Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 27111 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arini Nikitasari
"ABSTRAK

Geotermal merupakan energi yang sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik karena ketersediaannya yang melimpah di Indonesia dan merupakan energi yang dapat diperbarui. Akan tetapi, geotermal merupakan lingkungan yang korosif karena mengandung senyawa karbon dioksida (CO2), hidrogen sulfida (H2S), klorida (Cl-), dan amonia (NH3) sehingga dapat menyebabkan masalah korosi pada sudu turbin pembangkit listrik. Korosi fatik yang diinisiasi oleh korosi sumuran merupakan kegagalan yang paling sering terjadi pada sudu turbin pembangkit listrik geotermal. Oleh karenanya, ketahanan korosi sumuran merupakan syarat utama dalam pemilihan material sudu turbin pembangkit listrik geotermal. Pada penelitian ini CA6NM digunakan sebagai material yang akan diuji ketahanan korosi sumurannya dengan memodifikasi kandungan molybdenum dan nitrogen. Variasi komposisi kimia material CA6NM pada penelitian ini yaitu CA6NM1 dengan kadar molybdenum 1%, CA6NM2 dengan kadar molybdenum 2%, dan CA6NM3 dengan kadar molybdenum 2% dan nitrogen 0,1%. Lingkungan geotermal pada penelitian ini disimulasikan menggunakan larutan geotermal buatan dengan parameter suhu yaitu suhu ruangan dan 60oC serta parameter ada tidaknya penambahan gas CO2. Proses penambahan gas CO2 ini dilakukan dengan cara menginjeksikan gas CO2 ke dalam larutan geotermal buatan selama 1 jam. Ketahanan korosi sumuran material CA6NM pada penelitian ini dievaluasi menggunakan pengujian Electrochemical Impedancy Spectroscopy (EIS), Polarisasi siklik, dan Scanning Electron Microscope (SEM). Berdasarkan hasil pengujian diketahui bahwa CA6NM3 dengan kadar Molybdenum 2% dan Nitrogen 0,1% memiliki nilai potensial pitting (Epit) dan tahanan transfer muatan (Rct) terbesar yaitu -87,6 mV vs SCE dan 31.490 Ωcm2. Hal ini mengindikasikan bahwa penambahan kadar Molybdenum dan Nitrogen dapat meningkatkan ketahanan korosi sumuran material CA6NM di lingkungan geotermal. Selain itu, semua material CA6NM yang digunakan dalam penelitian ini memiliki ketahanan korosi sumuran yang baik di lingkungan geotermal karena tidak memiliki nilai potensial korosi (Ecorr) diantara potensial repasivasi (Erep)  dan potensial pitting (Epit). Peningkatan suhu tanpa adanya penambahan gas CO2 pada lingkungan geotermal menyebabkan penurunan ketahanan korosi sumuran material CA6NM tetapi sebaliknya peningkatan suhu disertai penambahan gas CO2 justru meningkatkan ketahanan korosi sumuran material CA6NM dalam larutan geotermal buatan.


ABSTRACT

 


Geothermal is a potential energy to be used as power plant because of its abundant availability in Indonesia and its renewable. However, geothermal contains corrosive chemical species such as carbon dioxide (CO2), hydrogen sulfide (H2S), chloride (Cl-), and ammonia (NH3) that can cause turbine blade corrosion in geothermal power plant. Fatigue failure originated by pitting corrosion is major failure occured in turbine blade power plant. Therefore, pitting corrosion resistance is the main requirement for material selection of geothermal turbine blade. CA6NM used as material in this experiment by modifying molybdenum and nitrogen content. Chemical composition variation of CA6NM in this experiment : CA6NM1 with 1% of molybdenum, CA6NM2 with 2% of molybdenum, and CA6NM3 with 2% of molybdenum and 0,1% of nitrogen. Geothermal environment simulated by artificial geothermal brine with temperature and CO2 parameter. There are two temperature and CO2 parameter, room temperature and 60oC also presence or absence of CO2 gas. Presence of CO2 is done by injecting CO2 gas into artificial geothermal brine for 1 hour. Pitting corrosion resistance of CA6NM material in this study was evaluated using the Electrochemical Impedancy Spectroscopy (EIS), Polarisasi siklik, and Scanning Electron Microscope (SEM) tests. Based on the test results, CA6NM3 with 2% molybdenum content and 0.1% nitrogen content has the highest potential pitting value (Epit) and the largest charge transfer resistance (Rct)

