Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 149043 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Muhammad Afif Rachmat
"Biomachining adalah suatu teknik fabrikasi mikro untuk membuat tingkat kekasaran permukaan suatu produk menjadi lebih kasar dari sebelumnya. Biomachining menjadi salah satu proses manufaktur yang sedang dikembangkan karena tidak menghasilkan sisa limbah berbahaya pada sekitar dan termasuk dalam proses yang ramah lingkungan. Selain itu juga proses biomachining mulai banyak diaplikasikan ke dalam beberapa penelitian dan salah satunya adalah aplikasi biomachining dalam pembuatan micro-channel heat exchanger (MCHE). Aplikasi biomachining diterapkan dalam proses pembuatan micro-channel ini ditujukan karena hasil dari proses biomachining menghasilkan nilai kekasaran permukaan yang lebih tinggi dibandingkan proses manufaktur yang lain. Micro-channel adalah alat penukar kalor berskala mikro untuk membuat terjadinya perpindahan panas dari perangkat elektronik yang sedang bekerja agar performa perangkat tersebut tidak mengalami overheating karena kerja yang berlebihan. Cara kerja dari Micro-channel ini adalah dengan mengalirkan fluida ke dalam kanal mikro untuk menyerap panas yang terjadi pada perangkat elektronik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari tahu seberapa bagus performa yang dihasilkan dari desain micro-channel heat exchanger dengan modifikasi permukaan profil yang baru yaitu berbentuk serpentine channel karena bentuk ini biasa digunakan pada perangkat heat transfer lain seperti heat pipe dan PCM (Phase Change Material). Pengujian dilakukan untuk mendapatkan nilai heat performance dan juga pressure drop dari bentuk micro-channel ini. Hasil pengujian menunjukkan bahwa perbandingan antara micro-channel dengan bentuk serpentine channel yang dilakukan biomachining memiliki performa yang lebih baik dibandingkan serpentine chanel non-biomachining. Walaupun jika dibandingkan dengan desain sebelumnya yaitu hexagonal fin masih lebih bagus dari serpentine channel ini

Biomachining is a micro fabrication technique to make the surface roughness level of a product rougher than before. Biomachining is one of the manufacturing processes that is being developed because it does not produce hazardous waste around and is included in an environmentally friendly process. In addition, the biomachining process has begun to be widely applied in several studies and one of them is the application of biomachining in the manufacture of micro-channel heat exchangers (MCHE). The application of biomachining is applied in the micro-channel manufacturing process because the results of the biomachining process produce higher surface roughness values ??compared to other manufacturing processes. Micro-channel is a micro-scale heat exchanger to make heat transfer occur from working electronic devices so that the performance of these devices does not experience overheating due to excessive work. The way this Micro-channel works is by flowing fluid into the micro-channel to absorb the heat that occurs in electronic devices. The purpose of this research is to find out how good the performance is produced from the design of the micro-channel heat exchanger with a new surface profile modification, namely the serpentine channel shape because this shape is commonly used in other heat transfer devices such as heat pipes and PCM (Phase Change Material). . Tests were carried out to obtain heat performance values ??and also pressure drop from this micro-channel shape. The test results show that the comparison between the micro-channel and the shape of the biomachined serpentine channel has better performance than the non-biomachined serpentine channel. Even though when compared to the previous design, namely the hexagonal fin, it is still better than this serpentine channel."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Taufiqurrakhman
"Fabrikasi berskala mikro sedang terus dikembangkan sebagai kebutuhan dimasa yang akan datang. Salah satu variasinya menggunakan mikroorganisme bakteri (biomachining). Penelitian sebelumnya telah membuktikan kemampuan jenis bakteri Acidithiobacillus ferooxidans untuk melakukan pemakanan permukaan beberapa material logam, salah satunya yaitu tembaga (Cu). Perkembangan teknologi biomachining akan diterapkan sebagai metode manufaktur beberapa perangkat mikro, seperti micro-needle dan micro-channel. Pada penelitian sebelumnya, didapatkan nilai kekasaran permukaan (Ra) rata-rata hasil proses biomachining pada material tembaga yaitu berkisar antara 5-8 μm. Nilai tersebut tergolong cukup besar dan dimanfaatkan untuk membuat micro-channel.
