Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 33492 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Reysa Anggraini Vestiana Putri
"

Pembuatan detergen nanofluida biodegradable dari Palm Kernel Oil (PKO) telah dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah membuktikan bahwa PKO dapat dikonversi menjadi Metil Ester Sulfonat (MES) dan dijadikan sebagai bahan baku detergen nanofluida yang bersifat biodegradable. PKO merupakan bahan baku utama dalam produk makanan salah satunya creamer. Limbah Industri creamer mengandung PKO sebesar 40% sehingga pada penelitian ini PKO digunakan sebagai model lemak limbah industri creamer. Pertama-tama PKO diesterifikasi dengan katalis asam untuk menurunkan %FFA (Free Fatty Acid). Proses esterifikasi dapat mengubah %FFA dari 4,13% menjadi 0,54% dan menghasilkan produk berupa metil ester dan trigliserida. Selanjutnya produk esterifikasi ditransesterifikasi dengan katalis basa. Pada proses transesterifikasi, asam lemak PKO berhasil terkonversi menjadi metil ester sebesar 99,52%. Metil ester kemudian disulfonasi dengan variasi rasio mol metil ester:NaHSO3 sebesar 1:2-1:4 dengan variasi optimum yaitu pada rasio 1:4 dilihat dari nilai tegangan permukaannya sebesar 37,2 dyne/cm2. Selanjutnya dilakukan tahap sintesis detergen dengan variasi komposisi MES 1,0%; 1,3%; 1,4%; 1,5%; 2,0%; 3,0% dengan konsentrasi TiO2 tetap yaitu sebesar 0,1%. Tahap sintesis detergen dilanjutkan dengan pengujian detergen yang terdiri dari uji kestabilan, uji pengangkatan dan degradasi kotoran serta uji biodegradable. Hasil uji menunjukkan bahwa komposisi MES 3,0% pada detergen menunjukkan hasil yang optimum. Kestabilan detergen, kemampuan pengangkatan kotoran, degradasi kotoran masing-masing mencapai 99,8%; 71,02% dan 90,61%. Selanjutnya dilakukan analisis biodegradable yang menunjukkan bahwa MES dan detergen nanofluida berperan sebagai substrat (sumber nutrisi bakteri) dengan pertumbuhan bakteri selama 10 hari masing-masing  mencapai 27,58% dan 57,9%.


Synthesis of biodegradable nanofluid detergent from Palm Kernel Oil (PKO) is done. The purpose of this study is to prove that PKO can be converted to Methyl Ester Sulfonate (MES) and used as a biodegradable nanofluid detergent raw material. PKO is the main raw material in food products, one of them is creamer. Solid waste creamer contains 40% fat so in this research PKO is used as a fat model for creamer industrial waste. First of all PKO is esterified with an acid catalyst to reduce %FFA (Free Fatty Acid). The esterification process can change the %FFA from 4.13% to 0.545% and produce a product in the form of methyl esters and triglycerides. Then the esterification product is transesterified with a base catalyst. During the transesterification process, PKO fatty acids were successfully converted to methyl ester by 99,52%. The methyl ester is then sulfonated with a variation of the mole ratio of methyl ester:NaHSO3 of 1:2-1:4 with optimum variation at a ratio of 1:4 seen from the value of surface tension of 37.2 dyne/cm2. The detergent synthesis stage is then carried out with variations in the composition of MES 1.0%; 1.3%; 1.4%; 1.5%; 2.0%; 3.0% with fixed TiO2 concentration of 0.1%. Detergent synthesis phase is continued with detergent testing which consists of stability test, stain removal and degradation test, and biodegradable test. The test results showed that the 3.0% MES composition in the detergent showed optimum results. The stability of the detergent, the ability to remove stain, the degradation ability is 99.80%; 71.02% and 90.61% respectively. Then a biodegradable analysis was carried out which showed that MES and detergent nanofluid acted as a substrate (bacterial nutrient source) with bacterial growth for 10 days reached 27.58% and 57.9% respectively.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Sofa Khodi
"Kombinasi TiO2 dan PalmPAS sebagai detergen yang stabil untuk mengangkat dan mendegradasi kotoran berupa methylene blue serta menghasilkan limbah hasil pencucian dengan PalmPAS pada air sadah telah dilakukan. Penelitian dilakukan dengan memvariasikan komposisi PalmPAS dan TiO2 dengan pengaturan pH dan proses sonikasi. Semua variasi yang dibuat menunjukkan kestabilan yang baik. Laju pengendapan TiO2 dalam detergen dibawah 1% selama 3 jam dan penurunan konsentrasi PalmPAS dibawah 2 % selama 14 hari. Komposisi optimum yang didapat adalah 0.1% TiO2-0.4% PalmPAS dengan pengangkatan kotoran sebesar 82% dan degradasi kotoran sebesar 92%. Pengujian pada air sadah dengan konsentrasi ion Ca2+ 20-60 ppm menyebabkan penurunan penangkatan kotoran sebesar 20-51% dan penurunan degradasi kotoran sebesar 33-43%.

