Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 75680 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rudy Setiabudy
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
LP 1996 03.pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Rudy Setiabudy
Fakultas Teknik , 1996
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Netty Supartiasih
"Penelitian ini dilatarbelakangi bahwa unit rawat inap merupakan salah satu unit di rumah sakit yang harus memberikan pelayanan komprehensif kepada pasien. Salah satu pelayanan yang ada di unit ini adalah pelayanan obat, melalui sistem distribusi obat kepada pasien yang dirawat. Dari analisa situasi di Rawat Inap RS Karya Husada ditemukan bahwa penyediaan obat/alkes di ruang rawat inap tidak memenuhi kebutuhan pasien rawat inap, dan sistem distribusi obat yang diterapkan adalah sistern peresepan individu. Hal ini sering menghambat penyampaian obat/alkes kepada pasien di ruangan dan terjadinya obat sisa . Pelayanan obat dilakukan oleh perawat ruangan yang pelaksanaannya berdasarkan kesepakatan tidak tertulis di masing-masing ruangan.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisa penyediaan obat/alkes habis pakai, sistem distribusi obat/alkes di rawat inap dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaannya yang dikelompokkan sebagai masukan, proses dan keluaran. Jenis penelitian ini merupakan studi kasus dengan pendekatan kualitatif Data dan informasi diperoleh mclalui wawancara. observasi dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih kurangnya saran dan ketenagaan yang kompeten di Instalasi farmasi dan Ruang Rawat Inap. Pelaksanaan sistem distribusi obat di rawat inap RS Karya Husada dikerjakan oleh perawat, belum berjalannya penyampaian informasi, pengawasan penggunaan obat, ketepatan waktu penyampaian dan pelaporan/adminstrasi obat/alkes yang ada di rawat inap. Dari instalasi farmasi juga didapat adanya obat sisa yang dikembalikan pasien rawat inap. Belum terlaksananya hal tersebut kemungkinan disebabkan belum adanya aturan baku tentang pelayanan farmasi di rawat inap dan rumah sakit serta belum ada peran dan koordinasi dengan pihak farmasi baik dalam hal administrasi maupun pelayanan farmasi yang seharusnya menjadi tanggung jawab dan wewenangnya.
Pihak rumah sakit harus menetapkan kebijakan yang mengatur sistem distribusi obat di rawat inap sebagai pedoman pclaksanaan kegiatan, dan memperbaiki sarana serta kualitas ketenagaan yang berperan di dalamnya. Selain itu Rawat Inap RS Karya Husada perlu mengadakan kordinasi dcngan Instalasi Farmasi dan Bagian Gizi agar dapat memberikan pelayanan yang optimal dalam pelayanan obat.

Analysis of Drug Distribution System of Inpatient Care Unit at Karya Husada Hospital in Cikampek, April 2002The background of the research was that Inpatient The Care Unit is an important service unit in hospital which has to be able to deliver a comprehensive service. One of the service is drug distribution for the patient. From the situational analysis, it was foumd that the Inpatient Care Unit's drugs availability haven't enough for inpatient need and applies The Individual Prescription Order System. Its sometimes cause delayed drug using for patient and amount of unused drugs remain. This activity was done by nurse and based on approval from Chief Nurse in every Inpatient Care Unit.
Therefore the purpose of this research is to analyze Drug Availability, Drug Distribution System to Inpatient Care Unit at Karya Husada Hospital and the factors which related. The analysis is through a system approach which has three component : Input, Process and Out put. The design of this research was a case study with a qualitative approach. Data was obtained by using interview, observation and documentation study.
The result, of this research shows that there are limited facilities and competence employees in Pharmacy Installation and Inpatient Care Unit of Karya Husada Hospital. Drug Distribution System to inpatient is worked by nurse. Drug information, controlling of drug usage, appropriate drug using as doctor's instruction, and reporting/administration of drug usage in this unit arc not being done well. There was found drugs remain which was returned to Pharmacy Installation. That facts may be due to inavailability of regulation and standar Operation Procedure. There are no function and coordination of Pharmacy Installation for Pharmaceuthical Services of inpatient treatment.
