Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 186914 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Edy Susanto
"ABSTRAK
Kebutuhan energi listrik dari sektor rumah tangga setiap tahunnya terus mengalami peningkatan yang sangat dominan dibandingkan dengan sektor lainnya dan lemari pendingin merupakan salah satu peralatan elektronik yang paling besar mengkonsumsi energi listrik dalam rumah tangga. Oleh karena itu pemerintah dirasa perlu untuk mengambil kebijakan-kebijakan dalam mempertahankan atau meningkatkan kesediaan energinya. Standar dan labeling efisiensi energi untuk peralatan rumah tangga adalah salah satu strategi yang popular dalam melakukan penghematan energi dan menjadi wadah pembelajaran bagi masyarakat atau konsumen agar mampu mengunakan energi dengan bijak. Perilaku konsumen juga dapat mempengaruhui peningkatan konsumsi energi listrik. Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari kondisi operasi terbaik dari lemari pendingin rumah tangga agar dapat menjadi rekomendasi kepada pengguna, produsen maupun kepada para pemangku kebijakan energi nasional. Pada penelitian ini dilakukan beberapa studi eksperimental antara lain variasi setting thermostat, variasi massa refrigeran dan variasi massa fraksi nanopartikel terhadap lemari pendingin 2 pintu dengan jenis refrigeran R600a. Kemudian dilakukan analisis terhadap nilai COP dan konsumsi energi listrik serta potensi penghematan energinya. Hasilnya didapat bahwa efek setting thermostat optimum ada pada temperatur internal lemari pendingin sebesar -21 oC dengan konsumsi energi listrik 1.22 kWh/hari. Sementara efek variasi massa refrigerant optimum adalah pada massa 43 gram dengan nilai COP 3.22 dan konsumsi energi listrik 1.16 kWh/hari. Sedangkan efek variasi massa fraksi nanopartikel optimum adalah 0.2 wt% dengan konsumsi energi listrik 0.94 kWh/hari dan nilai COP 3.54.

ABSTRACT
The electrical energy needs of the household sector continue to experience a very significant increase compared to other sectors and refrigerators are one of the largest electronic devices that consume electricity in the household. Therefore, the government is deemed necessary to take policies in maintaining or increasing its energy availability. Energy efficiency standards and labeling for household appliances is one of the popular strategies in saving energy and becoming a learning forum for the community or consumers to be able to use energy wisely. Consumer behavior can also influence the increase in electricity consumption. The purpose of this study is to find the best operating conditions of household refrigerators so that they can become recommendations to users, producers and national energy policy makers. In this study several experimental studies were carried out including variations in thermostat settings, variations in mass of refrigerants and variations in mass of nanoparticle fractions against 2-door refrigerators with R600a refrigerants. Then an analysis of the value of COP is carried out and the consumption of electrical energy and energy saving potential. The result is that the effect of the optimum thermostat setting is on the refrigerator's internal temperature of -21 oC with an electrical energy consumption of 1.22 kWh / day. While the effect of variations in optimum mass of refrigerant is at a mass of 43 grams with a value of COP 3.22 and electricity consumption of 1.16 kWh / day. While the effect of the optimum mass variation of nanoparticle fraction is 0.2 wt% with electrical energy consumption of 0.94 kWh / day and COP value 3.54.

