Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 196959 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Upik Dian Mentari
"Sebagian besar timbulan sampah yang dihasilkan oleh penduduk Kota Depok adalah sampah organik. Dengan banyaknya sampah organik, maka pengomposan adalah salah satu solusi untuk mengelola sampah organik. Di Kota Depok terdapat 32 UPS yang aktif dari total 42 UPS. Dalam penelitian ini, fasilitas pengomposan yang digunakan sebagai studi kasus adalah UPS Merdeka 2. Di UPS Merdeka 2 dilakukan pengomposan dengan metode open windrow. Proses pengomposan di UPS Merdeka 2 memakan waktu selama 3-4 bulan. Selain itu, dari hasil uji laboratorium, kualitas kompos yang dihasilkan masih belum memenuhi standar dalam SNI 19-7030-2004 tentang Spesifikasi Kompos dari Sampah Organik Domestik dalam beberapa parameter. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik feedstock pada proses pengomposan di UPS Merdeka 2, menganalisis pengaruh penambahan cacing Eudrilus eugeniae pada proses pengomposan, menganalisis perbedaan penurunan massa sampah organik menjadi kompos dengan sistem open windrow dan vermikomposting, serta menganalisis perbedaan kualitas produk kompos hasil vermikomposting dan open windrow.
Dalam penelitian ini dibuat dua jenis metode pengomposan, dengan cara open windrow dan vermikomposting menggunakan cacing Eudrilus eugeniae. Dengan adanya penambahan cacing dalam proses pengomposan maka diharapkan akan mempercepat durasi pengomposan serta memperbaiki kualitas produk kompos. Feedstock yang digunakan untuk pengomposan berasal dari sampah makanan, sampah sayur, dan sampah taman. Jumlah feedstock yang digunakan untuk pengomposan open windrow sebanyak 345,685 kg, dan untuk vermikomposting sebanyak 0,875 kg feedstock/kg cacing dengan frekuensi feeding rate sebanyak 2 kali seminggu. Pengambilan sampel dilakukan setiap 7 hari selama 84 hari. Parameter karakteristik feedstock dan kualitas kompos yang diperiksa adalah suhu, pH, kadar air, rasio C/N, total phosphor, kemampuan ikat air (WHC), electrical conductivity, kadar volatil, kadar abu, lignin, densitas, free air space (FAS), dan ermination index (GI). Titik pengambilan suhu pada gundukan kompos open windrow dilakukan pada kedalaman 20-30 cm, 40 cm, dan 80 cm dari permukaan kompos.
Berdasarkan hasil pemeriksaan kualitas kompos, produk kompos dari vermikomposting memenuhi rentang baku mutu SNI 19-7030-2004 dalam aspek pH, rasio C/N, total phosphor, WHC, dan suhu, sementara produk pengomposan open windrow memenuhi baku mutu dalam aspek kadar air, total phosphor, dan suhu. Selain itu, nilai GI pada vermikomposting menggunakan bibit kangkung sebesar 775%, dan 123,8% pada bibit pokchoi. Nilai GI pada kompos open windrow menggunakan bibit kangkung sebesar 625%, dan 98,8% pada bibit pokchoi. Maka kualitas vermikompos lebih baik dibandingkan dengan produk kompos open windrow. Penurunan massa sampah organik menjadi kompos pada sistem open windrow sebesar 82,93% dan 82,88% pada vermikomposting. Persentase produk vermikomposting yang dapat digunakan sebesar 17,11% dari jumlah feedstock, sedangkan produk open windrow sebanyak 14,75%.
Berdasarkan data penelitian yang diperoleh, tidak terdapat standar metode Germination Test (GT) sehingga pengujian GI dilakukan dengan menggabungkan metode dari beberapa jurnal, laju pertumbuhan cacing lambat, dan tidak dilakukan perhitungan laju dekomposisi bahan organik. Sehingga penelitian ini menyarankan bahwa perlu dilakukan pemberian feedstock yang bervariasi pada cacing agar dapat diketahui jumlah feedstock optimum untuk laju pertumbuhan cacing, penelitian lebih lanjut oleh Badan Standardisasi Nasional mengenai metode Germination Test, dan dilakukan penimbangan sisa feedstock pada reaktor vermikomposting sebelum pemberian feedstock agar dapat diketahui laju dekomposisi bahan organik.

