Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 81058 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Salma Amaliani Putri
"Karbon aktif menjadi salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan asap rokok dan gas CO sebagai salah satu senyawa dengan persentase terbesarnya, yang sangat berbahaya bagi kesehatan. Sumber karbon aktif dapat dari beragam hal, salah satunya adalah limbah kulit durian. Limbah kulit durian dipilih karena mengandung 50-60%, lignin 5%, dan pati 5% yang potensial untuk dijadikan karbon aktif, ditambah dengan produksinya yang mencapai 746,805 ribu ton per tahunnya. Limbah kulit durian akan diolah menjadi karbon aktif teraktivasi kimia dengan variasi K2CO3 berbanding karbon aktif adalah 1:1, 3:2, dan 2:1, serta teraktivasi fisika oleh N­2 200 ml/menit selama 1,5 jam pada suhu 600oC. Karbon aktif yang telah teraktivasi kemudian dimodifikasi dengan MgO dengan variasi konsentrasi MgO 0,5%, 1%, dan 2% pada suhu 450oC selama 30 menit. Karbon aktif hasil aktivasi dan karbon aktif hasil modifikasi selanjutnya dilakukan karakterisasi dengan uji bilangan iod, uji BET, uji SEM, dan uji EDX. Sehingga didapatkan karbon aktif terbaik non modifikasi adalah variasi kimia-fisika 3:2 dengan yield sebesar 41,56% dengan bilangan iod sebesar 399,44 mg/g dan luas permukaan sebesar 694,13 m2/g. Sedangkan karbon aktif modifikasi terbaik adalah variasi kimia-fisika 3:2 MgO 2% dengan yield sebesar 97% dengan bilangan iod sebesar 625,70 mg/g dan luas permukaan sebesar 1.029,90 m2/g. Pada aplikasi adsorpsi gas CO, yang merupakan komponen dengan konsentrasi terbesar dalam asap rokok, dan asap rokok itu sendiri, diuji adsorpsi menggunakan karbon aktif modifikasi. Hasil yang didapatkan adalah karbon aktif modifikasi MgO 2% mampu mendegradasi CO terbaik dengan daya adsorpsi sebesar 3,89%/gram per menitnya dengan daya adsorpsi sebesar 0,215%. Karbon aktif tersebut juga mampu memurnikan udara dari asap rokok yang terbaik dengan daya adsorpsi sebesar 8,04%/gram per menitnya dengan daya adsorpsi sebesar 0,87%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afdhal Hanafi
"Limbah kulit durian dipilih menjadi bahan baku pembuatan karbon aktif sebagai adsorben gas buang CO dan hidrokarbon karena mengandung selulosa yang tinggi serta diproduksi dalam jumlah yang tinggi yaitu mencapai 700 ribu ton per tahun. Metode aktivasi limbah kulit durian dilakukan malalui aktivasi kimia dan fisika. Aktivasi kimia menggunakan H3PO4 sebagai activating agent sedangkan aktivasi fisika menggunakan N2. Karbon aktif hasil aktivasi kimia fisika ini akan dimodifikasi dengan MgO agar kapasitas adsorpsi dalam menyerap CO dan hidrokarbon dapat meningkat. Karakterisasi yang digunakan adalah uji bilangan iod, SEM dan EDX untuk mengetahui luas permukaan, topografi dan kandungan pada karbon aktif.
Melalui pengujian bilangan iod didapatkan luas permukaan terbaik dengan modifikasi MgO pada rasio 70:30 yaitu sebesar 1149,48 m2/g. Untuk aktivasi kimia fisika, modifikasi MgO rasio 80:20 dan modifikasi MgO rasio 90:10 berturut turut didapatkan luas permukaan sebesar 798 m2/g, 890,23 m2/g dan 859,91 m2/g. Persen penurunan konsentrasi CO dan hidrokarbon terbaik yaitu dengan menggunakan karbon aktif hasil modifikasi MgO rasio 70:30 dengan panjang tabung adsorpsi 5 cm yaitu sebesar 99,14 untuk CO dan 87,73 untuk hidrokarbon.

