Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 75884 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vannia Dwini Pusparanti
"Korea Selatan merupakan salah satu negara di Kawasan Asia Timur yang sedang mengalami perkembangan yang pesat. Akan tetapi, perkembangan pesat yang dialami Korea Selatan saat ini menimbulkan masalah struktur sosial di dalam kehidupan masyarakat Korea Selatan itu sendiri. Masalah ini mengakibatkan jumlah pengangguran di Korea Selatan yang sebagian besar adalah generasi muda megalami peningkatan. Oleh karena itu, mulai muncul istilah Hell Joseon yang digunakan oleh generasi muda sebagai ungkapan kekecewaan mereka terhadap keadaan sosial yang sedang terjadi. Istilah Hell Joseon mulai populer digunakan oleh generasi muda Korea Selatan sejak tahun 2015. Penelitian ini akan menganalisis makna istilah Hell Joseon yang digunakan oleh generasi muda Korea Selatan dalam menggambarkan keadaan sosial di negaranya berdasarkan studi semiotika. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dengan pendekatan semiotik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui makna yang terkandung dalam istilah Hell Joseon yang digunakan generasi muda Korea Selatan untuk menggambarkan keadaan sosial disana. Hasil dari penelitian ini adalah istilah Hell Joseon mengandung makna yang negatif sebagai acuan tempat dan cara masyarakat dalam menggambarkan kondisi sosial Korea Selatan.

South Korea is one of the countries in the East Asia Region that is experiencing rapid development. However, the rapid development experienced by South Korea is currently causing social structural problems in the lives of the people itself. This problem resulted in the number of unemployed people in South Korea, most of whom are young people increasing. Therefore, the term Hell Joseon began to be used which was used by the younger generation as an expression of their disappointment at the events that were happening. The term Hell Joseon began to be popularly used by the younger generation of South Korea since 2015. This research will analyze the meaning of the term Hell Joseon used by the young generation of South Korea in describing the social conditions in their country based on semiotic studies. This study uses descriptive analysis method with a semiotic approach. The purpose of this study was to find out the meaning contained in the term Hell Joseon used by the young generation of South Korea to describe the social conditions. The results of this study are the term is containing negative meanings as a reference to place and way of society in describing the social conditions of South Korea."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Relita Lestaria
"Tulisan ini membahas mengenai pergeseran makna cantik dalam masyarakat Korea Selatan dari zaman Joseon menuju zaman modern. Korea merupakan suatu negara yang terletak di Asia Timur dan termasuk kedalam ras Mongoloid yang mempunyai sejarah panjang dan karena derasnya arus globalisasi dan modernisasi yang berkembang dengan cepat di negara tersebut, masyarakat Korea mulai menerima ideologi dan juga perspektif baru yang banyak mendapat pengaruh dari bangsa Barat. Termasuk di dalamnya adalah apa yang disebut cantik di dalam masyarakat Korea Selatan sendiri. Penelitian yang dilakukan memakai metode kualitatif, dengan menggunakan beberapa acuan ilmiah yang berkaitan dengan topik pembahasan yang bertujuan untuk mengetahui perubahan pandangan tentang cantik dalam masyarakat Korea Selatan. Dari hasil analisis diperoleh kesimpulan bahwa Barat mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap nilai kecantikan dalam Masyarakat Korea.

This reseach study is about the shifted meaning of beauty in South Korea rsquo s Society from Joseon era to modern times. South Korea is a country that is located in East Asia and it belongs to Mongoloid race that has a long history but due to the rapid flow of globalization and rapidly growing modernization in the country, Korean society began to accept new ideology as well as new perspectives which strongly influenced by western and that includes the meaning of beauty in South Korea rsquo s society. This research done by using qualitative method and aims to determine the changing views about beauty in South Korea rsquo s society and the result of the analysis shows that the West has a very big impacts or influence on the value of beauty in the current South Korea rsquo s society.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sherly Novianti
"Jurnal ini membahas tentang makna simbolis ornamen dalam pakaian kerajaan Joseon. Penelitian ini tentangpakaian kerajaan Joseon yang digunakan oleh raja dan ratu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuimakna simbolis ornamen dalam pakaian kerajaan Joseon. Penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif,serta teori tanda dan simbol. Penelitian dimulai dengan mencari sumber-sumber. Penelitian ini menemukansimbol dalam pakaian kerajaan Joseon. Ornamen tersebut adalah naga, gunung, hwacung, cangkir, tanaman air,api, beras, kapak, busur, matahari, bulan, bintang, harimau dan moran. Ornamen paling banyak digunakan dalampakaian kerajaan Joseon adalah naga.

