Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 182080 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Meidina Sekar Nadisti
"Limbah pewarna adalah limbah cair yang banyak ditemukan di industri tekstil dan tergolong berbahaya karena dapat mengakibatkan penyakit kulit dan menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem air. AOP/Advanced Oxidation Process adalah teknik degradasi limbah dengan proses oksidasi tingkat lanjut melalui pembentukan radikal hidroksil bull;OH. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja teknik ozonasi tunggal dan AOP O3/UV/H2O2 dalam mendegradasi limbah salah satu pewarna tekstil, yaitu remazol blue. Kondisi operasi terbaik diperoleh dengan laju alir cair 0,25 L/menit, laju alir udara total 10 L/menit Qg1 = 4 L/menit dan Qg2 = 6 L/menit, dan pH 11. Degradasi limbah pewarna mencapai 99,70 pada teknik ozonasi tunggal dan 99,99 pada teknik AOP, dimana penambahan UV dan H2O2 dapat meningkatkan produksi OH radikal hingga 4,6 kali lipat sehingga persentase degradasi remazol blue lebih tinggi. Nilai COD pada teknik AOP berhasil turun menjadi 30,88 mg/L dan pada teknik ozonasi tunggal menjadi 12 mg/L, dimana kedua teknik telah memenuhi baku mutu berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2014.

Dye waste is a liquid waste found in many textile industries and classified as dangerous because it can cause skin diseases and imbalance of water ecosystems. AOP Advanced Oxidation Process is a waste degradation technique with oxidation process through the formation of hydroxyl radical bull OH. This study aims to evaluate the performance of a single ozonation technique and AOP O3 UV H2O2 in degrading one of the textile dye wastes, remazol blue. The best operating conditions were obtained with a liquid flow rate of 0.25 L min, a total airflow rate of 10 L min Qg1 4 L min and Qg2 6 L min, and pH 11. Dye degradation achieved in single ozonation technique is 99,70 and 99,99 in AOP technique, where the addition of UV and H2O2 can increase radical hydroxyl production up to 4.6 times so that the percentage of remazol blue degradation is higher. The value of COD in AOP has decreased to 30.88 mg L while in a single ozonation has decreased to 12 mg L, both of which are already met the government quality standard under Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.5 Tahun 2014."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeremia Aledakruistan Japp
"Metode degradasi limbah cair menggunakan reaktor ozonasi injeksi berganda microbubble dan nanobubble adalah teknik pengolahan limbah tekstil yang berpotensi besar untuk dikembangkan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kinerja reaktor ozonasi injeksi berganda microbubble dan nanobubble dalam mengolah limbah cair Remazol biru dan memperoleh kondisi operasi optimum degradasi limbah. Degradasi limbah cair dilakukan dengan proses ozonasi, di mana limbah yang disirkulasikan ke dalam reaktor menggunakan pompa akan didegradasi oleh ozon yang diinjeksikan melalui nosel nanobubble dan microbubble. Variabel tetap dalam penelitian ini adalah volume limbah cair sebanyak 20 L, konsentrasi limbah cair sebesar 100 ppm, dan pH 5. Variabel bebas yang divariasikan adalah laju alir limbah cair, laju alir udara yang diinjeksikan, jenis fluida gas yang diumpankan, dan metode injeksi ozon yang digunakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa degradasi RBB-R optimum didapatkan pada kondisi tegangan pompa 10 V, laju alir gas 4 L/menit, jenis fluida gas oksigen, dan metode injeksi ozon ganda, yaitu sebesar 97,22%. Selain itu, total COD yang berhasil disisihkan menggunakan metode ini adalah sebesar 55,8 mg/L, kadar warna (Pt-Co) yang disisihkan sebesar 741,41 mg/L (89,26%), kandungan nitrat yang dihasilkan sebesar 88,55 mg/L, dan konsentrasi ozon terlarut dalam air mencapai 0,3896 mg/L.

