Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 192232 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shabrina Khairani
"ABSTRAK
Tingkat kebisingan yang terpapar pekerja di suatu industri yang melebihi Nilai Ambang Batas dapat menyebabkan mekanisme stres yang akan meningkatkan detak jantung dan tekanan darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat kebisingan dengan kejadian hipertensi pada pekerja di bagian Refining PT X. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional pada 51 responden pekerja di bagian Refining. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji chi-square dan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat kebisingan dengan kejadian hipertensi pada pekerja dengan nilai p = 0,029 (OR 4,857: 95% CI 1,318 - 17,896). Ada juga hubungan yang signifikan antara tingkat kebisingan dan riwayat herediter hipertensi dan Indeks Massa Tubuh (IMT). Pada uji multivariat tingkat kebisingan penderita hipertensi memiliki nilai p = 0,019 dan nilai OR 7,540 (95% CI 1,4 - 40,605) setelah dikontrol dengan variabel IMT. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pekerja yang terpapar kebisingan tinggi dapat berisiko mengalami hipertensi. Perlu adanya perhatian lebih dari pihak perusahaan dalam upaya pencegahan penyakit tertentu akibat lingkungan kerja.
ABSTRACT
The noise level that workers in an industry are exposed to in excess of the Threshold Value can cause a stress mechanism that will increase heart rate and blood pressure. This study aims to determine the relationship between noise levels and the incidence of hypertension among workers in the Refining Section of PT X. This study used a quantitative research method with a cross sectional study design on 51 respondents of workers in the Refining section. The statistical test used in this study was the chi-square test and multiple logistic regression. The results showed that there was a significant relationship between the noise level and the incidence of hypertension among workers with a value of p = 0.029 (OR 4.857: 95% CI 1.318 - 17.896). There was also a significant association between noise levels and hereditary history of hypertension and Body Mass Index (BMI). In the multivariate test, the noise level of hypertensive patients has a p value = 0.019 and an OR value of 7.540 (95% CI 1.4 - 40.605) after being controlled with the BMI variable. So it can be concluded that workers who are exposed to high noise can be at risk of developing hypertension. There needs to be more attention from the company in efforts to prevent certain diseases due to the work environment."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adzra Dhiya Jannati
"Kebisingan merupakan suara yang tidak dikehendaki dan mengganggu pendengaran manusia. Kebisingan salah satu bahaya fisik yang paling umum terjadi di beberapa lingkungan kerja. Dampak dari kebisingan lebih umum diketahui dapat mengganggu fungsi pendengaran atau auditori. Tetapi pada pajanan dengan waktu yang lebih lama, efeknya dapat bersifat kumulatif yang mempengaruhi gangguan non-auditori salah satunya adalah tekanan darah tinggi (hipertensi). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui asosiasi antara tingkat kebisingan dengan kejadian tekanan darah tinggi (hipertensi) pada pekerja di unit water pump PT X tahun 2020. Metode yang digunakan adalah cross sectional dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengambilan sampel menggunakan proportionate stratified random sampling berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Pengolahan data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat menggunakan uji chi square dan multivariat menggunakan uji regresi logistik. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terdapat asosiasi yang signifikan secara statistik antara tingkat kebisingan pada intensitas >79,57 dBA dengan kejadian tekanan darah tinggi (hipertensi) pada pekerja unit water pump di PT X (nilai p = 0,025<0,05; OR 9,481: 95% CI). Selain itu, terdapat asosiasi yang signifikan antara usia dan riwayat tekanan darah tinggi (hipertensi) pada keluarga terhadap tekanan darah tinggi (hipertensi) (nilai p<0,05). Hasil analisis multivariat menunjukkan, responden yang terpajan kebisingan pada intensitas >79,57 dBA memiliki perbedaan risiko tekanan darah tinggi (hipertensi) 7 kali lebih besar dibanding responden yang terpajan <79,57 dBA setelah dikontrol dengan variabel riwayat tekanan darah tinggi (hipertensi) pada keluarga, usia dan masa kerja. Maka dari itu, perusahaan perlu meningkatkan promosi kesehatan dalam hal pengendalian kebisingan untuk mencegah risiko komplikasi akibat tekanan darah tinggi (hipertensi) di lokasi kerja dengan tingkat kebisingan di atas rata-rata.