-87,6 mV vs SCE and 31.490 Ωcm2, respectively. This indicates that the addition of molybdenum and nitrogen content can increase the pitting corrosion resistance of CA6NM material in geothermal environments. In addition, all CA6NM materials used in this study have good pitting corrosion resistance in the geothermal environment because corrosion potential (Ecorr) is not between repasivation potential (Erep) and pitting potential (Epit). The increase in temperature and the absence of CO2 in causes a decrease in pitting corrosion resistance of CA6NM material, but the increase in temperature and prescence of CO2 can make pitting corrosion resistance of CA6NM increase.

"
2019
T53100
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Terry Atmajaya
"ABSTRAK
Pada industri yang berhubungan dengan air laut dimana pada lingkungan
tersebut banyak mengandung ion Cl- sebagai pemicu terjadinya korosi sumuran.
Pemilihan material merupakan hal yang sangat penting untuk membuat fasilitasfasilitas
struktural. Material Stainless Steel merupakan pilihan utama dalam
membuat fasilitas ini. Material Stainless Steel AISI 430 mempunyai sifat mekanis
dan ketahanan korosi yang cukup baik.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh canai hangat terhadap sifat
mekanis dan ketahanan korosi sumuran Stainless Steel AISI 430. Penelitian
dilakukan dengan proses canai hangat untuk melihat sifat mekanis Stainless Steel
430 dan metode immersed solution serta weight loss untuk menguji ketahanan
korosi sumurannya. Hasil dari penelitian ini dapat menggambarkan sifat Stainless
Steel AISI 430 saat digunakan sebagai material dasar fasilitas-fasilitas yang
berada pada lingkungan yang kaya ion Cl-.
Stainless Steel AISI 430 ini memiliki temperatur transisi karena berstruktur
Body Center Cubic (BCC). Tetapi memilki ketahanan terhadap serangan ion Cl-
yang tinggi. Adanya temperatur transisi ini sangat membahayakan bagi fasilitas
struktural. Hasil dari penelitian ini merupakan tahap awal, sebagai bahan masukan
untuk melakukan upaya peningkatan sifat mekanis Stainless Steel AISI 430 dan
melihat pengaruh canai hangat terhadap ketahanan korosi sumuran Stainless Steel
AISI 430 ini.

ABSTRACT
In industries associated with the sea water in which the environment
contains a lot of Cl- ion, as a trigger of pitting corrosion, material selection is very
important to make structural facilities. Stainless Steel is the good choice to
making this facilities. Stainless Steel AISI 430 having good mechanical properties
and corrosion resistance
This study aims to see the effect of warm rolled on the mechanical
properties and pitting corrosion resistance of Stainless Steel AISI 430. Research
carried out by the warm-rolled to see mechanical properties of Stainless Steel
AISI 430 and immersed solution method and weight loss to test pitting corrosion
resitance. The results of this study can describe the properties of Stainless Steel
AISI 430 when used as basic material in facilities which contain a lot of Cl- ions.
The existence of this transition temperature is very dangerous for
structural facilities because it?s structure is Body Centered Cubic (BCC). But, this
material have good chloride-stress corrosion cracking resistance. The results of
this study is an early stage, as input to make efforts to improve the mechanical
properties of Stainless Steel AISI 430 and see the effect of warm rolled against
pitting corrosion resistance of Stainless Steel AISI 430.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42411
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
R. Putri Perwitasari
"ABSTRAK
Baja tahan karat dua fasa SAF 2205 memiliki ketahanan korosi menyeluruh dan korosi terlokalisasi di berbagai lingkungan. Akan tetapi, baja tahan karat dua fasa SAF 2205 rentan terserang korosi sumuran pada lingkungan klorida. Perlakuan panas dilakukan untuk meningkatkan ketangguhan baja tahan karat SAF 2205. Pada penelitian ini dilakukan investigasi pengaruh perlakuan panas baja tahan karat SAF 2205 terhadap korosi sumuran dengan melihat temperatur kritis terjadinya korosi sumuran (critical pitting temperature). Nilai temperatur kritis korosi sumuran diinvestigasi menggunakan polarisasi potentiodynamic dan Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS) di larutan NaCl 1M. Hasil pengujian menunjukkan nilai temperatur kritis korosi sumuran baja tahan karat dua fasa SAF 2205 adalah 650C dan perlakuan panas tidak mempengaruhi nilai tersebut. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa fasa yang rentan terserang korosi sumuran adalah fasa austenit.