Micro-channel akan menjadi sebuah komponen dalam sistem penukar kalor berskala mikro, yang lebih dikenal sebagai micro-heat exchanger. Tujuannya, kekasaran permukaan micro-channel dapat memperluas area alir dan membuat fluida kerja lebih turbulen. Parameter tersebut akan mempengaruhi transfer rate sistem micro heat exchanger. Namun, nilai pressure drop pada penelitian ini berbanding lurus dengan tingkat kekasaran channel. Hasil eksperimen perpindahan panas menunjukkan sampel biomachining memiliki nilai perbedaan temperatur (ΔT) lebih besar 22,49% dan 34,34% berurutan menggunakan variasi flow rate 16 mL/min dan 64 mL/min.

Micro-scale fabrication is being continuously developed as the needs of the future. One of the methods uses microorganisms culture (biomachining). The previous research has shown the ability of Acidithiobacillus ferooxidans in the characterization and result of material removal process with copper (Cu) as the workpieces. Biomachining will be applied as a method of micro devices manufacturing, such as micro-needle and micro-channel. In the previous study, obtained the value of surface roughness average (Ra) of biomachining process results in copper material in range from 5-8 μm. This value is quite large and oriented in the making of micro-channel.
Micro-channel will be put in the center structure of micro-heat exchanger system. The major goal is the surface roughness can expands the micro-channel flow area and makes the fluid more turbulent. In addition, these parameters will affect the transfer rate of a micro-heat exchanger system. However, the pressure drop results of this research are proportional to the rate of surface roughness. The experimental results show the biomachining sample heat transfer temperature difference value (ΔT) greater 22.49% and 34.34% using a variation of flow rate 16 mL / min and 64 mL / min respectively.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T44452
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhil Ramadhan Masthofani
"Minichannel heat exchanger (MCHE) merupakan alat penukar kalor skala mini yang memiliki kanal-kanal mini sebagai saluran fluida. Parameter yang mempengaruhi performa kerja adalah konfigurasi fin, diameter channel, dan kekasaran permukaan. Dengan meningkatnya kekasaran permukaan akan memperbesar luas area alir fluida dan meningkatkan performa kerja. Proses pemesinan alternatif yang digunakan untuk memodifikasi permukaan tersebut adalah proses biomachining. Salah satu keunggulannya adalah ramah lingkungan dan dapat didaur ulang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui performa MCHE dengan variasi konfigurasi fin berupa jarak antar fin menggunakan proses biomachining. Pengujian dilakukan untuk mendapatkan data temperatur serta tekanan pada bagian inlet dan outlet yang diambil secara bersamaan menggunakan sensor. Data menunjukkan bahwa kominasi proses milling dan biomachining dapat meningkatkan performa kerja MCHE karena luas permukaan yang dihasilkan lebih besar dibandingkan dengan proses milling saja. Desain MCHE dengan jarak antar fin 2,5 mm memiliki nilai efektivitas yang paling tinggi. Semakin kecil jarak antar fin yang digunakan akan mengurangi pusaran aliran yang terjadi di antara fin dan membuat konveksi termal rendah. Jarak fin yang besar dapat menghasilkan pencampuran fluida yang baik namun intensitas turbulensi menjadi rendah sehingga mengurangi performa perpindahan kalor. Pengaruh meningkatnya pressure drop yang terjadi diakibatkan oleh kecilnya jarak antar fin pada desain minichannel heat exchanger.

