Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 136844 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tathya Inggita Putri
"Urban sprawl adalah sebuah masalah umum yang dihadapi oleh kota kota modern. Kemajuan teknologi dan sumber daya memungkinkan kota modern untuk berkembang secara menyebar dengan perhatian yang minimum terhadap perencanaan kota. Keadaan ini menyebabkan masalah masalah kompleks mengenai lingkungan hidup, kesehatan, kesejahteraan sosial, dan infrastruktur. Beberapa konsep telah dicetuskan sebagai solusi untuk masalah ini, salah satunya adalah Transit Oriented Development. Transit Oriented Development adalah sebuah konsep berkelanjutan yang berfokus pada perencanaan yang padat dengan pengembangan mix-use, yang terletak dalam area yang berjarak tempuh dengan berjalan kaki dari sebuah fasilitas transit. Pengembangan ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan terhadap kendaraan bermotor, dengan mempromosikan lingungan yang ramah terhadap pejalan kaki. Terdapat beberapa prinsip yang sangat penting dalam mencapai konsep ini, seperti walk, cycle, connect, transit, mix, densify, compact, dan shift. Skripsi ini akan membahas tentang pendekatan prinsip prinsip tersebut dalam sebuah studi kasus, yaitu Duren Kalibata.

Urban sprawl is a common problem that is faced by modern cities. The advancement of technology and resources has allowed cities to be developed in a spread out manner with minimum regard towards urban planning. This occurrence causes complex problems concerning environment, health, social welfare, and infrastructure. Several concepts have been established as a solution to this problem, one of them is Transit Oriented Development. Transit Oriented Development is a sustainable concept that focuses on the planning of compact, mix-use development that lies within a walking distance from a transit facility. This development is expected to decrease the motorized vehicle dependency, by promoting a pedestrian friendly neighborhood. There are several principles that are crucial in achieving this concept, which are walk, cycle, connect, transit, mix, densify, compact, and shift. This thesis will examine the approach of the principles in a case study, which is Duren Kalibata.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atsiilah Anindita
"Selama dekade terakhir, Jakarta telat mengalami banyak transformasi yang signifikan, terutama dalam pengembangan ruang kota dan pertumbuhan populasi. Jakarta telah memperluas aglomerasi perkotaannya ke kota-kota di sekitar yaitu Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Jumlah penduduk di Jakarta sendiri sudah tinggi, dan setiap harinya, jumlah orang yang bepergian dari pinggiran kota setiap hari ke Jakarta dalam survei menyatakan sekitar 1,4 juta orang setiap hari (Badan Pusat Statistik, n.d.) masuk dan keluar dari-dan-ke Jakarta, yang dimana kondisi ini disebut dengan urban sprawl. Jakarta telah mulai mengembangkan ruang kota dengan Transit Oriented Development pada tahun 2013 oleh ITDP yang juga meluncur standar Kawasan TOD tersebut. Tujuannya adalah untuk meningkatkan jumlah penggunaan layanan transportasi massal yang dibangun oleh pemerintah untuk mengurangi jumlah penggunaan kendaraan pribadi, menggantikan mobilitas di kota menjadi mobilisasi berkelanjutan dengan berjalan kaki, bersepeda, dan transportasi umum. Transit Oriented Development berarti rekonstruksi konsep seluruh kota tempat membuat fasilitas transit di simpul-simpul penting. Dan distrik atau Kawasan TOD yang ideal harus memiliki 3 komponen utama: kepadatan, keanekaragaman, dan desain. (Cervero, 2004).