The researcher suggest that Karya Husada Hospital should make Regulation and Standar Operation Procedure of Pharmaceuthical Services, especially Drug Distribution System to Inpatient; improve facility and human resources of Pharmacy Installation/Inpatient Care Unit; improve Pharmacy Installation's function for Inpatient phamaceuthical services; improve coordination between Pharmacy Installation, Inpatient Care Unit and Dietary Installation in order to give optimal treatment effect.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T 8320
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Enok Siti Marhumah
"Pelayanan kesehatan di rumah sakit lebih ditekankan pada pelayanan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif dimana obat-obatan merupakan salah satu faktor penting dalam penyembuhan penderita, sehingga perlu penanganan yang baik yang menjadi tugas instalasi farmasi. Untuk menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik instalasi farmasi memerlukan sistem pendistribusian, dalam hal ini adalah prosedur distribusi obat yang cepat dan efisien.
Depo farmasi ruang 11 merupakan bagian dari instalasi farmasi yang berfungsi mengendalikan distribusi obat sehingga penyediaan obat di ruangan senantiasa sesuai dengan perencanaan dan kebutuhan. Pasien ruang 11 terdiri dari pasien umum, pasien kontraktor dan pasien askes. Ruang 11 mempunyai kapasitas sebanyak 43 tempat tidur, terdiri dari VIP A, VIP B dan kelas 1. Sistem distribusi yang digunakan di ruang 11 adalah sistem distribusi persediaan di ruang dan sistem distribusi unit dosis parsial. Sistem distribusi obat tersebut dituangkan dalam bentuk depo farmasi.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis situasi sistem dan prosedur yang dilaksanakan kaitannya dengan peningkatan pelayanan farmasi di RSHS; mengkaji masalah-masalah yang menghambat dalam pelaksanaan prosedur; serta mencari alternatif yang diharapkan untuk mengurangi masalah tersebut.
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode telaah kasus dengan pendekatan deskriptif dengan cara penelusuran proses sejauhmana prosedur tetap yang ada dijalankan. Menggunakan data primer, yaitu melalui observasi dan wawancara. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui catatan dan laporan farmasi bulan Juli 2000, protap, kebijakan, standar pelayanan farmasi, dan lain-lain.
Dari hasil penelitian diperoleh prosedur tetap yang ada kurang mendukung terhadap pelayanan dan tidak memberikan kepuasan pasien, sehingga perlu dikembangkan.
Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan, apabila sistem distribusi obat didukung oleh prosedur yang baik dan mudah dilaksanakan, personal yang cukup, jumlah dan kemampuan kefarmasiannya meningkat, serta sarana bagi prosedur distribusi yang lengkap, diharapkan dapat mendukung terhadap pelayanan kesehatan secara efektif dan efisien.

Analysis of Medicine in In-Patient Care of Interne Unit, Hasan Sadikin Hospital, BandungThe health service served by hospital is more emphasized on curative and rehabilitation service, there for drugs is one of essentiale factors in the cure process of the patients. Consequently, management of drugs have to be organized effectively as the main job of pharmacy installation. In applying its job and its function effectively, pharmacy installation requires good distribution system. In this case, the procedure of drugs distribution must be fast and efficient.
Pharmacy stand in Room 11 is a part of pharmacy installation which has function to contrail distribution of drugs, so that drugs supply in that room is suitable to the plan and requirement. There are three types of patient in Room 11, namely general patient, contractor patient and helath insurance patient. Room 11 has capacity; 43 beds contains VIP A, VIP B dan first class. Distribution system used in Room 11 is room supply distribution system and partial dose unit distribution system. The form of that distribution system is pharmacy stand.
This research is aimed to analyze the application of permanent procedure in relation to the improvement of pharmacy service in RSHS (Hasan Sadikin Hospital); to recite problems obstruct in procedure application; and to observe expected alternative in reducing those problems.
Methodology used in this research in case observation method with descriptive approach which try to measure how far the process of permanent procedure has been held by using primary data, that is through observation and interview. Mean while, secondary data is obtained through notes and pharmacy report in July 2000, permanent procedure, policy, pharmacy service standard etc.
