Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 90602 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dania Siska Octaviani
"Kenyamanan penghuni di dalam ruangan pada hunian tingkat tinggi di Jakarta sangat penting untuk diperhatikan, terutama terkait termal, pendengaran, dan visual. Hunian tingkat tinggi umumnya lebih minim proteksi terhadap radiasi dan cahaya matahari, serta lokasinya yang strategis menjadi rawan terhadap kebisingan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kinerja kulit bangunan terutama pengaruh material dan bukaan transparannya dalam menjaga kenyamanan penghuni dari permasalahan tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah melalui pengukuran langsung di lapangan dan simulasi software. Pengukuran dilakukan pada hunian tingkat tinggi yang menggunakan material dan rasio bukaan transparan terhadap dinding (WWR) yang berbeda pada dinding kulit bangunannya. Hunian tingkat tinggi yang diteliti adalah hunian yang menggunakan material yang umum digunakan, seperti panel precast beton dan material alternatif seperti panel precast beton dengan lapisan EPS (Expanded Polystyrene Foam). Penggunaan material yang berbeda dilihat pengaruhnya terhadap kenyamanan termal serta suara dari kebisingan. Variabel kenyamanan termal yang diukur adalah temperatur operatif dan kelembaban relatif. Variabel kenyamanan pendengaran yang diukur adalah tingkat tekanan suara. Kondisi outdoor dan indoor pada unit hunian diukur menggunakan alat ukur berupa data logger. Rasio bukaan transparan terhadap dinding (WWR) yang berbeda dilihat pengaruhnya terhadap kenyamanan visual. Variabel yang diukur adalah iluminasi dan glare di dalam ruang. Simulasi software digunakan dalam pengukuran tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada sample yang menggunakan panel precast beton dengan lapisan EPS diketahui memiliki temperatur operatif di dalam ruangan yang lebih rendah dibandingkan sample yang menggunakan material panel precast beton, dengan selisih temperatur operatif sebesar 1 – 2.4°C. Kenaikan temperatur operatif di dalam ruangan tentunya dipengaruhi pula oleh material transparan. Di sisi lain, kombinasi material clear-single glass dan panel precast beton diketahui mampu mereduksi transmisi suara lebih banyak yaitu sebesar 30.4 – 31.4 dB. Sementara itu, dalam menjaga kualitas pencahayaan di dalam ruangan, besar bukaan transparan dengan WWR 26%, 23%, dan 29% tidak memberikan perbedaan tingkat iluminasi dan glare yang sangat signifikan.