Liquid waste degradation using ozone microbubble and nanobubble reactor with double injections is a method with great potential to be developed. This experiment aims to test the performance of ozone microbubble and nanobubble reactor with double injection system in treating Remazol Blue waste and obtain its optimum operating conditions. Degradation is carried out by ozonation, in which liquid waste circulated into the reactor using a pump is degraded by ozone injected through the nanobubble and microbubble nozzles. The controlled variables in this experiment are the liquid waste volume of 20 L, liquid waste concentration of 100 ppm, and a pH of 5. The independent variables manipulated in this experiment are the flow rate of liquid waste, flow rate of air injected, type of gas injected, and method of ozonation used. The results showed that the optimum degradation of RBB-R was obtained under conditions of 10 V pump voltage, 4 L/minute gas flow rate, oxygen gas, and double injection method, which was 97.22%. The total COD removed was 55.8 mg/L, the color (Pt-Co) removed was 741.41 mg/L (89.26%), the nitrate produced was 88.55 mg/L, and the concentration of dissolved ozone was 0.3896 mg/L."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Vania Ghaisani
"Senyawa fenol merupakan polutan berbahaya karena sifatnya yang beracun, korosif, dan karsinogenik. Senyawa ini banyak ditemukan dalam limbah cair industri yang jika dibuang langsung ke lingkungan tanpa pengolahan terlebih dahulu dapat memberi dampak yang sangat buruk pada lingkungan, yaitu menghambat aktivitas biota akuatik dan dapat mengakibatkan gangguan kesehatan pada tubuh. Teknologi ozonasi merupakan teknologi yang ramah lingkungan dan efektif untuk pengolahan limbah cair karena karakteristik ozon yang akan terdekomposisi dalam air membentuk oksidator-oksidator kuat, seperti radikal hidroksil. Selain itu, dilakukan pengembangan dengan teknologi ozonasi katalitik untuk mempercepat dekomposisi ozon menjadi radikal hidroksil yang memaksimalkan degradasi fenol. Pada penelitian ini, digunakan katalis ferolit karena memiliki efektivitas katalitik yang baik serta ketersediaannya yang banyak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk untuk membandingkan efektivitas teknik ozonasi katalitik dengan teknik ozonasi tunggal untuk proses degradasi senyawa fenol dalam reaktor kolom gelembung. Variasi yang digunakan berupa laju alir udara (8, 10 , 12 L/menit) dan laju alir limbah (255, 405, 495 mL/menit) pada teknik ozonasi, serta variasi massa katalis (50, 100, 200 g) pada teknik ozonasi katalitik. Titik optimal didapatkan dengan persentase degradasi mencapai 99,48% dan penurunan COD sebesar 74,01% pada teknik ozonasi dengan kondisi operasi pH awal limbah 12, laju alir udara 10 L/menit, dan laju alir limbah 495 mL/menit. Adapun dengan penambahan 200 g katalis ferolit pada teknik ozonasi katalitik, diperoleh hasil persentase degradasi sebesar 99,12% dan penurunan COD sebesar 40,17%. Dengan demikian, kehadiran ferolit memengaruhi kinerja proses ozonasi dengan efektivitas yang lebih rendah dibandingkan dengan ozonasi non-katalitik.

