Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 113314 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aliff Muhammad Orlando
"ABSTRACT
Studi tentang produksi biomassa Leptolyngbya HS-16 dalam variasi bubbler udara photobioreactor tubular telah dilakukan. Photobioreactor adalah metode untuk menghasilkan biomassa cyanobacteria pada sistem tertutup. Leptolyngbya HS-16 diisolasi di sumber air panas kawah gunung Pancar dengan suhu 69 oC. Photobioreactors yang digunakan memiliki variasi dalam bubbler udara yang memiliki 24 pori udara dan 12 pori udara, sedangkan photobioreactors yang tidak menyediakan aerasi digunakan sebagai kontrol. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh variasi bubbler udara terhadap produksi biomassa Leptolyngbya HS-16. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui variasi yang tepat dari pori-pori gelembung udara pada pertumbuhan Leptolyngbya HS-16 dan juga untuk mengetahui kandungan lipid dari Leptolyngbya HS-16. Hasil penelitian menunjukkan photobioreactors yang menggunakan variasi bubbler udara dengan 24 pori udara memiliki biomassa rata-rata tertinggi sebesar 0,7417 mg.mL-1, photobioreactors yang menggunakan variasi bubbler udara dengan 12 pori udara memiliki biomassa rata-rata tertinggi sebesar 0,4583 mg.mL-1 dan fotobioreaktor tanpa aerasi memiliki rata-rata biomassa tertinggi sebesar 0,7500 mg.mL-1. Namun demikian, kadar lipid tertinggi Leptolyngbya HS-16 dihasilkan pada pengobatan tanpa aerasi, yang setara dengan 15,23%.

ABSTRACT
Studies on the production of Leptolyngbya HS-16 biomass in a variety of tubular photobioreactor air bubblers have been carried out. Photobioreactor is a method for producing cyanobacteria biomass in a closed system. Leptolyngbya HS-16 was isolated in the hot spring of Mount Pancar crater with a temperature of 69 oC. Photobioreactors used have variations in air bubblers which have 24 air pores and 12 air pores, while photobioreactors that do not provide aeration are used as controls. The purpose of this study was to determine the effect of air bubbler variations on the production of Leptolyngbya HS-16 biomass. This study also aims to determine the exact variation of the pores of air bubbles on the growth of Leptolyngbya HS-16 and also to determine the lipid content of Leptolyngbya HS-16. The results showed that photobioreactors using variations of air bubbler with 24 air pores had the highest average biomass of 0.7417 mg.mL-1, photobioreactors using variations of air bubbler with 12 air pores had the highest average biomass of 0.4583 mg .mL-1 and photobioreactors without aeration have the highest average biomass of 0.7500 mg.mL-1. However, the highest lipid level of Leptolyngbya HS-16 was produced in treatment without aeration, which is equivalent to 15.23%."
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulthan Rafii Ardiansyah
"Penelitian mengenai produksi biomassa (cyanobacteria) Synechococcus HS-9 dalam sistem fotobioreaktor pengangkut udara (APBR) dengan variasi diameter komponen pengatur arus (baffle) telah dilakukan. Komponen pengatur arus (baffle) dalam sistem fotobioreaktor (PBR) umum digunakan untuk meningkatkan kelarutan gas. Gas yang terlarut dengan baik menyediakan sumber karbon dan oksigen guna proses metabolisme mikroalga. Synechococcus HS-9 merupakan cyanobacteria berbentuk bulat hasil isolasi dari sumber air panas di wilayah Rawa Danau, Banten. Synechococcus HS-9 ditumbuhkan dalam sistem fotobioreaktor kolom gelembung (BCPBR) sebagai kontrol dan fotobioreaktor pengangkut udara (APBR) dengan variasi ukuran diameter baffle berukuran 6 dan 8 cm sebagai perlakuan. Tujuan dilakukan penelitian, yaitu mengetahui pengaruh peningkatan kelarutan gas akibat variasi ukuran diameter baffle terhadap pertumbuhan biomassa Synechococcus HS-9. Selain itu, penelitian bertujuan untuk mengetahui perbedaan kandungan total lipid biomassa Synechococcus HS-9 yang ditumbuhkan pada sistem APBR dengan variasi diameter baffle. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi ukuran diameter baffle tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan biomassa Synechococcus HS-9. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah rerata biomassa dan rerata densitas optik pada saat peakyang relatif sama serta panjang fase log yang berkisar 4-5 hari. Meskipun demikian, terdapat perbedaan kandungan total lipid biomassa Synechococcus HS-9 yang ditumbuhkan dalam sistem PBR. Kandungan lipid tertinggi diproduksi oleh biomassa Synechococcus HS-9 yang ditumbuhkan dalam APBR baffle tipe A dengan persentase sebesar 19,78%.

