Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 146170 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Magfira Rilaningrum
"Untuk mengurangi pengeluaran impor BBM serta meningkatkan produksi minyak nasional, pemerintah melakukan pembukaan wilayah kerja dan eksplorasi migas secara masif. Semakin tinggi dan maraknya aktivitas pada industri migas, akan memiliki dampak negatif di lingkungan, termasuk didalamnya polusi tumpahan minyak di tanah. Polusi ini dapat mempengaruhi kualitas lingkungan serta penurunan tingkat kesehatan, ekonomi, dan sosial masyarakat yang terdampak. Beberapa metode telah dilakukan dalam hal penanggulangan tumpahan minyak  dan metode yang paling ramah lingkungan adalah bioremediasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk Menganalisis efektivitas bioremediasi untuk mendegradasi tumpahan minyak di tanah, menganalisis jenis bioremediasi yang paling efektif serta mengevaluasi kendala dalam mengimplementasi bioremediasi di lapangan. Penelitian ini menggunakan metode sequential explanatory dengan menggabungkan data yang didapatkan dari hasil uji coba laboratorium dan wawancara. Berdasarkan penelitian, bioremediasi berhasil dalam menurunkan kandungan hidrokarbon dalam tanah dengan tingkat efektivitas penurunan lebih dari 70%. Efektivitas tertinggi didapat pada bioremediasi jenis fitoremediasi yang merupakan kombinasi antara Tanaman Vetiver, bakteri K4, dan Mikoriza. Secara skala laboratorium, bioremediasi dinilai efektif untuk mendegradasi kandungan hidrokarbon, tetapi secara praktikal di lapangan, bioremediasi dinilai tidak efektif karena memiliki kekurangan pada waktu pengerjaan dan langkah pengerjaan dinilai tidak praktis. Menurut Expert judgement, Sikap pemerintah pada kasus bioremediasi yang menimpa PT. Chevron membuat pengembangan dan implementasi bioremediasi di Indonesia terhambat karena pihak perusahaan minyak dan gas enggan untuk menggunakan metode bioremediasi untuk menghindar atau mengantisipasi masalah seperti yang dialami PT. Chevron. Diharapkan pemerintah mengkaji ulang peraturan-peraturan mengenai penanggulangan oil spills dan lebih aktif dalam memotivasi pihak-pihak terkait terutama oil company dan kontraktor untuk melakukan penelitian dan pengembangan untuk bioremediasi.

To reduce spending on fuel imports and increase national oil production, the government is opening massive oil and gas exploration and work areas. The higher and increasing activity in the oil and gas industry, will have a negative impact on the environment, including pollution of oil spills on the ground. This pollution can affect environmental quality and decrease the health, economic and social level of the affected people. Several methods have been carried out in handling oil spills and the most environmentally friendly method is bioremediation. The purpose of this study is to analyze the effectiveness of bioremediation to degrade oil spills on land, analyze the most effective types of bioremediation and evaluate the obstacles in implementing bioremediation in the field. This study uses a sequential explanatory method by combining data obtained from the results of laboratory trials and interviews. Based on research, bioremediation was successful in reducing the hydrocarbon content in the soil with a reduction in effectiveness of more than 70%. The highest effectiveness was obtained in the type of phytoremediation bioremediation which is a combination of Vetiver, K4, and Mycorrhizae. On a laboratory scale, bioremediation is considered effective to degrade hydrocarbon content, but practically in the field, bioremediation is considered ineffective because it has shortages at the time of processing and the work steps are considered impractical. According to the Expert judgment, the government's attitude in the bioremediation case that befell PT. Chevron made the development and implementation of bioremediation in Indonesia hampered because the oil and gas companies were reluctant to use the bioremediation method to avoid or anticipate problems such as those experienced by PT. Chevron. It is expected that the government will review the regulations concerning the prevention of oil spills and be more active in motivating the relevant parties, especially oil companies and contractors to conduct research and development for bioremediation."