Phenol compound is dangerous pollutants due to its toxicity, corrosivity, and carcinogenic effects. This compound is found in industrial wastewater which has adverse effects on the environment if discharged directly without treatment, such as inhibits the activity of aquatic biota and cause health problems in the body. Ozonation technology is an environmentally friendly and effective technology for wastewater treatment due to ozone characteristics which decompose in water to form strong oxidizers, such as hydroxyl radicals. In addition, it is improved with catalytic ozonation technology to accelerate ozone decomposition into hydroxyl radicals which maximize phenol degradation. In this study, the catalyst used is ferrolite due to its good catalytic effectiveness and has large availability. This study aims to compare the effectiveness of catalytic ozonation technique with a single ozonation technique for the degradation of phenol compounds in bubble column reactors. Variations used in this study are air flow rate (8, 10, 12 L/min) and waste flow rate (255, 405, 495 mL/min) in the ozonation technique, as well as variations in catalyst mass (50, 100, 200 g) on catalytic ozonation technique. The optimal condition is obtained by degradation percentage reached 99,48% and COD reduction of 74,01% in ozonation technique evaluating with operating conditions of initial waste pH of 12, air flow rate of 10 L/min, and waste flow rate of 495 mL/min. As for the addition of 200 g ferrolite to catalytic ozonation technique, the results showed the degradation percentage of 99,12% and COD reduction was 40,17%. Thus, the presence of ferrolite affected ozonation process performance with a lower effectiveness compared to non-catalytic ozonation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zakki Rosmi Mubarok
"Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi polutan dalam perairan yang salah satunya disebabkan oleh limbah cair tekstil dengan menggunakan teknik ozonasi katalitik. Digunakan UV254nm dan katalis GAC (Granular Carbon Active) batok kelapa serta batu bara yang akan meningkatkan prosentase penyisihan fenol dan turunannya dalam limbah cair industri tekstil. Perlakuan terbaik untuk penggunaan GAC batok kelapa adalah konfigurasi ozon+GAC100+UV dengan prosentase penyisihan fenol sebesar 95,87%, TOC 29,49% (dari 50,53 mg/L menjadi 35,6 mg/L), dan penyisihan COD 59,46% sedangkan ozon+GAC100 lebih rendah dengan penyisihan fenol sebesar 78,07%, TOC 13,39%, dan COD 58,97%. Sedangkan perlakuan terbaik untuk penggunaan GAC batu bara adalah konfigurasi ozon+GACC50+UV dengan prosentase penyisihan fenol sebesar 88,56%, TOC 32,52% (dari 50,53 mg/L menjadi 34,1 mg/L), dan penyisihan COD 59,63% sedangkan ozon+GACC50 lebih rendah dengan penyisihan fenol sebesar 78,07%, TOC 19,06%, dan COD 57,89%.

The research goal is decreasing water pollution using catalytic ozonation technique because of textile effluent. Adding UV254nm with GAC (Granular Carbon Active) coconut and charcoal in configuration will increase percentage phenol elimination and derivate in textile effluent which got sedimentation tank (active sludge treatment). The result for GAC coconut is ozon+GAC100+UV configuration with percentage phenol elimination 95,87%, TOC 29,49% (from 50,53 mg/L into 35,6 mg/L), and COD 59,46%. In other hand, ozon+GAC100 configuration lower than adding UV with percentage phenol elimination 78,07%, TOC 13,39%, and COD 58,97%. another GAC (charcoal) had a best result is ozon+GACC50+UV with percentage phenol elimination 88,56%, TOC 32,52% (from 50,53 mg/L into 34,1 mg/L), and COD 59,63%. In the fact, without adding UV, ozon+GACC50 has less percentage phenol elimination 78,07%, TOC 19,06%, dan COD 57,89%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T44491
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Alem Sinatrya