The occupant’s comfort in high-rise residential in Jakarta is crucial Especially related to thermal, acoustic (sound) and visual comfort. High-rise residential commonly has less protection against radiation and sunlight. It is also typically located in a strategic location, which makes it susceptible to a potential noise problem. This study was conducted to determine the performance of building envelope, especially the influence of material and the various window to wall ratio (WWR) in maintaining the occupant’s comfort to these problems. The research method used is field measurement and software simulation. The location of the case study is a high-rise residential that uses a various window to wall ratio and different wall material which is a typical precast concrete panel and a precast concrete-with-EPS-layer panel. The use of different materials is seen as having an effect on thermal and acoustic comfort. The measured thermal comfort variables are operative temperature and relative humidity. The measured acoustic comfort variable is the sound pressure level. Outdoor and indoor conditions in residential units were measured using a data logger. The different of WWR is seen as having an effect on visual comfort. The variables measured are indoor illumination and glare. Software simulation is used in these measurements. The results showed that each material demonstrates a different quality in maintaining thermal comfort and reducing noise. The precast concrete-with-EPS-layer panel proves to have higher thermal reduction compared to the precast concrete. The samples using precast concrete panels with EPS layers have a lower operative temperature compared to the sample using precast concrete panel material, with a difference in the operating temperature of 1 - 2.4°C. The increase in indoor operative temperature is also influenced by the presence of transparent material. On the other hand, the combination of clear-single glass material and precast concrete panels proves to have a higher sound reduction by 30.4 - 31.4 dB. Meanwhile, in maintaining the quality of natural lighting in the room, transparent openings with WWR 26%, 23%, and 29% did not provide a significant difference in the level of illumination and glare.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T53033
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Primasari
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S35725
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nindyta Arih Kinanti
"Proses penyelamatan di gedung bertingkat yang kurang baik mengakibatkan banyaknya korban jiwa akibat terjadinya kebakaran. Tujuan dari rencana penyelamatan ialah memberikan panduan keselamatan gedung yang ditampilkan pada setiap area gedung. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor risiko dominan proses penyelamatan penghuni saat kebakaran di wilayah Jakarta Selatan menggunakan metode analisa risiko dan mengevaluasi sistem penyelamatan penghuni saat kebakaran yang tepat agar dapat menurunkan jumlah korban jiwa pada bangunan gedung tinggi hunian di wilayah Jakarta Selatan. Terdapat 13 high risk pada penelitian. Hasil evaluasi penelitian berupa perbaikan SOP eksisting. Dimana terdapat 1 tambahan sub-bab dan perbaikan 3 sub-bab terdahulu.Proses penyelamatan di gedung bertingkat yang kurang baik mengakibatkan banyaknya korban jiwa akibat terjadinya kebakaran.
Tujuan dari rencana penyelamatan ialah memberikan panduan keselamatan gedung yang ditampilkan pada setiap area gedung. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor risiko dominan proses penyelamatan penghuni saat kebakaran di wilayah Jakarta Selatan menggunakan metode analisa risiko dan mengevaluasi sistem penyelamatan penghuni saat kebakaran yang tepat agar dapat menurunkan jumlah korban jiwa pada bangunan gedung tinggi hunian di wilayah Jakarta Selatan. Terdapat 13 high risk pada penelitian. Hasil evaluasi penelitian berupa perbaikan SOP eksisting. Dimana terdapat 1 tambahan sub-bab dan perbaikan 3 sub-bab terdahulu.

The rescue process in defective buildings resulted in many victims due to fires. The purpose of the rescue plan is giving the safety guidelines of the building that may appear on any area of the building. The purpose of this study is to determine the dominant risk factor the process of saving the residents during a fire in South Jakarta using risk analysis method and evaluate the correct residents rescue system during a fire in order to reduce the number of victims in high rise building residences in South Jakarta. There are 13 high risks in this research. The evaluation results of this research in the improvement of existing SOP. Where there is one additional sub chapters and sub chapters 3 fixes earlier. The rescue process in defective buildings resulted in many victims due to fires.
The purpose of the rescue plan is giving the safety guidelines of the building that may appear on any area of the building. The purpose of this study is to determine the dominant risk factor the process of saving the residents during a fire in South Jakarta using risk analysis method and evaluate the correct residents rescue system during a fire in order to reduce the number of victims in high rise building residences in South Jakarta. There are 13 high risks in this research. The evaluation results of this research in the improvement of existing SOP. Where there is one additional sub chapters and sub chapters 3 fixes earlier.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T48713
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firna Sofia
"Pada struktur bangunan tinggi, beban yang dominan adalah beban lateral akibat beban angin dan gempa. Oleh sebab itu dibutuhkan perkuatan-perkuatan khusus guna menahan gaya tersebut. Ada beragam sistem perkuatan struktur yang dapat digunakan, salah satunya yaitu Sistem outrigger. Dimana sistem ini bekerja sebagai sistem rangka keseimbangan berupa lengan yang terikat pada core wall hingga kolom terluar bangunan. Sistem ini memanfaatkan lebar bangunan untuk memaksimalkan kekakuan karena outrigger mampu memberikan ketahanan tehadap momen guling dari gempa atau angin dan membuat gedung lebih stabil. Outrigger dapat diletakkan di beberapa tempat dan penggunaanya pun dapat lebih dari satu outrigger. Oleh karena itu dilakukan analisa berkaitan dengan hal tersebut.
Analisa yang dilakukan adalah membuat modelisasi struktur empat puluh lantai delapan varian dengan kombinasi outrigger yang berbeda-beda dengan menggunakan software structure ETABS V.9.0.7, untuk mengetahui masingmasing dari perilaku strukturnya. Kemudian melalui pengamatan perilaku struktur yang meliputi waktu getar, momen maksimum dan driftnya dapat diperoleh kesimpulan varian sistem outrigger yang paling optimal dan ekonomis dilihat dari kebutuhan tulangannya.
Dari perbandingan perilaku struktur serta perbandingan kebutuhan tulangan maka yang paling optimum diantara kedelapan varian adalah varian dengan pemasangan outrigger di ¾ tinggi struktur (outrigger diletakkan pada lantai 29-30).