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2019
T53223
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Namira Widiaksana
"Di Indonesia, sudah terjadi 14 kasus skala besar tumpahan minyak yang disebabkan oleh tabrakan kapal. Salah satu tindakan penanggulangan secara mekanik adalah dengan menggunakan oil skimmer tipe piringan. Efektivitas kinerja oil skimmer pada pengangkutan tumpahan minyak dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kedalaman celup piringan atau luas daerah yang tercelup, luas daerah penyapuan wiper, tingkat ketebalan minyak pada permukaan piringan, dan tingkat putaran piringan. Sampel minyak yang digunakan adalah oli mesin diesel fastron SAE 15W-40 dan sampel air yang digunakan adalah air laut. Penelitian dilakukan dengan variasi kedalaman celup piringan 27 mm dan 55 mm atau setara dengan luas daerah tercelup 31,35 cm2 dan 88,83 cm2. Waktu pengujian dilakukan selama 5 menit dengan pengambilan data sebanyak 3 kali untuk satu rentang putaran.
Berdasarkan hasil perhitungan secara teoritis semakin meningkatnya putaran pada piringan, hasil pengangkutan tumpahan juga akan semakin tinggi. Hal ini dibuktikan dengan melakukan pengambilan data dengan melakukan pengujian. Pengambilan tumpahan minyak akan lebih efektif dengan menggunakan putaran piringan rendah, dikarenakan hasil tumpahan minyak yang terangkut lebih didominasi oleh minyak dibandingkan dengan air. Pada pengujian ini, semakin tinggi putaran pada piringan menghasil jumlah air terangkut semakin banyak.

In Indonesia, there have been 14 accidents of oil spill as the result of ship collisions. There have been several methods in handling oil spill accident, one of the most effective methods is using mechanical oil skimmer with disc plate. The effectiveness of the oil skimmer 39 s performance on handling oil spills is influenced by various factors, such as the depth of the disk submerged or the disk surface area dipped into the oil spill, the area of the wiper sweep, the thickness of the oil on the disk surface, and the rotation speed of the disk. The oil samples used are diesel engine oil with 15W 40 SAE and the water sample used is sea water. The experiment was conducted with variation of 27 mm and 55 mm of disc submersion depth or equal to dipped surface area of 31.35 cm2 and 88,832 cm2. The duration of the test for 3 data is 5 minutes.
Based on theoretical calculations, the increase of rotation speed of the disk, the result of spill transport will also be higher. This is proved by the experimental results. The lifting process of oil spill is more effective with low rotation speed, because the result of oil spill transported will be more dominated by oil than water. In this test, the higher the rotation speed of the disk, the higher the water produced.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68101
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marsya Dyasthi Putri
"Kegiatan industri pertambangan minyak bumi di Indonesia telah menimbulkan banyak kasus pencemaran limbah berbahaya dan beracun (B3). Kasus tersebut dapat menimbulkan dampak buruk bagi kualitas lingkungan. Pada KepMenLH No. 128 Tahun 2003, disebutkan bahwa pemulihan lahan tercemar oleh minyak bumi dapat dilakukan secara biologis, dengan menggunakan kapasitas kemampuan mikroorganisme. Salah satu teknik penerapan pemulihan tersebut adalah dengan menggunakan teknik Bioventing.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh injeksi udara dan mikroorganisme yang berperan dalam proses remediasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerjanya bioventing. Minyak bumi yang digunakan merupakan crude oil yang berasal dari PPPTMGB Lemigas. Selama 5 minggu penelitian, didapatkan penyisihan konsentrasi TPH terbesar yaitu sebesar 82% yang terdapat pada sampel dengan konsentrasi bakteri Bacillus Subtilis 10% v/v. Sedangkan pada sampel dengan konsentrasi bakteri Bacillus Subtilis 15% v/v, dan tanpa penambahan bakteri (bakteri indigenous) 1 dan 2 secara berurut adalah 67,1%, 54,24%, dan 68,12%. Penyisihan konsentrasi BTEX terbesar, yaitu sebesar 66,65% pada kontrol 2. Sedangkan sampel dengan kontrol 1, konsentrasi bakteri Bacillus Subtilis 10% v/v, dan bakteri Bacillus Subtilis 15% v/v secara berurut adalah 23,39%, 34,41%, dan 37,69%.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sampel dengan konsentrasi bakteri Bacillus Subtilis 10% v/v dan Kontrol 2 yang paling baik dalam mendukung efektivitas proses degradasi minyak bumi.

Oil mining industry in Indonesia has generated many cases of very hazardous waste pollution. Those cases could adversely affect the quality of environment. Ministry of Environment through the Ministry of Environment Decree No. 128/2003, stated that the recovery of oil contaminated area can be purified by using microbial activity, called bioremediation. On of the most preferred methods for the remediation process of oil contaminated soil is bioventing.