"Dalam rangka pemenuhan tujuan pengembangan tata kelola air berdasarkan Rencana Induk Master Plan Kampus Baru UI Depok serta konservasi air dalam peningkatan kinerja sumber daya air, kualitas air Danau Mahoni harus memenuhi standar baku mutu Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 kelas II untuk air danau. Studi ini dilakukan dengan maksud untuk menganalisis kondisi eksisting beban pencemar organik Danau Mahoni, mengembangkan model terkait pembebanan IPAL pencemar dan memprediksikan pembebanan organik IPAL tersebut sesuai dengan skenario yang digunakan. Salah satu variabel yang paling umum digunakan untuk menggambarkan kualitas badan air adalah Dissolved Oxygen (DO) dan jumlah material organik, yang biasa direpresentasikan dalam parameter Biochemical Oxygen Demand (BOD) dan Chemical Oxygen Demand (COD). Parameter ini diukur dengan pengujian lab dan disimulasikan dalam sistem dinamis menggunakan software Vensim. Berdasarkan pengujian sampel yang telah dilakukan, konsentrasi DO telah memenuhi baku mutu dengan rentang nilai 4,1 – 6,2 mg/L, konsentrasi BOD belum memenuhi baku mutu dengan rentang nilai 5,16 – 8,76 mg/L dan konsentrasi COD belum memenuhi baku mutu di beberapa waktu pengambilan sampel dengan rentang nilai 21 – 31 mg/L. Berdasarkan hasil simulasi kondisi eksisting, konsentrasi DO mengalami fluktuasi dan mencapai keadaan steady state pada konsentrasi 5 mg/L, konsentrasi BOD mengalami fluktuasi dan mencapai keadaan steady state pada konsentrasi 6,71 mg/L dan konsentrasi COD mengalami penurunan dan mencapai keadaan steady state pada konsentrasi 15 mg/L. Berdasarkan hasil validasi model, tingkat akurasi model terhadap sistem nyata termasuk ke dalam kategori baik. Terdapat 2 skenario yang disimulasikan untuk meningkatkan kualitas air Danau Mahoni hingga memenuhi standar baku mutu DO, BOD dan COD untuk air danau. Skenario 1 mengaplikasikan IPAL di setiap fakultas sesuai dengan karakteristik pencemarnya dan Skenario 2 mengaplikasikan IPAL seperti Skenario 1 ditambah floating constructed wetland pada Danau Mahoni. Berdasarkan hasil simulasi kedua skenario, skenario yang memenuhi standar baku mutu DO, BOD dan COD air danau adalah Skenario 2.

To meet the objective of Universitas Indonesia New Campus Depok Master Plan water use as well as water conservation in improving the performance of water resources, Mahoni Lake water quality must meet the quality standards of Government Regulation No. 22 of 2021 class II for lake water. This study aims to analyze existing organic loading of Mahoni Lake, develop WWTP loading model and predict organic loading on used scenario. The variables that’s commonly used to represent water quality is Dissolved Oxygen (DO) and the amount of organic matter, represented in form of Biochemical Oxygen Demand (BOD) and Chemical Oxygen Demand (COD). These parameters are measured by lab testing and simulated in a dynamic system using Vensim software. Based on the tests, the DO concentration has met the quality standard with the value between 4,1 – 6,2 mg/L, the BOD concentration has not met the quality standard with the value between 5,16 – 8,76 mg/L and the COD concentration has not met the quality standard in several sampling times with the value between 21 – 31 mg/L. Based on the simulation, DO concentration fluctuated and reached a steady state at 5 mg/L, the BOD concentration fluctuated and reached a steady state at 6,71 mg/L and the COD concentration decline and reached a steady state at 15 mg/L. Based on model validation, the level of accuracy of the model on the real system is good. Two scenarios are simulated to improve the water quality of Mahoni Lake to meet the DO, BOD and COD quality standards for lake water. Scenario 1 applies WWTP in each faculty based on the characteristics of the pollutant and Scenario 2 applies WWTP as Scenario 1 and floating constructed wetland in Mahoni Lake. Based on the results of the scenario simulation, the scenario that meets the DO, BOD and COD quality standards for lake water is Scenario 2."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kara Carolluna
"