In a high rise building structure, the most dominant load is lateral load, which are caused by wind load and earthquake load. Because of that reason, we utilize some special system to resist the load. There are many systems to strengthen the structure, such as outrigger system. This system works as a balanced frame like an arm, tied in the core wall through the external column of the building. This system utilizes the width of the building to maximize the stiffness, because the outrigger is able to give more resistance and stabilization from the overturning moment caused by wind and earthquake. The outrigger can be placed in some places, and we may use more than one outrigger besides. Since the requirements needed, we have to do some analysis involves to it.
The analysis is performed by doing some structural modifications of forty stories structure in eight variants of the outrigger, using the software structure ETABS V.9.0. By using this software, we analyzed some information about the structural behaviours of each modification. The information includes the Period of vibration, maximum moment, and the drift of the structure, which will be summarized which one is the most optimum and economize modification from the use of the outrigger in the several variant analyzed.
By comparing the structural behaviours and the economical of reinforcing, it concluded that the variant with outrigger at ¾ of structure high (outrigger at story 29-30) is the most optimum than the other variant.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S35757
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yudhistira Achmad
"Kebanyakan perencana struktur bangunan cenderung memodelkan struktur atas dengan menganggap pondasi sebagai sistem yang sangat kaku sehingga pada umumnya menghasilkan respon struktur yang lebih konservatif, sementara perencana pondasi memodelkan pondasi tanpa mempertimbangkan pengaruh dari struktur atas. Kenyataannya, struktur atas dan struktur bawah saling berinteraksi tergantung pada kekakuan dari kedua sistem struktur ini.
Penelitian ini membahas tentang pengaruh jenis perletakan struktur bangunan yaitu perletakan jepit, sendi, dan fleksibel terhadap karakteristik dinamik struktur, respon seismik struktur serta berat tulangan yagn diperlukan oleh komponen utama struktur dengan bantuan software ETABS 9.7. Sistem struktur atas menggunakan sistem ganda yang merupakan kombinasi sistem dinding geser dan sistem struktur portal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dinding geser pada tingkat-tingkat bawah bangunan dengan perletakan jepit atau sendi menghasilkan gaya geser dan berat tulangan yang lebih besar (overdesign) dibandingkan terhadap bangunan dengan perletakan fleksibel, sebaliknya struktur portal pada tingkat-tingkat bawah bangunan akan menghasilkan gaya geser dan berat tulangan yang lebih kecil (underdesign).

In modeling the upper structure, most of the building structure engineers tend to assume the foundationas a very rigid systemthat produces more conservative structural responses while in modeling the foundation, the foundation modeled without considering the effect of the upper structure. In fact, upper and lower structures are interacting depend on the stiffness of both the upper and lower structures system.
This research discusses the influence of the type of building structures supports namely fixed support, hinged support and flexible support to the dynamic characteristics of the structure, the seismic response of the structure and the weight of the reinforcement needed by the main structure`s components using ETABS 9.7.The upper structure use a dual system which is a combination of shearwall system and the frame system.
The results show that the shearwall at the lower levels of fixed support building or hinged support buildingprovide larger shear force and heavier reinforcement (overdesign)compared to the flexible support building. Otherwise, the frame structuresat lower levels of the building providesmaller shear force and lighter reinforcement (underdesign).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56115
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvina Callista Putri
"Jumlah penduduk di Jakarta mencapai 10,56 juta jiwa pada bulan September 2020. Maka dari itu, dibutuhkan gedung-gedung bertingkat sebagai pemenuh kebutuhan dari masyarakat. Dengan banyaknya limbah konstruksi yang dihasilkan oleh proyek konstruksi gedung tingkat tinggi, diperlukan adanya pengelolaan limbah konstruksi untuk meminimalkan dampak negatif yang ditimbulkan. Melalui fakta tersebut, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis kondisi eksisting di Indonesia dan beberapa negara luar serta hambatan yang dihadapi oleh kontraktor terkait penerapan sistem pengelolaan limbah konstruksi oleh di Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis arsip, serta survei wawancara dan kuisioner kepada para ahli kontraktor proyek konstruksi bangunan tingkat tinggi di Indonesia. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tindakan pengelolaan limbah konstruksi yang paling banyak diterapkan di Indonesia adalah tindakan pembuangan dan yang cukup minim diterapkan adalah tindakan pemulihan. Penerapan sistem pengelolaan limbah konstruksi di Indonesia lebih baik daripada Malaysia, akan tetapi masih kurang apabila dibandingkan dengan negara Hongkong dan Spanyol. Hambatan yang dihadapi oleh kontraktor selama penerapan sistem pengelolaan limbah konstruksi di Indonesia dilihat melalui aspek ekonomi, aspek organisasi, aspek kebijakan, dan aspek teknis.