ABSTRACT
Duplex stainless steel SAF 2205 has good corrosion reistance of uniform and localized corrosion in various environments. However, duplex stainless steel SAF 2205 is susceptible to pitting corrosion in chloride environment. Heat treatment was done to improve the toughness of duplex stainless steel SAF 2205. This research was investigated influence of heat treatment on pitting corrosion resistance of duplex stainless steel SAF 2205 by looking at the Critical Pitting Temperature (CPT). The value of critical pitting temperature was investigated by using potentiodynamic polarization and Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS) methods in 1 M NaCl solution. The results showed that the critical pitting temperature of duplex stainless steel SAF 2205 is 650C and heat treatment didn?t affect the critical pitting temperature. Moreover, the result showed that the austenite phase is susceptible to pitting corrosion.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S53298
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Cahyono
"Penelitian efek perlakuan panas pada ketahanan korosi pitting dan struktur mikro pada lasan berulang material super duplex stainless steel UNS S32760 dievaluasi melalui uji korosi pitting, karakterisasi struktur mikro, dan analisis SEM-EDS. Spesimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lasan asli (OW) dan spesimen pengelasan berulang yang diberikan perlakukuan panas, yaitu lasan yang diulang sekali (HR1), lasan yang diulang dua kali (HR2), dan lasan yang diulang tiga kali (HR3).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa OW menunjukan ketidakseimbangan fraksi ferit-austenit yang signifikan yang mengurangi ketahanan korosi pitting. Perlakuan panas pada temperatur 1100 ºC secara bertahap dapat mengembalikan keseimbangan fraksi ferit-austenit dan melarutkan fasa intermetalik sehingga meningkatkan sifat ketahanan korosi pitting pada spesimen lasan berulang, HR1, HR2, dan HR3.

The effect of heat treatment on the pitting corrosion resistance and microstructure of UNS S32760 super duplex stainless steel`s repeated welds was investigated through a pitting corrosion test and microstructure characterization. The specimens include an original weld (OW) and three heat-treated specimens, namely a once-repeated weld (HR1), a twice-repeated weld (HR2), and a three-time-repeated weld (HR3).
The results show that the OW represents a significant imbalance of ferrite-austenite fractions reducing the pitting corrosion resistance. Conversely, 1100 ºC heat treatment on HR1, HR2, and HR3 gradually returns the equilibrium of ferrite-austenite fractions and dissolve intermetallic phase which improves the pitting corrosion resistance.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T53184
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
As`ad Husein
"Kegagalan material pipa boiler yang disebabkan oleh berbagai jenis korosi akan mengakibatkan unit pembangkit berhenti beroperasi, sehingga menimbulkan kerugian yang besar sebagai akibat produksi listrik yang terhenti. Hal ini pernah terjadi pada material pipa SA-210 Grade A1 di Boiler furnace wall tube PLTU Suralaya 8 yang mengalami korosi hydrogen damage. Penelitian ini ditujukan untuk menganalisa proses korosi hydrogen damage sampel material pipa SA-210 Grade A1. Pengujian terdiri dari analisis struktur mikro, uji mekanis, serta laju dan produk korosi yang dihasilkan. Pada analisis struktur mikro ditemukan banyak kavitas pada material. Pada uji mekanis didapatkan penurunan hardness, tensile strenght, yield strength, dan elogation. Pada analisis laju korosi didapatkan nilai 0,01-0,074 mm/tahun. Analisis XRD menunjukkan bahwa terdapat kandungan korosi berupa magnetite, hematite dan wustite. Dari hasil berbagai analisis dan uji pada material tersebut disimpulkan terjadi proses korosi hydrogen damage yang masih berlangsung hingga saat ini.