Most of the waste generated by the citizen of Depok City is organic waste. With the excessive amount of organic waste being accumulated, composting is one of the solution to manage organic waste. In Depok City, there are 32 active UPS out of 42 UPS in total. In this research, the facility that was qualified to be used for a case study was UPS Merdeka 2. In UPS Merdeka 2, composting with the method open windrow was done that took around 3-4 months. Other than that, from lab test result, the compost quality that was produced was not up to SNI 19-7030-2004 standard about Specification of Compost from Domestic Organic Waste in several parameters. The purposes of this research are to analyze the characteristic of feedstock in composting process on UPS Merdeka 2, to analyze the effect of adding Eudrilus eugeniae earthworms in composting process, to compare mass reduction of the organic waste into compost between open windrow system and vermicomposting, and to analyze the difference between the quality of compost products.
Two methods of composting was used, with open windrow method and vermicomposting with Eudrilus eugeniae earthworms. Earthworm was added in the composting process in hope of accelerating composting duration and to improve the quality of compost product. The feedstocks for composting are food waste, vegetable waste, and garden waste. The amount of feedstock used for open windrow composting is 345,685 kg, and for vermicomposting is 0,875 kg feedstock/kg earthworms with the frequency of feeding rate is twice a week. Sampling was done every 7 days throughout 84 days period. Parameters of feedstock characteristics and compost quality that was quantified was temperature, pH, moisture content, C/N ratio, total phosphor, Water Holding Capacity (WHC), Electrical Conductivity (EC), volatile solid, ash content, lignin, density, Free Air Space (FAS), and Germination Index (GI). The temperature capture point on the open windrow compost mound is carried out at a depth of 20-30 cm, 40 cm, and 80 cm from the compost surface.
Based on the compost quality checking, compost product from vermicomposting is qualified based on SNI 19-7030-2004 in the parameters of pH, C/N ratio, total phosphor, WHC, and temperature. In addition, GI values in vermicomposting using water spinach seeds were 775%, and 123,8% in pokchoi seeds. The GI value of the open windrow compost using water spinach seeds were 625%, and 98,8% in pokchoi seeds. On the other hand, compost product from open windrow fulfills the standard in the parameters of moisture content, total phosphor, and temperature. Then, the quality of vermicompost is better than the open windrow system compost products. Mass reduction of organic waste into compost in open windrow system is 82,93% and 82,88% in vermicomposting. The percentage of products in VCR that can be used is 17,11% of the total feedstock, while the open windrow product is 14,75%.
Based on the research data obtained, there is no standard method of Germination Test (GT) so that GI testing is carried out with several journal methods, the growth rate of earthworms is slow, and no decomposition rate of organic waste is carried out. So that the researchers suggest to varying the feedstock for earthworms in order to determine the optimal amount of feedstock for earthworms growth rates, further research by the National Standardization Agency on Germination Test methods, and weighing feedstock in vermicomposting reactors before giving the feedstock, so that the decomposition of organic matter can be counted.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rusyda Maheswara
"ABSTRAK
Pemanfaatan kembali sampah organik untuk dijadikan kompos menggunakan mikroorganisme berpotensi menjadi solusi untuk mengurangi jumlah timbulan sampah domestik yang terus meningkat seiring dengan penambahan penduduk. Namun analisis risiko terhadap pemanfaatan tersebut menjadi krusial akibat adanya kandungan sampah B3 yang tercampur di dalam sampah domestik yang akan dijadikan sebagai bahan dasar kompos. Kompos yang terkontaminasi tersebut apabila digunakan dapat memicu risiko baik kanker dan non kanker apabila tanaman tersebut dikonsumsi. Penelitian ini bertujuan mengkuantifikasi risiko kanker dan non kanker dari logam berat yang terkandung pada timbulan sampah di wilayah Cikini Kramat, Kecamatan Menteng dan wilayah Gedong Pompa, Kecamatan Penjaringan. Penelitian ini bersifat kualitatif dalam penentuan karakterisasi risiko dengan menggunakan analisis kuantitatif dengan metode analisis Monte Carlo. Untuk memperoleh data kuantitatif dilakukan pengukuran terhadap konsentrasi logam berat dari timbulan sampah organik pada kedua wilayah dan data sekunder IFLS 2014. Terdeteksi logam berat As dengan konsentrasi 1,37 mg/kg dan logam berat Pb dengan konsentrasi 4,49 mg/kg pada timbulan sampah organik wilayah Gedong Pompa, dan logam berat Hg dengan konsentrasi 0,46 mg/kg pada timbulan sampah organik wilayah Cikini Kramat. Dari 10.000 simulasi yang dilakukan hasil analisis risiko kanker menunjukan persentase terbesar risiko kanker tinggi oleh logam As sebesar 66,68% dan risiko kanker menengah oleh logam berat Pb sebesar 59,63%, sedangkan untuk risiko non kanker rendah oleh logam berat As sebesar 68,78%, risiko non kanker rendah oleh logam berat Pb sebesar 94,6% dan risiko non kanker tinggi oleh logam berat Hg sebesar 74,39%.

