Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 164241 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Essy Arijoeni Basoenondo
"Dengan berkembangnya pembangunan yang dilaksanakan dewasa ini, penggunaan beton sebagai suatu bahan struktur sangat umum digunakan. Adapun dalam pembuatannya terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh masing-masing material pembentuk beton tersebut. Air sebagai salah satu komponen pembentuk beton memegang peranan penting bagi berlangsungnya proses hidrasi semen. Sejalan dengan kurangnya perhatian khusus terhadap syarat mutu air (air yang tidak mengandung alkali. garam, minyak, asam, zat organis atau bahan lain yang dapat merusak beton atau tulangan) sebagai campuran beton, masih banyak parencana menggunakan sumber air yang dekat dengan lokasi pekerjaannya. Sumber air tersebut dapat berupa air tanah maupun air laut dan sudah tentu mengandung berbagai unsur yang dapat mempengaruhi kualitas beton yang dihasilkan. Air laut mengandung lebih dari 35,000 ppm garam-garam terlarut dimana 78% dari garam~garam tersebut dalam bentuk natrium klorida, dan 15% dalam bentuk magnesium klorida dan magnesium sulfat. Dengan adanya intrusi air laut yang membengkak akhir-akhir ini akan menyebabkan air tanah bersifat payau. Dimana pada air payau ini akan mengandung garam-garam klorida dan sulfat hasii intrusi air laut. Hal ini tentu saja tidak sesuai dengan persyaratan air pengaduk beton yang telah ditentukan. Konsentrasi garam yang terdapat pada air payau maupun air laut bervariasi, sehingga pengaruh yang timbul pun akan bervariasi pula. Tujuan dari penelitian ini menyelidiki pengaruh kuantitas ion klorida dan sulfat terhadap kuak tekan beton mutu sedang atau beton dengan kekuatan tekan rencana 350 - 500 kg/cm2. Hasil yang didapat dibandingkan dengan beton yang menggunakan air pencampur aquades. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi perencana untuk mendapatkan konstruksi yang kuat."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Sugiman
"Dalam aplikasi di bidang kelautan, bahan komposit sandwich harus mempunyai kulit dan inti yang memiliki ketahanan yang baik terhadap korosi dan kelembaban. Penetitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh arah serat dan ketebalan inti terhadap kekuatan tekan dan bending pada material komposit sandwich.
Bahan kulit untuk komposit sandwich berupa komposit dari fiberglass dengan matriks polyester resin, untuk inti dari styrofoam, sedangkan untuk adhesive menggunakan bahan dasar epoxy. Arah serat kulit dibuat anyam 4 lapis, anyam-acak-anyam-acak, [0/90]s, [0/45/-45/90]. Ketebalan inti yang digunakan adalah 14 mm dan 28 mm.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa spesimen dengan ketebalan inti 28 mm menghasilkan kekuatan tekan yang lebih tinggi dibanding spesimen dengan ketebalan inti 14 mm. Sedangkan, spesimen dengan ketebalan inti 14 mm menghasilkan kekuatan bending yang lebih tinggi dibanding spesimen dengan ketebalan inti 28 mm. Spesimen dengan arah serat anyam 4 lapis menghasilkan kekuatan tekan dan bending paling tinggi, diikuti anyam-acak-anyam-acak, [0/90]s dan terakhir [0/45/-45/90].

In marine application, sandwich composites should have high corrosive and moisture resistance. Polyester reinforced composite as sandwich skin's has been widely used in boat construction. Research has been conducted to investigate influence of fiber orientation and core thickness on the compressive and bending strength of foam cored sandwich composite.
Glassfiber reinforced polyester composite used as skin for sandwich and styrofoam as core. The skin has lay-up four layers woven, four layers woven-random alternatively, [0/90]s, and [Q/45/-45/9Q]. The thickness of core were 14 mm and 28 mm.
The results indicate that the thicker core has higher compressive strength than the thinner one. However for bending strength the thicker core is higher than the thinner. For skin, lay-up that has higher 0 fiber orientation indicates the highest in both of compressive and bending strength.
"
[s.l]: [s.n], 2004
JUTE-XVIII-2-Juni2004-86
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Santi Handayani
"Selama ini grafik hubungan antara kuat tekan dan faktor air semen masih menggunakan hasil penelitian (produk) dari luar negeri yang tentunya menggunakan material yang berbeda sifatnya dengan material yang berada di Indonesia. Untuk rancang campuran beton harus menggunakan grafik yang dibuat dari hasil uji material Indonesia. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan membuat grafik hubungan antara faktor air semen dengan kuat tekan dengan menggunakan agregat kasar yang berasal dari Rumpin, Bogor dan untuk agregat halusnya berasal dari Cimangkok serta menggunakan semen Tiga Roda. Rancang campuran yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode rancang campuran yang merupakan modifikasi cara Us Bureau of Reclamation yang dikembangkan oleh JSCE (Japan Society of Civil Engineer). Penelitian ini dilakuan dengan faktor air semen yang bervariasi, yaitu faktor air semen 0.35, 0.45, 0.55, 0.65. Faktor air semen yang kecil akan menghasilkan kuat tekan yang besar dan sebaliknya jika faktor air semen besar akan menghasilkan kuat tekan yang kecil.