Boiler tube material failure caused by various types of corrosion will lead to power plant shutdown, consequently causing great loss as a result of halted electicity generation. It was happened to the tube material SA-210 Grade A1 in the boiler furnace wall tube Suralaya 8 that experiencing hydrogen damage corrosion. This study aimed to analyze the hydrogen damage corrosion process of tube SA-210 Grade A1 material sample. The analysis consisted of microstructure analysis, mechanical properties analysis, also corrosion rate and products analysis. The microstructure analysis found many cavities in the material. The mechanical properties analysis found a decrease in hardness, tensile strenght, yield strength, and elogation. The corrosion rate obtained from 0.01 to 0.074 mm/year. XRD analysis showed the content of corrosion in the form of magnetite, hematite and wustite. From the results of various analyzes and tests on the material, we concluded a hydrogen damage corrosion process was happened and still continues until today."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
T45562
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurdian Kartika Sari
"Wear resistance steel merupakan salah satu high strength alloy dengan nilai kekuatan tinggi. Kombinasi antara kekuatan, kekerasan dan ketangguhan merupakan kelebihan dari HSLA. CREUSABRO ® 4800 merupakan salah satu merek yang bisa digunakan dalam peralatan berat. Tingginya kekerasan menyebabkan material ini rentan terhadap cold cracking. Masalah ini menyebabkan degradasi sifat sifat mekanikal yang menyebabkan menurunnya umur pakai dari peralatan.Pengelasan multilayer dan buttering pada hardfacing dilakukan pada penelitian ini. Beberapa variabel penelitian dilakukan meliputi ada tidaknya pre heat treatment dan kombinasi jenis elektroda pada pengelasan sedangkan untuk hardfacing diberi perlakuan berupa penggunaan jenis elektroda buttering yang berbeda serta banyaknya lapisan buttering.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengamati mikrostruktur dan mengkarakterisasi sampel termasuk ketahanan terhadap korosi pada hasil lasan dan hardfacing. Untuk mengetahui hal ini maka beberapa tes seperti kekerasan, metalografi, SEM, EDAX serta immersion test dilakukan.
Hasil tes menunjukkan bahwa kombinasi 7018 sebagai weld cap dan MG NOX 35 sebagai weld root menunjukkan nilai rata-rata kekerasan tertinggi (422 HV) pada sampel 1, adanya pre- heat treatment pada susunan elektroda lasan yang sama menunjukkan profil kekerasan yang paling stabil yang meningkatkan ketahanan terhadap aus yang baik pada material.
Hasil immersion test menunjukkan bahwa korosi galvanik terjadi pada semua sampel baik lasan maupun hardfacing. Komponen las dengan nilai Cr tertinggi menunjukkan sifat "mulia" berperan sebagai katoda dalam sistem. HAZ sebagai bagian paling lemah dalam sistem mengalami korosi yang parah berperan sebagai anoda dalam sistem. Pengamatn lebih lanjut menunjukkan adanya korosi sumuran pada permukaan MG NOX 35 pada lasan dan ER 309 pada hardfacing dengan lebar sumuran 0,5 sampai dengan 5 mikron.