Peningkatan efisiensi penggunaan air secara signifikan dan meminimalkan pelepasan polutan dan bahan kimia yang berbahaya merupakan salah satu agenda tiap negara yang perlu dicapai pada 2030. Air limbah domestik dengan fosfat yang berlebih membuat kadar oksigen terlarut berkurang dan terciptanya kondisi anoksik pada badan air karena eutrofikasi. Penelitian ini ditujukan untuk menganalisis proses dan kondisi optimum presipitasi fosfat pada air limbah domestik dengan menggunakan kalsium dari abu lumpur aktif pada keadaan ideal serta memperoleh nilai koefisien laju reaksinya. Variasi konsentrasi optimum diperoleh dari analisis Visual-MINTEQ dengan memasukan data tipikal kalsium, fosfat, pH, dan suhu. Analisis presipitasi reaktor batch dengan variasi konsentrasi kalsium abu lumpur aktif pada skala laboratorium dilakukan dalam mengidentifikasi konsentrasi pengurangan fosfat dengan metode spektrofotometri menggunakan spektrofotometer DR2000. Sebanyak 30,86% komponen anorganik lumpur aktif dan 5450,6 mg/kg abu lumpur aktif yang menjadi karakteristik sampel lumpur aktif yang digunakan. Data laboratorium menunjukkan bahwa penyisihan fosfat optimum pada air limbah dengan pH 6,8 yang mengandung 7,79 mg TP/L dibutuhkan 70 mg/L kalsium abu lumpur aktif atau setara dengan 6,4 gram abu lumpur aktif. Intervensi kandungan organik, senyawa ligan, zat tersuspensi (TSS), karbonat, dan logam, seperti Al (81700 mg/kg) dan Fe (65500 mg/kg) berdampak pada pengikatan fosfat oleh kalsium karena faktor produk reaksi dan pH yang dapat mengurangi pembetukan Ca-P. Permodelan reaksi memperoleh koefisien laju reaksi terbesar pada reaktor dengan kalsium paling banyak (k = 0,00692/menit) yang dilakukan pada 2 reaktor seri sebagai desain paling efisien. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi kalsium abu lumpur aktif, semakin besar penyisihan fosfat dan koefisien laju reaksinya dengan mempertimbangkan intervensi dari kandungan organik, TSS, senyawa ligan air limbah domestik serta kandungan logam pada abu lumpur aktif.


Significantly increasing the efficiency of water use and minimizing the release of harmful pollutants and chemicals is one of the agendas of each country that needs to be achieved by 2030. Domestic wastewater with excess phosphate reduces dissolved oxygen levels and creates anoxic conditions in water bodies due to eutrophication. This study aims to analyze the process and optimum conditions for phosphate precipitation in municipal wastewater using calcium from activated sludge ash under ideal conditions and obtain the value of the reaction rate coefficient. Optimum concentration variations were obtained from Visual-MINTEQ analysis by entering data on typical calcium, phosphate, pH, and temperature. Batch reactor precipitation analysis with varying concentrations of activated sludge calcium ash on a laboratory scale was carried out in identifying the concentration of phosphate reduction by spectrophotometric method using a DR2000 spectrophotometer. As much as 30.86% of the inorganic component of activated sludge and 5450.6 mg/kg of activated sludge ash which is characteristic of the activated sludge samples used. Laboratory data shows that the optimum phosphate removal in wastewater with a pH of 6.8 containing 7.79 mg TP/L requires 70 mg/L calcium activated sludge or equivalent to 6.4 grams of activated sludge ash. Intervention of organic compounds, ligand compounds, suspended matter (TSS), carbonates, and metals, such as Al (81700 mg/kg) and Fe (65500 mg/kg) has an impact on the binding of phosphate by calcium due to reaction product factors and pH which can reduce the formation of Stamp. The reaction modeling obtained the largest reaction rate coefficient in the reactor with the most calcium (k = 0.00692/minute) which was carried out in 2 series reactors as the most efficient design. The experimental results show that the higher the calcium concentration of activated sludge ash, the greater the phosphate removal and the reaction rate coefficient by considering the intervention of organic content, TSS, domestic wastewater ligand compounds and metal content in activated sludge ash.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Uly Amrina
