan bioteknologi yang dapat diandalkan adalah penggunaan etanol, baik sebagai campuran atau bahkan sebagai energi alternatif untuk kendaraan dan transportasi. Sektor ini merupakan salah satu industri dengan konsumsi energi tertinggi yang terus berkembang pesat. Bioetanol, khususnya yang berasal dari biomassa seperti tumbuhan kaya selulosa, memiliki potensi untuk memberikan solusi dalam menciptakan energi terbarukan yang ramah lingkungan. Bioetanol dapat terdegradasi secara alami, mengurangi emisi gas buang, dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Namun, agar dapat digunakan sebagai campuran atau alternatif bahan bakar, bioetanol harus mencapai kemurnian 99,5% v/v, yang tidak dapat dicapai dengan teknologi konvensional seperti distilasi karena adanya titik azeotrop pada komposisi 95,63 wt% etanol. Kondisi ini menuntut pendekatan yang lebih kompleks, menggabungkan teknologi distilasi dan adsorpsi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis optimalisasi kondisi operasional dan dimensi proses distilasi dan adsorpsi dalam pemisahan bioetanol-air. Karbon aktif dipilih sebagai desikan/adsorber dalam penelitian ini.

Indonesia, a nation with a sizable population and high energy consumption, is seeing a notable rise in energy demand. Indonesia is dedicated to meeting the world's clean energy demands by expanding its renewable energy capacity in order to tackle this problem. The use of ethanol, either alone or in combination, as a substitute energy source for cars and other forms of transportation, is one dependable biotechnological innovation. This sector is one of the highest energy-consuming industries that continues to grow rapidly. Bioethanol, especially those derived from biomass such as cellulose-rich plants, has the potential to provide solutions in creating environmentally friendly renewable energy. Bioethanol is naturally degradable, reduces exhaust emissions, and reduces dependence on fossil fuels. However, in order to be used as a fuel blend or alternative, bioethanol must reach a purity of 99.5% v/v, which cannot be achieved by conventional technologies such as distillation due to the azeotrope point at 95.63 wt% ethanol. This condition demands a more complex approach, combining distillation and adsorption technologies. This study aims to analyze the optimization of operational conditions and dimensions of distillation and adsorption processes in bioethanol-water separation. Activated carbon was selected as desiccant/adsorber in this study."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bhagaskara Putra Haditya
"ABSTRAK
Bioetanol merupakan bahan bakar alternatif yang dianggap paling menjanjikan di masa depan karena bioetanol merupakan bahan bakar yang ramah lingkungan. Pada prosesnya, etanol yang dihasilkan memilki kadar 30-40% v/v. Sehingga dengan begitu etanol masih membutuhkan proses pemurnian. Salah satu metode pemurnian yang dapat digunakan adalah adsorpsi, karena adsorpsi menggunakan adsorben komposit, proses regenerasi adsorben dilakukan juga. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kinerja adsorben setelah dilakukan beberapa kali regenerasi. Dengan adsorben komposit yang digunakan PVA : Zeolit : Karbon aktif (1:1:1), berdasarkan hasil penelitian kinerja adsorben ditinjau berdasarkan adsorpsi efektif, waktu penetrasi, dan kapasitas adsorpsi. Dari hasil penelitian dengan kandungan etanol masuk 96%, adsorben yang baru 1 kali regenerasi memiliki nilai adsorpsi efektif dan kapasitas adsorpsi sebesar 320 menit dan 49,748 mg/ 100 g adsorben sedangkan pada kandungan masuk etanol 88% adsorben yang baru 1 kali regenerasi memiliki nilai adsorpsi efektif dan kapasitas adsorpsi sebesar 270 menit dan 158,5320 mg/ 100 g adsorben, dan semakin sering dilakukan proses regenerasi kinerja adsorben akan semakin turun. Dapat disimpulkan bahwa proses regenerasi adsorben terhadap kinerja adsorben akan semakin turun sejalan dengan proses regenerasi yang dilakukan.