ABSTRACT
The reuse of organic waste to be composted using microorganisms has the potential to be a solution to reduce the amount of domestic waste generation that continues to increase with population growth. However, the risk analysis of the utilization becomes crucial due to the presence of hazardous waste content mixed in domestic waste which will be used as compost base material. Contaminated compost when used can trigger a risk of both cancer and non-cancer if the plant is consumed. This study aims to quantify the risk of cancer and non-cancer from heavy metals contained in waste generation in the Cikini Kramat area, Menteng District and Gedong Pompa, Penjaringan District. This research is qualitative in determining risk characterization using quantitative analysis with the Monte Carlo analysis method. To obtain quantitative data, measurements were made of heavy metal concentrations from organic waste generation in both regions and secondary data from 2014 IFSL. Detected heavy metal As with a concentration of 1.37 mg / kg and Pb heavy metal with a concentration of 4.49 mg / kg in organic waste generation. Gedong Pompa area, and heavy metal Hg with a concentration of 0.46 mg / kg in organic waste generation in the Cikini Kramat area. From 10,000 simulations carried out the results of cancer risk analysis showed the largest percentage of high cancer risk by As metals was 66.68% and medium cancer risk by heavy metals Pb was 59.63%, whereas for low non-cancer risk by heavy metals As was 68, 78%, the risk of non-cancer is low by Pb heavy metals by 94.6% and the risk of non-cancer is high by heavy metal Hg of 74.39%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ihsan Ramadhan
"Sampah organik merupakan salah satu masalah utama dalam pengelolaan persampahan dengan komposisi dan timbulan sampah terbesar pada aliran sampah kota. Pengomposan dapat menjadi metode yang tepat untuk mengurangi timbulan sampah, khususnya sampah organik, dan memberikan manfaat berupa produk kompos.  Akan tetapi, sampah kota terdiri dari berbagai macam komposisi termasuk sampah B3, yang dapat mengandung logam berat, sehingga analisis risiko kesehatan terhadap pemanfaatan kompos dari sampah kota menjadi hal yang penting. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis risiko kanker dan non-kanker terhadap pemanfaatan kompos sampah organik yang berasal dari sampah kota di Kampung Inovasi Cimone, Kecamatan Karawaci dan Kampung Markisa, Kecamatan Karawaci. Pada penelitian ini digunakan metode risk assessment berupa analisis Monte Carlo pada sampel sampah organik yang terkontamintasi logam berat As, Cd, Hg, dan Pb. Kampung Inovasi Cimone dan Kampung Markisa masing-masing memiliki timbulan sampah sebesar 0,57 kg/orang/hari dan 0,62 kg/orang/hari. Pada Kampung Inovasi Cimone terdeteksi logam berat Pb 1,79 mg/kg sampah organik dan pada Kampung Markisa terdeteksi logam berat Pb 2,61 mg/kg sampah organik dan logam berat Hg 5,85 mg/kg sampah organik. Paparan logam berat Pb pada Kampung Inovasi Cimone menghasilkan risiko kanker menengah sebesar 89,84%; risiko kanker rendah sebesar 10,16%; dan risiko non-kanker rendah sebesar 99,82%. Paparan logam berat Pb pada Kampung Markisa menghasilkan risiko kanker menengah sebesar 93,57%; risiko kanker rendah sebesar 6,43%; dan risiko non-kanker rendah sebesar 99,53% & paparan logam berat Hg menghasilkan risiko non-kanker tinggi sebesar 99,38%. Dari kedua kampung, hanya pada Kampung Inovasi Cimone pengomposan dapat diterapkan dengan menggunakan 16,88% komposisi sampah organik dan menghasilkan potensi reduksi timbulan sampah hingga 1,54%.