The study about biomass production (cyanobacteria) of Synechococcus HS-9 in airlift photobioreactor (APBR) with diameter variation of flow adjustor component (baffle) has been done. Flow adjustor component (baffle) is common to be used in photobioreactor (PBR) system for increasing gas solubility. Dissolved gas providing carbon and oxygen for microalgae metabolism. Synechococcus HS-9 is a coccoid cyanobacteria isolated from hot spring located in Rawa Danau, Banten. Synechococcus HS-9 was incubated in bubble column photobioreactor (BCPBR) as control dan airlift photobioreactor (APBR) with baffle diameter size variation of 6 and 8 cm as treatment. The aim of this study to determine effect of increased gas solubility due baffle diameter size variation in biomass production of Synechococcus HS-9. Other than that, this study aimed to determine differences of total lipid content from Synechococcus HS-9 biomass that is grown in APBR with baffle diameter size variation. The results shown that baffle diameter size variation has no significant effect to Synechococcus HS-9 biomass growth. This phenomenon can be seen from similarity of average biomass number and optical density at peakalso from the log phase length that ranges from 4-5 days. Nevertheless, there were differences in the total lipid content of Synechococcus HS-9 biomass grown in the PBR system. The highest lipid content was produced by Synechococcus HS-9 biomass grown in type A baffle APBR with a percentage of 19.78%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahra Dianing Pertiwi
"ABSTRAK
Perbedaan pertumbuhan antara strain cyanobacteria Leptolyngbya HS-16 dan Leptolyngbya HS-36 yang diinkubasi pada suhu 20 oC, 35 oC, dan 50 oC telah dipelajari. Strain tersebut diisolasi dari sumber air panas Gunung Pancar Leptolyngbya HS-16 dan Maribaya Leptolyngbya HS-36 yang berlokasi di Jawa Barat, Indonesia. Suhu air habitat adalah 69 oC Gunung Pancar dan 42 oC Maribaya . Strain tersebut ditumbuhkan selama 21 hari di medium BG-11. Penelitian bertujuan untuk mengetahui suhu pertumbuhan yang paling baik untuk Leptolyngbya HS-16 dan Leptolyngbya HS-36 berdasarkan berat biomassa dan kandungan klorofil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata berat biomassa tertinggi terjadi pada Leptolyngbya HS-16 dan Leptolyngbya HS-36 yang ditumbuhkan pada suhu 35 oC, serta tidak adanya korelasi antara rerata berat biomassa dan rerata kandungan klorofil Leptolyngbya HS-16 dan HS-36.

ABSTRACT
The growth differences between cyanobacteria strains Leptolygbya HS 16 and Leptolyngbya HS 36 which were incubated in 20 oC, 35 oC, and 50 oC had been studied. Those strains were isolated from Gunung Pancar Leptolyngbya HS 16 and Maribaya Leptolyngbya HS 36 hot springs which were located in West Java, Indonesia. The water temperature of habitats were 69 oC Gunung Pancar and 42 oC Maribaya . Those strains were grown in batch culture for 21 days in BG 11 medium. This research aim to determine the best growth temperature of Leptolyngbya HS 16 and Leptolyngbya HS 36 based on the biomass weight and chlorophyll content. The result showed that the biomass weight and chlorophyll content in 35 oC of Leptolyngbya HS 16 and Leptolyngbya HS 36 were the highest, and there was no correlation between biomass weight and chlorophyll content of Leptolyngbya HS 16 and HS 36."