"
2019
D2762
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rinda Rahmania
"Pipa merupakan sarana transportasi yang tepat untuk mengangkut heavy oil. Fluida non-Newtonian heavy oil memiliki karakteristik fluida shear-thinning. Namun, kendala yang muncul dalam penggunaan pipa sebagai media transportasi heavy oil adalah pressure drop yang tinggi sepanjang pipa. Penyebab dari tingginya pressure drop karena heavy oil memiliki viskositas yang besar sehingga dibutuhkan biaya dan konsumsi energi yang besar juga. Salah satu teknologi yang digunakan di industri migas untuk mengurangi pressure drop tinggi adalah metode core annular flow (CAF). Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan penghematan energi aliran laminar pada heavy oil 1 fase dengan metode CAF pada geometri pipa Y-junction. Juga menganalisis hidrodinamika aliran heavy oil 1 fase dalam pipa menggunakan simulasi computational fluid dynamics (CFD) pada ANSYS Fluent Student dengan model viskositas Carreau. Penghematan energi dihitung menggunakan konsumsi energi, power reduction factor, danpressure drop reduction. Penghematan energi tertinggi dan terendah dihasilkan oleh geometri Y50-50 dan Y20-50. Geometri Y50-50 menghasilkan nilai pressure drop reduction hingga 92,91% dengan penghematan energi sebesar 79,30%. Pressure drop tertinggi dihasilkan pada geometri Y50-20 karena mengalami penyempitan pada intersection pipa.

A pipeline is an efficient tool for transporting heavy oil. Non-Newtonian heavy oil fluid has the characteristics of a shear-thinning fluid. However, due to its high viscosity, the constraint of using pipelines to transport heavy oil is the high-pressure drop along the pipe. The cause of a high-pressure drop of heavy oil affects the cost and energy consumption. The core annular flow (CAF) method is a technology familiar in the oil and gas industry to reduce pressure drop in pipelines. In this study, energy savings have been served to compare the savings between single-phase oil laminar flow and the CAF method through a Y-junction pipe. Also, to analyze hydrodynamics of heavy oil flow through pipe using computational fluid dynamics (CFD) simulation in ANSYS Fluent Student with Carreau model viscosity. Energy savings are calculated by consumption energy, power reduction factor, and pressure drop reduction. The highest and lowest energy savings are produced by Y50-50 and Y20-50 geometry, respectively. Y50-50 generates pressure drop reduction by 92.91% with energy savings of 79.30%. On the other hand, Y50-20 has the highest pressure drop due to sudden contraction in the intersection of the pipe."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Hidayanto
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi penghematan energi
yang dapat dilakukan pada bangunan gedung dan pengaruhnya terhadap besaran
Intensitas Konsumsi Energi sebagai indikator efisiensi energi pada bangunan
gedung, setelah diketahui secara persis tingkat ketercapaian bangunan-bangunan
gedung terhadap target standar Intensitas Konsumsi Energi.
Berdasarkan analisis potensi penghematan energi, akan dipergunakan
untuk memprediksi potensi penghematan energi pada bangunan gedung dan
langkah-langkah strategi penghematan energinya.

ABSTRACT
This research was conducted to determine potential energy savings that
can be done on the building and its impact on energy consumption intensity scale
as an indicator of energy efficiency in buildings, having known the precise level of
achievement of building structures against the standard target of energy
consumption intensity.
Based on the analysis of potential energy savings, will be used to predict
potential energy savings in buildings and measures for energy savings strategy."
2012
T40780
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Boanerges Desryanto
"Setiap tahunnya perekonomian Indonesia terus meningkat dan diiringi dengan bertambahnya konsumsi energi listrik. Dengan bertambahnya konsumsi energi listrik harus diimbangi dengan bertambahnya pembangkit listrik. Saat ini sebagian besar sumber energi listrik di Indonesia berasal dari pembangkit listrik berbahan bakar fosil. Indonesia merupakan negara dengan potensi energi terbarukan yang sangat besar. Hampir semua jenis energi terbarukan ada di Indonesia, mulai dari air, angin, surya, biomassa, biogas, dan juga panas bumi. Akan tetapi Indonesia belum dapat memaksimalkan penggunaanya untuk pembangkit listrik energi terbarukan.
Dengan rasio elektrifikasi yang belum mencapai 100% maka membuka kemungkinan untuk pihak swasta dalam menjalankan bisnis di bidang usaha penyediaan tenaga listrik. Untuk mendorong hal tersebut pemerintah dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral telah menerbitkan peraturan-peraturan yang dapat meningkatkan minat swasta agar berinvestasi. Peraturan tersebut mencakup kemudahan dalam mengurus izin investasi dan juga harga jual energi listrik yang didasarkan pada jenis dan lokasi pembangkit listrik.