Durian Shell waste is selected as raw material for making activated carbon as CO and hydrocarbon adsorbent because it contains high cellulose and produced in high number until 700 thousand tons per year. The activation method of durian shell by using chemical and physical acvtivation. Chemical activation using H3PO4 as activating agent and physical activation using N2. The activated carbon from chemical physical activation will modified by MgO to increase adsorption capacity in adsorbing CO and hydrocarbon. Characterization of active carbon used iod number, SEM and EDX to know surface area, topography and the content of activated carbon.
The best surface area from testing iod number is activated carbon with modified MgO ratio 70 30 that have a surface area of 1149.48 m2 g. For the activation of chemical physical, MgO modified ratio 80 20 and MgO modified 90 10 respectively obtained a surface area of 798 m2 g, 890.23 m2 g and 859.91 m2 g. the capacity adsorption is the best by using activated carbon modified MgO ratio 70 30 with 5 cm tube adsorption that is 99.14 for CO and 87.73 for hydrocarbons. Keywords CO and hydrocarbon gases, activated carbon, activation method, modified active carbon, characterization of activated carbon."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S66931
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Nursya`bani
"Gas alam merupakan bahan bakar bersih yang lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan batubara dan minyak bumi. Salah satu teknologi yang dapat digunakan untuk menyimpan gas alam adalah adsorbed natural gas (ANG). ANG memanfaatkan kemampuan adsorpsi material adsorben seperti karbon aktif untuk menyimpan gas alam. Karbon aktif dibuat dengan menggunakan cangkang kelapa sawit melalui tahapan karbonisasi dan aktivasi. Karbonisasi dilakukan pada suhu 400 oC dan dilanjutkan dengan tahapan aktivasi untuk membuka pori. Aktivasi kimia dilakukan dengan larutan H3PO4, sementara aktivasi fisika dilakukan dengan menggunakan gas N2. Yield yang didapatkan pada penelitian ini adalah sebesar 27,56%. Untuk meningkatkan kemampuan adsorpsi, dilakukan juga impregnasi menggunakan MgO yang divariasikan pada konsentrasi 0,5% b/b, 1% b/b, dan 2% b/b. Karbon aktif dengan hasil terbaik adalah karbon aktif termodifikasi MgO 1% b/b dengan luas permukaan sebesar 1604,00 m2/g. Karbon aktif yang dihasilkan diuji kapasitasnya dalam menyimpan gas alam. Kapasitas adsorpsi gas alam terbesar didapatkan oleh karbon aktif termodifikasi MgO 1% b/b pada suhu 28 oC dan tekanan 9 bar yang mampu mencapai 0,027 kg/kg.

Natural gas is a cleaner fuel that is more environmentally friendly than coal and oil. One of the technologies that can be used to store natural gas is adsorbed natural gas (ANG). ANG utilizes the adsorption ability of adsorbent materials such as activated carbon to store natural gas. Activated carbon is made using palm shells through the stages of carbonization and activation. The carbonization was carried out at 400 oC and followed by an activation step to open the pores. Chemical activation was carried out with H3PO4 solution, while physical activation was carried out using N2 gas. Yield obtained from this experiment is 27.56%. To increase adsorption ability, impregnation was also carried out using MgO with variation of concentration of 0.5% w/w, 1% w/w, and 2% w/w. Activated carbon with the best results was activated carbon with 1% w/w MgO modification with a surface area of 1604.00 m2/g. The activated carbon produced then tested for its capacity to store natural gas. The largest natural gas adsorption capacity was obtained by activated carbon modified with 1% MgO w/w at temperature 28 oC and pressure 9 bar which was able to reach 0.027 kg/kg.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Kemala