2017
S69519
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Rubiantin Mesha Nauli
"Penelitian mengenai produksi biomassa Chlorella DPK-01 dalam fotobioreaktor tubular dengan pemaparan gelombang bunyi sine dan square telah dilakukan. Pemaparan gelombang bunyi dalam sistem fotobioreaktor merupakan salah satu cara meningkatkan produksi biomassa mikroalga. Chlorella DPK-01 merupakan mikroalga indigenous Indonesia dari Depok, Jawa Barat. Fotobioreaktor yang digunakan untuk menumbuhkan Chlorella DPK-01 dibedakan atas tiga kelompok perlakuan. Tiga kelompok tersebut, yaitu tidak dipaparkan gelombang bunyi apapun sebagai kontrol (PBR-Kontrol), dipaparkan gelombang bunyi sine dengan frekuensi 279,9 Hz (PBR-A), dan dipaparkan gelombang bunyi square dengan frekuensi 279,9 Hz (PBR-B). Penelitian dilakukan untuk mengukur dan membandingkan kerapatan sel, nilai absorbansi biomassa, dan kadar lipid Chlorella DPK-01 yang dibiakkan dalam sistem fotobioreaktor dengan pemaparan gelombang bunyi sine dan square. Hasil uji Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata jumlah sel dan rerata absorbansi biomassa Chlorella DPK-01 dalam PBR-Kontrol, PBR-A, dan PBR-B (α=0,05). Meskipun demikian, laju pertumbuhan Chlorella DPK-01 dalam tiap kelompok sistem PBR memiliki nilai yang berbeda, yaitu 0,188 per hari untuk Chlorella DPK-01 dalam PBR-Kontrol, 0,271 per hari untuk Chlorella DPK-01 dalam PBR-A, dan 0,253 per hari untuk Chlorella DPK-01 dalam PBR-B. Selain hal tersebut, terdapat perbedaan kadar lipid dari biomassa Chlorella DPK-01 dalam tiap sistem PBR. Hasil pengukuran kadar lipid dari biomassa Chlorella DPK-01 dalam PBR-Kontrol adalah 48,32%. Kadar lipid dari biomassa Chlorella DPK-01 dalam PBR-A adalah 47,21%. Sementara itu, kadar lipid tertinggi dicapai oleh biomassa Chlorella DPK-01 dalam PBR-B, yaitu sebesar 53,82%.

The study about production of Chlorella DPK-01 biomass in tubular photobioreactors with the exposure of sine and square sound wave has been done. Exposure of the sound wave to microalgae in photobioreactor system has known as a way to increase microalgae biomass production. Chlorella DPK-01 is Indonesia’s indigenous microalgae from Depok, West Java. Photobioreactors that were used to grow Chlorella DPK-01 were distinguished into three treatment groups, which are not exposed to any sound wave as control (PBR-Kontrol), exposed to 279.9 Hz sine sound wave (PBR-A), and exposed to 279.9 Hz square sound wave (PBR-B). The study was conducted to measure and compare cell density, biomass absorbance values, and total lipid percentage of Chlorella DPK-01 biomass in tubular photobioreactors with the exposure of sine and square sound wave. The result of Kruskal-Wallis Test showed that there were no significant differences in the number of cells and average absorbance value of Chlorella DPK-01 biomass which were not exposed to sound waves, were exposed to sine sound waves, and were exposed to square sound waves (α =0.05). Meanwhile, the growth rate of Chlorella DPK-01 in each group of PBR systems has different values, which are 0.188 per day for Chlorella DPK-01 in PBR-Kontrol, 0.271 per day for Chlorella DPK-01 in PBR-A, and 0.255 per day for Chlorella DPK-01 in PBR-B. Beside, there are differences in the lipid percentage of Chlorella DPK-01 biomass in PBR systems. The lipid percentage of Chlorella DPK-01 in PBR-Kontrol was 48.32%, the lipid percentage of Chlorella DPK-01 in PBR-A was 47.21%. Meanwhile, the highest lipid content was achieved by Chlorella DPK-01 in PBR-B, which was 53.82%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yosua Adi Santoso