Setiap wilayah memiliki potensi energi dan harga jual listrik yang berbeda-beda. Untuk itu perlu dilakukan perhitungan untuk menentukan jenis pembangkit yang cocok di bangun di suatu wilyah berdasarkan potensi dan juga harga jual listriknya. Dari hasil perhitungan diperoleh hasil, Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan provinsi yang payback period tercepat dibandingkan dengan provinsi lain yaitu selama 3,3 yang berasal dari PLTP. Hal tersebut disebabkan karena harga jual listrik yang mencapai Rp 2.677/kWh. Dan PLTBm merupakan jenis pembangkit listrik yang payback period paling lama, hingga 15,6 tahun apabila menggunakan harga jual listrik sebesar Rp 1.025/kWh sesuai dengan BPP pembangkitan nasional.

Each year Indonesian economy continues to increase and is accompanied by increasing consumption of electrical energy. With the increase in electricital consumption, it must be balanced with the increase in electricity generation. Today most of the electrical energy sources in Indonesia comes from fossil-fueled power plants. Indonesia is a country with enormous renewable energy potentialAlmost all types of renewable energy exist in Indonesia starting from water, wind, solar, biomass, biogas, and geothermal. However, Indonesia has not been able to maximize its use for renewable energy power plants.
With an electrification ratio that has not reached 100%, it opens the possibility for the private sector to conduct business in the electricity supply business. For this reason, the government represented by the Ministry of Energy and Mineral Resources has issued regulations that could increase private company intrest to invest. These regulations start from the ease of obtaining investment permits and also electricity selling price which is based on the type and location of the power plant.
Each region has different energy potential and selling prices. For this reason, a calculation is needed to determine the type of power plant that is suitable to be built in a region based on the potential and selling price of electricity. From the calculations, the results show that Nusa Tenggara Timur (NTT) is the province with the fastest payback period compared to other provinces,whisch is 3.3 years which comes from PLTP. This is due to the selling price of electricity which reached Rp. 2,677/kWh. And PLTBm is the type of power plant with the longest payback period, up to 15.6 years when using an electricity selling price of Rp. 1,025/kWh in accordance with the national generation BPP."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T54106
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunan Nasikhin
"Konsumsi listrik sektor rumah tangga (residential) tahun 2014 sebesar 84,1 TWh (42% terhadap total konsumsi semua sektor), dengan pola konsumsi tiap tahun yang kurang lebih sama maka diproyeksikan pada tahun 2024 akan mencapai 464,2 TWh. Hasil studi Ditjen EBTKE ESDM, BPPT, JICA menyebutkan konsumsi energi listrik residential (R1: 450VA-900VA) khususnya untuk lampu pencahayaan sekitar 26% dan studi JICA sebelumnya pada sektor residential (R1-R2: 450VA-4.400VA) sekitar 5-14%. Sedangkan jenis lampu yang banyak digunakan sektor residential di Indonesia adalah Compact Flourecent Lamp (CFL) swabalast (50,3%), pijar (25%), Tube Lamp atau TL (24,4%) dan lainnya 0,35% dengan durasi pemakaian lampu rata-rata 9-16 jam perhari (sesuai hasil survei dan kajian BRESL). Berdasarkan referensi dari US Department of Energy, teknologi pencahayaan yang memiliki efisiensi tinggi dengan tingkat efikasi sekitar 131 lm/W dan umur pemakaian 30.000 - 75.000 jam atau lebih adalah lampu light emitting diode.