Minichannel heat exchanger (MCHE) is a mini-scale flow exchanger that has mini channels as fluid channels. Parameters that affect performance are fin configuration, channel diameter, and surface roughness. Increasing the surface roughness will increase the fluid flow area and improve the performance. The alternative machining process used to modify the surface is the biomachining process with Acidithiobacillus Ferooxidan bacteria. The advantage of biomachining is environmentally friendly and can be recycled. This study aims to determine the performance of MCHE with variations in fin configurations in the form of distance between fins using the biomachining process. Tests are carried out to obtain temperature and pressure data at the inlet and outlet sections which are taken simultaneously using sensors. The data shows that the combination of milling and biomachining process can improve the performance of MCHE because the surface area produced is larger than just milling process. The MCHE design with 2.5 mm fin spacing has the highest effectiveness value compared to 1.5 mm and 2.5 mm distances. The smaller the distance between fins will reduce the eddies that occur between the fins and make thermal convection low. Meanwhile, with the increasing distance between fins will produce a good fluid mixing but the turbulence intensity is low, thereby reducing the heat transfer performance. The effect of increasing pressure drop that occurs is caused by the small distance between the fins in the minichannel heat exchanger design."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Romi Putra
"Biomachining merupakan salah satu bentuk proses pemesinan dengan menggunakan bakteri lithotroph untuk menghilangkan material logam dari suatu komponen. Bakteri lithotroph sendiri merupakan jenis bakteri yang menggunakan material anorganik sebagai bagian dari metabolismenya dalam menghasilkan energi bagi siklus hidupnya. Jenis bakteri lithotroph yang dirujuk dalam penelitian ini adalah bakteri Acidithiobacillus ferrooxidans. Biomachining dapat dikategorikan sebagai bentuk dari pemesinan mikro serta dapat digunakan untuk meningkatkan kekasaran suatu permukaan logam. Tingkat kekasaran permukaan yang tinggi merupakan properti yang dapat dimanfaatkan dalam beberapa aplikasi teknologi. Salah satu bentuk aplikasi teknologi yang dapat memanfaatkan tingkat kekasaran yang tinggi adalah microchannel heat exchanger (MCHE). Peningkatan nilai kekasaran permukaan dari permukaan channel pada microchannel dapat meningkatkan performa dan koefisien perpindahan panas konveksi secara relatif signifikan. Hipotesa tersebut diuji dengan melakukan analisa numerik terhadap model microchannel yang memiliki nilai kekasaran permukaan yang dapat diproduksi melalui proses biomachining.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyudi Prasidhatama
"Biomachining diperlukan untuk merekayasa logam dengan bantuan mikroorganisme berupa bakteri, salah satunya adalah Acidithiobacillus ferrooxidans. Bakteri tersebut digunakan untuk merekayasa material tembaga melalui proses biomachining. Tembaga tersebut direkayasa dengan membuat pola agar bakteri memakan tembaga mengikuti pola yang dibuat. Pembuatan pola dilakukan menggunakan gambar yang diproyeksikan menggunakan sinar UV (ultraviolet), metode ini dinamakan maskless photolithography. Penelitian ini berfokus pada tembaga single crystal. Data profil permukaan tembaga hasil biomachining diambil dari data literatur .Pengolahan data dilakukan dengan mencari trendline pada hasil interpolasi tiap data. Trendline tersebut digunakan untuk memperoleh pola pemakanan bakteri dan dapat memprediksi lama waktu biomachining yang dibutuhkan untuk membuat microneedle. Data profil permukaan tersebut juga digunakan untuk mendapatkan perbedaan kekasaran permukaan pada tembaga single crystal dan tembaga polycrystalline yang kemudian digunakan parameter pada pengujian heat exchanger. Hasil yang didapatkan adalah penggunaan tembaga single crystal melalui proses biomachining mungkin dilakukan pada pembuatan microneedle. Sedangkan, penggunaan tembaga single crystal pada pembuatan micro-channel heat exchanger melalui proses biomachining tidak menghasilkan perbedaan yang signifikan dengan tembaga polycrystalline