Pengembangan Transit Oriented Development di Jakarta menggunakan indikator dan variabel tertentu, yang dimana variabelnya adalah KDB, KLB, Kepadatan Area (Bangunan dan Manusia), Presentasi Penggunaan Lahan, Fisika Pejalan Kaki, Konektivitas Pedestrian, dan Kondisi Pejalan Kaki. Variabel-variabel ini kemudian dihubungkan dengan lima elemen TOD Jakarta, yaitu Jalur Pejalan Kaki, Integrasi Antarmodal Angkutan Umum, Ruang Publik Terbuka, Fasilitas Penggunaan Campuran dan Urbanisasi Ringkas. Menilai hubungan antara variabel dan kondisi elemen saat ini dapat menunjukkan pemahaman yang lebih dalam tentang Pembangunan Berorientasi Transit di Jakarta. Mengintegrasikan kondisi saat ini dapat dilakukan dengan membaca kembali teori dasar Arsitektur, yang dalam hal ini teori sentralitas dan konsep pola perkotaan, untuk memperluas perspektif untuk memahami konsep TOD sendiri

Over the past decade, Jakarta has significant urban transformation, for its urban space and population growth. Jakarta has broadened its urban agglomeration to the neighborhood cities of Bogor, Depok, Tangerang, and Bekasi. The number of the dwellers in Jakarta itself is already high by day, and the number of people that commutes from the suburbs daily to Jakarta in a survey stated approximately reached 1,4 million people daily (Badan Pusat Statistik, n.d.) in-and-out of Jakarta, which is called the urban sprawl condition. Jakarta has started developing its urban space by creating Transit Oriented Development in year 2013 by the ITDP that launches the standard of TOD. The aim is to increase the number of mass-transportation services usage by the government, reducing the number of private vehicles usage, substitute the mobility in the city to sustainable mobilization by walking, biking and public transportation. Transit Oriented Development means that reconstruction of the whole city concept where making transit facilities on the important nodes. And an ideal TOD district must 3 main components: density, diversity, and design. (Cervero, 2004).
The Transit Oriented Development in Jakarta is using certain indicators and variables for developing this concept, and for its variables are KDB, KLB, Area Density (Building and Human), Land-use Presentation, Pedestrian Physic, Pedestrian Connectivity, and Pedestrian Condition. These variables then connected five elements of TOD Jakarta, which are Pedestrian Path, Intermodal Integration Public Transportation, Open Public Space, Mix-use Facilities and Compact Urbanization. Assessing the relations between the variable and the current elements conditions can shows deeper understanding of the Transit Oriented Development in Jakarta. Integrating the current condition can be done by re-reading the basic theory of Architecture,
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Tri Handayani
"Penetapan Wilayah Provinsi DKI Jakarta sebagai kota jasa dan pusat kegiatan ekonomi nasional mendorong lahirnya perkembangan wilayah secara masif dalam berbagai aspek yang mampu berdampak terhadap peningkatan intensitas kepadatan penduduk hingga arus lalu lintas. Sebagai langkah mengantisipasi permasalahan masifnya peningkatan penduduk serta arus lalu lintas, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengembangkan Kawasan TOD dalam bentuk kolaborasi. MRT Jakarta merupakan wujud kolaborasi dalam merealisasikan Kawasan TOD. Kawasan TOD mengedepankan konsep aksesibilitas mobilisasi masyarakat menuju stasiun terdekat dengan berjalan kaki ataupun dengan moda transportasi non-bermotor. Untuk mengetahui perkembangan nilai tanah pada Kawasan TOD, dilakukan peninjauan melalui perbandingan antara aspek nilai tanah kawasan sebelum proses pembangunan MRT Jakarta dilakukan, dengan kondisi eksisting dimana MRT Jakarta telah dioperasikan. Parameter dalam menentukan perkembangan nilai tanah pada Kawasan TOD MRT Jakarta mengacu pada teori Kapitalisasi Nilai Tanah Pada Kawasan Transit yang meninjau perbandingan nilai tanah berdasarkan persentase kawasan komersial, tingkat potensi banjir serta kenaikan harga tanah diatas 5% per-tahun. Penelitian ini dilakukan di sepanjang Stasiun MRT Jakarta yang dimulai dari Stasiun Bundaran HI hingga Stasiun Lebak Bulus Grab. Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data secara spasial, empat Kawasan TOD MRT Jakarta yang berada di dekat kawasan pusat bisnis merupakan Kawasan TOD MRT Jakarta dengan nilai tanah yang berkembang dari tahun 2012 hingga tahun 2023. Kawasan TOD MRT Jakarta lainnya tidak mengalami peningkatan nilai tanah. Karakteristik utama Kawasan TOD ini adalah berada dekat dengan kawasan pusat bisnis serta memiliki intensitas jaringan jalan utama dan keberadaan Objek POI dalam jumlah yang besar.