The main objective of this study was to determine the effect of air injection and microorganisms that play a role in the remediation process and the factors that affect performance bioventing. Oil used in this study was crude oil which was derived from PPTMGB Lemigas. The purpose of this study. During the 5 weeks of the study, obtained the largest TPH concentrations allowance that is equal to 82% were found in the sample with the concentration of the bacteria Bacillus Subtilis 10% v/v. While the sample with the concentration of bacteria Bacillus Subtilis 15% v/v, and without the addition of bacteria (indigenous) 1 and 2 in sequence is 67.1%, 54.24%, and 68.12%. Provision largest concentration of BTEX, amounting to 66.65% in the control 2. Whereas the control 1, the concentration of the bacteria Bacillus Subtilis 10% v / v, and the bacteria Bacillus Subtilis 15% v / v in the order are 23.39%, 34.41%, and 37.69%.
From this study it can be concluded that the sample with the concentration of the bacteria Bacillus Subtilis 10% v / v and Control 2 is best in support of the effectiveness of oil degradation process.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46849
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tyas Putri Sativa
"ABSTRAK
Tumpahan minyak bumi baik pada lingkungan akuatik maupun darat sangat merugikan manusia maupun lingkungan karena senyawa hidrokarbon yang terkandung di dalamnya yang dapat membahayakan ekosistem dan keseimbangan lingkungan serta merupakan senyawa yang karsinogenik bagi manusia dan hewan. Oleh karena itu tindakan remediasi perlu dilakukan, salah satunya adalah dengan metode kombinasi mikroorganisme dan tumbuhan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh beberapa perlakuan yang diterapkan terhadap penyisihan kadar TPH dan BTEX serta pengaruhnya terhadap faktor lingkungan dalam proses remediasi. Pada penelitian ini, bioremediasi dilakukan dengan menggunakan 4 perlakuan yang berbeda yaitu pemberian kompos (C), tanaman dan kompos (P), mikroorganisme dan kompos (B), dan tanaman dan mikroorganisme kompos (BP), terhadap tanah dengan kadar minyak 5% dan 10% selama 5 minggu. Dari hasil penelitian, berikut hasil pengujian TPH berturut-turut pada tanah terkontaminasi 5%: 2,10% (C); 1,31% (B); 1,66% (P); dan 0,68% (BP) dan hasil pengujian TPH berturut-turut pada tanah terkontaminasi 10% adalah 3,30% (C); 2,54 (B); 3,91% (P); dan 3,31% (BP). Persentase degradasi TPH tertinggi pada tanah terkontaminasi minyak 5% terdapat pada perlakuan BP yaitu sebesar 87,1%, sementara pada tanah terkontaminasi minyak 10% persentase penyisihan TPH terbesar ada pada perlakuan penambahan bakteri yaitu sebesar 76,19%. Persentase penyisihan BTEX pada perlakuan BP di tanah terkontaminasi minyak 5% sebesar 68,35% persentase penyisihan BTEX pada perlakuan B di tanah terkontaminasi minyak 10% sebesar 84,91%. Berdasarkan uji statistik, baik pada tanah terkontaminasi 5% maupun 10%, degradasi TPH mempengaruhi nilai pH secara signifikan karena p < 0,05 namun degradasi TPH tidak mempengaruhi nilai suhu karena p > 0,05.

ABSTRACT
Oil spills both aquatic and terrestrial environments are very detrimental to people and the environment due to hydrocarbon compounds that contained therein which is not only could be harmful for the balance of the ecosystem and the environment but also carcinogenic to human and animals. Therefore remediation needs to be done, one of the methods is by using combination of microorganisms and plant. The aim of this research are to analyze the influences between several different treatments that are applied for TPH and BTEX removal and the influences on environmental factirs in the process of remediation. In this research, bioremediation held by using 4 different treatment which are: by adding compost (C), plants and compost (P), microorganisms and compost (B), and compost, plants and microorganisms (BP), to soil with oil content of 5% and 10%. The following test results of TPH in soil contaminated with 5% oil content in a row are: 2.10% (C); 1.31% (B); 1.66% (P); and 0.68% (BP) and TPH test results in soil contaminated with oil content 10% in a row are: 3.30% (C); 2.54 (B); 3.91% (P); and 3.31% (BP). The highest percentage of TPH degradation in contaminated soil of 5% oil content found in BP treatment that is equal to 87.1%, while in the contaminated soil of 10% oil content the largest TPH removal percentage is in the treatment of adding bacteria (B) which is 76.19%. BTEX removal percentage in 5% oil contaminated soil in BP treatment is 68.35% while in 10% oil contaminated soil with B treatment is 84.91%. Based on statistical tests, both on contaminated soil with 5% and 10% oil, TPH degradation significantly affect the pH value as p < 0.05 but TPH degradation does not affect temperature values ​​as p > 0.05."