Combination of TiO2 and PalmPAS as a stable detergent to remove and degradate methylene blue as dirt and produce a clean waste with minimum concentration of PalmPAS has been investigated. The research varies PalmPAS dan TiO2 concentration with pH adjustment and sonication process. All the variation exhibits good stability. Precipitation rate of TiO2 is below 1% after 3 hours preparation and the decrease in PalmPAS concentration is below2% after 14 days preparation. 0,1% TiO2-0,4% PalmPAS shows the most optimum concentration that have detergency up to 82% of the dirt and degrade 92% of the dirt. Detergent performance in hardness water with ion Ca2+ concentration from 20 to 60 ppm decreases the detergency of dirt by 20-51% and also decrease the dirt degradation by 33-43%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59254
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elia Tugimin
"Graphene oxide (GO) adalah graphene teroksidasi yang memiliki ikatan dan gugus fungsi. GO memiliki konduktivitas termal yang baik sehingga dapat digunakan dalam aplikasi perpindahan panas, salah satunya nanofluida. Gugus fungsi O pada graphene oxide membuat sifatnya menjadi hidrofilik untuk dispersi terhadap media larutan cair, sehingga dapat diaplikasikan sebagai media quenching. Dalam penelitian ini graphene oxide dikarakterisasi menggunakan Energy Dispersive Spectroscopy (EDS) dan Scanning Electron Microscope (SEM) untuk mengetahui kandungan unsur dan morfologi dari GO. Nanofluida berbasis GO disintesis dengan konsentrasi GO sebesar 0,01%, 0,03% dan 0,05% dengan menambahkan surfaktan Sodium Dodecyl Benzene Sulfonate (SDBS) sebanyak 0%, 3%, 5% dan 7% pada fluida dasar air distilasi. Nanofluida yang diperoleh diultrasonifikasikan selama 15 menit kemudian dilakukan pengujian konduktivitas termal dan zeta potensial. Setelah itu dilakukan proses quenching menggunakan baja S45C dengan nanofluida sebagai media quench dengan suhu austenisasi 900oC dengan waktu tahan selama 1 jam, kemudian dilakukan pengujian metalografi dan kekerasan. Hasil karakterisasi GO menunjukan terdapat gugus O dan hasil pengujian konduktivitas termal menunjukan bahwa nilai konduktivitas termal menurun seiring dengan peningkatan kadar GO dan surfaktan SDBS dan kekerasan optmal baja S45C hasil quenching terdapat pada konsentrasi nanofluida GO 0.05% dan SDBS 5% dengan nilai kekerasan sebesar 48 HRC.