Organic waste is one of the main problems in waste management with the largest composition and generation of waste in the municipal waste stream. Composting can be a proper method to reduce waste generation, especially organic waste, and provide benefits in the form of compost products. However, municipal waste consists of various compositions including hazardous waste, which can contain heavy metals, so an analysis of health risks in the use of compost from municipal waste is important. This study aims to analyze the risk of cancer and non-cancer on the use of organic waste compost sourcing from municipal waste in Inovasi Cimone Village, Karawaci District and Markisa Village, Karawaci District. This research uses a risk assessment method in the form of Monte Carlo analysis on organic waste samples that are contaminated with heavy metals As, Cd, Hg, and Pb. Inovasi Cimone Village and Markisa Village each have 0,57 kg/person/day and 0,62 kg/person/day of waste generation. In Inovasi Cimone Village, Pb 1.79 mg / kg organic waste was detected and in Markisa village Pb 2.61 mg / kg organic waste was detected and Hg 5.85 mg / kg organic waste was detected. Heavy metal exposure of Pb in the Inovasi Cimone Village resulted in a medium cancer risk of 89.84%; low cancer risk of 10.16%; and a low risk of non-cancer risk of 99.82%. Heavy metal exposure of Pb in Markisa Village resulted in a medium cancer risk of 93.57%; low cancer risk of 6.43%; and a low risk of non-cancer of 99.53% & heavy metal exposure of Hg resulted in a high risk of non-cancer of 99.38%. From both villages, only in Inovasi Cimone Village composting can be applied using 16.88% organic waste composition and resulting in a potential reduction in waste generation up to 1.54%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Ayu Prabha Pradnya Kani
"DKI Jakarta merupakan provinsi terpadat di Indonesia dengan produksi sampah hingga 3,11 juta ton pada tahun 2022. Komposisi sampah terbesar adalah sampah organik, sehingga penanganannya penting untuk dilakukan. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah pengomposan vermi. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hasil kompos dari pengomposan vermi dan potensi penurunan massa sampah organik akibat pengomposan vermi. Penelitian ini dilakukan di TPS 3R Sadar Raya dengan metode kuantitatif melalui pendekatan eksperimental yang melibatkan persiapan reaktor, bedding, feedstock, serta pelaksanaan pengomposan vermi. Hasil dari kompos vermi akan dibandingkan dengan hasil kompos caspary di TPS 3R Sadar Raya berdasarkan standar SNI 19-7030-2004 dan Permentan No. 11 Tahun 2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan kontrol harian, pengomposan vermi berjalan baik dengan pH, kadar air, dan suhu pada rentang optimal. Kompos vermi juga menunjukkan warna dan bau seperti tanah. Namun, berdasarkan hasil uji laboratorium, hasil kompos vermi belum memenuhi parameter kadar air, C-organik, rasio C/N, pH, P2O5, dan K2O berdasarkan kedua standar. Maka, kompos vermi dinyatakan belum matang dan belum stabil apabila dibandingkan dengan hasil kompos caspary, sehingga perlu dilakukan penambahan waktu dari proses pengomposan dan proses curing ataupun penambahan variasi feedstock dengan kotoran hewan ternak.