Biomachining is needed to engineer metals with the help of microorganisms in the form of bacteria, one of which is Acidithiobacillus ferrooxidans. The bacteria are used to fabricate copper material through the process of biomachining. The copper is engineered by making a pattern so that bacteria eat copper following the pattern made. Pattern making is done using images projected using UV (ultraviolet) light, this method is called maskless photolithography. This research focuses on single crystal copper. Copper surface profile data from biomachining results were taken from literature data. Data processing was done by looking for trends in the interpolation results of each data. The trendline was used to obtain bacterial eating patterns and can predict the length of biomachining required to make microneedles. The surface profile data is also used to obtain differences in surface roughness in single crystal copper and polycrystalline copper which are then used parameters in the heat exchanger test. it is possible to use single crystal copper through the process of biomachining in the manufacture of microneedles, whereas the use of single crystal copper in the manufacture of micro-channel heat exchangers through the process of biomachining does not provide a significant difference with copper polycrystalline.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angga Darmawan
"Teknologi fabrikasi dengan skala mikro saat ini tengah menjadi trend yang berkembang di dunia. Contoh yang nyata adalah pengembangan ukuran channel sebagai media heat transfer dan pengaturan fluida yang kini sudah menjadi microchannel. Salah satu pengembangan pada teknologi fabrikasi mikro yang merujuk pada konsep Green Manufacturing adalah menggunakan mikroorganisme sebagai cutting tools (biomachining) dengan menggunakan bakteri Aciditiobacillus ferroxidans yang menjadikan logam sebagai sumber energinya. Dalam penelitian ini, dilakukan beberapa penambahan parameter pada proses biomachining seperti waktu pemakanan (72, 96, dan 120 jam) untuk mengetahui pengaruhnya terhadap profil dan tingkat kekasaran permukaan, serta kesesuaian geometri microchannel dalam proses manufaktur pada material tembaga. Benda kerja diberi pola microchannel melalui metode photolithography dan dimasukan ke dalam cairan medium kultur bakteri untuk dilakukan pemakanan. Data hasil pengukuran yang diambil dengan mesin SURFCOM menunjukan ukuran channel yang di dapatkan mencapai 200 μm. Selain itu, semakin lama waktu pemakanan, semakin besar pula kedalaman yang dihasilkan dimana didapatkan hasil rata-rata profil kedalaman 179,7 μm pada channel terluardan 42,6 μm pada channel dalam . Begitu juga pada tingkat kekasaran yang dihasilkan. Hal ini berbanding terbalik dengan kesesuaian ukuran microchannel yang dihasilkan, dimana semakin lama waktu pemakanan, semakin berkurang akurasi ukuran microchannel yang dihasilkan. Perbedaan karakteristik ini diharapkan mampu mendukung proses bomachining microchannel kedepannya.

Fabrication of micro-scale technology currently being a growing trend in the world. A real example is the development of the size of the channel as a medium of heat transfer and fluid settings which is now already a microchannel. One of the development on the technology of micro fabrication which refers to the concept of Green Manufacturing is the use of microorganisms as the cutting tools (biomachining) using bacteria Aciditiobacillus ferroxidans makes metal as a source of energy. In this study, done some addition of process parameters on biomachining as time consumption (72, 96, and 120 hours) to know its effects on the profile and level of surface roughness, as well as the suitability of the microchannel geometry in the manufacturing process on copper material. The workpiece is given the pattern of microchannel through photolithography method and entered into the liquid medium cultures of bacteria to do the eating. Results measurement data taken with the engine showed the channel size SURFCOM in the get reaches 200 μm. In addition, the longer the time consumption, the greater the resulting depth where also obtained average results profile depth of 179,7 μm on outer channel and 42.6 μm on the channel. Similarly, at the level of rudeness that is generated. It is inversely proportional to the size of the resulting microchannel suitability, where the longer the time consumption, diminishing the accuracy of microchannel size is generated. The difference of these characteristics are expected to support the process of microchannel bomachining future.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59445
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Indra Winata
"Shell and tube Heat Exchnger adalah alat penukar kalor yang banyak sekali digunakan di dunia industri. Saat ini kebanyakan perusahaan dalam merancang suatu alat penukar kalor tipe shell and tube menggunakan metode perhitungan manual ataupun software tersendiri dan pembuatan kerja dilakukan dengan software AUTOCAD 2D, dimana kedua proses ini dilakukan secara terpisah yang membutuhkan waktu yang relatif lama. Namun seiring dengan permintaan industri yang terus meningkat dan kemajuan teknologi yang cukup pesat maka dibutuhkan perbaikan atau pengembangan (improvement) dari proses perancangan produk alat penukar kalor ini.