"ABSTRAK
Penelitian ini ditujukan untuk menghasilkan karbon aktif berbahan dasar kulit durian untuk pengaplikasiannya dalam mengadsorpsi pewarna Methylene Blue. Pada penelitian ini H3PO4 dipakai sebagai aktivator dengan variasi rasio impregnasi 1/1, 2/1, dan 3/1. Aktivasi dilakukan pada suhu 600oC selama 1 jam. Kulit durian dicuci dan dikeringkan menggunakan oven pada suhu 150oC selama 5 jam. Uji bilangan iodin terhadap sampel hasil penelitian menunjukkan bahwa karbon aktif dengan rasio impregnasi 2/1 memiliki daya serap iodin terbesar, yaitu 454.5 mg/g namun karbon aktif rasio 3/1 memiliki %removal terhadap Methylene Blue yang paling besar. Karbon aktif dari kulit durian dengan rasio impregnasi 1/1, 2/1, dan 3/1 secara berturut-turut memiliki %removal sebesar 5.25%, 80.3%, dan 90.35%. Adsorpsi pewarna Methylene Blue oleh karbon aktif kulit durian ini dilakukan dengan variasi rasio impregnasi, massa karbon aktif, konsentrasi awal Methylene Blue, dan waktu kontak

ABSTRACT
This research aimed to produce durian shell-based activated carbon for its application in the adsorption of Methylene Blue. In this research, H3PO4 was used as an activator with a variety of impregnation ratio which are, 1/1, 2/1, and 3/1. Activation was done at a temperature of 600oC for 1 hour. Durian shell was washed and dried using an oven at 150oC for 5 hours. Iodine number showed that the active carbon with impregnation ratio of 2/1 has the highest number which is 454.5 mg/g, but the activated carbon with impregnation ratio of 3/1 has the biggest % removal of the Methylene Blue dye. Activated carbon from durian shell with impregnation ratio of 1/1, 2/1, and 3/1 respectively have % removal of 5.25%, 80.3% and 90.35%. Methylene Blue dye adsorption by durian shell-based activated carbon was done by varying the impregnation ratio, the mass of activated carbon, the initial concentration of Methylene Blue, and the contact time."
2016
S64619
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Safira Yudanti
"Pencemaran udara didapati berbentuk partikel debu, gas CO, CO2, dan HC sehingga sering menjadi masalah dalam kehidupan sehari-hari. Masker yang mampu menyaring partikulat debu serta menyerap gas CO, CO2, dan HC merupakan masker karbon aktif. Tempurung kelapa memiliki potensi sebagai bahan dasar pembuatan karbon aktif dari segi jumlah dan komposisi. Tempurung kelapa perlu melewati 4 tahap utama yaitu tahap preparasi (mengeringkan dan mereduksi ukuran), tahap aktivasi pertama ( rendam pada konsentrasi 3 M H3PO4), tahap karbonisasi menggunakan muffle furnace pada suhu 300 ℃ selama 35 menit, tahap aktivasi kimia kedua dengan variasi konsentrasi H3PO4 dan dilakukan aktivasi fisika dengan mengalirkan gas N2 pada suhu 600℃ selama 75 menit di tubular furnace.Setelah terbentuk karbon aktif, dilakukan metode dip coating untuk melapisi karbon aktif pada kain masker dengan menambahkan senyawa TEOS. Karbon aktif dengan karakteristik terbaik dihasilkan oleh aktivasi kimia dua tahap variasi konsentrasi 40% yang memiliki bilangan iodin, luas permukaan dan overall yield sebesar 1284,5 mg/g, 1277,5 m2/g, dan 69,6%. Karbon aktif terbaik dilakukan impregnasi MgO dengan variasi persentase loading logam MgO sebesar 0,5%, 1% dan 2%. Karbon aktif yang telah dimodifikasi dijadikan filter masker dan dilakukan uji adsorpsi gas CO, CO2, dan HC. Hasil adsorpsi gas uji terbaik ditunjukkan oleh filter masker karbon aktif variasi loading MgO 0,5% dengan persentase adasorpsi CO, CO2, dan HC sebesar 89,1%, 91,8%, dan 85,7%. Hasil luas permukaan dan bilangan iodin dari karbon aktif modifikasi MgO 0,5% adalah 1214,51 m2/g dan 1221,13 mg/g..