"Penelitian mengenai produksi biomassa Synechococcus HS-9 dalam fotobioreaktor tubular tanpa aerasi dengan pemaparan gelombang bunyi sine dan square telah dilakukan. Synechococcus HS-9 merupakan cyanobacteria berbentuk coccoid yang diisolasi dari sumber air panas Rawa Danau, Banten. Gelombang bunyi diketahui merupakan salah satu faktor fisik yang dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroalga. Gelombang bunyi dapat dibedakan berdasarkan bentuk gelombangnya; dua di antaranya yaitu gelombang bunyi sine dan gelombang bunyi square. Penelitian bertujuan untuk mengukur dan membandingkan kerapatan sel, laju pertumbuhan, dan kadar total lipid biomassa Synechococcus HS-9 dalam fotobioreaktor yang dipaparkan gelombang bunyi sine dan square. Penelitian dilakukan dengan membiakkan Synechococcus HS-9 dalam fotobioreaktor tubular tanpa pemaparan gelombang bunyi sebagai kontrol (PBr-K), serta fotobioreaktor tubular yang dipaparkan gelombang bunyi sine pada frekuensi 279,9 Hz (PBr-A) dan gelombang bunyi square pada frekuensi 279,9 Hz (PBr-B) sebagai perlakuan uji. Hasil uji Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa pemaparan gelombang bunyi sine dan square tidak memberikan perbedaan signifikan terhadap rerata kerapatan sel dan densitas optik Synechococcus HS-9 (α=0,05). Meskipun demikian, terdapat perbedaan laju pertumbuhan dan kadar total lipid biomassa Synechococcus HS-9 yang dipaparkan gelombang bunyi sine dan square. Laju pertumbuhan Synechococcus HS-9 pada PBr-A, PBr-B, dan PBr-K berturut-turut adalah; 0,224 atau setara dengan 22,4% per hari, 0,205 atau setara dengan 20,5% per hari, dan 0,171 atau setara dengan 17,1% per hari. Kadar total lipid biomassa Synechococcus HS-9 pada PBr-A, PBr-B, dan PBr-K berturut-turut adalah; 50,6%, 62,3%, dan 47,3%.

Research about biomass production of Synechococcus HS-9 in tubular photobioreactor without aeration with exposure of sine and square sound wave has been done. Synechococcus HS-9 is a coccoid cyanobacteria that was isolated from Rawa Danau hot spring, Banten. It has been known that sound wave is one physical factor that could affect microalgae growth. Sound waves could be differentiated based on its forms; two of them are sine wave and square wave. The research was done in order to measure and compare the cell density, growth rate, and lipid content of Synechococcus HS-9 biomass grown in photobioreactor exposed with sine and square sound wave. The research comprised of cultivation of Synechococcus HS-9 in tubular photobioreactor without any sound exposure (PBr-K) as control, and cultivation of Synechococcus HS-9 in tubular photobioreactor exposed with sine wave at the frequency of 279,9 Hz (PBr-A) and square wave at the frequency of 279,9 Hz (PBr-B). The result of Kruskal-Wallis test showed that sine and square sound wave exposure didn’t give significant differences to the mean of cell density and optical density of Synechococcus HS-9 (α=0,05). Nonetheless, there are difference in growth rate and lipid content of Synechococcus HS-9 that was exposed to sine and square sound wave. Growth rate of Synechococcus HS-9 in PBr-A, PBr-B, and PBr-K respectively are 0.224 or equivalent to 22,4% per day, 0.205 or equivalent to 20,5% per day, and 0.171 or equivalent to 17,1%  per day. Lipid content of Synechococcus HS-9 in PBr-A, PBr-B, and PBr-K respectively are 50.7%, 62.3%, and 47.3%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Toriq Rochmanto
"Penelitian mengenai produksi biomassa Mastigocladus HS-46 pada medium NPK dengan penambahan variasi konsentrasi ekstrak tauge dalam sistem flat photobioreactor telah dilakukan. Optimalisasi kandungan makronutrien medium NPK sebagai pengganti Bold's Basal Medium (BBM) untuk menumbuhkan cyanobacteria dapat melalui penambahan kandungan ekstrak tauge. Mastigocladus HS-46 diisolasi dari sumber air panas Maribaya pada suhu lingkungan 42 oC. Medium yang digunakan untuk menumbuhkan Mastigocladus HS-46 terdiri atas medium BBM sebagai kontrol dan medium NPK 350 ppm dengan penambahan konsentrasi ekstrak tauge 1%, 2%, dan 3%. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan variasi konsentrasi ekstrak tauge dalam medium NPK 350 ppm dan medium BBM terhadap produksi biomassa Mastigocladus HS-46. Selain itu, penelitian bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar lipid Mastigocladus HS-46 dalam medium. Hasil penelitian menunjukkan medium NPK 350 ppm dengan penambahan ekstrak tauge 3% menghasilkan berat biomassa dan lipid tertinggi Mastigocladus HS-46 dibandingkan dengan medium BBM dan NPK 350 ppm dengan penambahan ekstrak tauge 2% dan 1%. Medium NPK 350 ppm dengan penambahan ekstrak tauge 3% menghasilkan berat biomassa tertinggi sebesar 0,1632 g/mL dengan kadar lipid tertinggi sebesar 62 %.

