Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 94576 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizkia Rismayasa Yulia
"Tulisan ini membahas tentang kebijakan luar negeri Indonesia yang menganut politik bebas-aktif saat Perang Korea terjadi. Ketika Perang Korea terjadi, Indonesia sebagai negara yang baru merdeka berupaya untuk mendapatkan pengakuan dari dunia internasional dengan bersikap netral dan tidak memihak negara-negara yang terlibat dalam Perang Korea. Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji pandangan dan sikap Indonesia terhadap Perang Korea melalui kebijakan luar negeri Indonesia yang menganut politik bebas-aktif. Penulis menggunakan metode kualitatif eksplorasi dengan pendekatan diakronis. Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa Indonesia memandang Perang Korea sebagai konflik internal yang terjadi di Korea, namun Indonesia berupaya untuk menyelesaikan konflik di Korea secara damai dengan tidak memihak di antara salah satu pihak-pihak yang terlibat. Tujuan Indonesia dalam menyelesaikan konflik di Korea adalah tercapainya keamanan dan perdamaian dunia, maka dalam proses penyelesaian konflik di Korea ini, Indonesia beberapa kali menolak permintaan dari PBB ketika PBB tidak menunjukkan penyelesaian konflik Korea secara damai. Namun, meskipun Indonesia tidak memihak dalam Perang Korea, hubungan Indonesia dengan Korea Utara maupun Korea Selatan terjalin dengan baik hingga saat ini.
This paper study about Indonesian foreign policy which adheres to free-active when the Korean War took place. When the Korean War occurred, Indonesia as a newly independent country sought to gain recognition from the international world by being neutral and not taking sides with the countries involved in the Korean War. This paper aims to examine the Indonesian political attitude toward the Korean War through Indonesian foreign policy which adheres to free-active. The researcher uses the qualitative methods of exploration with a diachronist approach. From the results of the study, it was found that Indonesia viewed the Korean War as an internal conflict that occurred in Korea, but Indonesia sought to resolve the conflict in Korea peacefully by not taking sides among one of the parties involved. Indonesia's goal in resolving conflict in Korea is the achievement of world peace and security, so in the process of resolving the conflict in Korea, Indonesia has repeatedly refused requests from the United Nations when the UN did not indicate a peaceful resolution of the Korean conflict. However, even though Indonesia did not take sides in the Korean War, Indonesia's relations with North Korea and South Korea has been well established today."
2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Riris Nur Hamidah
"Jurnal ini membahas tentang latar belakang keterlibatan dan peran yang diberikan oleh Australia dalam Perang Korea. Penelitian ini adalah penelitian sejarah yang dilakukan dengan desain deskriptif. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa alasan mendasar keterlibatan Australia dalam Perang Korea adalah politik luar negeri Australia, yaitu forward defense terhadap bahaya kuning (yelow peril) yang dilanjutkan dengan adanya bahaya merah (red peril) atau bahaya komunis yang menyebar di dunia. Berlatarbelakang alasan tersebut akhirnya Australia terlibat dalam Perang Korea dengan mengirimkan sejumlah bantuan militer kepada Korea Selatan.

The focus of this study is about background of Australia’s involvement and role in Korean War. This research is historical descriptive interpretive. The result of this research shows that the main reason of Australia’s involvement in Korean War is it’s foreign policy, a forward defense toward yelow peril and red peril, known as communist threat all over the world. Based on that reason, Australia decided to get invoved in Korean War by sending a number of military aid to South Korea.;The focus of this study is about background of Australia’s involvement and role in Korean War. This research is historical descriptive interpretive. The result of this research shows that the main reason of Australia’s involvement in Korean War is it’s foreign policy, a forward defense toward yelow peril and red peril, known as communist threat all over the world. Based on that reason, Australia decided to get invoved in Korean War by sending a number of military aid to South Korea."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S57843
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riris Nur Hamidah
"Jurnal ini membahas tentang latar belakang keterlibatan dan peran yang diberikan oleh Australia dalam Perang Korea. Penelitian ini adalah penelitian sejarah yang dilakukan dengan desain deskriptif. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa alasan mendasar keterlibatan Australia dalam Perang Korea adalah politik luar negeri Australia, yaitu forward defense terhadap bahaya kuning (yelow peril) yang dilanjutkan dengan adanya bahaya merah (red peril) atau bahaya komunis yang menyebar di dunia. Berlatarbelakang alasan tersebut akhirnya Australia terlibat dalam Perang Korea dengan mengirimkan sejumlah bantuan militer kepada Korea Selatan.