Air pollution is found in the form of particles (dust, aerosol, Pb) and dangerous gases such as CO, CO2 and HC. Activated carbon mask is needed to filter dust particulates and adsorp CO, CO2 and HC gases. Coconut shell has big potential to be the raw material for activated carbon based on quantity and composition. Coconut shells need to go through 4 main stages. There are preparation (drying and reducing), the coconut shell was immersed in H3PO4 solution for 24 hours at ambient temperature. Carbonization was carried out afterwards by inserting the coconut shell into the muffle furnace for 35 minutes at 300 C. Then chemical activation was carried out using H3PO4 with various concentrations of the H3PO4 solution and physical activation was carried out twice by flowing N2 gas at 600 C for 75 minutes using tubular furnace. After the activated carbon was formed, a dip coating method was carried out to coat the activated carbon on the mask cloth by adding TEOS compounds. Activated carbon with the best characteristics is produced by second chemical activation with a concentration 40%. The iodine number, surface area, and overall yield are 1284,5 mg/g, 1277,5 m2/g, and 69,6%. The best activated carbon was impregnated with MgO and varying the percentage of MgO metal loading by 0.5%, 1%, and 2%.The modified activated carbon was turned into a filter mask and poluntant gas adsorption tests were carried out. The best gas trial results for variations containing 0,5% with the percentage of CO, CO2, and HC adsorption contributing to each other were 89,1%, 91,8%, and 85,7%. The surface area and iodine number of 10,5% MgO activated carbon are 1214,51 m2/g and 1221,13 mg/g."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Beatrix Gloria
"ABSTRAK
Hasil pembakaran kendaraan berenergi fosil serta emisi dari aktivitas industri mengakibatkan meningkatnya kadar CO2 di udara. Gas CO2 dikenal sebagai salah satu gas rumah kaca yang dapat mengikis lapisan ozon serta meningkatkan resiko terjadinya pemanasan global. Berbagai teknologi CO2 Capture yang telah ada saat ini kurang efisien dari segi biaya maupun energi yang dibutuhkan. Teknologi adsorpsi CO2 dari udara dengan menggunakan karbon aktif merupakan metode yang efektif karena karbon aktif dapat diproduksi dari berbagai sumber agrikultur, teknologinya sederhana serta membutuhkan biaya yang tidak besar. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data kemampuan adsorpsi karbon aktif yang berasal dari Bambu Petung yang diaktivasi dengan metode aktivasi fisika dan metode aktivasi kimia. Kemampuan adsorpsi kedua jenis karbon aktif ini diuji melalui kolom adsorpsi fixed bed yang dialiri campuran gas CO2/Udara dengan memvariasikan konsentrasi CO2 pada suhu dan tekanan ambien. Keluaran fixed bed dianalisis dengan menggunakan Gas Analyzer. Data adsorpsi CO2 pada karbon aktif akan direpresentasikan dalam kurva Langmuir dan kurva breakthrough. Data-data yang didapatkan pada penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk keperluan desain alat adsorpsi CO2 misalnya untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan sampai karbon aktif jenuh dan harus diganti, juga dibutuhkan sebagai input untuk pemodelan simulasi adsorpsi. Hasilnya menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi awal CO2 dalam udara mempercepat waktu breakthrough dan kapasitas adsorpsinya juga semakin besar.