The population in Jakarta reached 10.56 million people in September 2020. Therefore, high-rise buildings are needed to meet the needs of the community. With the large amount of construction waste generated by high-rise building construction projects, it is necessary to have construction waste management to minimize the negative impacts. Based on these facts, this research was conducted with the aim of analyzing the existing conditions in Indonesia and several foreign countries as well as the obstacles faced by contractors regarding the implementation of construction waste management systems in Indonesia. The research method used is archive analysis, as well as interview surveys and questionnaires to experts in high-rise building construction project contractors in Indonesia. The results of this study indicate that the most widely applied construction waste management action in Indonesia is a disposal and the least applied is recovery action. The implementation of the construction waste management system in Indonesia is better than in Malaysia, but still lacking when compared to Hong Kong and Spain. The obstacles faced by contractors during the implementation of the construction waste management system in Indonesia are seen through economic aspects, organizational aspects, policy aspects, and technical aspects."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Julius Michael
"

Pembangunan bangunan tinggi di Indonesia seiring urbanisasi yang semakin meningkat di kawasan perkotaan khususnya gedung perkantoran diatas 100meter tercatat sebesar 48% dan paling banyak dibandingkan fungsi bangunan lainnya, sehingga berdampak pada berkurangnya lahan untuk ruang terbuka hijau. Skycourt sebagai salah satu ruang terbuka hijau alternatif pada bangunan tinggi memiliki peran terhadap kenyamanan dan kesehatan pengguna bangunan khususnya aspek termal dan pencahayaan alami. Skycourt di wilayah iklim Tropis pada umumnya memiliki karakter ruang semi-terbuka, sehingga kondisi termal di skycourt dipengaruhi oleh perubahan iklim perkotaan yang signifikan atau dikenal dengan fenomena Urban Heat Island. Di sisi lain, skycourt sebagai peneduh eksternal fasad bangunan akan membuat distribusi pencahayaan alami semakin berkurang dan tidak merata di ruang dalam bangunan. Studi ini mengeksplorasi konfigurasi ruang skycourt yang diaplikasikan pada tiga tipologi skycourt, yaitu: Central, Corner, dan Sided yang berkaitan dengan kinerja termal dan pencahayaan alami. Ketiga tipologi tersebut merepresentasikan tipologi ruang skycourt yang secara umum digunakan pada bangunan tinggi di Indonesia. Menggunakan simulasi software CFD untuk kinerja termal dan DIALux untuk pencahayaan alami, studi ini bertujuan : (1) menemukan konfigurasi ruang skycourt yang paling efektif tehadap kinerja termal di skycourt pada masing-masing bangunan tinggi dengan tiga tipologi skycourt yang berbeda; (2) menemukan konfigurasi ruang skycourt yang paling efektif tehadap kinerja pencahayaan alami di ruang dalam bangunan yang bersebelahan dengan skycourt pada masing-masing bangunan tinggi dengan tiga tipologi skycourt yang berbeda; Studi ini menghasilkan panduan dasar mengenai konfigurasi ruang skycourt yang efektif pada bentuk skycourt bangunan tinggi yang berbeda-beda.