Noise is unwanted and hearing-disturbing sounds. Noise is the most common physical hazards in various working environments. The impacts of noise are commonly known to disturb hearing or auditory functions. However, long-term exposure may pose cumulative effects that influence non-auditory disorders, such as hypertension. The study aimed to discover the association between noise level and hypertension incidence on workers at the water pump unit of PT X of 2020. The method used was cross-sectional with a quantitative approach. The sampling technique utilized the proportionate stratified random sampling based on inclusion and exclusion criteria. Data processing was carried out using univariate and bivariate analyses with the Chi-Square test and multivariate analysis with the logistic regression test. The study results show a statistically significant association between noise level in intensity of >79,57 dBA with hypertension incidence on workers at water pump unit of PT X (p-value = 0,025<0,05; OR 9,481: 95% CI). Furthermore, there was a significant association between age and hypertension history in the family with hypertension incidence (p-value<0,05). In the multivariate analysis, respondents exposed to >79,57 dBA intensity had a 7-fold hypertension risk than respondents exposed to <79,57 dBA intensity after being controlled with hypertension history in the family, age, and working period. Therefore, the company should improve health promotion regarding noise control to prevent complication risks due to hypertension in working environments with over-average noise levels."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andreas Billy Falian
"Pendahuluan: Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak diinginkan sebagai suara yang tidak diinginkan yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran dan gangguan non-pendengaran, seperti kondisi fisiologis, psikologis, dan komunikasi. Gangguan fisiologi dan psikologi dapat meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah. Dampak fisik yang mungkin terjadi dari pajanan kebisingan, adalah kram otot, pusing, mual, muntah dan peningkatan sekresi katekolamin dan kortisol, di mana akan mempengaruhi sistem saraf yang kemudian berpengaruh pada detak jantung, dan akan meningkatkan tekanan darah. Menurut WHO, hipertensi diperkirakan menyebabkan 7.5 juta kematian, sekitar 12.8 dari total semua kematian. Hipertensi merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25.8 , sesuai dengan data Riskesdas 2013. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan kebisingan >85 dB terhadap kejadian hipertensi.
Metode: Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah kombinasi metode kuantitatif dan kualitatif, dengan desain penelitian potong lintang. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah proportionate stratified random sampling dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Pengolahan data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat dengan interval kepercayaan 95 . Dalam penelitian ini juga dilakukan tes laboratorium untuk memvalidasi dan mendapatkan data kondisi stres biologis pada pekerja melalui pengujian hormon kortisol dari air liur.
Hasil: Seluruh variabel independen memiliki faktor risiko > 1 terhadap variabel dependen. Terdapat hasil yang signifikan dari variabel independen kebisingan, lama kerja, umur, riwayat keturunan hipertensi, aktivitas fisik, penggunaan APT, indeks massa tubuh, dan kadar hormon kortisol terhadap hipertensi, melalui pengujian secara statistik dengan p value < 0.05. Sedangkan, untuk variabel perilaku merokok dan konsumsi alkohol memiliki p value > 0.05. Kebisingan sebagai variabel utama memiliki OR 19.067 melalui uji multivariat, setelah dilakukan kontrol oleh variabel perancu lama kerja, riwayat keturunan hipertensi, aktivitas fisik, penggunaan APT, dan indeks massa tubuh terhadap hipertensi.
Kesimpulan: Pekerja yang terpapar kebisingan berisiko untuk mengalami hipertensi. Pekerja yang memiliki lama kerja lebih dari lima tahun, tidak melakukan aktivitas fisik, tidak menggunakan APT, dan memiliki indeks massa tubuh yang tidak normal berisiko lebih besar untuk mengalami hipertensi.

Introductions: Noise is defined as an unwanted noise that can cause auditory and non auditory disorders, such as physiological, psychological, and communication conditions. Physiology and psychology disorders can increase heart rate and blood pressure. Possible physiological effects of noise exposure are muscle cramps, dizziness, nausea, vomiting and increased secretion of catecholamines and cortisol, which affects the nervous system which then affects the heart rate, and increases blood pressure. According to WHO, hypertension is estimated to cause 7.5 million deaths, about 12.8 of all deaths. Hypertension is a health problem with a high prevalence of 25.8 , in accordance with Basic Health Research Republic of Indonesia rsquo s 2013 data. The objective in this study to analyze relationship between noise 85 dB to hypertension.
Methods: The research approach used in this research is quantitative approach. The research method used is a combination of quantitative and qualitative methods, with cross sectional study design. The sampling technique used in this research is proportionate stratified random sampling with inclusion and exclusion criteria. Data processing was done by univariate, bivariate, and multivariate analysis with 95 confidence interval. In the experiment also conducted laboratory tests to validate and get the biological stress condition data on workers through testing the hormone cortisol by its saliva.