2015
S60054
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ekki Dwi Novanto
"Indonesia, dengan kekayaan 60 cekungan sedimen, memiliki sejarah panjang dalam industri minyak dan gas. Blok Minyak Lepas Pantai Tenggara Sumatera (OSES) merupakan wilayah kerja migas yang memberikan kontribusi signifikan terhadap produksi minyak dan gas bumi. Sistem OSRE Oil Boom dikembangkan sebagai solusi inovatif untuk mengatasi tumpahan minyak di laut, khususnya di wilayah Blok OSES. Sistem ini terdiri dari boom dan jib-arm pada kapal untuk menampung dan mengarahkan minyak ke tempat penampungan. Pengembangan Sistem OSRE Oil Boom didasarkan pada penggabungan observasi lapangan, Finite Element Analysis (FEA), diagram Ishikawa, dan penilaian risiko. Analisis menunjukkan bahwa keberadaan oil boom secara signifikan meningkatkan hambatan dan daya kapal. Struktur sling, jib-arm, dan rangka OSES telah diuji dan terbukti aman serta mampu menahan beban oil boom di laut. Aspek-aspek Etika Insinyur dan K3L telah terpenuhi dengan baik. Analisis K3L mengidentifikasi enam (6) potensi utama risiko kecelakaan kerja yang dapat terjadi pada kegiatan operasional OSRE. Diharapkan, pengembangan Sistem OSRE Oil Boom dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas penanganan tumpahan minyak di laut, serta meminimalisir dampak negatif terhadap lingkungan.

Indonesia, blessed with 60 sedimentary basins, boasts a rich history in the oil and gas industry. The Southeast Sumatra Offshore Oil Block (OSES) is a key contributor to the country's oil and gas production. The OSRE Oil Boom System has been developed as an innovative solution to address offshore oil spills, particularly in the OSES Block region. This system comprises a boom and jib-arm on a vessel to collect and direct oil to a containment reservoir. The development of the OSRE Oil Boom System is grounded in a combination of field observations, Finite Element Analysis (FEA), Ishikawa diagrams, and risk assessment. Analysis indicates that the presence of the oil boom significantly enhances the vessel's resistance and power. The sling structure, jib-arm, and OSES frame have undergone rigorous testing and have been proven to be safe and capable of withstanding the oil boom's load at sea. Ethical Engineering and OHS aspects have been thoroughly addressed. OHS analysis has identified six (6) primary potential occupational accident risks during OSRE operational activities. The development of the OSRE Oil Boom System is anticipated to enhance the efficiency and effectiveness of offshore oil spill management, while minimizing negative environmental impacts.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Faiz Abdurrahman
"ABSTRAK
Kegiatan eksplorasi dan produksi minyak bumi berpotensi menimbulkan kontaminasi minyak pada tanah, misalnya dari kegiatan operasional, kebocoran pipa, maupun akumulasi timbulan limbah minyak di masa lalu. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup no 128 tahun 2003 menyatakan bahwa tanah yang terkontaminasi minyak dikategorikan sebagai limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang berpotensi menimbulkan kerusakan lingkungan. Pemulihan tanah tercemar oleh minyak bumi dapat dilakukan secara biologis, dengan menggunakan kapasitas kemampuan mikroorganisme. TPH atau Total Petroleum Hydrocarbons dalam hal ini merupakan jumlah hidrokarbon minyak bumi yang terukur dari media tanah. Dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.128 tahun 2003 dijelaskan bahwa target konsentrasi TPH yang aman bagi lingkungan ialah dibawah 1%. Landfarming merupakan salah satu teknik yang dapat diterapkan dalam pemulihan tanah tercemar minyak bumi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis bulking agent yang paling efektif dalam pelaksanaan proses bioremediasi. Sampel tanah terkontaminasi minyak bumi yang diolah diambil dari tanah terkontaminasi minyak mentah (Crude Oil Contaminated Soil) di Pre-treatment pit dalam (SBF) Soil Bioremediation Facility PT. Chevron Pacific Indonesia di Minas, Riau. Bulking agent yang digunakan dalam penelitian adalah serbuk kayu dan cacahan serabut tandan kosong kelapa sawit. Selama 6 minggu penelitian, penyisihan konsentrasi TPH terbesar yaitu 41,04% pada sampel dengan penambahan bulking agent serbuk kayu 4% (w/w). Sedangkan pada sampel dengan penambahan bulking agent serabut tandan kosong kelapa sawit 4% (w/w) dan tanpa penambahan bulking agent berturut-turut adalah 40,45% dan 35,04%. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sampel dengan penambahan bulking agent serbuk kayu 4% (w/w) yang paling efektif dalam proses degradasi minyak bumi.