Graphene oxide (GO) is a graphene that has been oxidized and has bonds and functional groups. GO has a high thermal conductivity so that it can be used in heat transfer applications, one of which is nanofluids. The O functional group in graphene oxide makes it hydrophilic for dispersion on liquid solution media, so it can be applied as a quenching medium. In this study, graphene oxide was characterized using Energy Dispersive Spectroscopy (EDS) and Scanning Electron Microscope (SEM) to determine the elemental content and morphology of GO. GO-based nanofluids were synthesized with GO concentrations of 0.01%, 0.03% and 0.05% by adding the surfactant Sodium Dodecyl Benzene Sulfonate (SDBS) as much as 0%, 3%, 5% and 7% in distilled water base fluid. The obtained nanofluids was ultrasonified for 15 minutes and then tested for thermal conductivity and zeta potential. After that, the quenching process was carried out using S45C steel with nanofluids as the quenching medium with an austenizing temperature of 900oC with a holding time of 1 hour, then metallographic and hardness tests were performed. The results of GO characterization showed that there was an O group and the results of the thermal conductivity test showed that the value of the thermal conductivity decreased with increasing levels of GO and SDBS surfactant and optmal hardness value of S45C steel as a result of quenching is found in nanofluids concentration of 0.05% GO and 5% SDBS with a hardness value of 48 HRC."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Triyogo Adiwibowo
"Rekayasa detergen nanofluida berbasis surfaktan palmPAS dan seng oksida telah dilakukan. Nanopartikel seng oksida ZnO disintesis menggunakan metode solochemical dengan rasio mol ZnCl2:NaOH 1:2 dan 1:3. ZnO yang dihasilkan dikarakterisasi melalui analisis XRD dan FESEM-EDX. Detergen nanofluida disintesis dengan mendispersikan nanopartikel ZnO dalam larutan palmPAS palm oil-based primary alkyl sulfates . CMC carboxymethyl cellulose juga ditambahkan ke dalam detergen sebagai penstabil detergen. Kestabilan dan kinerja detergen kemudian dievaluasi. Kinerja detergen dievaluasi sebagai uji pengangkatan kotoran dan uji degradasi kotoran.
Hasil dari penelitian ini menunjukan penggunaan ZnO yang disintesis dengan rasio ZnCl2:NaOH 1:3 memiliki kestabilan lebih baik dibandingkan dengan rasio ZnCl2:NaOH 1:2 dengan tingkat kestabilan 80 setelah 3 jam. Detergen palmPAS-ZnO dengan konsentrasi palmPAS 1,5 dan ZnO 0,1 memiliki kinerja pengangkatan kotoran hingga 90 sedangkan untuk detergen tanpa penambahan ZnO hanya mencapai 86 pada uji pengangkatan kotoran. Dalam uji degradasi kotoran, kinerja detergen ini dapat ditingkatkan hingga 92 . Detergen dengan kestabilan terbaik adalah 0,1 ZnO, 1,2 surfaktan palmPAS, 6 CMC, dan 92,7 air. Detergen ini memiliki kinerja pengangkatan kotoran sebesar 76 pada uji pengangkatan kotoran dan 83 pada uji degradasi kotoran.

Modification of nanofluid detergent from palmPAS surfactants and zinc oxide has been investigated. Zinc oxide ZnO nanoparticles were synthesized by a solochemical method with a mole ratio of ZnCl2 NaOH 1 2 and 1 3. The synthesized nanoparticles were characterized by XRD and FESEM EDX analysis. Nanofluid detergent were synthesized by dispersing nanoparticles into palmPAS palm oil based primary alkyl sulfates surfactant solution. CMC carboxymethyl cellulose were added to the detergent as detergent stabilizer. Stability and detergency of the detergents were then evaluated. Detergency test was evaluated as stain removal test and stain degradation test.