Results: All independent variables have risk factor 1 to dependent variable. There were significant results by statistical testing with p value 0.05. Noise as the main variable has OR 19.067 through multivariate test, after controlled by long working confounding variables, hereditary factors, physical activity, PPE usage, and body mass index on hypertension.
Conclusions: Workers exposed to noise are at risk for hypertension. The risk for having hypertension will be greater in workers who have worked longer than five years, do no physical activity, do not use PPE, and have an abnormal body mass index.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Aisyah Amanda
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kebisingan, faktor karakteristik pekerja (usia, masa kerja, durasi kerja, riwayat diabetes, riwayat hipertensi), dan faktor perilaku pekerja (penggunaan APT dan perilaku merokok), dengan gangguan pendengaran pada pekerja bagian refining PT X tahun 2019. Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross-sectional dengan jumlah sampel sebanyak 66 orang pekerja bagian refining. Data gangguan pendengaran pada pekerja diperoleh dari hasil Medical Check Up rutin yang dilakukan oleh perusahaan, sedangkan data tingkat kebisingan diperoleh melalui pengukuran secara langsung menggunakan Sound Level Meter di area kerja bagian refining. Hasil uji Chi Square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara usia (OR 7; 95% CI: 1,608-30,474), masa kerja (OR 7,8; 95% CI: 0,925-65,747, dan perilaku merokok (OR 7,8; 95% CI: 0,925-65,747) dengan gangguan pendengaran pada pekerja bagian refining. Selain itu, didapatkan rata-rata tingkat kebisingan yang berbeda pada setiap unit kerja bagian refining, yakni unit kerja Peleburan sebesar 87,08 dBA, Pemurnian Perak sebesar 89,04 dBA, Pemurnian Emas sebesar 83,25 dBA, dan Waste Management sebesar 77,85 dBA.

This study aims to analyze noise level, characteristics of worker (age, work period, work duration, history of diabetes, history of hypertension), worker behaviour (use of ear protector and smoking behaviour) with hearing loss among refining unit workers at PT X in 2019. A cross-sectional study was conducted involving 66 refining workers. Data on hearing loss among workers are obtained from the results of routine medical check up conducted by the company, while noise level data is obtained through direct measurement using the Sound Level Meter in the refining section work area. Chi Square test results showed that there was a significant relationship between age (OR 7; 95% CI: 1,608-30,474), work period (OR 7.8; 95% CI: 0.925-65,747, and smoking behavior (OR 7.8; 95% CI: 0.925-65,747) with hearing loss among refining workers. In addition, different noise levels were obtained for each refining work unit, the Smelting work unit was 87.08 dBA, Silver Refining was 89.04 dBA, Gold Refining was 83.25 dBA, and Waste Management was 77, 85 dBA.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Kusumawati
"Penelitian ini membahas hubungan tingkat kebisingan di lingkungan kerja dengan kejadian gangguan pendengaran pada pekerja PT X. Desain penelitian yang digunakan adalah coss sectional. Sampel penelitian berjumlah 110 pekerja pada area kerja AC dan mesin cuci. Terdapat 33 pekerja yang mengalami gangguan pendengaran setelah dilakukan pemeriksaan menggunakan garpu tala. Intensitas kebisingan di dua area kerja antara 86,4 dB-90,1 dB setelah diukur menggunakan Sound Level Meter. Hasil penelitian menunjukan tidak ada hubungan bermakna, tetapi tingkat kebisingan di dua area kerja telah melebihi nilai ambang batas.

This study aims to determine the relationship between noise levels in working environment with hearing loss occurrence in workers in PT X. The study design used was cross sectional study. Sample of this study is 110 workers in AC and laundry system areas. There are 33 workers that suffer of hearing loss after measured by tuning fork. The noise intensity in two area is between 86,4 dB - 90,1 dB after measured by Sound Level Meter. The study result showed there is no significant relation, but noise level in two areas exceed the limit."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Ayu Pratiwi
"Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa suhu lingkungan kerja berpengaruh terhadap produktivitas pekerja. Selain memengaruhi produktivitas kerja, suhu lingkungan kerja yang panas juga dapat menyebabkan gangguan kesehatan akibat panas (heat related disorder), yang paling umum dialami pekerja adalah kelelahan akibat panas (heat exhaustion). PT. X merupakan salah satu pabrik peleburan timah terbesar di Indonesia yang pada proses produksinya memerlukan suhu sampai 1.500oC, hal tersebut dapat menimbulkan tekanan panas (heat stress). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara pajanan tekanan panas dengan kejadian heat exhaustion pada. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional atau potong lintang dengan jumlah sampel sebanyak 76 pekerja. Jumlah pekerja yang mengalami heat exhaustion adalah 27 orang (35,5%).
