Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 162983 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bennadi Adiandrian
"Latar Belakang: Obesitas merupakan suatu keadaan terdapatnya jaringan lemak dalam tubuh yang berlebihan. Kondisi ini berhubungan dengan penyakit kardiovaskular, salah satunya adalah aterosklerosis. Aterosklerosis pada sistem pembuluh darah karotis hingga saat ini merupakan penyebab terbesar stroke iskemik di dunia dengan jumlah kasus terbanyak pada rentang usia 45-64 tahun. Dengan menggunakan teknik single slice CT-scan dapat dihitung komposisi lemak viseral (VAT) maupun lemak subkutan (SAT) tubuh dengan baik. Sedangkan USG merupakan modalitas radiologi yang baik untuk skrining aterosklerosis pada arteri karotis komunis dengan mengukur ­Intima-Media Thickness (IMT).
Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan komposisi lemak yang berhubungan terhadap aterosklerosis karotis komunis dan lingkar pinggang.
Metode: Sebanyak 32 subjek penelitian yang melakukan pemeriksaan CT-scan regio abdomen, dilakukan penghitungan luas penampang VAT, SAT dan rasio VAT/SAT dengan menggunakan software volumetri SyngoTM, pengukuran IMT arteri karotis komunis kanan dan kiri menggunakan USG yang dilengkapi dengan software auto-IMT, dan pengukuran lingkar pinggang. Kemudian dilakukan analisa korelasi antara VAT, SAT, dan rasio VAT/SAT terhadap IMT karotis serta lingkar pinggang (WC).
Hasil: Terdapat korelasi lemah antara luas penampang VAT terhadap IMT karotis komunis (ρ = 0,21 ; p = 0,248), antara luas penampang SAT terhadap IMT karotis komunis (ρ = 0,37 ; p = 0,036) dan korelasi negatif lemah antara rasio VAT/SAT terhadap IMT karotis komunis (ρ = -0,24 ; p = 0,193). Selain itu didapatkan korelasi kuat antara VAT terhadap lingkar pinggang (ρ = 0,73 ; p < 0,05), korelasi positif sangat kuat antara SAT terhadap lingkar pinggang (ρ = 0,87 ; p < 0,05), dan korelasi negatif lemah antara rasio VAT/SAT terhadap lingkar pinggang (ρ = -0,37 ; p = 0,038).
Kesimpulan: Luas penampang VAT dan SAT berkorelasi lemah terhadap IMT karotis komunis. Luas penampang VAT berkorelasi kuat terhadap lingkar pinggang, luas penampang SAT berkorelasi sangat kuat terhadap lingkar pinggang. Rasio VAT/SAT memiliki korelasi negatif lemah terhadap IMT karotis komunis dan lingkar pinggang. Pengukuran lingkar pinggang dapat digunakan unuk memprediksi volume VAT dan SAT.

Backgorund: Obesity is a condition with high level of fat deposition in the body. This condition is related to cardiovacular diseases including atherosclerosis. Carotid athersclerosis until now is known as the main cause of ischemic stroke in the world with the most cases ranged between 45-64 years old. With single slice CT-scan technique, we can estimate the composition of visceral adipose tissue (VAT) and subcutaneous adipose tissue (SAT) very well. USG is the best modality for carotid atherosclerosis screnning by measuring ­Intima-Media Thickness (IMT) of the common carotid artery.
Purpose: of this study is to determine which one of these fat is correlated to carotid atherosclerosis and waist circumference (WC).
Methods: Thirty two subjects that underwent an abdominal CT-scanning were calculated for their area of VAT, SAT, dan VAT/SAT ratio using SyngoTM volumetric software. Measurement of the IMT was done by using auto-IMT software in USG. Their waist circumference were also measured. Correlational analysis were done between VAT, SAT, VAT/SAT ratio with carotid IMT and waist circumference (WC).
Result: There was a low correlation between VAT and common carotid IMT (ρ = 0,21 ; p = 0,248), SAT and common carotid IMT (ρ = 0,37 ; p = 0,036). Low negative correlation was shown between VAT/SAT ratio and carotid IMT (ρ = -0,24 ; p = 0,193). This study also showed a strong correlation between VAT and waist circumference (ρ = 0,73 ; p < 0,05), very strong correlation between SAT and waist circumference (ρ = 0,87 ; p < 0,05), also low negative correlation between VAT/SAT ratio and waist circumference (ρ = -0,37 ; p = 0,038).