"Sektor pengelolaan limbah domestik menghasilkan emisi GRK dalam jumlah signifikan. Pengelolaan air limbah di Indonesia didominasi dengan sistem on-site, akan tetapi minimnya studi mengenai emisi GRK dari kegiatan pengelolaan limbah pada sistem on-site. Sehingga pemilihan sistem pengolahan air limbah menentukan besarnya emisi yang dihasilkan seperti metana (CH4), karbon dioksida (CO2) dan dinitrogen oksida (N2O).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa dan memproyeksi emisi gas rumah kaca dari skenario BAU dan tiga alternatif skenario dari kegiatan pengelolaan air limbah dengan sistem setempat (on-site) di Kota Depok periode 2017-2040, serta merekomendasikan skenario terbaik dan alternatif strategi untuk mencapai target skenario tersebut dengan analisa SWOT. Ruang lingkup yang dihitung meliputi proses pengolahan air limbah domestik, proses pengolahan lumpur, konsumsi bahan bakar untuk pengumpulan lumpur, dan kegiatan konsumsi listrik untuk operasional IPLT dengan menggunakan metode IPCC (2006) dan faktor emisi. Data didapatkan dari kegiatan operasional IPLT, wawancara dengan pihak terkait, dan juga data masterplan Kota Depok.
Total emisi yang dihasilkan pada tahun 2017 sebesar 232,45 Gg CO2eq, yang terdiri atas 232,39 Gg CO2eq emisi langsung dan 0,0662 Gg CO2eq emisi tidak langsung. Emisi tersebut meningkat sebesar 70,51% di tahun 2040 berdasarkan kondisi BAU. Studi ini menunjukan bahwa skenario ketiga merupakan skenario terbaik dalam usaha penurunan emisi GRK, dimana penurunan mencapai 50,34% di tahun 2040 dari kondisi BAU, dengan intervensi berupa pemanfaatan biogas pada IPAL Komunal dan unit anaerobic digester di IPLT.

The biggest source of liquid waste is from household activities, so that good management of wastewater is very important so it does not cause problems for the environment or public health. Good management of wastewater also needs to take into account the emissions generated from the treatment. The selection of a wastewater treatment system determines the amount of emissions produced such as methane (CH4), carbon dioxide (CO2) and nitrous oxide (N2O).
The purpose of this study is to analyze and project greenhouse gas emissions from the BAU scenario and three alternative scenarios from on-site wastewater management activities in Depok City for the 2017-2040 period, and recommend the best scenarios and alternative strategies to achieve the target scenario is a SWOT analysis. Emission levels are calculated from domestic wastewater treatment processes, sludge treatment processes, fuel consumption for mud collection, and electricity consumption activities for the IPLT operation using the IPCC method in 2006.
Total emissions generated in 2017 amounted to 232.45 Gg CO2eq, which consists of 232.39 Gg of direct emissions CO2eq and 0.0662 Gg of indirect emissions CO2eq. These emissions increased by 70.51% in 2040 based on BAU conditions. This study shows that the third scenario is the best scenario in reducing GHG emissions, where the decline reached 50.34% in 2040 from BAU conditions, with interventions in the form of biogas utilization in Communal WWTPs and anaerobic digester units in the IPLT.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanna Hasyanah
"Degradasi air limbah deterjen telah dikembangkan dengan menggunakan berbagai metode. Teknik ozonasi dalam RHOP merupakan salah satu metode degradasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi operasi optimal dalam proses degradasi limbah deterjen menggunakan teknik ozonasi dalam RHOP. Variasi kondisi operasi dilakukan pada pH, senyawa limbah (LAS dan ABS), dan suhu air limbah.
Dari hasil penelitian diketahui kondisi operasi terbaik terjadi pada pH netral dan suhu ruang (27oC) dengan persen degradasi mencapai 91,79%. Selain itu, degradasi pada limbah LAS menujukkan hasil yang jauh lebih baik dibandingkan pada limbah ABS. Kondisi terbaik ini juga didukung oleh nilai TOC limbah LAS dan ABS sebesar 14,8 mg/L dan 22,6 mg/L.