Oleh karena itu dibuatlah sebuah metode otomasi desain yang mengintegrasi proses perhitungan dan pembuatan gambar kerja. Proses perhitungan menggunakan software VBA microsoft excel sedangkan pengambaran dan pemodelan konstruksi menggunakan software Autodesk Inventor. Kedua proses bekerja terintegrasi dalam sebuah template.
Dengan otomasi desain 3D template ini diharapkan dalam perancangan produk alat penukar kalor ini dapat menghasilkan produk yang optimal dan dapat memenuhi keubutuhan desain, melalui proses yang relatif cepat.

Shell and tube Heat Exchanger is a device used for exchanging heat which is often used in industries. Nowaday, most corporations are using manual or software mathematic methods in calculating and designing a shell and tube heat exchanger, and for creating drawing, they use software AUTOCAD 2D where these two process are done separately and taking a long period of time. But along with great increasing demand and improvements in technology, an improvement or development in designing the heat exchanger device is needed.
That is why an auto design method which integrate the calculation and design of the drawing is created. The calculation process use VBA microsoft excel software and for the drawing and construction modelling process use Autodesk Investor software. Both of the processes work integrately in a template.
By using the 3D template auto design, optimal results of designing heat exchanger device can be created and fulfilling the design requirement through a fast process.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S50743
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Rylzking
"ABSTRAK
E vapor a."Lor inerupakan sal ah sahu conhoh penukar kalor
jenis kompak. Evaporator yang dibahas disini adalah jenis
dongan all ran silang Cct-oss fhoxi}^. Pomasangan
fin-fin torsebut berfungsi untuk memperluas bidang
permukaan perpidahan kalor.
Evaporator telah banyak digunakan dan dikembangkan
baik konfigurasi geometrik maupun proses pierpindahan
kalornya. Dalam sistem pendinginan udara Cair
coTiidi Liortirt^y y evaporator memegang peranan paling penting
didalam siklus refrigerasi, yaitu mendinginkan media
seki tarnya.
Dal am proses perpindahan kalornya, evaporator yang
digunakan untuk pendinginan udara lembab, terjadi
perubahan f ase kondensasi di luar tube dan penguapan di
dal am tube. Perubahan fase ini sangat mempengaruhi
koefisien perpindahan kalor.
Pada kenyataannya koefisien perpindahan kalor
keseluruhan" tidak konstan, bervariasi terhadap lokasi
dan sangat dipengaruhi bilangan Reynold, sifat fisik
fluida, beda temperatur dan tekanan fluida. Karena
banyaknya variasi yang mempengaruhi perancangan
evaporator, tidak hanya perhitungan aritmatik tetapi lebih
khusus lagi karena banyaknya pertimbangan yang diberikan,
maka penyelesaiannya akan kompleks bila dilakukan dengan
perhitungan manual.