The focus of this study is about background of Australia’s involvement and role in Korean War. This research is historical descriptive interpretive. The result of this research shows that the main reason of Australia’s involvement in Korean War is it’s foreign policy, a forward defense toward yelow peril and red peril, known as communist threat all over the world. Based on that reason, Australia decided to get invoved in Korean War by sending a number of military aid to South Korea."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Asep Sudrajat
"ABSTRAK
Keterlibatan RRC dalam Perang Korea pada tanggal 19 Oktober 1950 merupakan aksi militer RRC di luar negeri yang pertama sejak RRC berdiri pada tahun 1949. Aksi militer RRC di Korea itu tidak berlangsung sejak dimulai_nya Perang Korea pada tanggal. 25 Juni 1950, melainkan terjadi setelah perang telah berlangsung selama beberapa bulan. Berdasarkan fakta tersebut, RRC tampaknya tidak siap untuk mengantisipasi aksi militer Korea Utara. Meski_pun dalam beberapa pertemuan segitiga yang telah terjadi sebelumnya antara Mao Zedong, Stalin, dan Kim 11-sung, telah disinggung mengenai aksi militer itu, namun hanya membahas persoalan itu secara garis besar dan hanya Stalin yang diberi tahu oleh Kim I1-sung tentang kepastian tanggal aksi militer Korea Utara itu.
Keputusan RRC untuk mengirimkan pasukannya ke Korea pada dasarnya dilatarbelakangi oleh dua faktor yaitu, pertama. kekhawatiran RRC akan jaminan keamanan daerah perbatasannya; kedua, konsekuensi logis dari kebijakan luar negeri RRC Bersandar Pada Satu Pihak yang diwujud_ken dengan perjanjian aliansinya dengan Uni Soviet. Berda_sarkan kedua latar belakang tersebut, make pada tanggal 19 Oktober 1950, RRC memastikan dirinya untuk terlibat penuh dalam Perang Korea. RRC mengandalkan pasukannya yang tergabung dalam Tentara Sukarela Rakyat Cina untuk memban_tu pasukan Korea Utara dari darat, sedangkan Uni Soviet mendukungnya dari udara dengan mengirim satuan angkatan udaranya.
Implikasi keterlibatan RRC dalam Perang Korea sangat besar pengaruhnya bagi kelanjutan aliansi RRC dengan Uni Soviet dan pembangunan nasionalnya. Pada &khir 1953, RRC menilai aliansinya dengan Uni Soviet sudah kehiiangan arch. RRC tidak lagi menjadi mitra sejajarnya dalam alian_si bersama tersebut, bahkan lebih cenderung menjadi Negara satelitnya. karena Uni Soviet selalu dapat mendikte sikap RRC. Selain itu. RRC merasa diperdaya oleh Uni Soviet karena harus menganggung seluruh biaya keterlibatannya dalam perang tersebut yang dihitung hutang oleh Uni Sovi_et_ Hal ini kemudian menjadikan kebijakan luar negeri RRC secara berangsur-angsur menuju kepada kebijakan yang lepas dari ketergantungannya terhadap Uni Soviet, dan berkoek_sistensi damai dengan negara-negara yang baru muncul dan merdeka. Pembangunan nasional RRC yang terbengkalai selama keterlibatannya dalam Perang Korea, sedikit demi sedikit mulai ditata dan ditingkatkan hasilnya meskipun dengan anggaran terbatas karena masih dibebani kewajiban membayar hutang biaya keterlibatannya dalam Perang Korea kepada Uni Soviet

"
1995
S12497
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dargo Sugianto
"ABSTRACT
Kebijakan guna menentukan batasan, arah dan tujuan ekonomi merupakan hal penting bagi terlaksananya perekonomian suatu negara kearah pertumbuhan yang lebih baik. Pada masa awal kebangkitan ekonomi Jepang paska perang yang diiringi dengan pecahnya Perang Korea 1950-1953, salah satu faktor penting yakni kebijakan ekonomi yang berlangsung ketika itu, menjadi perhatian penulis di samping para pengamat ekonomi Jepang era paska perang pada umumnya.