DKI Jakarta is Indonesia's most populous province, generating up to 3,11 million tons of trash by 2022. Organic waste makes up the majority of waste, so it must be managed properly. One option is to compost using the vermi technique. As a result, the purpose of this study was to assess the compost production from vermi composting as well as the potential decrease in organic waste mass caused by vermi composting. This study was carried out at TPS 3R Sadar Raya utilizing a quantitative method combined with an experimental strategy that included the preparation of reactors, bedding, feedstock, and vermi composting. The results of vermi compost will be compared to the results of caspary compost at TPS 3R Sadar Raya using SNI 19-7030-2004 and Permentan 11/2007. The results showed that, based on daily management, vermi composting is performing well, with pH, moisture content, and temperature within the ideal range. In addition, vermi compost exhibited soil-like color and odor, indicating maturity. However, laboratory test findings show that the vermi compost does not meet the moisture content, C-organic, C/N ratio, pH, P2O5, and K2O criteria specified in SNI 19-7030-2004 and Permentan 11/2007. As a result, vermi compost is considered immature and unstable when compared to caspary compost, necessitating an extension of the composting and curing processes, as well as the addition of feedstock variations such as cattle manure."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatima Risha Dianty
"Keterbatasan lahan TPA Cipayung diiringi meningkatnya jumlah timbulan sampah yang dihasilkan memicu pemerintah kota Depok untuk menemukan solusi dalam permasalahan persampahan yaitu dengan mengurangi volume sampah yang masuk ke dalam TPA salah satunya dengan mengolah sampah organik dengan cara pengomposan. Berbagai upaya dilakukan untuk mempercepat proses pengomposan, salah satunya dengan penambahan bulking agent (BA). Tujuan dari penelitian ini yaitu menganalisis karakteristik feedstock, menganalisis pengaruh penambahan bulking agent terhadap pengomposan, menganalisis karakteristik produk kompos dan menganalisis pengaruh penambahan BA terhadap dinamika populasi mikroba. Penelitian ini dilakukan di UPS Merdeka 2 dengan membuat dua gundukan kompos open windrow (tanpa penambahan dan dengan penambahan BA) berukuran 1 m x 1 m x 1,2 m (p x l x t) dengan periode pengomposan selama 91 hari. Penambahan BA berupa cacahan kayu sebesar 25% dari total massa gundukan kompos.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa BA mampu mempertahankan porositas selama pengomposan sehingga aliran oksigen dapat terdistribusi dengan baik dan dapat menjadi sumber karbon yang baik. Produk akhir kompos G2 memiliki rasio C/N yang lebih tinggi yaitu sebesar 9,04 sedangkan rasio C/N kompos G1 sebesar 5,34. Hasil uji perkecambahan menggunakan tanaman kangkung dan pokchoi menunjukkan nilai GI (%) lebih dari 100% untuk kompos G2 dan nilai GI kompos G1 pada tanaman kangkung sedangkan nilai GI kompos G1 pada tanaman pokchoi sebesar 98,75%. Populasi mikroba pada kompos G2 memiliki populasi yang cenderung lebih tinggi jika dibandingkan dengan kompos G1 dapat disebabkan oleh adanya penambahan porositas.

The limitation of Cipayung landfill area accompanied by the amount of waste generated has triggered the Depok City government to find solutions to waste problems by reducing the volume of waste entering the landfill, one of which is composting. Various efforts are made to increase the composting process time, one of which is by the addition of bulking agent (BA). The purpose of this study was to analyze the characteristics of organic raw materials, the effect of bulking agents on composting, the characteristics of final product of composting and the effect of adding BA on dynamics of microbial population. This research was conducted in UPS Merdeka 2 by making two open windrow compost mounds (without and with the addition of BA) with each dimension was 1 m x 1 m x 1.2 m (l x w x h) in 91 days period of composting. The addition of BA (wood chips) is 25% of the total mass of the compost mound.