DKI Jakarta Province determined as a city of central service and economic activity, was one of the driving factors that created massive development of DKI Jakarta’s region in many aspects impacting the enhancement of residency density and the traffic flow intensity. As an anticipated action from the massive enhancement of the residency problem and intensity traffic flow. DKI Jakarta’s Government action to develop Transit Oriented Development realization that involves many collaborations. MRT Jakarta was one of the representative's collaborations in creating Transit Oriented Development realization. Transit Oriented Development put forward the concept of provisioning public accessibility to nearby stations that can be accessed by walking or using transportation non-motorcycle modes. Knowing the land value development in Transit Oriented Development, by using comparison analysis of land value aspects between before the MRT Jakarta Project was being held and the existing conditions of MRT Jakarta, was the method that was used to find how the development concept of Transit Oriented Development land value was being released in MRT Jakarta. Parameters that were used in determining the development of Transit Oriented Development land value in MRT Jakarta, refers to Land Value Capitalization of Transit Region theory that considers the land value comparison based on commercial percentage, flood potential level, and land prices enhancement above 5% in a year. This research was conducted in MRT Jakarta Stations starting from Bundaran HI Station until Lebak Bulus Grab Station. Refers to the results from processing and analyzing data process, four out of eight stations of MRT Jakarta that are located near the central business district area are the Transit Oriented Development area which was the land value being developed through the increasing land value index from 2012 until 2023. The main characteristic of Transit Oriented Development that the land value has been developed, are located near the central business district area and having much higher intensity of the main network road and the distribution of Point of Interest objects."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jonathan Hans Ellert
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang penerapan transit oriented development TOD yang ada di Jakarta. Pembahasan dimulai dari pengembang dan pemerintah yang mengklaim telah menerapkan konsep TOD pada kawasan mereka. Tulisan ini mencari konteks dan dampak pada kawasan di Jakarta yang telah menerapkan TOD pada pengembangannya. Saya membahas Terminal Pulo Gebang dan CBD Sudirman sebagai objek penelitian di kawasan Jakarta. Selain itu, saya juga memilih Koridor Rosslyn-Ballston sebagai pembanding studi kasus dalam penelitian ini. Pembanding diperlukan untuk melihat perbedaan konteks yang ada, dan bagaimana TOD diimplementasikan pada perencanaan di setiap kawasan. Penerapan TOD pada kedua daerah memiliki perbedaan konteks berupa regulasi, latar belakang pembangunan, dan struktur pengembangan kawasan. Diperlukan kerja sama pemerintah dan pengembang untuk mengatur zonasi dan fasilitas yang ada dalam kawasan untuk memastikan kawasan TOD berjalan dengan baik.

ABSTRACT
This research discuss about the implementation of TOD in Jakarta. This study starts from developers and governments claim have implemented this development concept in their project. This writing seeks the context and impact in Jakarta which have implemented TOD to its building development. This study uses Terminal Pulo Gebang and CBD Sudirman as the object of research in Jakarta. Moreover, I use Rosslyn Ballston Corridor as a comparison of case studies in this study. Comparison is required to know the context difference, and how it is implemented in planning in each region. TOD implementation in these two have some context difference such as regulation, development background, and regional development structures. Cooperation between government and developer is needed to organize zoning and facilities within the TOD rsquo s area to ensure the implementation works based on its context."
