Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas fisik pada remaja di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Partisipan (N= 64) merupakan siswa sekolah menengah atas yang berusia 15 – 18 tahun. Penelitian dilakukan secara bertahap mencakup studi baseline pada tahap awal dan dilanjutkan dengan intervensi. Teori yang digunakan adalah focus theory of normative conduct yang mengidentifikasi dua jenis norma yakni norma deskriptif dan norma injungtif. Berdasarkan hasil studi baseline ditemukan bahwa mayoritas remaja di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan tergolong rendah dalam aktivitas fisik. Hal ini bisa dijelaskan dengan rendahnya norma deskriptif yang ada pada remaja tersebut. Penelitian ini dianalisi dengan One-way repeated measures ANOVA menggunakan bantuan SPSS 24 untuk melihat efektivitas pemberian umpan balik norma sosial yang diberikan setiap hari. Hasil intervensi mengindikasikan bahwa kelompok yang mendapatkan intervensi umpan balik pesan norma deskriptif+norma injungtif tercatat memiliki jumlah langkah kaki yang lebih banyak dibandingkan dengan kelompok yang hanya mendapatkan umpan balik pesan norma deskriptif dan kelompok kontrol (p < .05).
This study aimed to increase the physical activity among adolescents in Pangkajene and Kepulauan Regency. The partisicpants (N = 64) were senior high school students age 15 – 18 years. This study was conducted gradually. The first stage was focused on baseline study then followed by intervention stage. Theory used for this study was the focus theory of normative conduct that identifies two norms, descriptive norm and injunctive norms. According to the baseline study result, it was found that the majority of adolescents in Pangkajene and Kepulauan Regency was classified low in terms of physical activity. This could be explained by the low of descriptive norms among them. This study was analyzed by One-way repeated measures ANOVA using SPSS 24 in order to see the effectiveness of daily social norms feedback. The intervention resulted that the group which had descriptive+injunctive norms was recorded higher in steps score compared to group that only recieved descriptive norm feedback and control group (p = .05)
"
Eco Business Indonesia merupakan Social Enterpreneurship yang bergerak di bidang kreatif dalam memanfaatkan sampah plastik menjadi produk upcycle dengan nilai yang lebih tinggi. Eco Business Indonesia didirikan oleh mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) karena kekhawatirannya melihat sampah plastik yang bertebaran di sekitar UIN dan semakin menumpuk setiap harinya. Eco Business Indonesia memiliki misi besar, yaitu agar seluruh masyarakat Indonesia memiliki kepedulian yang sama mengenai isu sampah plastik, diawali dari Kota Tangerang Selatan. Dengan begitu, dibentuklah program pemasaran sosial Friendly Use of Plastic Waste dengan tujuan mengajak masyarakat Tangerang Selatan untuk berperilaku ramah dengan sampah plastik dan tidak akan membiarkan sampah plastik berakhir di lautan dengan sia-sia yang dimulai dari mengetahui dan meyakini isu-isu mengenai sampah plastik. Terdapat 3 sub-program dan 10 kegiatan dari program Friendly Use of Plastic Waste, antara lain Social Media Activation (Konten informatif pada Instagram, Konten Interaktif pada Instagram, Eco Tips pada Instagram, Social Experiment pada Youtube, Kisah Para Penggerak Lingkungan pada Youtube), Special Event (Ngulik Internal, Ngulik Eksternal, Lari Bareng, Eco Trip), dan Non-Media Connectors (Pelibatan influencer dan aktivis lingkungan). Target khalayak dari program ini yaitu pihak internal Eco Business Indonesia dan masyarakat Tangerang Selatan.