ABSTRACT
Bioethanol is an alternative fuel that is considered the most promising in the future because bioethanol is an environmentally friendly fuel. In the process, the ethanol produced has 30-40% v / v levels. So that ethanol still needs a refining process. One of the purification methods that can be used is adsorption, because adsorption uses composite adsorbents, the regeneration process of the adsorbent is also done. This study was aimed at knowing the performance of the adsorbent after several regenerations. With composite adsorbent used PVA: Zeolite: Activated carbon (1: 1: 1), based on the results of the research the performance of the adsorbent was reviewed based on effective adsorption, penetration time, and adsorption capacity. From the results of research with 96% ethanol content, the adsorbent which has only 1 time regeneration has an effective adsorption value and adsorption capacity of 320 minutes and 49.748 mg / 100 g of adsorbent whereas in the content of 88% ethanol adsorbent which has only 1 time regeneration has an effective adsorption value and the adsorption capacity of 270 minutes and 158.5320 mg / 100 g of the adsorbent, and the more frequent the regeneration process of the adsorbent performance will decrease. It can be concluded that the regeneration process of the adsorbent to the performance of the adsorbent will decrease further along with the regeneration process carried out.

 

"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Beatrix Gloria
"ABSTRAK
Hasil pembakaran kendaraan berenergi fosil serta emisi dari aktivitas industri mengakibatkan meningkatnya kadar CO2 di udara. Gas CO2 dikenal sebagai salah satu gas rumah kaca yang dapat mengikis lapisan ozon serta meningkatkan resiko terjadinya pemanasan global. Berbagai teknologi CO2 Capture yang telah ada saat ini kurang efisien dari segi biaya maupun energi yang dibutuhkan. Teknologi adsorpsi CO2 dari udara dengan menggunakan karbon aktif merupakan metode yang efektif karena karbon aktif dapat diproduksi dari berbagai sumber agrikultur, teknologinya sederhana serta membutuhkan biaya yang tidak besar. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data kemampuan adsorpsi karbon aktif yang berasal dari Bambu Petung yang diaktivasi dengan metode aktivasi fisika dan metode aktivasi kimia. Kemampuan adsorpsi kedua jenis karbon aktif ini diuji melalui kolom adsorpsi fixed bed yang dialiri campuran gas CO2/Udara dengan memvariasikan konsentrasi CO2 pada suhu dan tekanan ambien. Keluaran fixed bed dianalisis dengan menggunakan Gas Analyzer. Data adsorpsi CO2 pada karbon aktif akan direpresentasikan dalam kurva Langmuir dan kurva breakthrough. Data-data yang didapatkan pada penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk keperluan desain alat adsorpsi CO2 misalnya untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan sampai karbon aktif jenuh dan harus diganti, juga dibutuhkan sebagai input untuk pemodelan simulasi adsorpsi. Hasilnya menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi awal CO2 dalam udara mempercepat waktu breakthrough dan kapasitas adsorpsinya juga semakin besar.