The construction of high-rise buildings in Indonesia along with increasing urbanization in urban areas, especially office buildings above a height of 100 meters, accounted for 48% and most compared to other building functions, resulting in reduced land for green open space. Skycourt, as one of green open space in high-rise buildings, has a role in the comfort and health of building users, especially the aspects of thermal and daylighting. Skycourt in the Tropical climate region generally has a character of semi-open space, which makes the thermal conditions in skycourt affected by significant urban climate changes or known as the Urban Heat Island phenomenon. On the other hand, skycourt as an external shading facade will make the distribution and uniformity of daylight less in space adjacent to the skycourt. This study explores the configuration of the skycourt space applied in the three skycourt typologies, namely: Central, Corner, and Sided, which are related to the thermal comfort and daylighting. These three typologies represent the typology of the skycourt that generally used in high-rise buildings in Indonesia. Using CFD software simulations for thermal performance and DIALux for daylighting, this study aims : (1) Find the most effective skycourt configuration for the thermal performance on skycourt in each high-rise building with three different skycourt typologies; (2) Find the most effective skycourt configuration for the daylighting performance of adjacent’s indoor to the skycourt in each high-rise building with three different typologies of skycourt. As a result, the basic guidelines for an effective configuration skycourt room are based on thermal comfort and daylighting in a different typology of skycourt in high-rise office buildings. 

 

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heru Nugroho
"ABSTRAK
Biomimikri dapat dikatakan sebagai sebuah pendekatan yang inovatif dalam merancang sesuatu. Biomimikri membutuhkan pemahaman yang mendalam mengenai sistem yang bekerja pada objek alam. Saat ini, biomimikri tidak hanya terbatas pada proses menciptakan sebuah teknologi canggih, namun biomimikri berkembang pada penerapan sistem struktur bangunan tinggi. Biomimikri merupakan pendekatan merancang sesuatu yang bertujuan untuk mengatasi permasalahan manusia, khususnya pada skripsi ini dibahas mengenai permasalahan pada dunia rancang bangun, khusunya akibat pengaruh beban vertikal dan lateral pada sistem struktur bangunan high-rise. Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini berupa metode deskriptif melalui studi kepustakaan dan menelaah literatur yang dilanjutkan dengan studi kasus bangunan Taipei 101 dan The Gherkin serta dianalisis dengan metode kualitatif. Skripsi ini juga menjelaskan perbandingan antara pendekatan melalui biomimikri dan bukan biomimikri.

ABSTRAK
Biomimicry can be regarded as an innovative approach in designing something. Biomimicry requires a deep understanding of the system that works on natural objects. Currently, biomimicry is not just limited to the process of creating an advanced technology, but biomimicry thrive on the application of the system of high building structure. Biomimicry is an approach to design something that aims to solve human problems, especially in this thesis discussed the problems in the world of building design, especially due to the influence of vertical and lateral loads on the system of high-rise building structures. The method used in writing this thesis in the form of descriptive method through the study of literature, followed by a case study of the building Taipei 101 and The Gherkin and analyzed using qualitative methods. This thesis also describes a comparison between the approach through biomimicry and not biomimicry."
2016
S64177
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deyda Aminda Putri
"Keadaan lingkungan saat ini sudah semakin memburuk, salah satu penyumbang kerusakan lingkungan terbesar adalah bidang pembangunan. Green building merupakan salah satu jawaban atas kerusakan lingkungan yang mengancam kehidupan kita saat ini. Green building merupakan bangunan yang menimbulkan dampak negatif minimum pada lingkungan. Salah satu aspek green building yang memiliki pengaruh terhadap lingkungan dan penggunanya adalah kulit bangunan. Kulit bangunan dapat berperan sebagai penyaring dan akses elemen dari lingkungan luar serta berpengaruh terhadap kenyamanan visual, termal, dan auditori pada ruang dalam. Gedung South Quarter dipilih menjadi studi kasus untuk menilai kulit bangunan pada green building sesuai dengan sistem penilaian GREENSHIP yang dikeluarkan oleh Green Building Council Indonesia GBCI. Total penilaian GREENSHIP untuk kulit bangunan South Quarter cukup rendah; kenyamanan ruang pada gedung ini masih harus ditopang oleh sistem mekanik yang menggunakan energi listrik. Konsumsi energi untuk kenyamanan ruang dalam dapat dibantu dengan pemanfaatan energi terbarukan pada tapak.