Sekitar awal tahun 1950an, seiring dengan berlangsungnya perang di semenanjung Korea, muncul berbagai kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan investasi di dalam industri, aturan mengenai sistem perpajakan, termasuk kelancaran bagi ekspor dan impor. Pada tahun-tahun awal tersebut berbagai kebijakan yang mendukung akumulasi modal bagi rekonstruksi industri tersusun dalam waktu yang relatif singkat secara bergantian. Namun begitu, berbagai kebijakan tersebut dapat dikatakan menjadi prototype bagi kebijakan-kebijakan industri era paska perang Jepang untuk tahap berikutnya.
Literatur ini tak lepas dari pada upaya penulis di dalam mengembangkan dan memperkaya penulisan sejarah pertumbuhan ekonomi dunia yang terfokus pada studi Jepang di Indonesia. Dengan memilih topik penulisan sejarah yang mengangkat era kebangkitan ekonomi pada masa Perang Korea, penulis berusaha mengungkapkan bahwa berbagai faktor yang muncul pada awal tahun 1950an ini juga sebagai dampak dari munculnya perang tersebut yang dapat dikatakan sebagai suatu anugrah yang tidak diperkirakan sebelumnya oleh Jepang termasuk dalam pembelanjaan khusus pasukan Amerika Serikat kepada pihak Jepang (yang dikenal dengan tokuju) dan pengembalian kemerdekaan Jepang melalui penandatanganan Perjanjian Perdamaian San Francisco 28 April 1952.
Berbagai langkah yang cukup berarti telah dilakukan pemerintah Jepang yang mulai memperlihatkan andil besar sejak pecahnya Perang Korea dengan memanfaatkan situasi politik ketika itu, yang diwarnai oleh ketegangan perang dingin antara blok kapitalis (sekutu Amerika Serikat) dengan blok komunis di kawasan Asia. Awal tahun 1950an bersamaan dengan pecahnya Perang Korea ini merupakan periode penting dan menjadi tahap awal pertumbuhan pesat ekonomi Jepang paska Perang Dunia Kedua, sekitar tahun 1950an dan tahun 1960an.

"
1999
S13539
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Isti Farhan
"Perang Korea 1950-1953 menyebabkan kekacauan di Korea Selatan baik dari segi politik, ekonomi, maupun sosial. Selain masyarakat Korea Selatan pada umumnya, anak-anak merupakan korban yang paling menderita akibat perang. Tidak sedikit anak-anak yang terlantar di jalanan dengan keadaan yang memprihatinkan. Mereka kelaparan dan kedinginan, serta luka di tubuhnya. Bahkan, di antara mereka tidak sedikit yang akhirnya meregang nyawa. Dalam kondisi seperti itu, militer Amerika Serikat memberikan berbagai macam bantuan kepada masyarakat Korea Selatan, tidak terkecuali khusus bagi anak-anak yang menjadi korban perang. Kontribusi tersebut didukung oleh PBB, para misionaris Amerika, chaplain atau tentara pastor, berbagai macam organisasi Kristen di Amerika, serta pemerintah Korea Selatan. Sehubungan dengan hal itu, penelitian ini akan membahas peran kaum militer Amerika Serikat terhadap anak-anak Korea Selatan dalam Perang Korea. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah dengan menggunakan dokumen digital sebagai sumber data primer. Hasil dari penelitian ini adalah bantuan militer Amerika Serikat terhadap anak-anak Korea Selatan dalam masa Perang Korea bersifat kemanusiaan dan difokuskan pada penyembuhan trauma fisik dan psikis yang diwujudkan dengan upaya evakuasi, pengelolaan bantuan untuk panti asuhan, serta dukungan moral.