The best assumed from the investigation is; if the drug distribution system supported by good procedure and easy to be applied, adequat personnel, increasing in amount and capability of its pharmacy, and sufficient in facility of distribution procedure, so we can expect that all of above factor can develop the health service efficiency and effectively.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T4607
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Mulzimatus Syarifah
"Fasilitas distribusi merupakan sarana yang digunakan untuk mendistribusikan atau menyalurkan sediaan farmasi yang terdiri dari Pedagang Besar Farmasi dan Instalasi Sediaan Farmasi. Pedagang Besar Farmasi (PBF) merupakan perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Standar kefarmasian pada sarana distribusi sediaan farmasi adalah Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB). CDOB merupakan suatu kegiatan atau cara distribusi/penyaluran obat dan/atau bahan obat yang bertujuan untuk memastikan mutu sepanjang jalur distribusi/penyaluran sesuai persyaratan dan tujuan penggunaan. Di dalam CDOB tahun 2020, terdapat 12 Bab yang mengatur terkait prinsip-prinsip CDOB. Observasi dan wawancara terkait kegiatan implementasi CDOB dilakukan di PT. Anugrah Argon Medica (AAM) Cabang Jakarta 2. Berdasarkan hasil observasi langsung terhadap kondisi gudang dan dokumentasi serta wawancara kepada QS dan tim, AAM Cabang Jakarta 2 telah melakukan implementasi aspek-aspek yang diatur dalam Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) baik untuk obat lainnya dan CCP.

Distribution facilities are facilities used to distribute or distribute pharmaceutical preparations consisting of Pharmaceutical Wholesalers and Pharmaceutical Dosage Installations. Pharmaceutical Wholesaler (PBF) is a company in the form of a legal entity that has a license for the procurement, storage, distribution of drugs and/or drug ingredients in large quantities in accordance with the provisions of laws and regulations. Pharmaceutical standards in pharmaceutical preparation distribution facilities are Good Distribution Practice (CDOB). CDOB is an activity or method of distribution/distribution of drugs and/or medicinal materials that aims to ensure quality along the distribution/distribution channel according to the requirements and purpose of use. In the CDOB in 2020, there are 12 Chapters that regulate the principles of CDOB. Observations and interviews related to CDOB implementation activities were conducted at PT. Anugrah Argon Medica (AAM) Jakarta Branch 2. Based on direct observations of warehouse conditions and documentation and interviews with QS and the team, AAM Jakarta Branch 2 has implemented aspects regulated in the Technical Guidelines for Good Drug Distribution Methods (CDOB) for both other drugs and CCP.

"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Julian Aditya Winarto
"Penelitian ini menyelidiki tantangan dalam mempertahankan konsentrasi klor bebas yang ideal di sistem distribusi air perkotaan. Menggunakan Instalasi Pengolahan Air (IPA) Legong dan Perumahan Harapan Baru Taman Bunga (HBTB) sebagai lokasi studi kasus, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konsentrasi klor bebas di tiga titik kritis jaringan distribusi IPA Legong: outlet reservoir, dua titik perantara yang mewakili jaringan distribusi utama, dan titik terjauh di HBTB. Penelitian juga mengevaluasi pengaruh jumlah klor yang digunakan dalam proses desinfeksi IPA Legong terhadap konsentrasi klor bebas dalam jaringan. Menggunakan WaterGEMS, studi ini menilai beberapa skenario dosis klor dan dampaknya terhadap konsentrasi klor bebas di wilayah pelayanan. Metodologi utama meliputi pengukuran sisa klor, studi laboratorium kualitas air lainnya, dan perbandingan dengan baku mutu. Simulasi WaterGEMS dilakukan untuk menilai dampak skenario dosis klor. Hasilnya adalah, kualitas air tetap aman di waduk dan jarak-7 km, tetapi memburuk mendekati HBTB pada jarak-10 km, dengan konsentrasi klor bebas menurun. Terdapat korelasi kuat antara klor bebas dan total klor dalam sistem distribusi. Terdapat tiga skenario pemodelan yang dijalankan menggunakan WaterGEMS, dan dari ketiga skenariro tersebut masih belum ada yang memenuhi secara keseluruhan. Akan tetapi, skenario yang dapat dinilai cukup dan paling efektif secara berurutan adalah skenario di mana konsentrasi klor bebas di outlet reservoir bernilai maksimum di 5 mg/L dan juga skenario di mana beberapa variasi jumlah konsentrasi klor bebas diinjeksi di tujuh titik yang tersebar di perumahan HBTB.