Hasil yang didapatkan suhu WBGT indoor berkisar 29,4-41,0oC, sehingga menyebabkan 56 dari 76 pekerja (73,7%) mengalami tekanan panas.. Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara tekanan panas dengan kejadian heat exhaustion pada pekerja. Oleh karena itu, diperlukan pengendalian secara administrativ dan perlindungan personal untuk memimalisasi risiko dari tekanan panas.

Various studies have shown that the temperature of the working environment affects worker productivity. In addition, high temperature in working environment can also cause heat related disorder, the most common is heat exhaustion. PT. X is one of the biggest tin smelter in Indonesia that the production process requires temperatures up to 1.500oC, it can cause heat stress. This study aims to analyze the relationship between the exposure of heat stress on heat exhaustion. This study used a crosssectional study design with 76 sample of workers. The number of workers who suffered heat exhaustion were 27 persons (35.5%).
The results obtained WBGT indoor temperature ranges from 29.4 to 41.0 ° C, resulting in 56 of 76 workers (73.7%) experienced heat stress. The results of this study showed theres a association between heat stress on workers' heat exhaustion. Therefore, the required control efforts in terms of technical, administrative, and provision of personal protective equipment to minimize the risk of heat exhaustion due to heat stress.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55248
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Jihan Sausan Salsabila
"Diesel Engine Exhaust adalah campuran kompleks dari substansi pada fase akhir gas dan partikulat pada saat pembakaran bahan bakar diesel. Fase partikulat DEE disebut dengan Diesel Exhaust Particles (DEP) dimana pada fase ini, terdapat beberapa elemen seperti Elemental Carbon (EC) dan komponen organik lainnya. Saat ini, EC digunakan sebagai parameter turunan bagi penilaian pajanan terhadap Diesel Particulate Matter (DPM) karena keakuratan pengukuran pada konsentrasi partikulat yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah parameter EC dapat digunakan sebagai penanda DPM dengan menggunakan fraksi partikulat yang lebih kecil yaitu PM 0.25 dengan menggunakan desain penelitian observasional dengan pendekatan penelitian kuantitatif. Penelitian ini mengambil 46 sampel filter yang diambil di UP PKB Cilincing, Ujung Menteng dan Kelompok Kontrol pada bulan April-Mei 2018. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kelompok pengukuran dengan hasil analisis EC terhadap PM 0.25 bekorelasi positif dan linear signifikan adalah kelompok uji UP PKB Cilincing, Kelompok Terpajan (Cilincing-Ujung Menteng), dan seluruh kelompok uji (Cilincing, Ujung Menteng, dan Kelompok Kontrol) (Sig<0.05) dengan derajat keeratan sedang berkisar antara r=0,437 hingga r=0,526 serta koefisien determinasi berkisar antara R2=0,191 hingga R2=0,277 (p<0.05) yang berarti parameter konsentrasi PM 0.25 memiliki hubungan yang linear dan signifikan terhadap parameter EC. Korelasi paling erat ditunjukkan di UP PKB Cilincing (r=0,526, p=<0.025) sedangkan hasil uji analisis menyimpulkan bahwa tidak terdapat korelasi positif antara variabel EC terhadap PM 0.25 di UP PKB Ujung Menteng (Sig>0.05, r=0,250; R2=0,063)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Fildza Rafiza
"Kebisingan merupakan risiko kerja yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran permanen, salah satu nya adalah kebisingan dari kegiatan konstruksi di galangan kapal. Galangan kapal memiliki kegiatan perbaikan dan pembuatan kapal yang dapat menimbulkan kebisingan tinggi dan terbukti memiliki hubungan yang signifikan dengan gangguan pendengaran pada pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara tingkat kebisingan dengan gangguan pendengaran yang terjadi pada pekerja lapangan di galangan kapal Tanjung Priok tahun 2019. Desain studi yang digunakan adalah desain studi dengan subjek pekerja lapangan PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari galangan II terdiri dari bagian produksi, fasilitas galangan, dan QHSE. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 70 responden dan 31 titik kebisingan. Hasil analisa bivariat menghasilkan hubungan yang signifikan antara tingkat kebisingan dengan gangguan pendengaran dengan p value 0,02, OR=5,44, dan CI 95%=1,263-23,464. Hasil analisis multivariat menunjukan bahwa pekerja yang terpajan kebisingan memiliki risiko 21 kali terkena gangguan pendengaran dibandingkan yang tidak terpajan setelah di kontrol variabel riwayat penyakit telinga dan usia. Temuan ini menyarankan untuk adanya pengendalian kebisingan dengan eliminasi alat kerja yang menimbulkan bising, melakukan penanaman pohon untuk mereduksi kebisingan, kontrol administrasi dengan melakukan rotasi kerja dan kegiatan edukasi pada pekerja bahaya kebisingan. 