The 1950-1953 Korean War caused chaos in South Korea in terms of political, economic and social aspects. Apart from South Korean society in general, children were the victims who suffered the most from the war. Thousands of children were displaced on the streets with a state of concern. They were starving and cold with wounds on their bodies. In fact, lots of them ended up dying. In such conditions, the US Armed Forces provided various kinds of assistances to the people of South Korea, especially to the children who were also the victims of the war. The contribution was supported by United Nations, American missionaries, chaplains, various Christian organizations in America, and South Korean government. In this connection, this research will discuss the role of the United States Armed Forces towards South Korean children in the Korean War. The method used in this study is the historical method with digital documents as the primary data source. The results of this study explain that the aid rendered by the United States Armed Forces towards South Korean children, victims of the Korean War, was a humanitarian aid that was focused on the childrens physical and psychological trauma healing. They rescued and cared for the children, contributed to help the orphanages, and showered the children with moral supports."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Silitonga, Imelda
"Periode tahun 1950-1953 dalam sejarah Indonesia merupakan awal demokrasi liberal di masa pengaruh sistem Barat berperan dalam menjalankan pemerintahan. Pemerintahan dipimpin oleh Perdana Mentri yang dipilih berdasarkan mayoritas yang duduk dalam parlemen. Pada masa awal demokrasi liberal ini keadaan perekonomian nasional sungguh memprihatinkan, sektor_sektor perekonomian mengalami kerusakan akibat perang. Sektor perekonomian yang sudah berkembang masa Hindia Belanda yaitu perkebunan yang menjadi mata pencaharian mayoritas masyarakat Indonesia mengalami kerusakan berat sejak kedatangan Jepang. Politik perekonomian Jepang yang mengutamakan bahan-bahan makanan untuk mendukung perang, mengakibatkan perkebunan terbengkalai.Pemerintah masa ini berusaha untuk membangun kembali atau merehabilitasi perkebunan yang sudah ada dan membuka perkebunan baru. Kebijaksanaan kabinet yang ada tidak lepas dari masalah perekonomian dan perkebunan yang menjadi sumber utama devisa. Komoditi karat misalnya, telah menjadi salah satu komoditi yang berperan besar dalam perekonomian sejak masa Hindia Belanda dan masa Perang Dunia I.Situasi internasional yang dilanda Perang Dingin juga menjadi pertimbangan pemerintah Indonesia untuk mengembangkan komoditi karat karena permintaan dunia Terhadap komoditikarat sangat. Besar sehingga menyebabkan harga karat meningkat. Sementara itu di Indonesia terdapat persediaan karat yaitu peninggalan masa Hindia Belanda yang masih dapat diusahakan seperti karat rakyat dan karat perkebunan. Pecahnya Perang Korea akibat Perang Dingin menyebabkan permintaan dunia terhadap karat makin meningkat, hal ini mendorong banyaknya permintaan terhadap karat Indonesia baik oleh negara yang terlibat langsung dalam perang maupun yang tidak terlibat tetapi memproduksi peralatan perang. Keadaan perekonomian nasional yang semula sangat kekurangan devisa yang diperlukan untuk pembangunan nasional mulai teratasi, karena terjadinya boom dalam ekspor karet nasional di mana permintahan yang meningkat Terhadap karet menyebabkan harga karet meningkat drastis di pasar internasional. Kekurangan dalam anggaran pemerintah sejak terjadinya boom ekspor karet dapat diatasi."