This study shows that ZnO synthesized with ZnCl2 NaOH ratios of 1 3 has better stability compared to ZnO with ZnCl2 NaOH ratios of 1 2 and its stability reached 80 after 3 hours. A palmPAS ZnO detergent with a palmPAS concentration of 1.5 and 0.1 ZnO has a detergency up to 90 while for detergent without ZnO addition only reached 86 in the stain removal test. In stain degradation test, the detergent performance can be increased up to 92 . Detergent composition which showed the best stability was 1.2 palmPAS surfactant, 0,1 ZnO, 6 CMC, and 92.7 water with detergency of 76 on stain removal test and 83 on stain degradation test.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T51509
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dania Haidi Ramdhony
"Pada penelitian nanofluida yang dilakukan akhir-akhir ini molekul Carbon Nanotube (CNT) merupakan salah satu molekul nano yang sering digunakan, hal ini karena CNT memiliki nilai konduktivitas termal yang tinggi dan memiliki karakterisasi yang unggul, CNT sendiri dibagi menjadi dua jenis berlapisan tunggal atau single-walled CNT (SWCNT) dan multi-walled (MWCNT). Dalam penelitian ini menggunakan MWCNT as-received yang dikarakterisasi dengan menggunakan Energy Dispersive Spectroscopy (EDS) dan Scanning Electron Microscope (SEM). Nanofluida berbasis CNT disintesis dengan menambahkan konsentrasi CNT sebesar 0,1%, 0,3%, dan 0,5% serta surfaktan sodium dodecylbenzenesulfonate (SDBS) sebanyak 10%, 20%, dan 30% pada fluida dasar yaitu air distilasi yang kemudian didispersikan menggunakann alat ultrasonikasi selama 15 menit. Kemudian nanofluida akan dikarakterisasi nilai zeta potensial dan konduktivitas termalnya di suhu ruang (25oC). nanofluida sebanyak 100ml yang sudah dikarakterisasi kemudian akan digunakan untuk proses quenching atau perlakuan panas pada baja S45C, sebelumnya baja S45C sudah diaustenisasi di suhu 900oC. Baja S45C hasil perlakuan panas akan dikarakterisasi menggunakan mikroskop optik dan rockwell hardness C. Penambahan konsentrasi CNT tanpa surfaktan pada nanofluida menaikan konduktivitas termal nanofluida, namun penambahan surfaktan konsentrasi tinggi (10%, 20%, dan 30%) pada nanofluida menurunkan konduktivtas termal nanofluida. Nilai zeta potensial dari nanofluida meningkat seiring dengan bertambahnya konsentrasi surfaktan, zeta potensial dapat mengukur stabilitas nanofluida. Hubungan konduktivitas termal dan kekerasan baja S45C hasil perlakuan panas menggunakan nanofluida tidak dapat dihubungkan secara linier walaupun terlihat tren semakin tinggi konduktivitas termal, maka nilai kekerasan akan semakin tinggi. Hal tersebut terjadi karena proses perlakuan panas dilakukan di temperatur tinggi yang dapat mempengaruhi stabilitas nanofluida. Mikrostruktur Baja S45C hasil perlakuan panas dengan media quench dengan konsentrasi SDBS 0% hingga 10% memiliki mikrostruktur yang didominasi martensite, sedangkan untuk konsentrasi SDBS 20-30% mikrostruktur baja didominasi dengan pearlite, ferrite dan sedikit widmanstätten ferrite.