Wear resistance steel is one of low alloy steel (high strength low alloy) with high strength value. Combination between strength, hardness, and toughness are good points of HSLA. CREUSABRO ® 4800 is common brand in heavy euipment application. High hardness value may induce cold cracking during field applications. This problem decrease the mechanical properties of the material that will decrease the life time of the equipment. Multilayer in welding and buttering in hardfacing are conducted in this research. Some variables in this study are with or without pre heat treatment, different electrode arrangement in welding and differrent buttering electrode and amount of buttering layer in hardfacing.
The aim of the study were observing the microstructure and characterize the specimens including the corrosion resistant of the welding or hardfacing system. To characterize the welding dan hardfacing result some tests are conducted. These tests including hardness, metalography, SEM, EDAX and immersion corrosion test.
The result of the tests shows that even combination of 7018 as weld cap and MG NOX 35 as weld root has highest surface hardness (422 HV) in specimen 1, preheat treatment in similar arragement welding in speciment 4 shows better hardness value profile. In hardfacing, combination MG DUR 3 in three layer butter shows better value profile that will increase the wear resistant of material.
After immersion test it is observed that galvanic corrosion is the common corrosion type that occur in the specimens. Welding component with highest Cr component is the most noble act as cathode in the system. HAZ as weakest part of the system severely corrode become the anode of the system. Further observation shows that micro pitting occur in MG NOX 35 in welding and ER 309 L surface with pitting width between 0,5 to 5 microns.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T31818
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Niko Lastarda
"Dalam melayani sebuah sistem kelistrikan dibutuhkan pembangkit yang handal dan efisien. Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap PLTGU merupakan salah satu pilihan pembangkit thermal yang mempunyai kriteria tersebut. Terdapat beberapa jenis konfigurasi PLTGU. Khusus untuk PLTGU dengan dua turbin gas memliki dua jenis konfigurasi, yaitu konfigurasi 2G-2H-3S dua turbin gas, dua HRSG, tiga turbin uap dan konfigurasi 2G-2H-1S dua turbin gas, dua HRSG, satu turbine uap . Mode operasi dari setiap jenis konfigurasi menghasilkan keandalan dan efisiensi yang berbeda.
Penelitian ini bertujuan untuk menghitung efisiensi dan keandalan dari dua jenis konfigurasi PLTGU yang menggunakan dua turbin gas, sehingga dapat menentukan pengaruh jenis konfigurasi terhadap efisiensi dan keandalan PLTGU. Dengan menggunakan metode energi input ouput untuk menentukan besar efisiensi dan dengan menghitung Equivalent Availability Factor EAF untuk mendapatkan faktor kesiapan atau keandalan pembangkit.
Dari hasil perhitungan didapatkan konfigurasi 2G-2H-1S memliki nilai efisiensi yang lebih tinggi dari konfigurasi 2G-2H-3S, terhitung Untuk mode operasi Full Blok Cycle konfigurasi 2G-2H-1S memliki efisiensi maksimum 55.5 sedangkan konfigurasi 2G-2H-3S efisiensi maksimum 53.5 . Sedangkan untuk nilai keandalan konfigurasi 2G-2H-3S lebih handal dibandingkan dengan konfigurasi 2G-2H-1S. Untuk mode operasi Full Blok Cycle memliki 93.39 EAF, sedangkan konfigurasi 2G-2H-3S 92.62 EAF. Dari segi keekonomian kedua jenis konfigurasi memiliki nilai kelayakan, dimana untuk konfigurasi 2G-2H-1S lebih ekonomis dilihat dari NPV 371,286,536 USD dan IRR 12 serta waktu pengembalian modal yang relative lebih cepat 9 tahun. Dengan mengetahui konfigurasi PLTGU yang handal, efisien dan ekonomis dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan untuk pemilihan konfigurasi PLTGU yang sesuai dengan kebutuhan beban dasar, beban menengah, atau beban puncak di sebuah sistem kelistrikan.Kata Kunci : EAF, Efisiensi, Keandalan, Konfigurasi PLTGU, PLTGU.