ABSTRAK
Combustion gas produced from fossil fuel for vehicles as well as emissions from industrial activity resulted in increased levels of CO2 in the air. CO2 is known as one of the greenhouse gases that may erode the ozone layer and increased risk of global warming. Various CO2 Capture technologies that already exist today is less efficient in terms of cost and energy required. Adsorption technology to eliminate CO2 in air using activated carbon is an effective method since activated carbon can be produced from a variety of agricultural sources, the technology is simple and need no high cost. This study aimed to obtain the adsorption capacity of CO2 in air on activated carbon derived from Petung Bamboo both with physical and chemical activation method. The adsorption ability of both types of activated carbon was tested through a fixed bed adsorption column by flowing gas mixtures of CO2 / air with varying concentrations of CO2 in ambient temperature and pressure. The gas stream leaving fixed bed were analyzed using Extech CO2 Monitor. CO2 adsorption data on activated carbon will be represented in the Langmuir curve and breakthrough curves. The data obtained in this study could be used for CO2 adsorption equipment design, for instance to know how long it takes until the activated carbon is saturated and must be replaced, also needed as input to simulation modeling of adsorption. The results shows the increasing of inlet concentration makes quicken the breakthrough time and also increase the adsorption capacity.."
2016
S63141
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nydia Amelia Madiadipura
"Pada penelitian ini, percobaan telah dilakukan untuk memanfaatkan bahan sisa-sisa biomasa secara efisien untuk mengambil kembali hidrogen dari campuran gas CH4 -; H2 yang banyak ditemukan pada unit Hydrocracking di Kilang Minyak. Bagian dari percobaan ini adalah pembuatan karbon aktif berbasis tempurung kelapa yang diproses melalui aktivasi kimia dan fisika dengan menggunakan ZnCl2 25 dan dilanjutkan dengan aktivasi pada 800 C dengan aliran N2 selama satu jam untuk untuk memperbesar luas permukaannya. Studi eksperimental mendetail telah dilakukan untuk adsorpsi metana dan hidrogen murni pada 20°C, serta campuran gas CH4 -; H2 pada 10, 20 dan 30°C; setiap kondisi isotermal diuji kapasitas adsorpsinya pada tekanan 1 -; 6 bar. Pengukuran dilakukan dengan teknik volumetric dan analisis gas kromatografi.
Hasil luas permukaan BET dan bilangan iod dari karbon aktif ini ialah 432,26 m2/g dan 644,80 mg/g. Adsorpsi tertinggi didapatkan pada metana murni diikuti oleh campuran gas CH4 -; H2 dengan rasio 1: 9 dan hidrogen murni. Untuk campuran gas, jumlah mol yang teradsorpsi meningkat dengan meningkatnya tekanan pada setiap isotermal; dimana pada suhu yang lebih tinggi kapasitas adsorpsinya menurun. Secara umum, seluruh metana yang terdapat pada gas campuran dapat terserap, namun pada kondisi tertentu terdapat metana yang tidak teradsorp oleh karbon aktif. Percobaan ini mengikuti model Langmuir dari adsorpsi isotermal.

In this study, attempts have been made to utilize biomass residue in an efficient way to recover hydrogen from CH4 - H2 gas mixture, which is widely found in Hydrocracking Units in Oil Refineries. Part of this attempt is to produce an activated carbon based on coconut shell, which is processed through chemical and physical activation using 25 ZnCl2 followed by activation at 800 C with N2 flow for an hour to increase its surface area. A detailed experimental study has been made for the adsorption of pure methane and hydrogen at 20°C, as well as CH4 - H2 mixture at 10, 20 and 30°C each isotherm condition undergoes a variety of pressure ranging from 1 - 6 bar. Measurements were made using volumetric technique and gas chromatograph analysis.
The resulted BET surface area and iodine number are 432.26 m2 g and 644.80 mg g, respectively. The highest adsorption is obtained for pure methane followed by CH4 - H2 mixture with 1 9 ratio and pure H2. For gas mixture, the total adsorption increases with the increase of pressure in each isotherm in which the higher temperature has lower adsorption ability. Overall, all methane in the gas mixture is adsorbed, however at certain condition a small amount of methane can be detected using Gas Chromatograph analysis. The trend of this experiment fits the Langmuir model of isothermal adsorption.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67570
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dunggio, Muhammad Yusuf Ramly
"Penelitian ini dilakukan untuk pengurangan kadar CO dan penjernihan asap kebakaran dengan pemanfaatan karbon aktif dari tempurung kelapa termodifikasi TiO2. Pada hasil uji XRF kandungan TiO2 didalam karbon aktif termodifikasi TiO2 sebesar 20,54 % wt. Pada hasil uji BET, luas permukaan terjadi peningkatan dari 760,30 m2/g menjadi 782,54 m2/g dari karbon aktif dan karbon aktif termodifikasi TiO2. Untuk uji kinerja, karbon aktif termodifikasi TiO2 ukuran 200 mesh dengan massa 3 gram memiliki kapasitas adsorpsi CO paling tinggi (12,59 %) dan nilai t10 untuk penjernihan asap paling baik yaitu dengan waktu 20 menit, 27 menit, 28 menit.