Research on Mastigocladus HS-46 biomass production on NPK medium with the addition of bean sprout extract with varying concentrations in flat photobioreactor system has been done. Optimization of the macronutrient content as a replacement to the Bold's Basal Medium (BBM) for cyanobacteria cultivation can be done with the use of bean sprout extract. Mastigocladus HS-46 was isolated from Maribaya Hot Spring at the temperature of 42 °C. The mediums used for Mastigocladus cultivation are BBM as control, and NPK mediums with the addition of bean sprout extract of 1%, 2% and 3% concentrations for the experimental group. The purpose of his research is to understand the effect of BBM and bean sprout extract addition with varying concentrations in 350 ppm NPK medium on Mastigocladus HS-46 biomass production. This research also aims to determine differences in the lipid content of Mastigocladus HS-46 in mediums. The results showed that 350 ppm NPK medium with 3% bean sprout extract addition produces the highest amount of biomass and lipid compared to the BBM and 350 ppm NPK medium with 2% and 1% bean sprout extract addition, producing 0,1632 g/ml of biomass and containing 62% lipid."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferizka Shalima Chaeruniza
"Penelitian mengenai mikroalga bukanlah hal yang baru dan sudah dilakukan oleh banyak peneliti. Saat ini, mikroalga telah terbukti dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang, mulai dari sebagai sumber pangan, kesehatan, kecantikan, biomaterial, hingga energi. Potensi mikroalga dan luasnya bidang pemanfaatan mikroalga menyebabkan biomassa mikroalga dibutuhkan dalam jumlah banyak. Untuk memperoleh biomassa mikroalga yang memadai, maka diperlukan desain fotobioreaktor yang tepat.
Aspek desain yang diteliti pada penelitian ini adalah aspek pencampuran zat karena aspek tersebut merupakan salah satu aspek yang berpengaruh secara dominan dalam produksi biomassa mikroalga. Pencampuran berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroalga karena melibatkan distribusi nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan mikroalga. Mikroalga yang digunakan pada penelitian ini adalah Chlorella vulgaris.
Pada penelitian ini, penulis membandingkan produksi biomassa Chlorella vulgaris pada fotobioreaktor kolom gelembung dengan pencahayaan internal dengan tiga variasi laju alir udara yang berbeda, yaitu 8, 6, dan 4 L/menit. Kemudian, dilakukan pula analisis kandungan pigmen, lipid, dan protein untuk mengetahui kelayakan fotobioreaktor yang digunakan.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan produksi biomassa mikroalga C. vulgaris melalui pengaturan laju alir udara. Didapatkan bahwa penggunaan laju alir udara 8 L/menit dengan kLa CO2 0,0062451 /menit dan ug 0,0194120 m/jam menghasilkan produksi dan produktivitas biomassa C. vulgaris yang paling tinggi yaitu produksi biomassa 0,345828 g/L, produktivitas biomassa per hari 0,1153 g/L.hari dan produktivitas biomassa per energi input 0,2180 g/W.hari.

Research on microalgae is not a new thing nowadays and has been conducted by many researchers. The utilization of microalgae potentials has been proven in many fields, in example food, health, cosmetic, biomaterial, and energy. The potential of microalgae and its broad field of utilization caused the need of microalgae biomass. In order to obtain satisfying amount of microalgae biomass, the design of photobioreactor for cultivating microalgae should be considered appropriately.
Design aspects considered in this research is the aspect of mixing, because mixing aspect can alter the production of microalgae biomass. Microalgae Chlorella vulgaris is used in this research.
In this research, production of microalgae biomass in internally illuminated bubble column photobioreactor with three different variation of air flow rate that are 8, 6, and 4 L minute are compared. The pigment, lipid, and protein content are also analyzed to test the feasibility of the photobioreactor used in this research.