In serving the electrical systems required a reliable and efficient plants. Combined Cycle Power Plant CCPP is one of the thermal power plants that have a selection criteria. There are several types of CCPP configurations. Especially for CCPP with two gas turbines have two types of configurations, the configuration of 2G 2H 3S two gas turbines, two HRSG, three steam turbines and the configuration of 2G 2H 1S two gas turbines, two HRSG, one steam turbine , The mode of operation of each type of configuration produces a different reliability and efficiency.
This study aimed to quantify the efficiency and reliability of two types of power plant configuration that uses two gas turbines, so as to determine the effect of this type of configuration on the efficiency and reliability of the CCPP. By using the input energy ouput to determine the efficiency and to calculate Equivalent Availability Factor EAF to obtain readiness factors or reliability of the power plant. From the results of the calculation.
Calculation resulting from the configuration of 2G 2H 1S has a higher efficiency values of configuration 2G 2H 3S, accounting for full block cycle operating modes configuration 2G 2H 1S discount maximum efficiency of 55.5 , while the configuration of 2G 2H 3S efficiency a maximum of 53.5 . As for the value of reliability configuration 2G 2H 3S is more reliable than the configuration of 2G 2H 1S. For full block cycle operating modes discount EAF 93.39 , while the configuration 2G 2H 3S 92.62 EAF. In terms of economics both types of configurations have a feasibility value, which for configuration 2G 2H 1S more economical views of NPV 371,286,536 USD and IRR 12 and the payback time is 9 years faster. By knowing the configuration of a reliable, efficient and economical power plant can be used as a basis for a decision on the selection of CCPP configurations in accordance with based load, medium load, or peak load requirements in an electrical system.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T48049
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Dalam instalasi explorasi minyak, peralatan yang digunakan untuk menyalurkan minyak mentah dari sumur minyak ke tangki - tangki penampungan melalui pipa distribusi. Dimana untuk membagi ke masing-masing tanki penampungan pada pipa distribusi unit penyaluran minyak yang dibuat dapat berputardengan menggunakan roll bearing.
Pada penelitian ini telah diamati kerusakan yang terjadi pada roll bearing di suatu instalasi explorasi minyak yang mengakibatkan kebocoran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab utama kerusakan pada roll bearing karena adanya serangan korosi sumuran (pitting corrosion).
Pada bagian dalam bearing pada kondisi beroperasi selalu bersentuhan langsung dengan cairan I minyak secara terus menerus yang mengandung air dan elemen-elemen yang bersifat korosif. Dalam keadaan demikian maka clearence pada bearing akan membesardan pada akhirnya akan timbul kebocoran. Pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan terhadap roll bearing, meliputi : pemeriksaan fraktografi dan metalografi, uji kekerasan, analisa komposisi kimia, serta pemeriksaan dengan SEM dan EDAX. Data dari hasil pemeriksaan dan pengujian tersebut kemudian di analisa untuk mengetahui penyebab terjadinya kebocoran pada roll bearing tersebut."
MKK 11:2 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Alfian
"Super Duplex Stainless Steel (SDSS) adalah material yang dibentuk oleh kombinasi unik fasa ferit (alfa) dan austenit (gamma) yang idealnya memiliki jumlah fraksi volum yang sama besar yang menawarkan kombinasi yang menarik dari sifat mekanik dan ketahanan korosi. Pengelasan TIG atau GTAW adalah jenis pengelasan yang paling umum digunakan dalam material DSS dan SDSS di berbagai industri. Pemanasan cepat dan siklus pendinginan yang terjadi dalam proses pengelasan dapat mengganggu keseimbangan fasa alfa / gamma.
Banyak penelitian telah dilakukan terkait dengan perubahan struktur mikro akibat adanya proses pengelasan dalam material SDSS yang berdampak pada sifat mekanik dan ketahanan korosi. Namun, studi dan referensi terkait dampak pengelasan berulang pada material SDSS masih sangat jarang. Padahal dalam praktiknya, karena sulitnya mendapatkan kualitas hasil lasan yang baik pada material SDSS, perbaikan pengelasan sering dilakukan.
Dalam penelitian ini, spesimen dievaluasi untuk mensimulasikan siklus pengelasan berulang yang terdiri dari lasan asli (OW), Perbaikan- 1 (R1), Perbaikan- 2 (R2) dan Perbaikan- 3 (R3). Perubahan struktur mikro diamati melalui mikroskop elektron optik, fasa intermetalik diperiksa dengan SEM- EDS. Sementara itu, ketahanan korosi sumuran diselidiki dengan menggunakan uji korosi gravimetri, uji polarisasi potensio- dinamik dan uji potensio- statik suhu sumuran kritis (CPT).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa endapan nitrida, karbida dan oksida mulai muncul di area terpapar panas (HAZ) pada spesimen R- 2 dan R-m3. Berdasarkan uji korosi gravimetri, uji polarisasi potensio- dinamik dan uji potensio- statik CPT menunjukkan bahwa ketahanan korosi sumuran menurun dengan meningkatnya jumlah pengulangan atau proses perbaikan pengelasan. Penurunan ketahanan korosi secara signifikan mulai terjadi pada spesimen R- 2.