In recent nanofluid research, Carbon Nanotube (CNT) are one of the nano-molecules that are often used in studies, this is because CNT’s have a high thermal conductivity value and have superior characterization. There are two kinds of CNT, Single-walled CNT (SWCNT) and multi-walled (MWCNT). In this study, the as-received MWCNT is characterized by using Energy Dispersive Spectroscopy (EDS) and Scanning Electron Microscope (SEM). CNT-based nanofluids were synthesized by adding 0.1%, 0.3%, and 0.5% CNT and as much as 10%, 20%, and 30% surfactant sodium dodecylbenzenesulfonate (SDBS) in the base fluid, namely distilled water which was then dispersed. using ultrasonication tool for 15 minutes. Then the nanofluid will be characterized by its zeta potential value and thermal conductivity at room temperature (25oC). 100ml of nanofluid that has been characterized will then be used for the quenching process or heat treatment on S45C steel, previously S45C steel has been austenized at 900oC. Heat treated S45C steel will be characterized using an optical microscope and rockwell hardness C. The addition of CNT concentrations without surfactants in nanofluids increased the thermal conductivity of nanofluids, but the addition of high concentrations of surfactants (10%, 20%, and 30%) in nanofluids decreased the thermal conductivity of nanofluids. The zeta potential value of nanofluids increases with increasing surfactant concentration, the zeta potential can measure the stability of nanofluids. The relationship between thermal conductivity and hardness of the heat treated S45C steel cannot be linearly related, although the trend is that the higher the thermal conductivity, the higher the hardness value. This happens because the heat treatment process is carried out at high temperatures which can affect the stability of the nanofluid. The microstructure of the heat treated S45C steel with nanofluids quenchant with a concentration of 0% to 10% SDBS has a predominantly martensite microstructure, while for an SDBS 20-30% concentration the steel microstructure is dominated by pearlite, ferrite and a little widmanstätten ferrite."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Sugiyono
"Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji karakteristik kompon karet ban dalam sepeda dengan menggunakan bahan pelunak minyak minarek dan minyak kernel kelapa sawit. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RALF) dengan 2 (dua) faktor, yaitu konsentrasi minyak yang digunakan (5 phr, 10 phr dan 15 phr) dan jenis minyak sebagai bahan pelunak (minyak minarek dan minyak kernel kelapa sawit).
Hasil penelitian diperoleh untuk parameter kekerasan semua perlakuan tidak memenuhi persyaratan SNI ban dalam dari karet untuk sepeda motor (SNI 06-1542-1989), sedangkan parameter Tegangan putus dan Perpanjangan putus untuk semua perlakuan memenuhi persyaratan SNI ban dalam sepeda (SNI 06-7066-1989). Nilai tegangan putus untuk masing-masing perlakuan yaitu A1B1 = 109,67 kg/cm2, A1B2 = 108,67 kg/cm2, A2B1 = 123,33 kg/cm2, A2B2 = 120,67 kg/cm2, A3B1 = 142,33 kg/cm2, dan A3B3 = 141,33 kg/cm2. Nilai perpanjangan putus yaitu A1B1 = 640 %, A1B2 = 639 %, A2B1 = 675,33%, A2B2 = 668,67%, A3B1 = 691,67%, dan A3B3 = 685,33%."
Yogyakarta: Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik, 2016
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhil Muhammad
"Quenching adalah proses pemanasan logam hingga suhu austenisasi dan diikuti dengan proses pendinginan cepat untuk mendapatkan sifat material tertentu yang diinginkan. Media pendingin yang digunakan dapat disesuaikan berdasarkan sifat hardenability dari paduan logam, geometri sampel, dan ketebalan sampel. Beberapa di antaranya memerlukan laju pendinginan yang spesifik untuk mendapatkan mikrostruktur dan sifat material yang diinginkan. Salah satu media pendingin yang digunakan adalah nanofluida yang merupakan campuran antara fluida dasar dan suatu partikel tertentu . Penambahan surfaktan diperlukan untuk menstabilkan partikel yang terdispersi dalam nanofluida. Dalam penelitian ini, serbuk TiO2 berukuran nano digunakan sebagai partikel yang ditambahkan kedalam fluida dasar dengan penambahan tiga jenis surfaktan yang berbeda. Pengujian Field Emission Scanning Electron Microscopy (FE-SEM), Energy Dispersive X-Ray (EDX), Zeta Potensial dan Konduktivitas Termal dilakukan untuk menentukan ukuran partikel, morfologi partikel,perubahan permukaan partikel, tingkat kestabilan partikel dan nilai konduktivitas termal dari larutan. Pengamatan awal oleh FE-SEM dan EDX menunjukkan bahwa ukuran partikel setelah penggilingan sekitar 21 nm, dan bebas dari kotoran. Kandungan nanopartikel TiO2 dalam media quench nanofluid yang digunakan untuk penelitian ini adalah 0,5% dari total volume nanofluida, dan konsentrasi surfaktan yang ditambahkan pada setiap media pendingin adalah 1%, 2% 3%, 4% dan 5% untuk setiap jenis surfaktan. Selanjutnya, media pendingin ini digunakan untuk mendinginkan sampel baja karbon JIS S45C yang dipanaskan pada suhu 1000 ° C selama 1 jam. Pengamatan metalografi dan pengujian kekerasan pada baja dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari media pendingin yang memiliki jenis dan konsentrasi surfaktan yang berbeda-beda. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa penambahan konsentrasi 2% CTAB sebagai surfaktan kationik menghasilkan nilai konduktivitas termal larutan nanofluida yang optimum serta nilai kekesaran sampel baja S45C yang didinginkan dengan larutan tersebut memiliki nilai kekerasan yang tertinggi.