The objective in this research is to determine the air flow rate that gives optimum yield of microalgae biomass. From this research, air flow rate of 8 L minute with kLa CO2 0.0062451 minute dan ug 0.0194120 m hour gives the maximum biomass production and biomass productivity of C. vulgaris that are 0.345828 g L of biomass production, 0.1153 g L.day of biomass productivity per day and 0.2180 g W.day of biomass productivity per energy input.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Wayan Kristina Eka Yanti
"Penelitian mengenai produksi biomassa dan lipid Stanieria HS-48 pada medium NPK dengan penambahan variasi konsentrasi ekstrak tauge dalam sistem fotobioreaktor pengangkut udara (APBR) telah dilakukan. Ekstrak tauge merupakan salah satu bahan alami yang dapat ditambahkan dalam medium NPK untuk menumbuhkan mikroalga, salah satunya Stanieria. Stanieria HS-48 adalah salah satu strain yang diisolasi dari sumber air panas Ciater di Jawa Barat. Stanieria HS-48 ditumbuhkan dalam medium Bold Basal’s Medium (BBM) sebagai kontrol dan medium NPK dengan penambahan variasi konsentrasi 1%, 2%, dan 3% ekstrak tauge sebagai perlakuan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian medium BBM dan medium NPK 350 ppm dengan penambahan variasi konsentrasi 1%, 2%, dan 3% ekstrak tauge terhadap pertumbuhan biomassa Stanieria HS-48. Selain itu, penelitian bertujuan untuk mengetahui perbedaan total lipid dari biomassa Stanieria HS-48 pada medium BBM dan medium NPK 350 ppm dengan penambahan variasi konsentrasi 1%, 2%, dan 3% ekstrak tauge. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan mengenai pengaruh penambahan variasi konsentrasi 1%, 2%, dan 3% ekstrak tauge dalam medium NPK terhadap pertumbuhan biomassa Stanieria HS-48. Hal tersebut dapat ditinjau dari pola penaikan dan penurunan rerata kerapatan sel dan laju pertumbuhan (r) pada fase log yang menunjukkan hasil yang relatif sama, yaitu kisaran ±0,5. Sementara itu, hasil kadar total lipid menunjukkan terdapat perbedaan kandungan total lipid biomassa Stanieria HS-48 dalam medium BBM dan medium NPK dengan penambahan variasi konsentrasi 1%, 2%, dan 3% ekstrak tauge. Kadar lipid tertinggi terdapat pada Stanieria HS-48 dalam medium NPK 350 ppm dengan penambahan 3% ekstrak tauge, yaitu sejumlah 69,6%.

The study about biomass and lipid production of Stanieria HS-48 on NPK medium with the addition of variations the concentration of bean sprout extract in an airlift photobioreactor (APBR) has been done. Bean sprout extract is a natural substance that can be added to the NPK medium for microalgae growth which is Stanieria. Stanieria with strain code HS-48 was isolated from Ciater hot springs in West Java. Stanieria HS-48 was grown on Bold Basal’s Medium (BBM) as control and NPK medium with the addition of variations the concentration of bean sprout extract 1%, 2%, and 3% as a treatment media. The aim of this study to determine the effect of the BBM and the addition of variations in the concentration of bean sprout extract 1%, 2%, and 3% on NPK 350 ppm medium in biomass production of Stanieria HS-48. Other than that, this study aimed to determine differences of total lipid from Stanieria HS-48 biomass on BBM and NPK medium with addition of variations the concentration of bean sprout extract 1%, 2%, and 3%. The results showed that there was no significant effect on the addition of variations in the concentration of bean sprout extract 1%, 2%, and 3% on NPK medium to the growth of Stanieria HS-48 biomass.  This phenomenon can be seen from the pattern of increased and decreased the average cell density and growth rate in the log phase which shown relatively similar with range ±0.5. Nevertheless, the results of total lipid from Stanieria HS-48 on NPK medium with addition of variations the concentration of bean sprout extract 1%, 2%, and 3% has a significant effect. The highest total lipid was produced in Stanieria HS-48 on NPK medium with an addition of 3% bean sprout extract with a percentage of 69.6%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anondho Wijanarko
"ABSTRAK
Pemanasan global merupakan isu utama dalam berbagai jurnal pengetahuan dan pemberitaan akhir-akhir ini. Cara-cara pencegahan dan penanggulanan sudah mulai dikembangkan untuk menghindari efek yang lebih berbahaya. Salah satu cara penanggulananya adalah dengan fiksasi CO2 oleh mikroalga. Fiksasi CO2 selain dapat mengurangi kadar CO2 di udara juga dapat menghasilkan biomassa mikroalga yang memiliki nilai ekonomis seperti protein dan glukosa. Hasil biomassa ini kini telah banyak diolah untuk dikonsumsi manusia.