For all these years, the relationship graphic between compressive strength and water cement ratio still using research results (product) from the other country which is using a different material property compare to material that residing in Indonesia. For concrete mix design has to use graphic which is made from Indonesian testing materials. Therefore in this research, will try to make a relationship graph between compressive strength and water cement ratio that using coarse aggregate came from Rumpin, Bogor for fine aggregate came from Cimagkok and cement that is use in these researches use Tiga Roda cement. Mix design that is use in this research using mix design modification method from Us Bureau of Reclamation which is develop by JSCE (Japan society of Civil Engineering). In this research, we used several variation of water cement ratio that is 0.35, 0.45, 0.55, and 0.65. A small water cement ratio will produce a high compressive strength and on the other hand, if the water cement ratio became bigger will produce a small compressive strength."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S50460
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Beton meruapakan campuran antara semen Portland, Agregat halus, agregat kasar dan air membentuk masa padat yang mempunyai sifat karakteristik kuat tekan. Pada penelitian ini difokuskan pada pengaruh penggunaan air standar (air bersih0 , air keruh dan air laut untuk campuran pada beberapa nilai factor air semen (fas) dengan menggunakan metode perancangan campuran dari ACI.
Hasil penelitian menunjukan kuat tekan beton rata-rata maksimum umur 28 hari untuk campuran menggunakan air standar sebesar 37,012 MPa sedangkan air laut sebesar 26,499 MPa dan air keruh sebesar 35,106 MPa semuanya terdapat pada fas 0,4. Adapun fas maksimum yang masih memenuhi syarat diatas kuat tekan rencana sebesar 2,55 MPa adalah berturut- turut untuk masing-masing jenis air adalah 0,58, 0,62 dan 0,752."
507 JPS 3:2 (2007)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
S34447
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Azah Nurmailani Fauziah
"Penekanan setelah impak merupakan salah satu parameter penting pada komposit dengan penguat serat sebagai material struktur. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh nilai tekan sesudah impak dan kerusakannya pada komposit epoksi-kevlar, epoksi-gelas dan epoksi-hibrid-kevlar/gelas. Spesimen komposit difabrikasi dengan metode hand lay-up dengan variasi energi impak yang diberikan adalah 4 J, 8 J dan 15 J. Pengamatan dengan Through Transmission Ultrasonic setelah impak menunjukkan bahwa kerusakan yang terjadi adalah delaminasi. Komposit terbaik ditinjau dari nilai kuat tekan yang tinggi dan ukuran delaminasi yang paling kecil. Dapat dikatakan bahwa nilai kuat tekan tertinggi adalah epoksi-gelas yaitu sebesar 119,85 8,31 MPa.

Compression after impact is one of important parameter of fiber reinforced composites as structural materials. This research aimed to obtain the values of compression after impact and their resulting damage on kevlar epoxy, glass epoxy, and kevlar glass epoxy hybrid composites. The composite specimens were fabricated by a hand lay up method. These materials were experienced impact energy with a variation of 4 J, 8 J, and 15 J. Observation by Through Transmission Ultrasonic showed that the type of resulting damage after impact was delamination. From this research, the highest compressive strength and the smallest delamination belongs to the glass epoxy composite, with the value of 119,85 8,31 MPa as the highest value of compression strength.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S67024
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendri
"Komposit aluminium 6061 dengan partikel penguat alumina memiliki kekerasan dan ketahanan aus yang baik serta mempunyai densitas yang rendah. Komposit aluminium 6061 dibuat dengan proses stir casting (pengadukan). Komposit aluminium dengan 10% alumina dilakukan proses perlakuan panas T6 (penuaan buatan) pada suhu yang berbeda : 150, 175, 200, dan 225oC. Variasi suhu dilakukan untuk mendapatkan puncak penuaan.
Perlakuan panas ini bertujuan untuk mengetahui pada suhu tertentu komposit akan mengalami under aging (penuaan muda) maupun penuaan berkelanjutan. Sifat mekanis pada perlakuan penuaan 175oC didapatkan nilai kekerasan dan ketahanan aus yang baik. Hal ini membuktikan pada suhu 175oC merupakan puncak penuaan. Akan tetapi, nilai kekuatan komposit aluminium yang didapat rendah. Hal ini disebabkan oleh void, kluster, dan kemampubasahan antara matriks dan partikel penguat yang kurang baik. Perlakuan panas pada suhu 175 oC menghasilkan presipitat yang optimal sehingga dapat menghalangi pergerakan dislokasi dan meningkatkan nilai kekerasan dan ketahanan aus.

6061 aluminum composite with alumina particles reinforced have high hardness and wear resistance as well as having a low density. 6061 aluminum composites made by stir casting process. Composite aluminum with 10% alumina done T6 heat treatment process (Artificial Aging) at different temperatures: 150, 175, 200, and 225oC. Temperature variations performed to obtain peak aging.
This heat treatment aims to find out at a certain temperature composites will experience under aging and over aging. The mechanical properties obtained at temperature of 175oC have high hardness and wear resistance. This proves at temperature 175oC is peak aging. However, aluminum composite strength values obtained low. It is caused by voids, clusters, and wettabillity between matrix and reinforcement particles that are less good. Heat treatment at a temperature of 175 oC produces optimal precipitates that can hinder the movement of dislocations and increase the value of hardness and wear resistance.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S44777
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jensen, Alfred
Jakarta: Edward Arnold, 1991
620.112 JEN at
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Timoshenko, Stephen P.
Jakarta: Restu Agung, 1986
620.112 TIM s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>