Conclusion: There are low correlation between VAT and SAT and common carotid IMT. There is strong correlation between VAT and waist circufmerence, very strong correlation between SAT and waist circumference. There is low inverse correlation between VAT/SAT ratio and waist circumference. Therefore the measurement of waist circumference can be used to predict VAT and SAT volume.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Syaufi Zahrah
"Prevalensi obesitas di Indonesia menunjukkan peningkatan yang bermakna dari tahun ke tahun, termasuk di dalamnya prevalensi obesitas sentral yang dapat diukur melalui lingkar pinggang. Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain potong lintang yang bertujuan untuk melihat korelasi antara asupan energi total, asupan lemak, dan lingkar pinggang dengan kadar HbA1c pada obesitas. Penelitian dilakukan di kantor Balai Kota DKI Jakarta dari akhir bulan November sampai Desember 2013. Pengambilan subyek dilakukan dengan cara consecutive sampling, didapatkan 47 subyek yang memenuhi kriteria penelitian. Karakteristik subyek yang diambil adalah usia, jenis kelamin dan indeks massa tubuh (IMT). Variabel data yang diteliti adalah asupan energi total, asupan lemak, lingkar pinggang, dan kadar HbA1c.
Hasil penelitian didapatkan subyek terbanyak berusia antara 36-50 tahun (93,6%), sebagian besar berjenis kelamin perempuan sebanyak 27 subyek (57,4%), dan sebanyak 35 subyek (74,5%) termasuk kategori obes I, karena sebagian besar subyek berada pada rentang usia 36 sampai 50 tahun, maka selanjutnya analisis data dan pembahasan dilakukan pada 44 subyek dengan rentang usia tersebut. Asupan energi total 32 subyek (72,7%) dibawah AKG (˂ 70% AKG). Median (min-maks) asupan energi total adalah sebesar 1225,8(766,0-4680) kkal. Sebagian besar subyek penelitian mengonsumsi lemak lebih dari persentase KET yang dianjurkan yaitu sebanyak 42 orang subyek (95,5%). Seluruh subyek laki-laki dan sebagian besar subyek perempuan (84%) memiliki LP lebih. Rerata kadar HbA1c pada subyek laki-laki adalah 6,3±0,2% dan perempuan 6,3±0,3%, dan hampir sebagian besar (68,2%) memiliki kadar HbA1c berisiko tinggi. Terdapat korelasi negatif tidak bermakna antara asupan energi total dengan kadar HbA1c pada subyek laki-laki (r=-0,15, p=0,536) dan korelasi positif tidak bermakna pada subyek perempuan (r=0,28, p=0,898). Korelasi negatif tidak bermakna dijumpai antara asupan lemak dengan kadar HbA1c pada seluruh subyek (r=-0,06, p=0,687). Korelasi positif tidak bermakna antara lingkar pinggang dengan kadar HbA1c terdapat pada seluruh subyek (r=0,18, p=0,236).

The prevalence of obesity in Indonesia is increasing and also the prevalence of central obesity which can be measured by waist circumference. The aim of this cross sectional study was to find the correlation between total energy intake, fat intake, and waist circumference with HbA1c levels in obes subject. Data collection was conducted during November to December 2013 in the institution of Balaikota DKI Jakarta. The subjects was obtained by consecutive sampling, and 47 subjects who meet study criteria were enrolled in this study. The data collection were characteristics of the subjects including age, gender and body mass index (BMI), as well as total energy intake, fat intake, waist circumference, and HbA1c levels.