This journal discusses about the simbolic meaning of ornaments in the royal dress of Joseon Kingdom. Thisresearch is about the royal dress of Joseon Kingdom that used by kings and queens. The purpose of this researchis to know the symbolic meaning of ornaments in the royal dress of Joseon Kingdom. This research usesqualitative descriptive method along with the theory of signs and symbols. The reaserch begin by looking forsources. This research found ornaments in the royal dress of Joseon Kingdom. The ornaments are dragon,mountain, hwacung, cup, water plant, fire, rice, axe, bow, sun, moon, stars, tiger, and moran.Ornament that mostused the royal dress of Joseon Kingdom is dragon.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Redita Devi
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai perkembangan Kristen di Korea tahun 1784 hingga 1910 sejak masa awal masuknya di Korea hingga masa akhir kerajaan Joseon. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan perkembangan Kristen di Korea melalui sikap dan respon masyarakat Korea dalam berbagai kebijakan pemerintah Joseon, serta beberapa peristiwa yang terkait dengan benturan antara kebijakan pemerintah dengan sikap masyarakat pendukung dan penganut Kristen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah dengan desain deskriptif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Kristen di Korea pada masa Joseon dianggap sebagai ilmu baru oleh kaum pelajar Konfusian. Akan tetapi, dalam perkembangannya Kristen mengalami berbagai hambatan, terutama disebabkan oleh kebijakan anti-Kristen dari pemerintah di masa akhir Joseon.

ABSTRACT
This Thesis discusses about the development of Christian in Korea in 1784-1910, from the first Christian introduced in Korea until the late of Joseon era. This research aimed to explain the development of christianity in Korea through some government policies in Joseon era, also some incidents that related to the impact of government policy and Korean christian attitude. This research applies historical method with descriptive design. The result of this research shows that Confucians scholar in Joseon era regarded Christian as a new science. However, Christianity in Korea had to face many obstacles, especially the anti-christian policy that government of Joseon era enacted."
2016
S64298
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Galih Pradipta Muridan
"Komik menyampaikan informasi dan cerita menggunakan tulisan serta gambar. Kedua unsur ini penting karena dapat mempengaruhi pemahaman pembaca mengenai informasi yang hendak disampaikan. Gambar dan tulisan yang muncul dapat menampakkan berbagai macam konteks. Konteks tersebut dapat dipahami tidak hanya dari tulisan yang muncul, tetapi juga gambar-gambar yang mewakili konteks tersebut. Hal ini sangat menarik untuk diteliti lebih lanjut dalam analisis wacana, terutama analisis konteks. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan apa saja gambar dan tulisan yang menjelaskan konteks serta mendeskripsikan konteks yang disampaikan oleh tulisan dan gambar tersebut.  Sumber data penelitian ini adalah komik Gump n Hell yang dipublikasikan pada tanggal 1 Januari hingga 31 Maret di media sosial Facebook. Data dikumpulkan melalui teknik observasi. Data yang sudah dikumpulkan lalu dianalisis dan dikelompokkan berdasarkan konteks dan acuannya. Berdasarkan penelitian ini, terlihat bahwa konteks ditemukan pada tulisan dan gambar yang ada di dalam komik. Konteks yang berasal dari tulisan terlihat setelah analisis makna kata, frase, dan klausa. Konteks yang ditemukan adalah konteks situasional, pengetahuan latar belakang, ko-teks, dan interteks. Konteks situasional lebih banyak terlihat pada gambar dibanding tulisan. Konteks pengetahuan latar belakang, ko-teks, interteks terlihat pada gambar dan tulisan. Topik-topik konteks yang diacu adalah politik, kemanusiaan, dan hiburan.