This research investigates the challenges of maintaining ideal free chlorine concentrations in urban water distribution systems. Using the Legong Water Treatment Plant (WTP) and Harapan Baru Taman Bunga Housing (HBTB) as case study sites, this research aims to analyse the free chlorine concentration at three critical points of the Legong WTP distribution network: the reservoir outlet, two intermediate points representing the main distribution network, and the furthest point at HBTB. The study also evaluated the effect of the amount of chlorine used in the Legong IPA disinfection process on the free chlorine concentration in the network. Using WaterGEMS, the study assessed several chlorine dosing scenarios and their impact on free chlorine concentrations in the service area. The main methodologies included residual chlorine measurements, other water quality laboratory studies, and comparison with quality standards. WaterGEMS simulations were conducted to assess the impact of the chlorine dosing scenarios. The result was that water quality remained safe at the reservoir and at a distance of 7 km but deteriorated close to HBTB at a distance of 10 km, with free chlorine concentration decreasing. There is a strong correlation between free chlorine and total chlorine in the distribution system. There were three modelling scenarios run using WaterGEMS, and none of them met the overall requirements. However, the scenarios that could be considered sufficient and most effective respectively were the scenario where the free chlorine concentration at the outlet of the reservoir was maximum at 5 mg/L and the scenario where several varying amounts of free chlorine concentration were injected at seven points spread across the HBTB housing estate."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sianturi, Ronald Ferdinand
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S38840
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rezky Salma Mutmainah
"Pembangunan kesehatan di Indonesia, sesuai dengan Undang-Undang No 36 tahun 2014, bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang merata dan terjangkau kepada seluruh masyarakat melalui berbagai sarana seperti puskesmas, rumah sakit, klinik, apotek, dan toko obat. Pedagang Besar Farmasi (PBF) memiliki peran penting dalam distribusi obat dan alat kesehatan secara besar-besaran, yang harus diatur dan dikelola dengan baik sesuai peraturan perundang-undangan. Pengelolaan obat dan alat kesehatan meliputi pengadaan, penerimaan, penyimpanan, dan penyaluran, harus dilakukan secara optimal untuk memastikan ketersediaan yang tepat waktu dan sesuai jenisnya. Persyaratan mutu untuk distribusi obat diatur dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No 6 tahun 2020, dan untuk alat kesehatan diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No 4 tahun 2014. Meskipun implementasi Standar Distribusi Obat yang Baik (CDOB) dan Cara Distribusi Alat Kesehatan yang Baik (CDAKB) masih belum optimal di beberapa PBF, penting untuk memastikan bahwa sistem operasional distribusi mematuhi standar tersebut guna menjaga mutu dan keamanan obat serta alat kesehatan. Seiring waktu, PT MJG telah berhasil menerapkan CDOB 2020 dan CDAKB 2014 dalam semua tahapan operasionalnya, termasuk pengadaan, penerimaan, penyimpanan, dan penyaluran produk. Implementasi ini memastikan efisiensi distribusi obat dan alat kesehatan serta memenuhi standar mutu yang diperlukan untuk optimalisasi pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Health development in Indonesia, in accordance with Law No. 36 of 2014, aims to provide equitable and affordable health services to the entire community through various facilities such as health centers, hospitals, clinics, pharmacies, and drug stores. Pharmaceutical Wholesalers (PBF) have an important role in the distribution of drugs and medical devices on a large scale, which must be properly regulated and managed in accordance with statutory regulations. The management of drugs and medical devices, including procurement, receiving, storage, and distribution, must be optimized to ensure timely and appropriate availability. Quality requirements for drug distribution are regulated in the Head of the Food and Drug Administration Regulation No 6 of 2020, and for medical devices are regulated in the Minister of Health Regulation No 4 of 2014. Although the implementation of Good Drug Distribution Standards (CDOB) and Good Medical Device Distribution Methods (CDAKB) is still not optimal in some PBFs, it is important to ensure that the distribution operational system complies with these standards to maintain the quality and safety of drugs and medical devices. Over time, PT MJG has successfully implemented CDOB 2020 and CDAKB 2014 in all stages of its operations, including procurement, receiving, storage, and distribution of products. This implementation ensures the efficiency of drug and medical device distribution and meets the quality standards required for the optimization of health services to the community.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Stevenson, William D.
Jakarta: Erlangga, 1996
621.3 STE a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>