ABSTRACT
Exploration and production of oil has potential to contaminate soil, such as from operations, pipeline leak, and accumulation of oil waste. Ministry of Environment through the Ministry of Environment Decree No. 128/2003, stated that oil contaminated soil is classified as hazardous and toxic waste (B3) that could potentially cause damage to the environment. The remediation of oil contaminated soil can be purified by using microbial activity. TPH or Total Petroleum Hydrocarbons is the amount of petroleum hydrocarbons measured from the soil media. In MOE Decree No. 128/2003 stated that TPH concentrations target that are safe for the environment is below 1%. Landfarming is one of the most preferred technique that can be applied in the remediation of oil contaminated soil. The main purpose of this study was to determine which type of bulking agent is the most effective on bioremediation process. Crude Oil Contaminated Soil sample were taken from pre-treatment pit in Soil Bioremediation Facility PT. Chevron Pacific Indonesia in Minas, Riau. Bulking agents used in the study were wood chip and oil palm shell fiber. During 6 weeks of the study, the largest TPH removal was 41.04% which is a sample with the addition of 4% wood chip (w/w). While the sample with the addition of 4% oil palm shell fiber (w/w) and the sample without the addition of bulking agent were respectively 40.45% and 35.04%. From this study, it can be concluded that the sample with the addition of 4% wood chip (w/w) was the most effective in the crude oil biodegradation process."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55506
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lulu Eki Daysita
"ABSTRAK
Tumpahan minyak adalah bencana ekologis yang memiliki dampak besar terhadap
lingkungan dan dapat dikategorikan sebagai bencana lingkungan yang serius.
Fokus makalah ini adalah untuk membahas risiko dan kesiapan tanggapan
tumpahan minyak yang terjadi di Selat Madura. Tulisan ini menawarkan garis
besar teori holistik, tidak hanya membahas aspek lingkungan, tetapi aspek sosial
masyarakat (nelayan). Tujuannya adalah untuk menganalisis potensi risiko
tumpahan minyak pada industri minyak dan gas, menganalisis kesiapan dan
kesadaran masyarakat sekitar dalam menangani pencemaran tumpahan minyak.
Metode penelitian dalam makalah ini adalah kuantitatif dan kualitatif yang
mengacu pada analisis statistik. Makalah ini meneliti persepsi masyarakat dalam
menangani pencemaran tumpahan minyak berdasarkan wawancara dengan 100
informan nelayan. Studi ini akan menentukan peringkat risiko terburuk tumpahan
minyak yang terjadi berdasarkan indeks sensitivitas lingkungan berdasarkan aspek
holistik, lingkungan, sosial dan ekonomi. Kognisi masyarakat akan mempengaruhi
dalam kesiapan masyarakat untuk menangani tumpahan minyak, dan kesiapan
dapat mengurangi risiko tumpahan minyak. Temuan ini adalah pemahaman
memiliki pengaruh namun tidak signifikan, aspek yang paling berpengaruh adalah
kesiapsiagaan. Temuan ini berkontribusi terhadap sasaran SDG nomor 11 dan 14
yang merupakan kota dan masyarakat yang berkelanjutan serta kehidupan di
bawah air. Studi ini penting karena tumpahan minyak menimbulkan risiko
signifikan terhadap keanekaragaman hayati baik di laut maupun di masyarakat.