This research was conducted for the reduction of CO levels and purification by use of fire smoke from coconut shell activated carbon modified TiO2. In the XRF test results in the TiO2 content of activated carbon modified TiO2 of 20,54 % wt. The test results showed the BET surface area increased from 760,30 m2/g to 782,54 m2/g of activated carbon and activated carbon modified TiO2. To test performance, activated carbon modified TiO2 with a size 200 mesh and 3 gram have the highest CO adsorption capacity (12,59 %) and t10 values for the purification of smoke that is best with a time of 20 minutes, 27 minutes, 28 minutes.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43119
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Mulia
"ABSTRAK
Produk bioetanol sebagai bahan bakar alternatif masih perlu ditingkatkan kemurniannya sehingga memenuhi standar fuel grade ethanol 95%v/v. Pada prosesnya, etanol hasil fermentasi memiliki kemurnian 5-12%b/b. Salah satu metode pemurnian yang dapat digunakan adalah adsorpsi yang memiliki efisiensi energi baik. Media adsorben akan mengalami kejenuhan dalam waktu tertentu, sehingga perlu dilakukan regenerasi adsorben. Penelitian ini membahas pengaruh regenerasi adsorben terhadap proses pemurnian tahap awal dari campuran etanol-air menggunakan proses adsorpsi kontinu pada unggun tetap. Material adsorben yang diuji dalam penelitian ini adalah karbon aktif Calgon bekas yang telah diregenerasi dengan metode pemanasan oven drying dengan temperatur 115°C. Digunakan campuran etanol-air dengan kemurnian etanol 10%v/v dan 50%v/v. Uji adsorpsi dilakukan dengan kondisi operasi suhu dan tekanan ruangan, serta laju alir 10 mL/menit melalui kolom adsorpsi unggun tetap secara kontinu selama 5 jam hingga adsorben karbon aktif jenuh. Hasil dari penelitian ini diolah dan disajikan dalam bentuk kurva breakthrough yang menunjukkan performa adsorpsi. Hasil kemurnian etanol tertinggi sebesar 59,04%v/v pada konsentrasi awal etanol 50%v/v dan 27,12%v/v pada konsentrasi awal etanol 10%v/v. Kinerja adsorben teregenerasi mengalami penurunan sekitar 10% setelah dilakukan regenerasi, dengan kapasitas adsorpsi 0,156 pada konsentrasi awal etanol 50%v/v dan 0,225 pada konsentrasi awal etanol 10%v/v.