Noise is a work risk that can cause permanent hearing loss, one of the noise is noise from construction activity in shipyard. The shipyard has repairs and shipbuilding activities that can cause high noise and are proven to have a significant relationship with hearing loss in workers. This study aimed to examine the relationship between the level of noise with a hearing impairment that occurs on field workers in the shipyard of Tanjung Priok in 2019. The study design used was a cross sectional study with a population of 164 field workers at PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari Galangan II consists of production parts, shipyard facilities, and QHSE. The number of samples is 70 respondents and 31 noise points. The result of bivariate analysis is that there is a significant relationship between noise level and hearing loss with p value 0,02, OR = 5,44, and 95% CI = 1,263-23,464. The results of multivariate analysis showed that workers exposed to noise had a 21 times risk of hearing loss compared to those who were not exposed after being controlled by age and history of ear disease. This finding suggests to control noise by eliminating work tools that cause noise, planting trees to reduce noise, control administration by carrying out work rotations and educational activities for noise hazard. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erviana Indriani
"Pajanan kebisingan secara terus-menerus di tempat kerja dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah. PT. X merupakan pabrik tekstil yang memiliki mesin yang dapat menimbulkan kebisingan tinggi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara tingkat pajanan kebisingan dengan kejadian hipertensi pada pekerja di departemen spinning dan weaving. Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional dengan besar sampel 103 pekerja yang dipilih dengan cara proportionate stratified random sampling. Variable independen pada penelitian ini adalah tingkat kebisingan dan variable dependen adalah kejadian hipertensi, dengan variable perancu yaitu karakteristik dan perilaku individu. Intensitas kebisingan di PT. X diketahui berada diatas NAB. Dari 103 pekerja, terdapat 35 (34%) pekerja mengalami hipertensi. Analisis intensitas kebisingan dengan kejadian hipertensi pada pekerja mnggunakan uji chi square diketahui tidak terdapat hubungan yang signifikan (p value: 0,136). Hasil yang signifikan dengan tekanan darah tinggi pada pekerja yaitu variable usia value: <0,033 dan kebiasaan merokok value: 0,036). Hasil analisis multivariate menunjukan bahwa pekerja yang bekerja pada intensitas kebisingan diatas NAB memiliki risiko mengalami hipertensi 3,172 kali lebih besar dibandingkan pekerja yang tidak bekerja pada intensitas kebisingan diatas NAB setelah dikontrol variable usia dan kebiasaan merokok. Pekerja yang terpapar kebisingan, memiliki usia >40 tahun, dan memiliki kebiasaan merokok berisiko mengalami hipertensi. Rekomendasi yang diberikan yaitu melakukan pengukuran tekanan darah secara rutin, melakukan rotasi kerja dan menggunakan peredam suara pada area produksi

Repeated noise exposure in the workplace may increase the blood pressure of workers. PT. X is a textile factory that has a machine that can cause high noise. This study aimed to determine the association between noise exposure with high blood pressure in workers in the department spinning, weaving, and dyeing. This study used cross sectional design with a sample size of 103 workers selected by proportionate stratified random sampling. The independent variable in this study is the noise exposure and the dependent variable is the high blood pressure, with confounding variables are individual characteristics and lifestyle. The result of noise exposure at PT. X above the threshold limit value (TLV) of noise. 35 (34%) out of 103 workers had hypertension. The result of statistic analysis with chi squre test showed no significant relationship between noise exposure with high blood pressure (p value: 0,136). High blood pressure has a significant relationship with age (p value: 0.033) and smoking habits (p value: 0.036). Multivariate analysis showed that workers exposed to noise above the TLV had a 3,172 times risk of hypertention han workers who were not exposed to noise above the TLV after being controlled by age and smoking habits. Workers who are exposed to noise, over 40 years old and have smoking habits have a risk of hypertension. Recommendations in this study are to measuring blood pressure routinely, rotating job, and using sound-absorbing material in the production area."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>