2017
S67343
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Syafitri
"Skripsi ini membahas bagaimana sense of community warga kampung kota di kawasan Transit Oriented Development (TOD). Sense of community dapat dipahami sebagai pengalaman seseorang dalam komunitas yang melibatkan rasa kepemilikan dalam pemukiman. Komunitas yang dibahas berbentuk kampung kota, pemukiman perkotaan utama di Indonesia. Dalam skripsi ini, penerapan TOD di Indonesia yang diiringi pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) dibahas dari segi komunitas. Hal ini dilakukan karena konsep awal TOD adalah mengenai komunitas berkelanjutan yang tersedia melalui integrasi penggunaan lahan dengan transportasi. Skripsi ini menggunakan metode kualitatif, yaitu kajian literatur dan studi kasus berupa observasi dan wawancara. Studi kasus dilakukan terhadap dua kampung kota di Tanah Abang, Jakarta Pusat, yang berada dalam kawasan perencanaan TOD di sekitar MRT Jakarta. Tulisan ini menghasilkan pemahaman bahwa dalam membentuk sense of community warga Kampung Kota di kawasan TOD, daerah hunian yang memiliki peran yang paling penting, diikuti dengan daerah ruang publik, pemberhentian transit, dan perkantoran.

This thesis discusses the sense of community among kampung kota dwellers in the Transit-Oriented Development (TOD) area. Sense of community can be understood as an someone's experience within a community that involves a sense of belonging in the settlement. The community discussed here takes the form of kampung kota, the primary urban settlement in Indonesia. In this thesis, the implementation of TOD in Indonesia, that is accompanied by the development of Mass Rapid Transit (MRT), is discussed in the context of community. It is because the original concept of TOD revolves around sustainable communities created through the integration of land use and transportation. The methods used in this research are literature review and case study that involves observation and interview. The case study is conducted in two kampung kota locations in the Tanah Abang, Central Jakarta, which are within the TOD planning zone of the Jakarta MRT. The findings provide the understanding that in the TOD zone, residential areas play the most significant role in forming a sense of community of kampung kota dwellers, followed by public spaces, transit stops, and offices."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Bagus Prawiratama
"Aktivitas urbanisasi merupakan salah satu penyebab perkotaan menjadi padat yang mengakibatkkan terjadinya perkembangan kawasan di perkotaan sehingga terciptanya urban sprawl. Konsep TOD merupakan konsep yang sesuai untuk mengatasi urban sprawl. Halte Integrasi CSW ASEAN, sebagai bagian dari konsep TOD, menjadi pusat perhatian yang dianggap berperan penting dalam meningkatkan aksesibilitas dan mendukung pengembangan kawasan di sekitarnya. Meskipun telah ada peraturan dan panduan terkait pengembangan TOD, belum ada pembahasan mendalam mengenai prinsip transit di Halte Integrasi CSW ASEAN dan kawasan sekitarnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis penerapan prinsip transit dalam perencanaan dan pengembangan kawasan berbasis TOD pada Halte Integrasi CSW ASEAN dan kawasan di sekitarnya serta mengevaluasi faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan prinsip transit di Halte Integrasi CSW ASEAN dan kawasan di sekitarnya. Metode analisis data yang dilakukan adalah pendekatan penelitian deskriptif dengan metode survei menggunakan kuisioner yang disebarkan secara online dan studi penelitian komparatif dengan memilih kawasan lain sebagai perbandingan studi kasus serta penelitian kebijakan yang mempelajari penerapan kebijakan prinsip transit di Halte Integrasi CSW ASEAN. Adapun hasil dan saran dari penelitian ini adalah evaluasi kinerja halte integrasi CSW menunjukkan perkembangan prinsip transit telah diterapkan, penelitian membuktikan bahwa keberadaan halte integrasi CSW ASEAN berdampak pada pengembangan TOD di sekitarnya, kontribusi halte integrasi terhadap pertumbuhan ekonomi lokal dan dukungan terhadap infrastruktur di sekitarnya menjadi faktor penting dalam menilai dampak positif pada lingkungan sekitar dan tingkat partisipasi masyarakat dalam penggunaan transportasi umum dan persepsi terhadap fasilitas halte integrasi menjadi tolok ukur penting untuk mengukur penerimaan dan keberlanjutan penerapan prinsip transit.