ABSTRACT
Oil spills are ecological disasters that have a major impact on the environment and
can be categorized as serious environmental disasters. The focus of this paper is to
discuss the risks and readiness of the oil spill response occurring in the Madura
Strait. This paper offers an outline of holistic theory, not only about
environmental aspects, but social aspects of society (fishermen). The objective is
to analyze the potential risks of oil spills in the oil and gas industry, analyze the
preparedness and awareness of nearby communities in handling oil spill
contamination. The research method in this paper is quantitative and qualitative
which refers to statistical analysis. This paper examines the public perception in
handling oil spill contamination based on interviews with 100 fishermen
informants. This study will determine the worst rating of oil spills that occur
based on environmental sensitivity index based on holistic, environmental, social
and economic aspects. Community cognition will affect people's readiness to deal
with oil spills, and readiness can reduce the risk of oil spills. This finding is a
notion of influence but insignificant, the most influential aspect is preparedness.
These findings contribute to SDG targets number 11 and 14 which are cities and
communities that are sustainable and life under water. This study is important
because the oil spill poses significant risks to biodiversity both at sea and in the
community."
2018
T50359
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chiquita Tri Rezki
"Kesiapsiagaan tumpahan minyak dapat dilakukan dengan upaya terintegrasi antara pemerintah, perusahaan, dan masyarakat untuk meminimalisasi dampak lingkungan. Upaya tersebut mencakup penyusunan rencana penanggulangan tumpahan minyak; penyediaan alat dan bahan penanggulangan tumpahan minyak; pembentukan organisasi penanggulangan tumpahan minyak yang terdiri atas pemerintah, perusahaan, dan masyarakat; serta pelaksanaan latihan penanggulangan tumpahan minyak. Masalah yang diidentifikasi adalah belum terintegrasinya partisipasi masyarakat dalam rencana penanggulangan tumpahan minyak karena terbatasnya pengetahuan masyarakat terkait penanggulangan tumpahan minyak. Tujuan utama dari penelitian ini adalah membuat model peningkatan kesiapsiagaan penanggulangan tumpahan minyak melalui partisipasi masyarakat. Metode yang digunakan adalah campuran antara kuantitatif dan kualitatif, metode kuantitatif dengan permodelan, statistic dan permodelan System Dynamics. Metode kualitatif dengan deskriptif untuk menjelaskan maknda dari hasil metode kuantitatif. Hasil dari penelitian adalah prakiraan pergerakan tumpahan minyak di perairan Teluk Penyu, Kabupaten Cilacap sesuai dengan pola arus permukaan perairan tersebut. Berdasarkan hasil prakiraan, tumpahan minyak pada musim Barat mengarah ke Timur, dan pada musim Timur mengarah ke Barat. Waktu tercepat tumpahan minyak mencapai daratan adalah 1 jam dengan total panjang garis pantai yang terkena dampak adalah 9,4 km. Garis pantai yang terkena dampak terdiri atas pantai wisata Teluk Penyu, permukiman masyarakat, tempat berlabuh kapal nelayan, tempat penangkapan ikan nelayan, dan hutan bakau. Pengetahuan dan pendidikan masyarakat tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap upaya penanggulangan tumpahan minyak, karena beberapa faktor lainnya, seperti kehilangan kesempatan melaut dan penurunan pendapatan dari hasil melaut. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kesiapsiagaan penanggulangan tumpahan minyak dapat dimaksimalkan dengan upaya terintegrasi antara partisipasi perusahaan dan masyarakat dengan peningkatan pengetahuan melalui pelibatan masyarakat dalam latihan penanggulangan tumpahan minyak gabungan.