Penggunaan lampu LED memerlukan biaya awal (first cost) yang sedikit lebih besar dibandingkan jenis lampu lain, namun efisiensi yang lebih tinggi dan umur pakai yang lebih lama (akan mengurangi biaya penggantian lampu) sehingga bisa diyakinkan bahwa pencahayaan dengan lampu LED memiliki nilai keuntungan yang lebih tinggi. Penggunaan lampu LED untuk menggantikan CFL akan memberikan keuntungan ekonomis yang didapat dari penghematan setiap tahun sehingga akan menutupi biaya pembelian awal. Penerapan penggunaan lampu LED khususnya pada konsumen residential yang masih memperoleh subsidi akan didapat penghematan yang cukup besar sampai tahun 2024 dengan potensi penghematan energi antara 396-3.314 GWh dan penghematan subsidi listrik sekitar 0,34-2,83 triliun pertahun.

Electricity consumption of the household sector (residential) in 2014 amounted to 84,1 TWh (42% of the total consumption of all sectors), the consumption patterns of each year approximately the same then in 2014 is projected to reach 464,2 TWh. The study by DGEBTKE, BPPT, JICA mention the electrical energy consumption in residential (R1: 450VA-900VA) especially for lighting about 26% and the previous JICA study on the residential sector (R1-R2: 450-4.400VA) of about 5-14%. Types of lamps are widely used in the residential sector of Indonesia is the Compact Flourecent Lamp (CFL) (50.3%), Incandescent (25%), Tube lamp (TL) (24.4%) and another 0.35% with average light usage duration of 9-16 hours per day (according to survey and study of BRESL). By reference to the US Department of Energy, lighting technology which has high efficiency with efficacy levels about 131 lm/W and a service life between 30.000 - 75.000 hours or more is a light emitting diode lamp.
The use of LED lights require an initial cost (first cost) that is slightly larger than the other lamp types, but higher efficiency and longer service life (reducing the cost of replacement bulbs) so that it can be assured that the lighting with LED lights have a higher gain value. The use of LED lights to replace the CFL will provide economic benefits derived from savings each year so that it will cover the cost of the initial purchase. Application of the use of LED lights especially on residential consumers are still obtain the subsidy will get considerable savings until 2024 with the annual potential energy savings between 396 - 3314 GWh and annual electricity subsidy savings of about 0.34 - 2.83 trillion.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T44385
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Indonesia merupakan Salah satu negara berkembang yang pertumbuhan tingkat populaslnya mengalarni peningkatan yang cukup tinggi dari tahun ke tahun.
Pertumbuhan tingkat populasi ini mengakibatkan tingginya tingkat konsumsi energi Indonesia pada sumber daya yang jumlahnya terbalas ini. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi kelangl-caan sumber daya alam tersebut perlu dipikirkan cara unluk mencari altematif sumber daya atau sumber energi serta cara unruk mempergunakan sumber daya tersebut dengan efektif dan etlsien.
Salah satu cara untuk mempergunakan energi secara eflsien adalah dengan penerapan label hemat energi pada peralatan listrik yang memiliki potensi penghematan yang cukup tinggi, yakni kulkas, Air Conditioning, dan lampu listrik.
Penerapan label ini merupakan bagian dari kegiatan slandarisasi energi yang dapat rnemberikan dampak positif bagi para pelaku pasar, yakni produsen, konsumen dan juga bagi negara.
Hal terpenting dalam labelisasi peralatan listrik ini adalah mengetahui besamya potensi penghematan yang clihasilkan. Besarnya potensi penghematan ini panting untuk diketahui untuk dapat lebih merangsang masyarakat untuk berperan serta secara aktif dalam program konservasi energi di Indonesia.