Quenching is the soaking of a metal at a high temperature, above the recrystallization phase, followed by a rapid cooling process to obtain certain desirable material properties. The choice of quench mediums based on the hardenability of the metal alloy, the geometry of the component, and the thickness of the component. Some of these need specific cooling rate to obtain the desired microstructure and material properties. Recently, nanofluid as a quench medium has been studied using several different fluid as the base. Furthermore, surfactant is added to stabilize the suspended particle in nanofluid. In this research, laboratory-grade TiO2 powder were used as nanoparticle with three different types of surfactant.. Field Emission Scanning Electron Microscope (FE-SEM), and Energy Dispersive X-Ray (EDX) measurement were carried out to determine the particle size, material identification, particle morphology, and surface change of samples. Zeta potential and thermal conductivity measurement were used to determine level of solution stability and thermal conductivity value of nanofluid. TiO2 nanoparticle content in nanofluid quench mediums used for this study was 0.5% of the total volume of the nanofluid, and the amount surfactant added on each medium were 1%, 2% 3%,4% and 5% for each type of surfactant. Furthermore, these mediums were used to quench JIS S45C carbon steel samples which annealed at 1000°C for 1 hour. Metallography observation and hardness testing were then conducted to find out the effect of different quench medium in steel samples. The results showed that the addition of 2% CTAB concentration as a cationic surfactant produced the optimum thermal conductivity value of the nanofluid solution and the hardness of the S45C steel sample cooled with that solution had the highest hardness value."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Resi Levi Permadani
"ABSTRAK
Pada penelitian ini, detergen cair dalam bentuk nanofluida disintesis dari surfaktan MES dan nanopartikel TiO2. Selain itu, dilakukan juga penambahan CMC carboxymethyl cellulose sebagai penstabil detergen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh detergen ramah lingkungan dengan stabilitas dan kinerja yang optimum. Surfaktan MES disintesis dari minyak goreng bekas melalui proses pretreatment, transesterifikasi, dan sulfonasi yang dilanjutkan dengan tahap pemurnian dan netralisasi. Kemudian dilakukan sintesis detergen dengan variasi konsentrasi surfaktan MES dan CMC untuk mendapatkan komposisi optimum dari detergen nanofluida dengan konsentrasi TiO2 konstan sebesar 0,1 . Hasil menunjukkan bahwa minyak goreng bekas hasil pretreatment telah memenuhi kriteria untuk dapat dilangsungkan proses transesterifikasi. Pada proses transesterifikasi, yield metil ester tertinggi sekitar 96 diperoleh pada rasio mol minyak dan metanol sebesar 1:9. pH netralisasi optimum untuk proses sulfonasi adalah pada pH 7 dengan kandungan disalt sebesar 4,8 dan nilai tegangan permukaan terendah sebesar 32,4 mN/m. Analisis stabilitas detergen menunjukkan pada konsentrasi surfaktan MES 1,5 , diperoleh kestabilan terbaik mencapai 99 dan setelah penambahan CMC sebesar 4 , tidak terjadi pengendapan selama dua minggu pengamatan. Kinerja detergen dianalisis berdasarkan kemampuan detergen dalam mengangkat dan mendegradasi kotoran. Pada konsentrasi surfaktan MES 1,5 memiliki kemampuan dalam mengangkat kotoran terbaik dan tegangan permukaan terendah sebesar 32,8 dyne/cm. Setelah dilakukan penambahan CMC 4 , kemampuannya meningkat sebesar 14 . Pada uji degradasi kotoran, kinerja detergen dapat ditingkatkan dengan reaksi fotokatalisis TiO2 yang masing-masing meningkat sebesar 11 dan setelah penambahan CMC menjadi sebesar 5.