The results showed that BA was able to maintain porosity during composting so the flow of oxygen could be well distributed and could be a good source of carbon. The final product of compost G2 has higher C/N ratio of 9,04 while the C/N ratio of compost G1 was 5,34. The germination test results using water spinach and pokchoi seeds showed GI values (%) more than 100% for compost G2 and GI value of compost G1 using water spinach seeds while GI value of compost G1 using pokchoi seeds was 98,75%. The microbial population of compost G2 has higher population when compared to compost G1s microbial population which can be caused by the addition of porosity in the compost mound.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nindi Sekarsari
"Sejak tahun 2006, Pemerintah Daerah Kota Depok telah membangun Unit Pengolahan Sampah (UPS) dalam rangka mengurangi volume sampah yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir. Salah satu kegiatan yang dilakukan di UPS Kota Depok adalah melakukan pengomposan secara open windrow untuk mengolah sampah organiknya. Namun, upaya pengomposan yang sedang berjalan belum menghasilkan kualitas kompos yang sesuai dengan SNI 19-7030-2004. Secara teoritis, beberapa faktor yang mempengaruhi proses pengomposan open windrow antara lain komposisi bahan baku, ukuran partikel dan juga pengadukan. Berdasarkan survey pendahuluan, frekuensi pengadukan menjadi indikasi utama faktor yang mempengaruhi hasil kualitas kompos di UPS Kota Depok. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh frekuensi pengadukan terhadap proses pengomposan open windrow dengan mengambil tempat di UPS Jalan Jawa, Kota Depok. Variasi frekuensi pengadukan yang diterapkan adalah tanpa pengadukan (gundukan I), pengadukan seminggu sekali (gundukan II) dan pengadukan seminggu tiga kali (gundukan III). Parameter kualitas yang dikontrol adalah temperatur dan pH (setiap interval satu minggu), kelembaban dan perbandingan C/N (setiap interval dua minggu) dan seluruh parameter di atas ditambah parameter water holding capacity (WHC) dilakukan saat kompos matang. Hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat pengaruh frekuensi pengadukan terhadap proses pengomposan open windrow. Selama proses pengomposan, gundukan II dan gundukan III yang mengalami pengadukan memiliki kualitas lebih baik untuk parameter temperatur, pH, kelembaban dan perbandingan C/N dibandingkan dengan gundukan I (tanpa pengadukan). Sedangkan hasil kualitas kompos antara gundukan II dan gundukan III memiliki kemiripan sehingga metode pengomposan open windrow yang lebih efektif untuk diterapkan di UPS Jalan Jawa adalah dengan melakukan frekuensi pengadukan seminggu sekali (gundukan II) didukung dengan penambahan air rata-rata 39 liter per minggu dan volume gundukan sebesar 1,35 m3.

Since 2006, the Government of Depok has been constructing the Waste Management Unit (UPS) in order to reduce the volume of waste disposed at landfill. One of the activities carried out in UPS Depok is conducting open windrow composting to process the organic waste. However, the current composting is not producing good quality compost according to SNI 19-7030-2004. Theoretically, several factors that affect open windrow composting are composition of feedstock, particle size, and also turning frequency. Based on initial survey, turning frequency is the main indication that affect the quality of compost in UPS Depok. Therefore, there?s a need to conduct a study to determine the effect of turning frequency in open windrow composting. The study is carried out at UPS Jalan Jawa, Depok. The variation of the turning frequency are without turning (pile I), turning once a week (pile II) and turning three times a week (pile III). The parameters of quality control from this study are temperature, pH (interval once week), moisture and C/N ratio (interval two weeks) and all the parameters above plus water holding capacity for mature compost. The result of this study proves that turning frequency affects open windrow composting. During the composting process, pile II and pile III which are turned have better quality for temperature, pH, moisture and C/N ratio compared to the pile I (without turning). While the results of compost quality from pile II and pile III have similarities. So, the most effective open windrow composting method that can be applied in UPS Jalan Jawa is turning once a week (pile II) and supported by addition approximately 39 litre of water per weeks and pile volume about 1,35 m3.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S108
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Teknologi Bioremediasi merupakan teknologi yang belakangan ini digunakan sebagai cara altematif penanggulangan limbah I-lidrokarbon _ Metode ini menggunakan mikroorganisme bakteri pemecah minyak seperti Rveudomanus aeruginosa untuk mendegradasi senyawa hidrokarbon sehingga dapat mcmulihkan lingkungan, tanah dan air yang tercemar.
Penelitian pengujian ketahanan dari bakteri Pseudomonas aeruginosa ini merupakan bagian dari penelitian Bioremediasi yang dilakukan di Departemen Teknik Gas dan Petrokimia. Penelitian ini dilakukan dalam kultur medium Nutrien Broth (NB) dengan menggunakan teknik pengguncangan. Proses tcrsebut berlangsung pada kondisi temperatur 35"C, kecepatan shaker 30 rpm dan tekanan I atm dengan variasi konsentrasi substrat iso-oktana yang cligunakan sebesar 800 ppm, 1600 ppm, 3200 ppm, 6400 ppm, dan 10000 ppm volum.