Untuk dapat mengetahui besamya potensi penghematan energi ketiga peralatan listrik yang dibahas pada skripsi ini, data yang diperlukan adalah perkembangan produksi yang terjadi dari tahun ke tahun. Berdasarkan hasil produksi kernudian dilakukan peramalan sampai dengan tahun 2010. Dan setelah hasil peramalan diperoleh, langkah terakhir adalah menghitung potensi penghematan energi dengan mempergunakan asumsi-asumsi yang ada."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S49868
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syarifah Aini
"Motor induksi adalah mesin yang memanfaatkan prinsip induksi elektromagnetik untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanik dan digunakan sebagai penggerak dalam dunia industri. Ketika motor induksi dengan kapasitas yang besar terhubung ke jaringan sistem yang besar maka motor induksi membutuhkan torsi awal sehingga menghasilkan arus start yang besar yang akan mengakibatkan jatuh tegangan pada bus di sekitar motor. Dalam mengoperasikan motor induksi, waktu starting perlu diperhatikan karena semakin lama waktu starting motor maka akan memungkinkan motor untuk gagal beroperasi. Untuk menghindari dampak yang diakibatkan karena arus start yang sangat besar maka diperlukan pemilihan metode starting motor induksi berkapasitas 94.8 kW di Stasiun Dukuh Atas. Simulasi startingdilakukan menggunakan perangkat lunak ETAP 19.0.1 untuk melihat karakteristik motor dengan metode Direct On Line(DOL) dan Star-Delta. Hasil simulasi menunjukkan metode Direct On Line (DOL) menghasilkan arus starting yang lebih besar dibandingkan dengan metode starting secara Star-Delta (Y/D) yaitu 613.72% dari FLA, sedangkan pada metode Star-Delta menghasilkan arus start sebesar sebesar 373.61% dari FLA. Torsi start metode Direct On Line (DOL) lebih besar dibandingkan dengan metode Star-Delta yaitu sebesar 81.44% dari torsi minimal, sedangkan torsi start pada metode Star-Delta sebesar 30.18% dari torsi nominal. Nilai arus dan torsi start akan memengaruhi waktu sistem untuk mencapai kondisi tunak. Pada metode Direct On Line (DOL) membutuhkan waktu 13.06 detik untuk mencapai kondisi tunak, sedangkan metode Star-Delta waktu tercepat yang dibutuhkan untuk mencapai kondisi tunak yaitu 14.56 sekon saat waktu switching pada detik ke-2.

An induction motor is a machine that utilizes the principle of electromagnetic induction to convert electrical energy into mechanical energy and is used as a driving force in the industrial world. When an induction motor with a large capacity is connected to a large system network, the induction motor requires an initial torque so that it produces a large starting current which will result in a voltage drop on the bus around the motor. In operating an induction motor, the starting time needs to be considered because the longer the starting time the motor will allow the motor to fail to operate. To avoid the impact caused by the very large starting current, it is necessary to choose the method of starting an induction motor with a capacity of 94.8 kW at Dukuh Atas Station. The starting simulation was carried out using the ETAP 19.0.1 software to see the characteristics of the motor using the Direct On Line (DOL) and Star-Delta methods. The simulation results show that the Direct On Line (DOL) method produces a larger starting current compared to the Star-Delta (Y/D) starting method, namely 613.72% of FLA, while the Star-Delta method produces a starting current of 373.61% of FLA. The starting torque for the Direct On Line (DOL) method is greater than the Star-Delta method, which is 81.44% of the minimum torque, while the starting torque for the Star-Delta method is 30.18% of the nominal torque. The rated current and starting torque will affect the time it takes for the system to reach steady state. The Direct On Line (DOL) method takes 13.06 seconds to reach a steady state, while the Star-Delta method takes the fastest time to reach a steady state which is 14.56 seconds when the switching time is in the 2nd second.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rony Arjuna
"Salah satu metode sand control yang umum digunakan oleh perusahaan oil dan gas untuk pekerjaan perawatan sumur adalah sand consolidation (SCON). Selama ini, proses pemilihan provider pelaksana pekerjaan dilakukan secara lelang. Kemudian pimpinan departemen dan engineer akan memutuskan providernya. Agar proses pemilihan lebih transparan, terukur dan bisa dipertanggung jawabkan, maka diperlukan suatu sistem pengambilan keputusan yang standar dan kompatibel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui parameter apa yang menjadi dasar pertimbangan dan merancang sistem pengambilan keputusannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analytical Hierarchy Process (AHP). Hasil dari penelitian ini menunjukkan kriteria yang dijadikan sebagai pertimbangan adalah compatibility (0,349), safety & environment (0,229), quality (0,219), cost (0,127), dan service (0,075). Alternatif ST-α2-HL dengan bobot 0,282 merupakan provider terpilih. AHP dapat diterapkan sebagai metode yang sangat baik dalam kasus penentuan best alternatif provider SCON. Perbandingan hasil antara decision maker dan metode AHP jika dilihat dari perspektif best alternatif saja mencapai 100%."