Depok: Universitas Indonesia, 1994
S12656
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghaeda Noor Siti Ghifari
"Webtoon adalah jenis komik digital yang mempunyai banyak pembaca, salah satunya webtoon berjudul Yeosingangnim. Penelitian ini menganalisis sikap tokoh Jugyeong dan Seungho dalam webtoon Yeosingangnim terhadap standar kecantikan Korea. Webtoon Yeosingangnim menceritakan seseorang yang merasa tidak percaya diri karena wajah dan penampilannya tidak menarik atau tidak sesuai dengan standar kecantikan Korea. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sikap tokoh Jugyeong dan Seungho terhadap standar kecantikan Korea dan menunjukkan keterkaitan antara gender dengan sikap tersebut. Dalam menganalisis sikap tokoh, metode yang digunakan adalah deskriptif- kualitatif dengan teori penokohan tokoh berkembang oleh Nurgiyantoro. Data penelitian ini adalah kutipan dialog tokoh Jugyeong dan Seungho. Teknik pengumpulan yang digunakan adalah baca dan catat. Hasil temuan menunjukkan adanya keterkaitan gender antara perempuan dan laki-laki dalam webtoon Yeosingangnim yang mendapatkan tuntutan sosial dan tekanan terkait penampilannya. Pada awalnya mereka mengikuti tuntutan tersebut agar dapat diterima oleh masyarakat dengan menggunakan makeup. Namun, karena beberapa faktor yang mendorong mereka, sehingga mereka memutuskan untuk menolak mengikuti tuntutan tersebut.

Webtoon is a type of digital comic that has many readers, one of which is the webtoon entitled Yeosingangnim. This research analyzes the attitudes of the characters Jugyeong and Seungho in the Yeosingangnim webtoon towards Korean beauty standards. The Yeosingangnim webtoon tells the story of someone who feels lacking in self-confidence due to a face and appearance that is unattractive or does not fit Korean beauty standards. This research aims to identify the attitudes of the characters Jugyeong and Seungho towards Korean beauty standards and show the correlation between gender and these attitudes. This research uses a descriptive-qualitative method with Nurgiyantoro's development characterization theory. The research data consists of quotations from the dialogues of the characters Jugyeong and Seungho. The data collection techniques used for this research are reading and taking notes. The result of this research shows that there is a gender correlation between women and men in the Yeosingangnim webtoon who face societal demands and pressure regarding their appearance. At first, they followed these demands in order to be accepted by society through the use of makeup. However, due to several factors that encouraged them, they decided to refuse to comply with the demands."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yosef Tor Tulis
"Pergolakan yang terjadi dalam percaturan politik internasional Pasca Perang Dunia II atau yang lebih dikenal sebagai era Perang Dingin didominasi oleh pertentangan-pertentangan kepentingan antara blok kapitalis yang dipimpin oleh Amerika Serikat (AS) dengan blok komunis yang dikomandoi Uni Soviet. Kedua blok senantiasa mengeksploitasi benih-benih pertentangan dalam kerangka kepentingan ideologis-politis maupun kepentingan ekonomis. Era perang dingin juga ditandai dengan runtuhnya fasisme dan kolonialisme, serta bangkitnya nasionalisme bangsa-bangsa Asia-Afrika di sisi lain. Bersamaan dengan itu muncul pertentangan Utara-Selatan, antara minoritas negara-negara industri maju yang kaya dan mapan di Utara melawan mayoritas negara-negara agraris yang miskin, lemah, dan terbelakang di Selatan.

The upheavals that occurred in the post-World War II international political arena or better known as the Cold War era were dominated by conflicts of interest between the capitalist bloc led by the United States (US) and the communist bloc commanded by the Soviet Union. The two blocs have always exploited the seeds of conflict within the framework of ideological-political interests as well as economic interests. The Cold War era was also marked by the collapse of fascism and colonialism, as well as the rise of Asian-African nationalism on the other hand. Along with this came the North-South conflict, between a minority of rich and established advanced industrial countries in the North versus the majority of poor, weak, and backward agrarian countries in the South."
Depok: Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1993
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>