Perkembangan teknologi komputer dibidang software
maupun hardware, telah membantu perhitungan perekayasaan
yang kompleks, berulang dan iteratif. Dengan teknik finite
elemen dan metoda numerik, proses perhitungan rancangan
termal yang rumit dapat diselesaikan dengan kecepatan dan
akurasi yang tinggi. Penggunaan program Pascal,
memungkinkan menulis program, secara terstruktur dan mudah di mengerti."
1993
S36050
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faris Ariq Naufal
"Biomachining merupakan teknologi micromachining alternatif yang memanfaatkan makhluk hidup yaitu bakteri untuk melakukan pemesinan seperti pemotongan pada benda kerja. Proses biomachining dapat diperbarui terus menerus tanpa menimbulkan dampak negative yang signifikan pada lingkungan. Ditambah lagi, biomachining memiliki biaya pengoperasian yang rendah karena bakteri dapat dikultur atau dikembangbiakkan secara terus menerus. Berdasarkan keunggulan-keunggulan tersebut, biomachining menjadi pilihan penulis untuk membuat pipa kalor, khususnya adalah pembuatan sumbu kapiler yang merupakan salah satu komponen dari pipa kalor. Pipa kalor tersebut dibuat dengan tujuan untuk menghasilkan performa capillary pumping yang lebih baik dari penelitian sebelumnya. Benda kerja yang dibuat menjadi pipa kalor adalah 4 buah foil tembaga dengan ketebalan 0,1 mm, 4 buah pipa tembaga dengan diameter ¼ inchi dan juga 4 buah pipa tembaga dengan diameter 3/8 inchi. Benda kerja yang dilakukan biomachining hanya 3 buah foil dengan variasi yaitu tanpa pola, pola lurus dan juga pola miring. Selain itu, pipa tembaga yang berukuran ¼ inchi juga dilakukan biomachining pada permukaan luarnya. Setelah semua proses selesai, benda kerja tersebut digulung menjadi 3 lapisan yaitu lapisan terdalam adalah pipa ¼ inchi, lapisan tengah foil tembaga dan lapisan terluar adalah pipa 3/8 inchi. Pipa kalor lalu diuji untuk mencari koefisien capillary pump-nya. Hasil terbaik yang didapatkan adalah sampel dengan foil tanpa pola yang dilakukan biomachining dan pipa tembaga yang juga dilakukan biomachining dengan nilai koefisien 0,828 g/s. Nilai koefisien tersebut lebih baik dibandingkan penelitian oleh Fitriana, namun masih kurang baik apabila dibandingkan dengan nilai koefisien oleh penelitian Ariantara.

Biomachining is an alternative micromachining technology that utilizes living things, namely bacteria to perform machining processes such as cutting on the workpiece. With the use of living things, the biomachining process can be renewed continuously without causing significant negative impacts on the environment. In addition, biomachining has low operating costs because bacteria can be cultured or bred continuously. Based on these advantages, biomachining is the author's choice to make a workpiece, namely a heat pipe, specifically the manufacture of a capillary wick which is one of the components of the heat pipe. The heat pipe was made with the aim of producing better capillary pumping performance than previous research. The workpieces that were made into a heat pipe were 4 pieces of copper foil with a thickness of 0.1 mm, 4 pieces of copper pipe with a diameter of ¼ inch and 4 pieces of copper pipe with a diameter of 3/8 inch. The workpieces that were biomachined are only 3 pieces of foil with variations such as without pattern, straight pattern, and oblique pattern. In addition, the ¼ inch copper pipe was also biomachined on its outer surface. After all the processes are completed, the workpiece was rolled into 3 layers, namely the innermost layer is ¼ inch pipe, the middle layer is copper foil, and the outermost layer is 3/8-inch pipe. The heat pipe is then tested to find the capillary pump coefficient. The best result obtained was the sample with foil without pattern that was biomachined and copper pipe that was also biomachined with a coefficient value of 0.828 g/s. The coefficient value is better than the research by Fitriana, but still less good when compared to the coefficient value by Ariantara's research."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>