Comic conveys information and its story by using words and images. Both elements are important because they may change the interpretation of the readers about the information that the comic tries to convey. Images and words in the comic may show varieties of context. Those contexts have to be interpreted by analyzing the words together with the images. This factor makes them interesting to be studied by discourse analysis, especially context analysis. This research’s purpose is to describe the images and the words that show contexts and describe those contexts. Gump n Hell comic which is published between January 1st until 31st March 2019 is used as the sample of this research. The datas are collected by observational technique. Then, the collected data are analyzed and grouped based on their contexts and references. This research shows that contexts can be found on the words and the images from the comic. Contexts found on the words appear after the words, phrases, clauses and the sentences are analyzed. Situational context, background knowledge context, co-textual context and intertexts are found in the comics. Situational contexts mostly appeared from the images rather than the words. Background knowledge context, co-textual context and intertexts appeared from both the images and the words. The contexts, grouped based on their topics, are politics, humanitites, and entertainments.

 

"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Jauza Almazhifa Sas Indirana
"Seiring dengan popularitas Korean Wave yang terus tumbuh, kini telah memasuki fase baru yang biasa disebut Hallyu 2.0 atau New Korean Wave yang menandakan penggunaan media sosial sebagai media distribusi utamanya. Makalah ini menunjukkan bagaimana media sosial digunakan untuk meningkatkan soft power Korea Selatan di era New Korean Wave dengan melakukan ringkasan komprehensif dari jurnal akademik dan bukubuku yang berhubungan dengan topik tersebut. Karena popularitasnya yang semakin meningkat, Korean Wave terbukti menjadi sumber daya budaya yang dapat meningkatkan soft power Korea Selatan dan media sosial telah berhasil membantu budaya populer Korea untuk menembus pasar global.
As the popularity of Korean Wave continuously grows, it has now entered a new commonly referred as Hallyu 2.0 or the New Korean Wave denoting the use of social media as its main medium of distribution. This paper shows how social media is being used to enhance South Korean soft power in the era of the New Korean Wave by undertaking a comprehensive summary from academic journals and books correlating with the topic. Due to its intensifying popularity outbreak, Korean Wave is proven to be a cultural resource that can increase South Korea`s soft power and social media have successfully aiding Korean popular culture to penetrate the global market."
2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhifa Rahadianingtyas
"Clicktivism telah membantu para aktivis mengatasi masalah sosial dalam beberapa tahun terakhir, termasuk gerakan #MeToo. Pada tahun 2018, gerakan tersebut menjangkau masyarakat patriarki yang mengakar kuat di Korea Selatan, dan mengakibatkan sejumlah partisipan berbagi pengalaman pelecehan seksual mereka di platform media sosial. Beberapa penelitian sebelumnya berfokus pada efek gerakan #MeToo di Korea Selatan. Namun, penggunaan clicktivism belum pernah dibahas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana gerakan #MeToo di Korea Selatan menggunakan clicktivism dalam menyebarkan pesan gerakan dan dampaknya terhadap masyarakat. Enam data media sosial yang berupa unggahan Facebook dan cuitan Twitter dengan tagar #MeToo dipergunakan sebagai bahan analisis dalam makalah ini. Data kemudian dikaji menggunakan metode analisis konten kualitatif media sosial. Berbeda dengan pernyataan beberapa peneliti sebelumnya, studi ini menemukan bahwa clicktivism dalam kasus gerakan #MeToo mampu menarik perhatian orang, mendapatkan partisipasi publik, dan membangun aktivitas offline yang sukses. Gerakan #MeToo di Korea Selatan juga berhasil menciptakan dampak gerakan sosial yang paling kritis dan berkesinambungan, yakni; perubahan kebijakan.