ABSTRAK
Combustion gas produced from fossil fuel for vehicles as well as emissions from industrial activity resulted in increased levels of CO2 in the air. CO2 is known as one of the greenhouse gases that may erode the ozone layer and increased risk of global warming. Various CO2 Capture technologies that already exist today is less efficient in terms of cost and energy required. Adsorption technology to eliminate CO2 in air using activated carbon is an effective method since activated carbon can be produced from a variety of agricultural sources, the technology is simple and need no high cost. This study aimed to obtain the adsorption capacity of CO2 in air on activated carbon derived from Petung Bamboo both with physical and chemical activation method. The adsorption ability of both types of activated carbon was tested through a fixed bed adsorption column by flowing gas mixtures of CO2 / air with varying concentrations of CO2 in ambient temperature and pressure. The gas stream leaving fixed bed were analyzed using Extech CO2 Monitor. CO2 adsorption data on activated carbon will be represented in the Langmuir curve and breakthrough curves. The data obtained in this study could be used for CO2 adsorption equipment design, for instance to know how long it takes until the activated carbon is saturated and must be replaced, also needed as input to simulation modeling of adsorption. The results shows the increasing of inlet concentration makes quicken the breakthrough time and also increase the adsorption capacity.."
2016
S63141
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Fadillah Utama Putera
"Isu lingkungan mengenai pemanasan global dan penipisan ozon merupakan faktor pendorong inovasi ramah lingkungan. Oleh karena itu, dikembangkanlah alat pendingin adsorpsi menggunakan metanol yang ramah lingkungan sebagai refrigeran dan karbon aktif sebagai adsorben. Sistem ini menggunakan metanol sebagai refrigeran yang memiliki karakteristik zero ozone depletion potential (ODP) dan zero global warming potential (GWP). Faktor yang paling penting dalam upaya peningkatan kapasitas pendinginan adalah dengan meningkatkan perpindahan panas dan massa di dalam adsorber/desorber dengan cara memperbesar luas bidang perpindahan panas adsorben dan mengembangkan material adsorben baru yang memiliki nilai laju penyerapan yang tinggi.
Alat pengujian adsorpsi yang dibuat terdiri dari adsorber dan adsorbat storage yang disatukan dalam sebuah sistem dan variasi bentuk karbon aktif untuk mengetahui karakteristik proses adsorpsi dan efek pendinginan. Pengujian dilakukan dengan menggunakan metanol sebanyak 120 ml dan karbon aktif sebanyak 100 gr selama proses adsorpsi 60 menit. Perbedaan temperatur terendah yang dicapai di adsorbat storage adalah 6ºC yaitu saat adsorben divariasikan bentuknya dengan menggunakan jaring yang bertujuan untuk memperbesar luas permukaan adsorben dengan mass transfer lebih tinggi.

Environmental issues about global warming and ozone depleting are the factors stimulating green innovation. Therefore, adsorption refrigeration system has been developed with methanol as a green refrigerant and activated carbon as adsorbent. Methanol is a refrigerant which have characteristic zero ozone depletion potential (ODP) and zero global warming potential (GWP). Important factor to increase cooling capacity is increase heat transfer and mass inside of adsorber with increase face of heat transfer of adsorbent and improve new material for adsorbent which has high rate adsorption value.
Experimental device adsorption consists of adsorber and adsorbat storage as a system and variation of activated carbon to understand characteristic of adsorption process and refrigeration effect. Experimental is done using 120 ml of methanol and 100 gr of activated carbon during adsorption procees 60 minutes. Lowest temperature difference achieved on adsorbat storage is 6ºC which is when apply variation form of activated carbon using net in order to expand surface area with higher mass transfer.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S50944
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Afdhal Hanafi
"Limbah kulit durian dipilih menjadi bahan baku pembuatan karbon aktif sebagai adsorben gas buang CO dan hidrokarbon karena mengandung selulosa yang tinggi serta diproduksi dalam jumlah yang tinggi yaitu mencapai 700 ribu ton per tahun. Metode aktivasi limbah kulit durian dilakukan malalui aktivasi kimia dan fisika. Aktivasi kimia menggunakan H3PO4 sebagai activating agent sedangkan aktivasi fisika menggunakan N2. Karbon aktif hasil aktivasi kimia fisika ini akan dimodifikasi dengan MgO agar kapasitas adsorpsi dalam menyerap CO dan hidrokarbon dapat meningkat. Karakterisasi yang digunakan adalah uji bilangan iod, SEM dan EDX untuk mengetahui luas permukaan, topografi dan kandungan pada karbon aktif.
Melalui pengujian bilangan iod didapatkan luas permukaan terbaik dengan modifikasi MgO pada rasio 70:30 yaitu sebesar 1149,48 m2/g. Untuk aktivasi kimia fisika, modifikasi MgO rasio 80:20 dan modifikasi MgO rasio 90:10 berturut turut didapatkan luas permukaan sebesar 798 m2/g, 890,23 m2/g dan 859,91 m2/g. Persen penurunan konsentrasi CO dan hidrokarbon terbaik yaitu dengan menggunakan karbon aktif hasil modifikasi MgO rasio 70:30 dengan panjang tabung adsorpsi 5 cm yaitu sebesar 99,14 untuk CO dan 87,73 untuk hidrokarbon.