ABSTRACT
In this study, liquid detergent in the form of nanofluid was synthesized from MES surfactant and titanium dioxide nanoparticles. On the other hand, the addition of CMC carboxymethyl cellulose was done to improve detergent stability. The purpose of this study was to obtain an eco friendly detergent with optimum stability and performance. MES surfactant was synthesized from waste cooking oil WCO through pretreatment, transesterification and sulfonation process followed by purification and neutralization step. Then synthesis of detergent was done with concentration of MES surfactant and CMC were varied to achieve optimum composition of nanofluid detergent while TiO2 concentration was kept at 0.1 . The results showed that after pretreatment, WCO has fulfilled the criteria for transesterification process. In the transesterification process, the highest yield of methyl ester about 96 was obtained at mole ratio of oil and methanol 1 9. The optimum condition of pH neutralization after sulfonation process at pH 7 with disalt content of 4.8 and lowest surface tension value, 32.4 mN m. The analysis of detergent stability showed at MES surfactant concentration of 1.5 , detergent had the best stability about 99 and after addition of CMC 4 , no sedimentation occurred within two weeks. Performance test were studied by stain removal test and stain degradation test. At MES concentration of 1.5 has the best performance for stain removal and the lowest surface tension value, 32.8 dyne cm. After the addition of CMC 4 , detergent performance increased about 14 . While stain degradation test showed that detergent performance can be improved by TiO2 photocatalytic reaction, which respectively increased about 11 and after the addition of CMC increased 5 ."
2018
T51505
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhityo Nugroho Edisworo
"Studi prihal pengaruh surfaktan anionik terhadap interaksi permukaan minyak dan air dilakukan dengan cara membandingkan volume segmen-segmen dua buah tetesan yang terbuat dari dua bahan yang berbeda yaitu larutan sodium dodesil sulfat 0.01 molar dan air suling. Penelitian ini dilakukan didalam tabung yang terbuat dari plexiglass yang dirancang oleh penulis bersama tim. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yang pertama adalah perancangan tabung percobaan dan fabrikasi tabung percobaan. Tahap kedua adalah pemilihan bahan kimia yang cocok dan di tahap kedua ini percobaan surfaktan anionik dilakukan. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air suling, minyak paraffin, dan sodium dodesil sulfat. Tabung yang digunakan dalam percobaan ini terbuatdari plexiglass dan memiliki penampang tampak atas berbentuk bujur sangkar untuk meminimalisasi distorsi foto kedua jenis tetesan.
Penelitian ini menemukan bahwa sodium dodesil sulfat dengan konsentrasi 0.01 molar mampu menurunkan tegangan permikaan tetesan air suling sehingga menghasilkan bentuk tetesan yang ellipsoid. Lebih lagi, sifat amfifilik yang dimiliki oleh sodium dodesil sulfat diperkuat kecendrungan lipofiliknya untuk menempel pada minyak paraffin karena bertambahnya luas penampang tetesan yang semula berbentuk bola menjadi ellipsoid akibat berkurangnya tegangan permukaan tetesan. Rasio volume segmen-segmen kedua tetesan menunjukkan bahwa sodium dodesil sulfat memiliki kecendrungan untuk sedikit lebih lipofilik daripada hidrofilik.