Secara umum hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah dengan semakin tingginya konsentrasi kontaminan yang diberi kan pada sei (pada rentang substrat 800 ppm - 10000 ppm), maka semakin berkurangjumlah massa se! akhir yang dihasilkan dan laju pcrmmbuhan spesifik sel Pseudomonas aeruginosa berada pada laju yang hampir sama. Pertumbuhan terbaik sel dicapai pada konsentrasi 800 ppm dengan jurniah massa sel akhir sebesar 0.007079 gr/dmg-
pada akhimya model pendekatan secara empiris terhadap laju pertumbuhan sel mcngikuti persamaan Ierusalimsky."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S49530
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arthami Bunga Dewanti
"Pada tahun 2022, timbulan sampah Kota Tangerang telah mencapai 600,474 ton. Sementara, fasilitas pengelola sampah di Kota Tangerang masih terbatas. TPS 3R Widatama 12 melayani 4 RW di Kelurahan Nusa Jaya, melebihi cakupan layanan seharusnya yaitu 1 RW. TPS 3R Widatama 12 mengolah sampah organik menjadi kompos. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kondisi eksisting sistem pengelolaan sampah, menghitung timbulan dan komposisi sampah, menganalisis potensi reduksi, serta menganalisis kualitas kompos TPS 3R Widatama 12. Metode penelitian untuk pengukuran timbulan dan komposisi sampah menggunakan metode load-count analysis dan metode quartering, serta mengacu pada SNI 19-3964-1994. Parameter kompos yang diuji adalah karbon, nitrogen, C/N-rasio, kadar air, pH, phosfor, dan kalium. Berdasarkan hasil penelitian, sistem pengelolaan sampah di TPS 3R Widatama 12 adalah pengangkutan sampah, pemilahan sampah, pengelompokkan sampah anorganik, dan pengomposan. Volume rata-rata timbulan sampah yang masuk adalah 6,5 m3/hari dengan berat sampah rata-rata 944,87 kg/hari atau 0,46 kg/orang/hari. Komposisi sampah terdiri dari sisa makanan 43,78%; kayu-ranting 3,5%; kertas-karton 8,28%; plastik 20,85%; logam 0,35%; kain 2,92%; karet-kulit 0,59%; kaca 2,16%; dan lainnya 0,83%. Nilai potensi reduksi sampah adalah sebesar 71,72%. Berdasarkan parameter kompos yang diuji, parameter yang belum terpenuhi adalah pH dengan nilai 7,8.

Pada tahun 2022, timbulan sampah Kota Tangerang telah mencapai 600,474 ton. Sementara, fasilitas pengelola sampah di Kota Tangerang masih terbatas. TPS 3R Widatama 12 melayani 4 RW di Kelurahan Nusa Jaya, melebihi cakupan layanan seharusnya yaitu 1 RW. TPS 3R Widatama 12 mengolah sampah organik menjadi kompos. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kondisi eksisting sistem pengelolaan sampah, menghitung timbulan dan komposisi sampah, menganalisis potensi reduksi, serta menganalisis kualitas kompos TPS 3R Widatama 12. Metode penelitian untuk pengukuran timbulan dan komposisi sampah menggunakan metode load-count analysis dan metode quartering, serta mengacu pada SNI 19-3964-1994. Parameter kompos yang diuji adalah karbon, nitrogen, C/N-rasio, kadar air, pH, phosfor, dan kalium. Berdasarkan hasil penelitian, sistem pengelolaan sampah di TPS 3R Widatama 12 adalah pengangkutan sampah, pemilahan sampah, pengelompokkan sampah anorganik, dan pengomposan. Volume rata-rata timbulan sampah yang masuk adalah 6,5 m3/hari dengan berat sampah rata-rata 944,87 kg/hari atau 0,46 kg/orang/hari. Komposisi sampah terdiri dari sisa makanan 43,78%; kayu-ranting 3,5%; kertas-karton 8,28%; plastik 20,85%; logam 0,35%; kain 2,92%; karet-kulit 0,59%; kaca 2,16%; dan lainnya 0,83%. Nilai potensi reduksi sampah adalah sebesar 71,72%. Berdasarkan parameter kompos yang diuji, parameter yang belum terpenuhi adalah pH dengan nilai 7,8."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Chairiah
"Pada penelitian ini dilakukan co-biodrying dengan mencampurkan lumpur dengan limbah padat organik. Limbah padat organik yang digunakan adalah sampah halaman yang terdiri dari dedaunan hijau dan dedaunan kering. Sedangkan lumpur yang berupa sludge cake, diperoleh dari instalasi pengolahan air limbah domestik di Bekasi. Co-biodrying dilakukan dengan mempertimbangkan keseimbangan properti feedstock dan aspek mikrobiologis. Percobaan dilakukan dengan menggunakan tiga reaktor skala laboratorium dengan spesifikasi yang sama. Hasil percobaan yang didapatkan dari proses biodrying yang dilakukan selama 21 hari, menunjukkan bahwa reaktor dengan fraksi pencampuran lumpur terendah 5:1 memiliki profil temperatur yang lebih baik dan penurunan moisture content yang paling tinggi dibandingkan dengan reaktor lainnya. Kandungan moisture content awal dan VS awal pada reaktor ini secara berturut-turut adalah 52.25 dan 82.4. Kecepatan aliran udara yang digunakan adalah 10 L/menit. Setelah proses biodrying selesai, moisture content akhir material pada reaktor ini adalah 22, VS sebesar 75.9 , dan nilai kalor akhir sebesar 3179,28 kkal/kg.