The results showed the highest age between 36-50 years (93.6%), majority of the subjects were female (57.4%), and catagorized as obese I (74.5%). Because most of the subjects were in the range of age 36 to 50 years, the data analysis and discussion conducted on 44 subjects. Most of the subject had total energy intake under RDI requirements, i.e., 13 people (68.4 %) of male and 19 subjects (76%) of female subjects. Most of the subjects (42 subjects, 95.5%) had fat intake over recommended percentage of total energy requirement. All of the male and most of female subjects (84%) have waist circumference greater than the normal criteria. Mean of HbA1c levels were 6.3±0.2%, for male subjects and almost the same levels for female subjects, while 68.2% of the subjects were categorized as high risk. The were no significant negative correlation between total energy intake and HbA1c levels in male subjects (r =-0.15, p=0,536) and no significant in female subjects (r=0.28, p=0.898). There were no significant negative correlation between fat intake and HbA1c levels in all subjects (r=-0.06, p=0.687), while non significant positive correlation between waist circumference and HbA1c levels were found in all subjects (r=0.18, p=0.236).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Itsna Arifatuz Zulfiyah
"Hipertensi pada remaja didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik dan/atau diastolik lebih dari P95 sesuai jenis kelamin, umur, dan tinggi badan. Peningkatan prevalensi hipertensi pada remaja secara global diduga disebabkan karena peningkatan prevalensi obesitas pada remaja. Remaja dengan obesitas berisiko sepuluh kali lebih besar mengalami hipertensi dibandingkan remaja dengan berat badan normal. Penelitian ini bertujuan untuk menyelediki korelasi antara tekanan darah dengan obesitas, yang direpresentasikan oleh indeks massa tubuh, lingkar pinggang, dan massa lemak tubuh, pada remaja yang mengalami obesitas. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan data sekunder yang didapat dari penelitian sebelumnya. Subjek penelitian terdiri dari 66 remaja berusia 14-17 tahun dengan indeks massa tubuh lebih dari P95 berdasarkan jenis kelamin dan usia. Tiga puluh dua (48,5%) dari 66 remaja obesitas pada penelitian ini mengalami hipertensi, dengan hipertensi sistolik sebanyak 25,8% dan hipertensi diastolik sebanyak 31,8%. Analisis bivariat menunjukkan bahwa tekanan darah sistolik tidak berkorelasi dengan indeks massa tubuh, namun berkorelasi positif dengan lingkar pinggang (r = 0,218, p <0,05) dan berkorelasi negatif dengan massa lemak tubuh (r = -286, p <0,05). Tekanan darah diastolik tidak berkorelasi dengan lingkar pinggang dan massa lemak tubuh, namun berkorelasi positif dengan indeks massa tubuh (r = 0,223, p <0,05). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa remaja obesitas di Jakarta memiliki prevalensi hipertensi yang tinggi dan tekanan darah sistolik berkorelasi dengan lingkar pinggang dan massa lemak tubuh, sementara tekanan darah diastolik berkorelasi dengan indeks massa tubuh.

Hypertension in adolescents is elevation of systolic and/or diastolic blood pressure in the P95 or greater based on gender, age, and stature. The increased global prevalence of hypertension among adolescents is thought to be the result of the increasing prevalence of childhood obesity. Obese adolescents have tendencies to have hypertension ten times greater that the normoweights. This research is conducted to determine the correlation between blood pressure and obesity, which is presented as body mass index, waist circumference, and body mass fat, in obese adolescents. Using cross-sectional study, from secondary data collection, we found 66 adolescents age 14-17 years old in which body mass index are in the P95 or greater based on gender and age. Thirty-two (48,5%) adolescents have hypertension, where 25,8% adolescents have systolic hypertension and 31,8% adolescents have diastolic hypertension. Bivariate analysis shows that systolic blood pressure does not correlate with body mass index but positively correlates with waist circumference (r = 0,233, p <0,05) and negatively correlates with body mass fat (r = -286, p ≤0,01). Diastolic blood pressure does not correlate with waist circumference and body mass fat but positively correlates with body mass index (r = 0,223, p <0,05). It can be concluded that the prevalence of hypertension in obese adolecsents in Jakarta is high and systolic blood pressure has a weak correlation with waist circumference and body mass fat while diastolic blood pressure has a weak correlation with body mass index."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nathanael Dwi Putranto
"Bakteri Escherichia coli banyak ditemukan mengkontaminasi makanan jajanan anak sekolah dasar yang dapat meningkatkan risiko untuk terkena penyakit diare. Makanan jajanan berisiko tinggi terkontaminasi bakteri E.coli karena diolah dan disajikan dalam keadaan tidak higiene. Kelurahan Sempur di Kota Bogor adalah daerah tertinggi angka kejadian diarenya pada tahun 2016 dan berdasarkan penelitian yang dilakukan Aqmarina (2014), sebanyak 64,3% sampel makanan jajanan di salah satu Kelurahan Kota Bogor terkontaminasi bakteri E.coli.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara E.coli pada makanan jajanan dengan diare akut pada anak SD di Kelurahan Sempur Kota Bogor Tahun 2019. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan metode kuesioner, observasi, serta pengambilan sampel makanan jajanan kemudian dilakukan dengan analisis bivariat. Proses pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei 2019 dengan 132 responden dan 30 sampel makanan jajanan.