The study of the influence of anionic surface active agent (surfactant) on the interactions between oil and water interfaces was done by comparing the volumes of droplet which were divided into segments in a controlled environment using a column designed by the team. The experiment involves two phases; the first were column design and fabrication while the next were the selection of suitable chemicals and the commencement of the anionic surface active agent experiment. The substances used in this experiment were deionised water, paraffin oil, and sodium dodecyl sulphate 0.01 molar solution. The column was made of plexiglass with rectangular cross-section to minimise optical distortion of the droplet image.
It was found that sodium dodecyl sulphate solution reduces the surface tension of deionised water of droplet resulting in an ellipsoid shaped droplet. In addition to the amphiphilic nature of sodium dodecyl sulphate; the ellipsoid shape of sodium dodecyl sulphate droplet caused by the reduced surface tension has greater surface area compared to the spherical deionised water droplet which further increased its affinity toward paraffin oil. The volumetric ratio of the droplet segments suggest that sodium dodecyl sulphate has a slight tendency to be more lipophilic that hydrophilic.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55061
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardina Ayu Wulandari
"Biodiesel merupakan salah satu energi alternatif terbarukan yang berasal dari bahan bakar fosil biologis. Biodiesel memiliki sifat mudah teroksidasi sehingga biodiesel mengalami Penurunan kualitas. Beberapa antioksidan digunakan untuk meningkatkan stabilitas biodiesel. PY adalah aditif antioksidan yang paling efektif. Tapi PY \dan biodiesel memiliki polaritas yang berbeda sehingga tidak dapat terdistribusi dengan baik. Beberapa penelitian telah dilakukan dengan menggunakan kombinasi biner dari berbagai antioksidan. Upaya lain dilakukan dengan menambahkan surfaktan. Pada penelitian ini dilakukan penambahan surfaktan Dalam campuran antioksidan biner PY dan TBHQ, surfaktan yang ditambahkan adalah SMO dan GMS dengan variasi konsentrasi 200, 400 dan 600 ppm. Tes dispersi menunjukkan bahwa surfaktan dapat meningkatkan dispersi antioksidan biner dalam
biodiesel. Peningkatan dispersi antioksidan dapat meningkatkan stabilitas oksidasi dibuktikan dengan peningkatan dispersi antioksidan 0,06% mampu meningkatkan periode induksi 2,44 jam. Penambahan surfaktan lebih dari 200 ppm terbukti menimbulkan endapan coklat tua. Komposisi optimal diperoleh pada penambahan surfaktan SMO dengan konsentrasi 200 ppm dengan periode induksi 39,74 jam dan komposisi tidak menimbulkan sedimen. Peningkatan stabilitas oksidasi biodiesel disebabkan oleh peningkatan dispersi disebabkan oleh peningkatan dispersi antioksidan karena interaksi sinergis antara PY, TBHQ dan SMO dibuktikan dengan adanya gugus C=O melalui uji FTIR
Biodiesel is a renewable alternative energy derived from biological fossil fuels. Biodiesel has the property of being easily oxidized so that biodiesel has decreased in quality. Several antioxidants are used to increase the stability of biodiesel. PY is the most effective antioxidant additive. But PY \ and biodiesel have different polarities so they can't be distributed properly. Several studies have been conducted using binary combinations of various antioxidants. Another attempt was made by adding surfactants. In this study, surfactant was added. In a mixture of binary antioxidants PY and TBHQ, the surfactants added were SMO and GMS with varying concentrations of 200, 400 and 600 ppm. Dispersion tests showed that surfactants could increase the dispersion of binary antioxidants in biodiesel. Increasing antioxidant dispersion can increase oxidation stability as evidenced by an increase in antioxidant dispersion of 0.06% which can increase the induction period of 2.44 hours. The addition of surfactants of more than 200 ppm was proven to cause dark brown deposits. The optimal composition was obtained by adding SMO surfactant with a concentration of 200 ppm with an induction period of 39.74 hours and the composition did not cause sediment. The increase in the oxidation stability of biodiesel was caused by the increase in dispersion caused by the increase in antioxidant dispersion due to the synergistic interaction between PY, TBHQ and SMO as evidenced by the presence of C=O groups through the FTIR test."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>