Proses foto sintesis merupakan proses utama berlangsungnya pembentukan biomassa selain proses enzimatis (tanpa cahaya). Penelitian sebelumnya telah membuktikan semakin besar intensitas chaya yang diberikan pada kultur mikroalga semakin besar pula biomassa yang dihasilkan. Penelitian ini diaharapkan dapat menunjukkan pengaruh variasi intensitas cahaya dan jumlah inokulum terhadap produksi biomassa dan fiksasi Co2 oleh mirkoalga.
Penelitian ini akan menggunakan Chlorella sp. Chlorerlla merupakan alga hijau (Chlorophyta) dan merupakan mikroalga yang paling banyak dikembangkan. Mikroalga ini akan dilihat pertumbuhannya dalam fotobioreaktor. Sistem reaktor yang digunakan adalah fotobioreaktor kolom gelembung."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Jihan Lathifah Iqlima
"Penelitian mengenai produksi biomassa dan protein Nostoc HS-20 yang dibiakkan dalam medium BG-11 dan BG-11 (N-free) pada sistem fotobioreaktor kedap suara telah dilakukan. Nitrogen merupakan makronutrien yang dapat memengaruhi produksi biomassa dan protein mikroalga. Nostoc HS-20 merupakan strain lokal Indonesia yang ditemukan di air panas Gunung Pancar, Jawa Barat. Fotobioreaktor yang digunakan untuk membiakkan Nostoc HS-20 pada penelitian dibedakan atas dua kelompok perlakuan. Kelompok pertama menggunakan medium BG-11 yang mengandung NaNO3 dan kelompok kedua menggunakan medium BG-11 (N-free) tanpa NaNO3. Penelitian dilakukan untuk mengukur dan membandingkan produksi biomassa, konsentrasi protein, dan morfologi sel Nostoc HS-20 pada medium BG-11 dan BG-11 (N-free). Hasil uji Mann-Whitney menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara rerata berat biomassa basah, berat biomassa kering, dan rerata kandungan klorofil a Nostoc HS-20 dalam medium BG-11 dan BG-11 (N-free) (α=0,05). Selanjutnya, terdapat perbedaan tidak signifikan antara persentase protein dalam berat basah Nostoc HS-20 pada kedua medium. Dalam medium BG-11 (N-free) konsentrasi protein sebesar 0,0075%, sedangkan dalam medium BG-11 sebesar 0,0081%. Meskipun demikian, morfologi sel hormogonium hanya dapat ditemukan pada Nostoc HS-20 dalam medium BG-11 (N-free).

Research has been conducted on the production of Nostoc HS-20 biomass and protein grown in BG-11 and BG-11 (N-free) media on a soundproof photobioreactor system. Nitrogen is a macronutrient that can affect the production of microalgae biomass and protein. Nostoc HS-20 is a local Indonesian strain found in the hot springs of Mount Pancar, West Java. Photobioreactor used for culturing Nostoc HS-20 in this study was divided into two treatment groups. The first group used BG-11 medium containing NaNO3, and the second group used BG-11 (N-free) medium without NaNO3. This study measured and compared the biomass production, protein concentration, and cell morphology of Nostoc HS-20 on BG-11 and BG-11 (N-free) medium. The results of the Mann-Whitney test showed that there was no difference between the average weight of wet biomass, dry biomass weight, and the average chlorophyll a content of Nostoc HS-20 in BG-11 and BG-11 medium (N-free) (α=0.05). The two media showed no significant difference between Nostoc HS-20 protein percentage from fresh weight. In BG-11 (N-free) the protein percentage is 0.0075%, while in BG-11 medium, it was 0.081%. However, hormogonium cell morphology can only be found on Nostoc HS-20 in BG-11 medium (N-free)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>