Berdasarkan analisis statistik, hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara keberadaan bakteri E.coli dalam makanan jajanan dengan kejadian diare akut pada anak SD (p = 0,016 ; OR = 2 ,522). Jenis makanan jajanan juga berhubungan signifikan dengan kejadian diare akut (p = 0,048 ; OR = 2,124). Kebiasaan cuci tangan juga berhubungan signifikan dengan kejadian diare akut (p = 0,031 ; OR = 2,304). Sedangkan frekuensi jajan dan sarana tempat sampah tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan kejadian diare akut.

Many Escherichia colibacteria are found to contaminate elementary school snack foods that can increase the risk for diarrhea. High-risk snack foods contaminated with E. coli bacteria because they are processed and served in unhygienic conditions. Sempur in Bogor City was the highest area of diarrhea incidence in 2016 and based on research conducted by Aqmarina (2014), as many as 64.3% of snacks in one of the Bogor City Sub-District were contaminated with E.coli bacteria.
This study aimed to test association of Eschericia coli in snacks with elementary schools students acute diarrhea in Sempur Bogor Sub-District in 2019.This study used a cross sectional study design with questionnaire, observation, and food sampling and then carried out by bivariate analysis. The process of data collection was conducted in May 2019 with 132 respondents and 30 samples of snacks.
Based on statistical analysis, the results of this study indicate that there is a significant relationship between the presence of E. colibacteria in snack foods with the incidence of acute diarrhea in elementary schools children (p = 0.016 ; OR = 2.522). The type of snack food was also significantly associated with the incidence of acute diarrhea (p = 0.048 ; OR = 2.124). Hand washing behavior are also significantly associated with the incidence of acute diarrhea (p = 0.031 ; OR = 2.304). While the frequency snacking and rubish dishposal have not association with elementary schools students acute diarrhea.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nani Utami Dewi
"ABSTRAK
Prevalensi obesitas di Indonesia makin meningkat . Obesitas yang terjadi akibat energi yang masuk lebih besar daripada yang dikeluarkan akan menyebabkan peningkatan massa lemak total tubuh, termasuk massa lemak viseral. Massa lemak dapat melatarbelakangi penyakit degeneratif. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui korelasi rasio asupan energi (AE) terhadap kebutuhan energi total (KET) individu dengan massa lemak viseral dan kadar HbA1c plasma pada subjek obesitas di Indonesia.
Penelitian ini merupakan studi potong lintang, yang dilakukan di kantor Balaikota DKI Jakarta pada bulan September sampai dengan Oktober 2014. Subjek penelitian didapatkan melalui Simple Random Sampling, sebanyak 52 orang yang sesuai kriteria penelitian ditetapkan sebagai subjek penelitian. Didapatkan hasil sebagian besar subjek termasuk usia 46–55 tahun (55,8%), sebagian besar subjek penelitian adalah perempuan (65,4%), dengan IMT sama besar antara obes 1 dan 2. Lebih dari separuh subjek penelitian mempunyai rasio AE terhadap KET yang kurang karena under report pada pelaporan asupan per hari. Hampir seluruh subjek laki-laki mempunyai massa lemak viseral berlebih (94,4%), sementara pada subjek perempuan sebagian besar mempunyai massa lemak viseral normal. Seluruh subjek mempunyai massa lemak total berlebih. Kadar HbA1c plasma pada 75% subjek termasuk kategori berisiko DM. Tidak terdapat korelasi yang bermakna antara rasio AE terhadap KET dengan massa lemak viseral (r = 0,1; p=0,7). Korelasi antara rasio AE terhadap KET dengan kadar HbA1c didapatkan hasil bermakna dengan kekuatan sedang untuk usia 46–55 tahun (r=0,42;p=0,02). Tidak terdapat korelasi yang bermakna antara massa lemak viseral dengan kadar HbA1c plasma.