Super Duplex Stainless Steel (SDSS) is a material that is formed by a unique combination of ferrite and austenite microstructure that ideally has the same large volume fraction that offers an interesting combination of mechanical properties and corrosion resistance. TIG Welding or GTAW is the most common type of welding used in DSS and SDSS materials in various industries. Rapid heating and cooling cycles in the welding process can interfere with the alfa / gamma phase balance.
Many studies have been carried out related to changes in microstructure due to the welding process in SDSS materials which have an impact on mechanical properties and corrosion resistance. However, the studies and references in repeated welding cycles of SDSS materials are infrequently. In fact, because of the difficulty in obtaining quality welds of SDSS material, repaired welding is often carried out.
In this study, the specimens were evaluated to simulate repeated welding cycles consist of the original weld (OW), Repair- 1 (R1), Repair- 2 (R2) and Repair- 3 (R3). The microstructural evolutions were observed through optical electron microscope, intermetallic phases were examined by SEM EDS. Meanwhile, pitting corrosion resistance were investigated by means of gravimetric corrosion test, electrochemical potentio- dynamic polarization and potentio- static critical pitting temperature (CPT).
The result show that the nitride, carbides and oxide precipitates starts appear in R- 2 and R- 3 welding cycles heat- affected zone. Based on gravimetric corrosion test, potentiodynamic polarization test and CPT test show that the pitting corrosion resistance decreased significantly in repair 2 and repair 3 specimens. The more repetitions in the welding process will reduce pitting corrosion resistance. The significant reduction of corrosion resistance started in R-2 specimens.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T52609
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tania Mentari Desriyani
"Pemeliharaan merupakan hal terpenting dalam menjalankan sebuah sistem produksi yang melibatkan aset yang besar, termasuk pada Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi. Pemeliharaan mesin berbasis kondisi mesin Condition-Based Maintenance dirasa efektif dalam menjaga performa mesin. Kondisi mesin dapat diketahui melalui data operasi yang ada. Salah satu pendekatan yang dapat mempelajari dan mengolah ribuan data operasi yang terekam oleh sensor-sensor parameter keseluruhan data operasi yang ada adalah dengan pendekatan machine learning. Data operasi tersebut kemudian akan dibagi menjadi beberapa kategori yaitu long, medium dan short dengan batasan berupa lama waktu aset tersebut beroperasi. Data tersebut kemudian akan menjalani proses training menggunakan aplikasi Classification Learner pada software MATLAB. Proses ini memungkinkan MATLAB mempelajari hubungan antar parameter, waktu dan kategori yang dibuat hingga menghasilkan sebuah model klasifikasi kondisi mesin. Model tersebut kemudian digunakan untuk memprediksi kondisi turbin terkini yang kemudian dapat diperkirakan berapa lama lagi turbin dapat beroperasi dengan baik sampai turbin membutuhkan kegiatan pemeliharaan kembali.

Maintenance is the most important thing in running a large production system that is using some machinery such as turbines, pumps and so on. This is also applied for a geothermal power plants that have so many assets to maintain. Condition based maintenance is considered to be the most effective maintenance management to be applied for a big scale industrial company. Machines condition could be known from the machines operation data that is continously recorded by the censors of some parameter. One of the most suitable approach to learn and process the big operation data is machine learning. The operation data will be classified into three categories, there are long category, medium category and short category, which has its limit based on the length of time the machine has been operating. Then, the operation data will be trained using Classification Learner toolbox of MATLAB. This process let MATLAB understands the relationship between each parameter, time and the categories until a classification model of machines condition has been produced. The model later could be used to predict the most recent machines condition so that we can also predict how long the machine could still operate well until it needs to be maintained again. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>