Urbanization activities are one of the causes of cities becoming congested, which results in the development of urban areas, resulting in the creation of urban sprawl. The TOD concept is a suitabel concept to overcome urban sprawl. The ASEAN CSW Integration Stop, as part of the TOD concept, is a center of attention which is considered to play an important role in increasing accessibility and supporting the development of the surrounding area. Even though there are regulations and guidelines regarding TOD development, there has been no in-depth discussion regarding transit principles at the ASEAN CSW Integration Stop and the surrounding area. The aim of this research is to analyze the application of transit principles in TOD-based regional planning and development at the ASEAN CSW Integration Bus Stop and the surrounding area as well as evaluating supporting and inhibiting factors in the application of transit principles at the ASEAN CSW Integration Bus Stop and the surrounding area. The data analysis method used is a descriptive research approach with a survey method using questionnaires distributed online and comparative research studies by selecting other regions as case study comparisons as well as policy research studying the implementation of transit principle policies at ASEAN CSW Integration Bus Stops. The results and suggestions from this research are that the performance evaluation of the CSW integration bus stop shows that the development of transit principles has been implemented. The research proves that the existence of the ASEAN CSW integration bus stop has an impact on the development of TOD in the surrounding area, the contribution of the integration bus stop to local economic growth and support for the surrounding infrastructure are factors important in assessing the positive impact on the surrounding environment and the level of community participation in the use of publik transportation and perceptions of integrated bus stop facilities are important benchmarks for measuring the acceptance and sustainability of the implementation of transit principles."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fadlan Hamizan Ekantoro
"Pertumbuhan populasi yang pesat di Jakarta telah menyebabkan kemacetan lalu lintas yang parah dan kualitas udara yang buruk. Permasalahan ini mendorong penerapan strategi Transit-Oriented Development (TOD) untuk meningkatkan penggunaan transportasi umum dan mengurangi ketergantungan pada mobil pribadi. Proyek TOD Dukuh Atas bertujuan menciptakan lingkungan perkotaan yang berkelanjutan dengan mengintegrasikan stasiun-stasiun transit dengan area komersial dan perumahan di sekitarnya, meningkatkan vibrancy melalui pengembangan penggunaan campuran. Studi ini melihat vibrancy Dukuh Atas, dengan fokus pada interaksi sosial dan tempat berkumpul, yang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti furnitur jalan, aksesibilitas, ruang hijau, dan keterlibatan komunitas. Menggunakan metode kualitatif, studi ini menyoroti interaksi signifikan di area seperti Jl. Blora, Taman Dukuh Atas, dan Terowongan Kendal, yang ditingkatkan oleh kehadiran pedagang kaki lima dan tempat duduk. Temuan menunjukkan bahwa faktor spasial dan nonspasial berkontribusi pada terjadinya interaksi sosial, dan menciptakan vibrancy, mendukung efektivitas TOD dalam menarik dan menjaga pergerakan orang di area tersebut. Dengan mendorong vibrancy, TOD mengurangi ketergantungan pada mobil, mengurangi kemacetan, dan meningkatkan kualitas udara, berkontribusi pada lingkungan perkotaan yang berkelanjutan di Jakarta.