ABSTRACT
Bioethanol product as an alternative fuel needs enhancement of purity to meet the standard of 95%v/v. In the process, the ethanol produced from fermentation has purity of 5-12%w/w. One of the purification methods that can be used is adsorption that has good energy efficiency. However, regeneration on spent adsorbents is needed in consideration of economic aspects. This study discusses the effects of regenerated adsorbents in the initial-stages purification process of ethanol-water mixture in fixed-bed continuous adsorption. Spent Calgon activated carbon is regenerated using oven drying method with the temperature of 115°C. This study is using ethanol purity of 10%v/v and 50%v/v. The research is carried out under operating conditions of atmospheric temperature and pressure, and flow rate of 10 mL/minutes through a fixed-bed continuous adsorption column for 5 hours until the adsorbent is saturated. The results of this study are presented in breakthrough curves that shows the adsorption performance. The highest ethanol purity yield of 59.04%v/v for ethanol initial concentration 50%v/v, and 27.12%v/v for ethanol initial concentration 10%v/v. The adsorption performance is decreased about 10% after the regenerated adsorbents is in use with adsorption capacity of 0.156 for ethanol initial concentration 50%v/v and 0.225 for ethanol initial concentration 10%v/v.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghina Ivana Mieldan
"Kopi merupakan salah satu minuman yang sering dikonsumsi masyarakat. Namun, efek negatif kafein seringkali menjadi perhatian, sehingga kopi dekaf menjadi alternatif. Kopi dekaf dapat dibuat menggunakan proses dekafeinasi salah satunya adalah Swiss Water Process yang efektif tanpa senyawa kimia dan menggunakan karbon aktif sebagai adsorben. Karbon aktif merupakan nanomaterial yang efektif sebagai adsorben dan dapat dibuat dari biomassa seperti ampas kopi yang tersedia melimpah seiring meningkatnya konsumsi kopi. Karbon aktif dapat ditingkatkan kapasitas adsorpsi dengan menggunakan aktivator kimia untuk aktivasi seperti K2CO3. Penggunaan aktivator K2CO3 untuk meningkatkan luas permukaan spesifik karbon aktif yang lebih aman dibandingkan KOH. Sintesis karbon aktif dilakukan dengan K2CO3 pada rasio massa 2:1, 1:1, dan 1:2, pada suhu 800 °C selama satu jam. Penelitian ini bertujuan untuk menyintesis karbon aktif dari limbah biomassa ampas kopi dan mengaplikasikannya dalam dekafeinasi kopi. Karakterisasi karbon aktif menggunakan BET, SEM-EDS, dan bilangan iodin. Kadar kafein pasca dekafeinasi diuji dengan HPLC. Karbon aktif dari ampas kopi dan K2CO3 dengan rasio 1:1 menunjukkan luas permukaan terbesar, 1052 mg/g, meski yield-nya paling rendah, 18%. Karbon aktif ini mampu mengurangi kafein hingga 99% pada kopi arabika dalam 30 menit dan 95% pada kopi robusta dalam 2 jam.

Kopi merupakan salah satu minuman yang sering dikonsumsi masyarakat. Namun, efek negatif kafein seringkali menjadi perhatian, sehingga kopi dekaf menjadi alternatif. Kopi dekaf dapat dibuat menggunakan proses dekafeinasi salah satunya adalah Swiss Water Process yang efektif tanpa senyawa kimia dan menggunakan karbon aktif sebagai adsorben. Karbon aktif merupakan nanomaterial yang efektif sebagai adsorben dan dapat dibuat dari biomassa seperti ampas kopi yang tersedia melimpah seiring meningkatnya konsumsi kopi. Karbon aktif dapat ditingkatkan kapasitas adsorpsi dengan menggunakan aktivator kimia untuk aktivasi seperti K2CO3. Penggunaan aktivator K2CO3 untuk meningkatkan luas permukaan spesifik karbon aktif yang lebih aman dibandingkan KOH. Sintesis karbon aktif dilakukan dengan K2CO3 pada rasio massa 2:1, 1:1, dan 1:2, pada suhu 800 °C selama satu jam. Penelitian ini bertujuan untuk menyintesis karbon aktif dari limbah biomassa ampas kopi dan mengaplikasikannya dalam dekafeinasi kopi. Karakterisasi karbon aktif menggunakan BET, SEM-EDS, dan bilangan iodin. Kadar kafein pasca dekafeinasi diuji dengan HPLC. Karbon aktif dari ampas kopi dan K2CO3 dengan rasio 1:1 menunjukkan luas permukaan terbesar, 1052 mg/g, meski yield-nya paling rendah, 18%. Karbon aktif ini mampu mengurangi kafein hingga 99% pada kopi arabika dalam 30 menit dan 95% pada kopi robusta dalam 2 jam."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>