Durian Shell waste is selected as raw material for making activated carbon as CO and hydrocarbon adsorbent because it contains high cellulose and produced in high number until 700 thousand tons per year. The activation method of durian shell by using chemical and physical acvtivation. Chemical activation using H3PO4 as activating agent and physical activation using N2. The activated carbon from chemical physical activation will modified by MgO to increase adsorption capacity in adsorbing CO and hydrocarbon. Characterization of active carbon used iod number, SEM and EDX to know surface area, topography and the content of activated carbon.
The best surface area from testing iod number is activated carbon with modified MgO ratio 70 30 that have a surface area of 1149.48 m2 g. For the activation of chemical physical, MgO modified ratio 80 20 and MgO modified 90 10 respectively obtained a surface area of 798 m2 g, 890.23 m2 g and 859.91 m2 g. the capacity adsorption is the best by using activated carbon modified MgO ratio 70 30 with 5 cm tube adsorption that is 99.14 for CO and 87.73 for hydrocarbons. Keywords CO and hydrocarbon gases, activated carbon, activation method, modified active carbon, characterization of activated carbon."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S66931
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nydia Amelia Madiadipura
"Pada penelitian ini, percobaan telah dilakukan untuk memanfaatkan bahan sisa-sisa biomasa secara efisien untuk mengambil kembali hidrogen dari campuran gas CH4 -; H2 yang banyak ditemukan pada unit Hydrocracking di Kilang Minyak. Bagian dari percobaan ini adalah pembuatan karbon aktif berbasis tempurung kelapa yang diproses melalui aktivasi kimia dan fisika dengan menggunakan ZnCl2 25 dan dilanjutkan dengan aktivasi pada 800 C dengan aliran N2 selama satu jam untuk untuk memperbesar luas permukaannya. Studi eksperimental mendetail telah dilakukan untuk adsorpsi metana dan hidrogen murni pada 20°C, serta campuran gas CH4 -; H2 pada 10, 20 dan 30°C; setiap kondisi isotermal diuji kapasitas adsorpsinya pada tekanan 1 -; 6 bar. Pengukuran dilakukan dengan teknik volumetric dan analisis gas kromatografi.
Hasil luas permukaan BET dan bilangan iod dari karbon aktif ini ialah 432,26 m2/g dan 644,80 mg/g. Adsorpsi tertinggi didapatkan pada metana murni diikuti oleh campuran gas CH4 -; H2 dengan rasio 1: 9 dan hidrogen murni. Untuk campuran gas, jumlah mol yang teradsorpsi meningkat dengan meningkatnya tekanan pada setiap isotermal; dimana pada suhu yang lebih tinggi kapasitas adsorpsinya menurun. Secara umum, seluruh metana yang terdapat pada gas campuran dapat terserap, namun pada kondisi tertentu terdapat metana yang tidak teradsorp oleh karbon aktif. Percobaan ini mengikuti model Langmuir dari adsorpsi isotermal.