Degradation of detergent waste water is developed by various methods. Ozonation technique in RHOP is one kind of degradation method. The aim of this research is to find out optimum operation condition in detergent waste water degradation process by ozonation technique in RHOP. Variations of condition operation are pH, wastewater compound (LAS and ABS), and wastewater temperature.
These result demonstrate that the best operation condition occurs at neutral condition and room temperature (27oC) with degradation percentage 91.79% reached. Furthermore, degradation of LAS waste water is better than ABS waste water. These conditions are supported by TOC value which LAS and ABS are 14.8 mg/L and 22.6 mg/L.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54772
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Glugut Samodro
"Perkembangan pembangunan sistem pengolahan air limbah rumah tangga/kota secara terpusat sangat lambat, maka salah satu cara untuk menanggulangi masalah tersebut yakni dengan cara melakukan pengolahan air limbah rumah tangga secara individual (On site treatment). Saat ini dikembangkan tangki septik yang dilengkapi dengan media bio untuk meningkatkan kualitas air efluen sehingga dapat dibuang ke saluran terbuka tanpa mencemarinya. Namun yang menjadi masalah adalah bagaimanakah mempercepat berfungsinya media bio tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perbedaan kinerja reaktor pemroses biologis yang menggunakan bahan starter terdiri dari substrat yang berbeda. Pengolahan limbah domestik secara biologis adalah untuk mereduksi kandungan senyawa organik. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses pengolahan limbah secara biologis adalah jumlah atau populasi mikroorganisme yang terdapat di dalam limbah tersebut. Langkah penting dalam pengolahan secara biologis adalah menumbuhkan mikrobia-mikrobia pada saat awal pengolahan atau yang umum disebut sebagai pembibitan. Populasi mikroorganisme adalah dengan pembelahan sel. Salah satu factor pendukung pembelahan sel mikroorganisme adalah kontak yang merata dan baik antara substrat, nutrisi dan mikroorganisme. Kontak tersebut merangsang mikroorganisme untuk melakukan metabolisme yang memberikan kontribusi terhadap degradasi COD pada limbah. Pendekatan yang dilakukan adalah melalui percobaan laboratorium dengan bahan starter terdiri dari substrat yang berbeda. Substrat yang digunakan adalah limbah tahu dan limbah RPH, dengan variasi EMt dan nutrisi (N&P). Ada dua perlakuan sistem aliran dengan masing -masing empat percobaan. Sistem aliran pertama adalah sistem Resirkulasi (EMt 4.5 ml/1), dengan volume media bio 50%. Sistem aliran kedua yaitu sistem Batch (EM4 37.04 ml/1), tanpa penggunaan media bio dan dengan penambahan makanan tambahan berupa molasse. Parameter yang diukur adalah COD, MLSS, MLVSS, pH dan temperatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan EM4 dan Glukosa yang dipadukan dengan substrat yang berasal dari limbah tahu dalam reaktor bermedia dengan sistem Resirkulasi temyata memberikan proses akiimatisasi yang terbaik. Kinerja pembibitan mikroorganisme yang terbaik diberikan oleh sistem Batch. Oleh karena itu, sistem Batch lebih cocok untuk proses pembibitan mikroorganisme dibandingkan dengan sistem Resirkulasi, sedangkan sistem Resirkulasi lebih cocok untuk proses akiimatisasi sehingga dalam sistem Resirkulasi, proses seeding dan akiimatisasi tidak bisa disatukan. Kemudian penambahan Nutrisi kurang berperan dalam meningkatkan kinerja reaktor dengan sistem aliran resirkulasi sedangkan kondisi lingkungan, yaitu pH dan temperatur mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S34882
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>