Eco Business Indonesia is a Social Enterpreneurship which engages in the creative field in utilizing plastic waste in a high valued upcycle products. Eco Business Indonesia was established by Universitas Islam Negeri (UIN) students due to their concerns to see plastic waste spread around UIN and increasing from day by day. Eco Business Indonesia has a big mission, to make all of Indonesian people have similar awareness on the plastic waste issues, initiated from South Tangerang City. Therefore, a social marketing program Friendly Use of Plastic Waste was formed with the aim of inviting the people of South Tangerang to behave kindly with plastic waste and avoid let plastic waste ignored and ended in the sea which is started from knowing and believing on the issues on plastic waste. There are 3 sub-programs and 10 activities from the Friendly Use of Plastic Waste program, including Social Media Activation (Informative Content on Instagram, Interactive Content on Instagram, Eco Tips on Instagram, Social Experiment on Youtube, Story of Environmentalist on Youtube), Special Events (Ngulik Internal, Ngulik External, Lari Bareng, Eco Trip), and Non-Media Connectors (Engagement of influencers and environmental activists). The target audience of this program are the internal Eco Business Indonesia and people of South Tangerang.
"Dewasa ini, kantong plastik mulai menjadi keresahan bagi lingkungan karena kebanyakan dari plastik akan berakhir menjadi sampah dan mengotori lingkungan. Bahan dasar pembuatan kantong plastik mengakibatkan kantong plastik menjadi tidak mudah terurai dan berakhir menumpuk di tempat pembuangan sampah. Tidak berhenti di situ, sampah kantong plastik tersebut berpindah tempat sampai ke laut dikarenakan oleh aktivitas angin atau aliran sungai. Dilansir dari data Bank Dunia, sampah kantong plastik sekali pakai mendominasi sampah plastik di Indonesia. Dengan besarnya volume timbulan sampah kantong plastik tersebut, upaya pengelolaan sampah di hilir sudah tidak cukup. Sehingga, perlu dilakukan upaya preventif berupa pengurangan sampah dari hulu. Oleh karena itu, diperlukan intervensi pemerintah untuk membatasi timbulan sampah kantong plastik. Upaya tersebut dapat dilakukan pemerintah melalui pendekatan command and control. Dengan menggunakan metode penelitian yuridis normatif, skripsi ini berupaya memberikan solusi pengurangan sampah kantong plastik dengan melakukan perbandingan pada penerapan pendekatan command and control melalui Peraturan Walikota Banjarmasin Nomor 18 Tahun 2016 tentang Pengurangan Penggunaan Kantong Plastik. Penerapan larangan penyediaan kantong plastik melalui peraturan walikota tersebut terbukti efektif dalam mengurangi sampah kantong plastik di Kota Banjarmasin walaupun tidak didukung oleh pengaturan sanksi. Keefektifan peraturan walikota tanpa pengaturan sanksi akan dijelaskan dengan menggunakan teori benign big gun. Berdasarkan hal tersebut, diharapkan larangan penyediaan kantong plastik dapat diadaptasi di kota lain di Indonesia guna mengurangi sampah kantong plastik yang kian mencemari lingkungan.
These days, plastic bags have become a source of problem for the environment, since most of them will end up as waste and pollute the environment. The basic ingredients in plastic bags makes it hard for them to break down and caused them to end up piled up in landfills. Not only that, the plastic bag waste would also find its way to the sea due to wind or river flow. Data from the World Bank stated that disposable plastic bags waste makes up the majority of plastic waste in Indonesia. With such large volume of plastic bag waste, downstream waste management efforts are not enough. Therefore, it is necessary to take preventive measures in the form of reducing waste from the upstream. Hence, government intervention is needed to limit the insurgence of plastic bag waste. The effort can be made by the government through a command and control approach. By using a normative juridical research method, this thesis seeks to provide a solution to reduce plastic bag waste by comparing the application of the command and control approach through Banjarmasin Mayor Regulation No. 18 of 2016 concerning Reducing the Use of Plastic Bags. The implementation of the ban on supplying plastic bags through the mayor's regulation proved effective in reducing plastic bag waste in Banjarmasin City even though it was not supported by sanctions. The effectiveness of the mayor's regulations without the regulation of sanctions will be explained using the beningn big gun theory. Based on this, it is expected that the ban on supplying plastic bags can be adapted in other cities in Indonesia to reduce plastic bag waste which is increasingly polluting the environment.
"