Jakarta's rapid population growth has led to severe traffic congestion and poor air quality, prompting the implementation of Transit-Oriented Development (TOD) strategies to improve public transport and reduce car dependency. The Dukuh Atas TOD Project aims to create a sustainable urban environment by integrating transit stations with surrounding commercial and residential areas, enhancing vibrancy through mixed-use development. This study examines the vibrancy of Dukuh Atas, focusing on social interactions and gathering places, influenced by factors such as street furniture, accessibility, green spaces, and community engagement. Using qualitative methods, the study highlights significant interactions in areas like Jl. Blora, Dukuh Atas Park, and the Kendal Tunnel, enhanced by the presence of street vendors and seating. Findings show that both spatial and non-spatial factors contribute to social interactions, which results in vibrancy, supporting TOD's effectiveness in attracting and maintaining a steady flow of people in the area. By doing this, TOD becomes more effective in reducing car dependency, mitigating congestion, and improving air quality, contributing to a sustainable urban environment in Jakarta."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wendy
"Infrastruktur sebagai faktor penting dalam aktivitas perekonomian harus mempunyai nilai kelayakan tinggi agar dapat menarik minat bagi para investor. Salah satu cara untuk meningkatkan nilai kelayakan proyek terutama untuk proyek infrastruktur transportasi yaitu melalui pengembangan kawasan Transit Oriented Development (TOD). Dalam penelitian ini, akan dilakukan analisis terkait dengan penerapan skema crowdfunding sebagai upaya alternatif pendanaan yang melibatkan masyarakat dalam pengembangan kawasan TOD LRT Jabodebek. Dalam penerapannya, crowdfunding akan diimplementasikan kedalam teknologi blockchain guna meningkatkan keamanan data, transparansi, serta kepercayaan para investor. Hasil temuan menunjukkan bahwa penerapan konsep crowdfunding dapat dikembangkan dalam investasi proyek real estate pada TOD Ciracas yang menghasilkan nilai IRR untuk swasta sebesar 26,83% dan untuk crowdfunder sebesar 11,04%. Pengembangan skema kelembagaan crowdfunding dilakukan guna merancang desain kerangka kerja teknologi blockchain yang akan diimplementasikan pada konsep crowdfunding. Hasil perancangan desain menunjukkan adanya beberapa tahapan, yaitu tahap pembentukan arsitektur, tahap persiapan, tahap transaksi, dan tahap penutupan, dimana semua tahapan mengacu kepada sistem keamanan, verifikasi dan autentifikasi, serta akses dan indentitas.

Infrastructure as an important factor in economic activity must have a high feasibility value in order to attract interest for investors. One way to increase the value of project feasibility, especially for transportation infrastructure projects is through the development of Transit Oriented Development (TOD). In this study, an analysis will be carried out related to the implementation of the crowdfunding scheme as an alternative funding effort that involves the community in the development of the TOD LRT Jabodebek area. In its application, crowdfunding will be implemented into blockchain technology to increase data security, transparency, and investor confidence. The findings show that the application of the crowdfunding concept can be developed in real estate investment projects at TOD Ciracas which results in an IRR value for the private sector of 26.83% and for crowdfunder of 11.04%. The development of the crowdfunding institutional scheme is carried out to design a blockchain technology framework that will be implemented in the crowdfunding concept. The results of the design show that there are several stages, namely the architectural formation stage, the preparation stage, the transaction stage, and the closing stage, where all stages refer to the security system, verification and authentication, as well as access and identity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khansa Raihana Salsabila Khalawi
"Urban sprawl atau meluasnya kawasan perkotaan memaksa masarakat mencari hunian di pinggiran kota yang meningkatkan mobilitas dan kemacetan lalu lintas akibat kendaraan pribadi menjadi moda transportasi utama. Konsep Transit Oriented Development (TOD) hadir untuk mengatasi masalah ini dengan memaksimalkan penggunaan angkatan umum massal yang terbukti efektif mengurangi kemacetan dan meningkatkan kualitas hidup di berbagai negara seperti Eropa, Amerika, Hongkong, Jepang, dan lainnya. Indonesia mulai menerapkan konsep TOD dengan adanya Peraturan Gubernur DKI Jakarta No 44 Tahun 2017 tentang Pengembangan Kawasan Transit Oriented Development. Akan tetapi, implementasi TOD di Indonesia belum maksimal dikarenakan konsep TOD kurang proporsional karena pemikirannya terbatas dari aspek komersial terutama difokuskan pada tujuan perumahan mengakibatkan penggunaan kendaraan pribadi masih tinggi dan tidak mengatasi kemacetan. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis perencanaan TOD di Stasiun KRL Rawa Buntu dengan menggunakan variabel-variabel yang didapatkan dari beberapa referensi. Analisis dilakukan menggunakan variabel tersedia datanya di kawasan rencana TOD Stasiun Rawa Buntu. Setelah dilakukan analisis, didapatkan hasil bahwa kawasan rencana TOD Stasiun Rawa Buntu belum memenuhi standar dan prinsip yang ada. Maka dari itu, diperlukan perbaikan pada beberapa variabel untuk memaksimalkan kawasan TOD Stasiun Rawa Buntu.