Clicktivism has helped activists address social issues in recent years, including the #MeToo movement. In 2018, the movement reached South Korea’s deeply-entrenched patriarchal society, which resulted in a number of participants sharing their experiences of sexual abuse on social media platforms. Several studies have reported the effect of the #MeToo movement on South Korea; however, the deployment of clicktivism has yet to be addressed. This study aims to analyse how the #MeToo movement in South Korea used clicktivism in spreading the movement’s message and its impact on society. A total of six social media data acquired in this paper are from Facebook posts and tweets that used the hashtag #MeToo, which is analysed using the qualitative content analysis of social media method. In contrast to some researchers' statements, the findings indicate that the clicktivism in the case of the #MeToo movement was able to attract people’s attention, gain public participation, and establish successful offline activities. The #MeToo movement in South Korea also achieved the most critical and long-lasting social movement effect: policy changes. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Tri Ariyanti
"Penelitian ini membahas komponen makna kata bahasa Korea yang memiliki relasi makna ‘melepas’. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komponen makna umum dan komponen makna pembeda dari kata beotda (벗다), pulda (풀다), tteda (떼다), dan kkeureuda (끄르다). Rumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah apa saja komponen makna umum dan komponen makna pembeda dari kata beotda, pulda, tteda, dan kkeureuda. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-deskriptif. Prosedur dalam penelitian ini menggunakan langkah-langkah penelitian komponen makna yang dikemukakan oleh Parera (2004). Sumber data makna dan contoh yang dibahas dalam penelitian ini diperoleh dari Gungnipgugeowon Pyojungugeosajeon (국립국어원 표준국어사전) atau Kamus Standar Bahasa Korea Institut Nasional Bahasa Korea. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari keempat kata yang dianalisis terdapat 1 komponen makna umum dan 14 komponen makna pembeda, yaitu komponen makna yang dapat menunjukkan perbedaan makna dari kata-kata yang berada pada domain yang sama. Klasifikasi komponen makna pembeda dalam penelitian ini berdasarkan pada ciri-ciri objek sebanyak 8 komponen makna, bentuk objek sebanyak 5 komponen makna, dan subjek selain manusia sebanyak 1 komponen makna.

This research discusses the meaning components of Korean words which related to ‘took off’ meaning. This research aims to analyze the common and diagnostic meaning components within the words of beotda (벗다), pulda (풀다), tteda (떼다), dan kkeureuda (끄르다). This research’s problem formulation goes with what are the common meaning component and diagnostic meaning components from beotda, pulda, tteda, and kkeureuda. This research will be elaborated with a qualitative-descriptive method. The procedure in this research uses the steps of the meaning component research proposed by Parera (2004). The sources of meaning data and examples discussed in this study were obtained from Gungnipgugeowon Pyojungugeosajeon (국립국어원 표준국어사전) or the Standards Korean Language Dictionary of the National Institute of Korean Language. The result of this research indicates 1 common meaning component and 14 diagnosric meaning components were founded from those four words, those are the meaning component that can show the different meanings of words that are in the same domain. The meaning component classification in this research is based on 8 meaning components of object characteristics, 6 meaning components of the object type, and 1 meaning component of the probable non-human subject."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nickyta Cahaya Putri
"Penelitian ini mengkaji komponen makna verba bahasa Korea yang memiliki relasi makna ‘memakai’. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan perbedaan makna enam verba bahasa Korea yang memiliki relasi makna ‘memakai’, yakni verba sseuda, sayonghada, iyonghada, chakyonghada, ibta, dan sinta berdasarkan komponen maknanya. Penelitian ini dirancang untuk menjawab dua pertanyaan penelitian, yaitu bagaimana makna konseptual keenam verba tersebut dan bagaimana perbedaan makna keenam verba yang menjadi objek penelitian ini. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif-analitis. Analisis komponen makna digunakan untuk mencari tahu perbedaan keenam objek penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan: pertama, keenam verba memiliki makna konseptual yang sama dari tiga kamus yang digunakan sebagai data primer. Kedua, perbedaan keenam verba ini dibagi ke dalam 4 kategori komponen maknanya, yakni objek yang diikuti oleh verba, tujuan pemakaian, posisi objek, dan asal kata. Terdapat 1 komponen umum dan 13 komponen pembeda dari keenam verba yang dianalisis.

This research examines componential meaning of Korean verb which have the semantic relation of ‘to use’. The purpose of this research is to describe the difference in meaning of the six Korean verbs that have semantic relation of ‘to use’ based on the componential meaning, namely sseuda, sayonghada, iyonghada, chakyonghada, ibta, and sinta. This research aims to answer two questions, which are how is the conceptual meaning of the six verbs and how is the meaning differences between the six verbs which are the object of this research. This research is a qualitative research which uses a descriptive analysis method. Componential analysis of meaning is used to find out the difference between those six research objects. This research concludes that the six verbs have the same conceptual meaning with three different dictionaries used as a primary data. Furthermore, the differences between those six verbs differ based on the categories, which are the object that followed by the verb, the purpose of the usage, the position of the object, and the origin of the word. In this research, there is 1 common component and 11 diagnostic components from the analyzed six verbs."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>