One of the leading forces behind the deterioration of environment is irresponsible construction. Green building is one of the solutions devised to handle this life threatening situation. One of the aspects of green building which affects both environment and users is building skin. Building skin acts as filter and access to external elements building skin also significantly affects visual, thermal, and auditorial comfort inside the building. South Quarter building is inspected as case study to evaluate building skin on green building based on GREENSHIP rating system as stated by Green Building Council Indonesia GBCI. The total score of GREENSHIP of South Quarter building skin is deemed low room comfort within this building is maintained using mechanical system which wastes electrical energy. A decrease in energy consumption for room comfort is possible should cutting edge energy processing be implemented on site.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naufal Andi Irsyad
"Tujuan konsep bentuk bangunan Solar Envelope telah berubah secara signifikan, dimana meminimalkan penetrasi sinar matahari menjadi tujuan utama karena suhu udara yang terus meningkat. Oleh karena itu, menciptakan naungan dalam skala perkotaan menjadi sangat relevan, khususnya pada wilayah tropis dalam hal mengurangi efek Urban Heat Island (UHI). Penelitian ini bertujuan untuk mengusulkan konsep Tropical Responsive Envelope (TRE) sebagai strategi pasif desain melalui bentuk massa bangunan tinggi, dan mengusulkan kerangka alur kerja baru agar arsitek dapat merancang massa bangunan bertingkat tinggi yang sinkron terhadap lingkungan dan dapat berkontribusi mengurangi efek UHI. Studi ini memilih dua studi kasus dalam satu wilatah Sudirman, Jakarta Selatan dengan kriteria wilatah yang padat dengan bangunan tinggi. Studi ini menggunakan metode observasi lapangan untuk menginvestigasi kondisi eksisting dari studi kasus, dan metode simulasi digital komputasional untuk membentuk massa bangunan TRE dan memprediksi iklim mikro di masa yang akan datang melalui pembentukan massa bangunan TRE pada kedua wilayah studi kasus. Hasil dari penelitian ini adalah kontribusi TRE terhadap iklim mikro perkotaan di wilayah studi kasus untuk mencapai indikator yang ditentukan masih minim, walaupun performa massa bangunan tinggi TRE dalam beberapa aspek seperti; insensitas cahaya matahari, pola angin, dan kategori UTCI yang direspon oleh massa bangunan tersebut lebih baik daripada massa bangunan eksisting. Rekomendasi dari penelitian ini adalah mengimplementasikan TRE dengan ketinggian kurang dari 100- meter, agar dapat memaksimalkan bayangan yang mengakomodasi area permukaan dasar dan fasad bangunan. Penelitian ini dapat diperluas untuk penelitian selanjutnya dengan memberikan solusi yang bermanfaat dalam mengusulkan konsep baru yang dapat memitigasi fenomena UHI untuk menunjukkan tren masa depan dan penggunaan energi yang efisien.

Since the air temperature continues to rise, the purpose of building mass concept Solar Envelope has shifted significantly, with the major goal becoming to minimize sunlight penetration. As a result, producing shading on an urban scale is critical, particularly in tropical locations, for minimizing the Urban Heat Island (UHI) impact. The objective of this study is to propose the Tropical Responsive Envelope (TRE) concept as a passive design strategy through the mass form of high-rise buildings, as well as to propose a workflow framework so that architects can develop high-rise building masses that are in sync with the environment and can help to reduce the effects of UHI. This study selects two case studies in an area of high density with high-rise buildings in Sudirman, South Jakarta. This study employs field observation methods to explore the existing conditions of the case studies, as well as computational digital modeling tools to generate TRE building masses and predict future microclimates in the two case study areas. The study found that the contribution of TRE to the urban microclimate in the case study area to achieve the specified indicators is still not significant, despite the fact that the mass performance of TRE tall buildings is better than the existing building mass in several aspects such as sunlight intensity, wind pattern, and UTCI categories that the building mass responds to. This study recommends implementing a TRE with a height of less than 100 meters in order to maximize the shade that accommodates the ground surface area and building facades. This research can be enhanced to illustrate future trends and efficient energy consumption by providing valuable solutions in suggesting new concepts that can alleviate the UHI phenomena."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>