In this study, organic waste was co biodried with sludge cake. The organic waste was consisted of dried leaves and green leaves, while the sludge cake was obtained from a waste water treatment plant in Bekasi. Co biodrying was done by balancing substrate's property and microbial aspect. The experiment was performed on 3 lab scale reactors with same specifications. After 21 days of experiment, it was found that the reactor with the lowest mixing fraction of sludge 5 1 has the best temperature profile and highest moisture content depletion compared with others. Initial moisture content and initial volatile solid content of this reactor's feedstock was 52.25 and 82.4 respectively. The airflow rate was 10 lpm. After biodrying was done, the final moisture content of this reactor was 22.0, final volatile solid content was 75.9, and the final heating value was 3179,28 kkal kg.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67810
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thesa Siswanto
"Rasio C/N yang dikandung oleh kompos UPS Cipayung masih di bawah nilai yang ditetapkan SNI 19-7030-2004. Faktor yang mempengaruhi rasio C/N kompos UPS Cipayung salah satunya adalah komposisi feedstock pengomposan. Selama ini, proses pengomposan dilakukan hanya dengan mengandalkan feedstock sampah organik UPS Cipayung yang memiliki kadar karbon rendah. Hal ini menyebabkan rendahnya rasio C/N pada kompos yang diproduksi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan bahan berunsur karbon tinggi untuk meningkatkan rasio C/N pada kompos di UPS Cipayung. Bahan yang berunsur karbon tinggi bisa ditambahkan ke dalam feedstock pengomposan untuk membantu meningkatkan rasio C/N. Bahan yang mudah dicari dan digunakan antara lain daun kering dan sabut kelapa. Oleh karena itu, bahan tersebut dapat ditambahkan ke dalam feedstock sampah organik UPS Cipayung agar rasio C/N meningkat. Variasi komposisi dalam penelitian ini adalah campuran sampah organik dan daun kering (tumpukan 2), sampah organik dan sabut kelapa (tumpukan 3), serta sampah organik tanpa campuran sebagai kontrol(tumpukan 1). Setelah proses pengomposan selama 90 hari, kompos yang memiliki rasio C/N paling baik sesuai dengan SNI 19-7030-2004 adalah kompos dengan campuran feedstock sabut kelapa dan sampah organik dengan rasio 13,44.

The C/N ratio in compost produced by UPS Cipayung is having a quality that did not meet with SNI 19-7030-2004 standard. Based on several study, feedstock composition affects duration of compost produced. In UPS Cipayung, composting process was carried only by using feedstock from household waste that contained low carbon and high nitrogen compound. This is one of the reason why compost is having low carbon. The high carbon materials can be added into the feedstock composting to help increasing the C/N ratio. Materials that accessible and usable include dried leaves and coconut coir. Therefore, that material can may be added to organic waste feedstock in UPS Cipayung in order for increasing C/N ratio. Variations in composition of this research is a mixture of organic waste and dry leaves (stacks 2), organic waste and coconut coir (stacks 3), and organic waste only as control (stacks 1). After the composting process for 90 days, the compost that has the best quality in accordance with SNI 19-7030-2004 is compost with a mixture feedstock of coconut coir and organic waste with a C/N ratio 13,44."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S45718
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>