ABSTRAK
The prevalence of obesity in Indonesia is increasing. Obesity, as the consequence of greater energy ingested than energy expended, cause an increase in total body fat mass including visceral fat mass that underlie degenerative diseases. The aim of this study was to find correlation between ratio of energy intake (EI) to individual total energy requirement (TER) with visceral fat mass and HbA1c levels in obese subject. The method used in this study was cross sectional, held in the institution of Balaikota DKI Jakarta during September to October 2014. The subject was obtained by simple random sampling and 52 subjects who meet study criteria were enrolled in this study. The results showed most of subjects age between 46–55 years (55,8%), majority of subjects were female (65,4%), with the same number of subjects categorized as obese 1 and obese 2. More than half of this subjects have ratio of EI to TER less than normal. Majority of the male subject have visceral fat mass greater than normal criteria (94,4%), while most of female subjects have normal criteria of visceral fat mass. All of the subjects have greater level of total body fat mass. Level of HbA1c in most of the subject are normal categories (75%). Ratio EI to TER did not correlate significantly with visceral fat mass (r=0,1; p=0,7). There were significant positive correlation between ratio EI to TER with HbA1c level in age of 46–55 year (r=0,42;p=0,02). Visceral fat mass did not correlate significantly with HbA1c plasma levels."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vika Ardianto Laksono
"Latar Belakang: Obesitas merupakan beban berat terhadap kesehatan di seluruh dunia. Salah satu cara menangani obesitas adalah dengan latihan fisik. Namun untuk beberapa populasi khusus seperti osteoartritis, keefektifan latihan fisik perlu dipertanyakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terapi latihan fisik selama enam minggu efektif dalam menurunkan lingkar pinggang pada pasien obesitas dengan osteoartritis lutut.
Subyek: Subyek dari penilitian ini adalah pasien wanita dengan osteoartritis lutut dan obesitas yang mengunjungi Klinik Obesitas di Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo. Studi ini menggunakan data sekunder yang diambil dari status pasien lewat rekam medis. Sebanyak 35 pasien digunakan dalam studi ini.
Metode: Studi ini merupakan studi deskriptif dengan satu kelompok dan membandingkan karakteristik sebelum dan sesudah intervensi. Data yang diambil dari rekam medis berupa lingkar pinggang, umur, metode pembayaran, berat badan, tinggi badan dan indeks masa tubuh. Data yang diambil merupakan data sebelum dan sesudah terapi latihan.
Hasil dan Kesimpulan: Hasil penelitian menunjukan penrurunan signifikan di lingkar pinggang setelah enam minggu terapi p<0.05 (p=0.001) biarpun tidak ada korelasi positif antara lingkar pinggang awal dan penurunan lingkar pinggang p<0.05 (p=0.54). Penelitian ini membuktikan terapi latihan enam minggu efektif dalam menurunkan lingkar pinggang.

Background: Obesity had become a major burden all over the world. One approach of managing obesity is done by physical exercise. However, for certain population such as osteoarthritis, physical exercise efficaciousness is questionable. This study is devised to examine how effective a therapeutic exercise which is held for six weeks in reducing the waist circumference of obese patient with knee osteoarthritis.
Subjects: All of the subjects are female patients who visited Obesity Clinic in Cipto Mangun Kusumo Hospital and diagnosed with knee osteoarthritis along with obesity. This study uses secondary data obtained from the patients’ status from the medical record. Total of 35 subjects are included in this study.
Methods: This is a descriptive study which has one group with pre-test and post-test design. Subject’s baseline characteristics including waist circumference, age, body weight, body height and payment method are collected along with the data after the program had been completed.
Results and Conclusion: Result shows significant changes in waist circumference after the six weeks therapeutic exercise p<0.05 (p=0.001) however there is no positive correlation between initial waist circumference with the total loss of waist circumference p<0.05 (p=0.54). This study shows that six weeks therapeutic exercise is effective in reducing the waist circumference of the patient.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risca Febriyana Nurviati
"ABSTRAK
Tujuan penelitian untuk mengetahui beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan lingkar pinggang sebagai indikator obesitas sentral. Desain penelitian yang digunakan cross-sectional dengan sistem random sampling pada 121 responden pegawai kantor pusat PT Wijaya Karya, Jakarta Timur di bulan April-Mei 2012. Data yang dikumpulkan meliputi lingkar pinggang, riwayat genetik, usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh (IMT), persen lemak tubuh (PLT), pengeluaran per bulan, aktivitas fisik, dan asupan gizi (asupan energi, protein, lemak, karbohidrat, dan serat). Data dikumpulkan melalui pengukuran lingkar pinggang, persen lemak tubuh, antropometri, kuesioner, dan wawancara FFQ-semiquantirarive. Usia, IMT, PLT, pengeluaran per bulan, asupan energi, lemak, dan karbohidrat berkorelasi signifikan dengan lingkar pinggang (p < 0,05). Perbedaan signifikan juga ditunjukkan antara jenis kelamin dengan lingkar pinggang (p < 0,05). Semakin tinggi usia, IMT, PLT, asupan energi maka semakin besar ukuran lingkar pinggang.