Oil spill preparedness can be done with integrated efforts between government, companies, and communities to minimize environmental impacts that arise. The preparedness consists of oil spill contingency plan; oil spill response equipments and materials; oil spill response organization consisting of governments, companies and communities; and the implementation of oil spill response training and exercises. The problem that identified was the lack of integration of community participation in the oil spill contingency plan due to the limited knowledge of the community regarding the handling of oil spills. The main objective of this research is to develop a model to improve the oil spill preparedness through community participation. The method used is a mixmethod, quantitative methods for oil spill modeling, statistics, and system dynamics modeling. Qualitative methods for questionnaires and structured interviews based on questionnaires. The results of the study are forecasts of oil spill moves to the East in the Nortwest monsoon, and to the Weat in the Southeast monsoon. The fastest time an oil spill reaches land is 1 hour with a total length of coastline reaching 9.4 km consisting of Teluk Penyu tourism beaches, community settlements, fishing boats, fishing grounds, and mangrove forests. Knowledge and education of the community does not have a significant influence on efforts to overcome oil spills. The conclusion of this study is that oil spill preparedness can be maximized with the integration between company and community participation by increasing knowledge through community involvement in combination of oil spill response exercises."
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Berliana Cahya Ningtias
"Air limbah domestik yang mengandung konsentrasi karbon dan amonia yang tinggi dapat diolah dengan proses Moving Bed Biofilm (MBB) yang merupakan biological hybrid antara pertumbuhan melekat dengan tersuspensi. Penelitian ini bertujuan mengetahui persentase penyisihan karbon dan amonia, serta menentukan waktu tinggal hidrolis optimal. Penelitian ini merupakan skala laboratorium dengan mengkombinasikan reaktor anoksik dan aerobik MBB. Penelitian dimulai dengan proses seeding selama 4 minggu dilanjutkan dengan pengolahan dengan variasi waktu tinggal hidrolis. Berdasarkan hasil penelitian ini, persentase penyisihan COD dengan waktu tinggal hidrolis 12, 16 dan 20 jam adalah 75,7%; 83,7%; dan 91,0% dan penyisihan amonia adalah 79,4%; 91,0%; dan 92,3%. Waktu tinggal hidrolis yang optimal menurunkan konsentrasi COD dan amonia air limbah menggunakan proses anoksik aerobik MBB adalah 20 jam. Pengolahan dengan biological hybrid ini dapat dijadikan salah satu alternatif dalam menyisihkan konsentrasi karbon dan amonia dalam air limbah domestik.

Domestic wastewater contains high organic carbon and ammonium concentration which can be treated by moving bed biofilm process. It is a biologycal hybrid between attached and suspended growth process. The purposes of this research were to determine the removal percentage of organic carbon and ammonium concentration in domestic wastewater, and to investigate optimum hydraulic residence time. Experiment was carried out in a laboratory scale to study the combine anoxic and an aerobic reactor condition. The treatment process is preceeded by a 4-week seeding process continued with variation of hydraulic residence time. Based on these results, the removal percentage of COD for each hydraulic residence time of 12, 16, and 20 hours were 75,7%; 83,7%; and 91,0%, the removal percentage of ammonium were 79,4%; 91,0%; and 92,3%. The optimum hydraulic residence time in removing organic carbon and ammonium concentration domestic wastewater using anoxic aerobic MBB is 20 hours. This biological hybrid treatment can be an alternative to remove organic carbon and ammonium in domestic wastewater."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57497
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Irwansyah
"Tesis ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif analitik yang akan menganalisis kesenjangan (gap) yang ada antara Standar yang berlaku dengan implementasi di lapangan mengenai sistem penanggulangan tumpahan minyak pada kegiatan hulu migas. Hasil penelitian ini memberikan gambaran tentang penyebab terjadi tumpahan minyak pada kegiatan hulu migas dan cara penanggulangannya. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang didapatkan dari Lembaga X. Adapun data tersebut mencakup organisasi emergency response dan prosedur tetap (PROTAP) Peralatan Tumpahan Minyak skala tier 1 yang terkini serta peralatan yang handal dan siap pakai skala tier 1. Selain itu dihasilkan rekomendasi-rekomendasi terkait sistem penanggulangan tumpahan minyak pada kegiatan hulu migas.

This thesis is a descriptive analytic study which will analyze the gaps that exists between the standards that apply to the implementation on the ground regarding the oil spill response system in the upstream oil and gas activities. The study provides an overview of the causes of an oil spill in the upstream oil and gas activities and ways to overcome them. The data used in this research is secondary data obtained from the Institute X. The data include emergency response organization and, procedures and equipment (PROTAP) Oil Spill Equipment tier scale of 1 to date and reliable equipment and ready-made scale of tier 1. Other than that produced recommendations for oil spill response systems related to the upstream oil and gas activities."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T44222
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>