In this study, attempts have been made to utilize biomass residue in an efficient way to recover hydrogen from CH4 - H2 gas mixture, which is widely found in Hydrocracking Units in Oil Refineries. Part of this attempt is to produce an activated carbon based on coconut shell, which is processed through chemical and physical activation using 25 ZnCl2 followed by activation at 800 C with N2 flow for an hour to increase its surface area. A detailed experimental study has been made for the adsorption of pure methane and hydrogen at 20°C, as well as CH4 - H2 mixture at 10, 20 and 30°C each isotherm condition undergoes a variety of pressure ranging from 1 - 6 bar. Measurements were made using volumetric technique and gas chromatograph analysis.
The resulted BET surface area and iodine number are 432.26 m2 g and 644.80 mg g, respectively. The highest adsorption is obtained for pure methane followed by CH4 - H2 mixture with 1 9 ratio and pure H2. For gas mixture, the total adsorption increases with the increase of pressure in each isotherm in which the higher temperature has lower adsorption ability. Overall, all methane in the gas mixture is adsorbed, however at certain condition a small amount of methane can be detected using Gas Chromatograph analysis. The trend of this experiment fits the Langmuir model of isothermal adsorption.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67570
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Distria Rizkiani
"Proses pengurangan karbon dioksida pada gas alam dengan menggunakan membran serat berlubang sebagai kontaktor gas-cair mulai diperhitungkan karena menjanjikan proses yang lebih ekonomis. Hal ini disebabkan karena pemisahan berlangsung pada suhu ruang, energi yang dibutuhkan relatif kecil karena pada prosesnya tidak memerlukan aditif. Penggunaan kontaktor membran juga menyebabkan fasa cair dan gas/uap terpisah secara fisik, di sisi lain molekul karbon dioksida diharapkan dapat melewati membran menuju fasa gas sehingga konsentrasi karbon dioksida pada umpan berkurang. Pada tugas akhir ini, akan, dibahas mengenai membran kontaktor serat berlubang serta evaluasi hidrodinamika dan perpindahan massa proses absorpsi karbon dioksida ke dalam natrium hidroksida menggunakan membran kontaktor serat berlubang dengan melihat pengaruh dari jumlah serat di dalam modul. Penelitian kali ini menggunakan membran polipropilen sebagai membran kontaktor, dikarenakan memiliki sifat yang sangat hidrofob. Sedangkan pada fasa gas digunakan gas karbon dioksida mumi, dikarenakan untuk mengurangi tahanan pada fasa gas. Terjadi absorpsi secara kimia pada penelitian ini, sehingga tahanan pada fasa cair dapat diabaikan. Dari hasil penelitian, dapat terlihat bahwa semakin banyakjumlah serat yang digunakan di dalam modul membran serat berlubang, maka koefisien perpindahan massa yang terjadi akan semakin kecil, dikarenakan tahanan pada membran yang semakin besar. Hal ini kurang diinginkan, tetapi kapasitas perpindahan massanya, yang didefinisikan sebagai koefisien perpindahan massa dikali dengan luas permukaan membran, akan semakin besar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kelebihan membran yang memiliki luas kontak yang besar lebih besar jika dibandingkan kekurangannya, yaitu adanya tahanan membran."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49580
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedy Darmawan Samid
"Persamaan model Dubinin-Astakhov digunakan untuk mencari pengaruh karakteristik karbon aktif yang digunakan sebagai adsorben terhadap unjuk kerja pada proses adsorpsi dan proses desorpsi dari sistem ANG (Adsorbed Natural Gas) dalam keadaan dinamis. Keadaan dinamis adalah keadaan kerja sebenarnya dimana pada tahapan adsorpsi terjadi kenaikan temperatur dan pada tahapan desorpsi terjadi penurunan temperatur. Dari hasil pendekatan teoritis menggunakan persamaan Dubinin-Astakhov akan didapatkan karakteristik karbon aktif optimal yang menghasilkan unjuk kerja paling maksimal terhadap perubahan temperatur yang terjadi (ΔT). Untuk mendapatkan kapasitas adsorpsi dan desorpsi yang baik dalam keadaan dinamis maka dibutuhkan karbon aktif yang memiliki volume mikropori (Wo) dan nilai penyebaran pori (n) yang besar. Sedangkan lebar pori (Lo) yang akan menghasilkan kapasitas tersimpan (Qds) terbaik adalah lebar pori (Lo) dengan nilai 1,5 nm dan untuk menghasilkan kapasitas terkirim (Qdd) terbaik adalah lebar pori (Lo) dengan nilai 2,3 nm.

Dubinin-Astakhov equation is use to find the influence from the characteristics of activated carbon that is use as adsorbent to the performance on adsorption process and desorption process under dynamic condition. Dynamic condition is the real work condition where in that condition an adsorption process there is an increase in temperature and a desorption process there is an decrease in temperature. From the theoritical study using Dubinin-Astakhov equation we can get the optimal characteristics of activated carbon that produce the greater performance do to the temperatur change that happen (ΔT). To get the greater adsorption dan desorption capacity under dynamic condition we must use activated carbon that have bigger mikropore volume (Wo) and pore size distribution (n). For the micropore width (Lo) that can produce the greater stored capacity is the micropore width (Lo) with the value around 1,5 nm and greater delivered capacity is the micropore width (Lo) with the value around 2,3 nm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T29555
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>