Urban sprawl or the expansion of urban areas forces people to look for housing on the outskirts of the city which increases mobility and traffic jams due to private vehicles becoming the main mode of transportation. The Transit Oriented Development (TOD) concept is here to overcome this problem by maximizing the use of mass public transportation which has been proven to be effective in reducing congestion and improving the quality of life in various countries such as Europe, America, Hong Kong, Japan and others. Indonesia began implementing the TOD concept with the DKI Jakarta Governor's Regulation No. 44 of 2017 concerning the Development of Transit Oriented Development Areas. However, the implementation of TOD in Indonesia has not been optimal because the TOD concept is not proportional because the thinking is limited from a commercial aspect, especially focused on residential purposes, resulting in the use of private vehicles still being high and not solving traffic jams. This research was conducted to analyze TOD planning at Rawa Buntu KRL Station using variables obtained from several references. The analysis was carried out using variables available for data in the TOD planned area of Rawa Buntu Station. After carrying out the analysis, the results were obtained that the TOD planned area for Rawa Buntu Station did not meet existing standards and principles. Therefore, improvements are needed in several variables to maximize the TOD area of Rawa Buntu Station."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferdy Riansyah Putra
"Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tengah melakukan perubahan paradigma pembangunan dariCar Oriented Development (COD) menjadi Transit Oriented Development (TOD). Pembangunan tersebut bukanlah suatu perkara mudah sehingga membutuhkan ketelibatan para pemangku kepentingan dalam network governance agar optimal. Namun dari itu, masih kerap ditemukan permasalahan dalam jaringan tata kelola tersebut seperti permasalahan mengenai fleksibilitas tata ruang, pengaturan bangunan, insentif dan disinsentif, serta kelembagaan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis network governance dalam pengelolaan kawasan TOD untuk mewujudkan integrasi transportasi di Jakarta dengan menggunakan kerangka network governance dari Mu & de Jong (2016). Penelitian ini menggunakan pendekatan post-positivist dengan teknik pengumpulan data kualitatif melalui wawancara mendalam dengan 10 narasumber sebagai sumber data primer dan studi kepustakaan dari penelitian terdahulu, publikasi lembaga, dan berita terkini sebagai sumber data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan network governance dalam pengelolaan kawasan TOD belum sepenuhnya terimplementasi dengan optimal sesuai kerangka network governance dari Mu & de Jong (2016), karena terdapat tiga indikator yang belum terpenuhi. Ketiga indikator tersebut adalah Kesadaran akan Pluralitas Persepsi, Kepentingan, dan Tujuan; Meta-governance, Manajemen Proses, dan Penataan Jaringan; dan Mencari Kesamaan atau Common Ground.

The Provincial Government of DKI Jakarta is currently undergoing a paradigm shift in development from Car Oriented Development (COD) to Transit Oriented Development (TOD). This development is not an easy task and requires the involvement of stakeholders in network governance to ensure its optimization. However, issues in the network governance system persist, such as problems related to spatial flexibility, building regulations, incentives and disincentives, and institutional matters. Therefore, this research aims to analyze the network governance in managing TOD areas to achieve transportation integration in Jakarta, using the network governance framework proposed by Mu & de Jong (2016). This study adopts a post-positivist approach with qualitative data collection techniques, including in-depth interviews with 10 informants as primary data sources and literature review from previous research, institutional publications, and current news as secondary data sources. The research findings indicate that the implementation of network governance in managing TOD areas has not fully been optimally executed according to Mu & de Jong's (2016) framework, as three indicators have not been met. These indicators include Awareness of Plurality of Perceptions, Interests, and Objectives; Meta-governance, Process Management, and Network Arrangement; and Searching for Common Ground."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>