Yogyakarta: Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat (P3M) STTA, 2021
620 JIA XIII:1 (2021)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Akbar Rachman
"Sumber daya energi yang paling banyak digunakan adalah energi yang tidak dapat diperbarui. Memasuki akhir abad 20, tuntutan untuk semakin mengubah kebiasaan tersebut semakin besar. Energi angin muncul sebagai sumber energi alternatif sekaligus sumber energi terbarukan. Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki wilayah pesisir yang potensial untuk pengembangan listrik tenaga angin. Potensi energi yang siap dibangun lebih dari 9290 MW, dan kapasitas terpasang hingga tahun 2009 hanya mencapai 3 MW. Dilakukan studi analisis mengenai potensi energi angin secara lebih mendetil, serta pemetaan wilayah, dengan menggunakan metode distribusi probabilitas guna menghitung jumlah energi berdasarkan kecepatan rata-rata angin per provinsi di seluruh Indonesia dari tahun 2000 hingga tahun 2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah memiliki kecepatan angin rata-rata antara 2 m/s hingga 3 m/s, dan menghasilkan energi spesifik hingga mencapai 321 kW.hr/m2.

The most common energy used up to now are unrenewable energy. As the 20th century coming to an end, the needs to change that habit are becoming bigger. Wind energy came up as one of the alternative energy, also as a renewable ones. Indonesia as a country with many islands has potentially coastal areas to produce wind-generated energy. The potential energy reached the value of 9290 MW, whereas only 3 MW that are already installed and running. An analysis study is needed to explore wind energy potential more thoroughly, also a mapping method, with probability distribution as a tool to calculate the wind mean speed based energy value from each provinces in Indonesia from 2000 until 2007. The results show that most of the areas have various wind mean speed between 2 m/s and 3 m/s, and also generating spesific energy at the utmost value of 321 kW.hr/m2."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42323
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hutagalung, Dwi Aprilliana Pusparany
"ABSTRAK
Dua permasalahan utama yang di hadapi oleh seluruh penduduk dunia adalah
kelangkaan bahan bakar dan perubahan iklim global yang diakibatkan akumulasi
emisi karbondioksida. Untuk mengatasi masalah tersebut penelitian mengenai
sumber energi alternatif semakin gencar di seluruh dunia. Salah satu sumber yang
paling menjanjikan dan sesuai dengan kondisi Indonesia adalah bahan bakar
nabati yang berasal dari algae, atau yang lebih dikenal dengan third generation
biofuel. Indonesia memiliki panjang garis pantai 95.181 km serta sinar matahari
melimpah yang sangat sesuai dengan kondisi yang diperlukan alga untuk tumbuh.
Selain itu algae juga menyerap CO2 sehingga dapat mengurangi kadar CO2 di
udara dan dapat dipertimbangkan dalam Carbon Trading, Penelitian ini
membahas mengenai potensi energi terbarukan dari algae di Indonesia

ABSTRACT
Two main problems faced by the entire population in the world is fuel scarcity
and global climate change caused by the accumulation of carbon dioxide
emissions. To solve the problem of research on alternative energy sources has
intensified around the world. One source of the most promising and in accordance
with the conditions of Indonesia are biofuels derived from algae, or better known
as the third generation biofuels. Indonesia has a long coastline of 95,181 km and
abundant sunshine that is in accordance with the conditions needed to grow algae.
Besides algae absorb CO2 as well thus reducing levels of CO2 in the air and can
be considered in Carbon Trading, this research discusses the renewable energy potential of algae in Indonesia
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2012
T48971
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>