ABSTRACT
The objective of this study was to determine the association of some risk factors in waist circtunference as an abdominal obesity indicator. A cross sectional comprised 121 respondent by random sampling among employee in head office PT Wijaya Karya, Jakarta Timur on April - May 2012. Data collected included genetic history, age, sex, BMI, body fat percentage (BFP), household outcome, physical activity, and dietaly intake (energy, protein, fat, carbohydrate, and fiber). Data were collected through waist measurement, percentage of body fat, anthropometry, questiomlaires, and FFQ-semiquantitative interviews. Age, BMI, BFP, household outcome, intake of energy, fat and carbohydrate were sig11ificantly correlated with waist circumference (p < 0,0S). Also indicated significant differences between the sexes with waist circumference. An increase in age, BMI, BFP, and intake of energy were correlated with a statistically significant in waist circumference gain."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hazrina Tiyas Nussa
"Obesitas merupakan kondisi kelebihan lemak dalam tubuh akibat ketidakseimbangan energi. Obesitas dapat terjadi karena kombinasi dari faktor lingkungan dan faktor genetik. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa single nucleotide polymorphism SNP rs1421085 gen fat mass and obesity-associated FTO bersosiasi dengan obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan asosiasi alel risiko SNP rs1421085 dengan obesitas pada populasi Bali.
Studi dilakukan pada 573 sampel arsip yang berasal dari empat desa, yaitu Desa Legian yang mewakili populasi urban, serta Desa Penglipuran, Nusa Ceningan, dan Pedawa yang mewakili populasi rural. Obesitas dikategorikan berdasarkan indeks massa tubuh IMT dan obesitas sentral berdasarkan lingkar pinggang LP mengikuti klasifikasi WHO dan IDF untuk populasi Asia: IMT ge; 25 kg/m2 baik pada pria dan wanita, LP ge; 90 cm untuk pria dan LP ge; 80 cm untuk wanita.
Deteksi alel dilakukan menggunakan metode amplification refractory mutation system polymerase chain reaction ARMS PCR. Analisis asosiasi SNP rs1421085 dengan obesitas dan obesitas sentral dilakukan menggunakan uji regresi logistik ordinal dengan penyesuaian usia dan jenis kelamin.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi alel minor SNP rs1421085 ditemukan sebesar 0,41 serta distribusi genotipe sesuai dengan keseimbangan Hardy-Weinberg p = 0,227. Keberadaan dua alel C pada seorang individu kelompok rural berasosiasi dengan obesitas berdasarkan tiga model genetik, yaitu kodominan koefisien = 1,065, p = 0,008, resesif koefisien = 0,812, p = 0,016, dan aditif koefisien = 0,527, p = 0,010.

Obesity is a condition of excess fat in the body due to energy imbalance. Obesity can occur due to a combination of environmental factors and genetic factors. Several studies have shown that single nucleotide polymorphism SNP rs1421085 of fat mass and obesity associated FTO gene is associated with obesity. This study was conducted to determine the association of SNP rs1421085 risk allele with obesity in Balinese population.
The study was conducted on 573 archive samples from four villages Legian village representing urban population, and Penglipuran, Nusa Ceningan, and Pedawa villages representing rural population. Obesity was categorized based on body mass index BMI and central obesity based on waist circumference WC following WHO and IDF standard for Asian populations BMI ge 25 kg m2 both in male and female, WC ge 90 cm for male and WC ge 80 cm for female.
Allele detection was performed using amplification refractory mutation system polymerase chain reaction ARMS PCR method. Association analysis of SNP rs1421085 with obesity and central obesity was performed with ordinal logistic regression test with adjustments for age and gender.
The minor allele frequency of SNP rs1421085 was 0.41 and the genotype distribution corresponded to Hardy Weinberg equilibrium p 0.227. The existence of two C alleles in an individual of Balinese rural population was associated with obesity based on codominant genetic model coefficient 1.065, p 0.008, recessive genetic model coefficient 0.812, p 0.016, and additive genetic model coefficient 0.527, p 0.010.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratu Tatya Rachman
"Obesitas merupakan epidemi global yang terus meningkat setiap tahunnya dan faktor risiko dari berbagai penyakit degeneratif seperti penyakit jantung iskemik, diabetes, dan kanker. Penelitian ini bertujuan untuk mencari faktor dominan obesitas pada polisi Satuan Samapta Bhayangkara (Sabhara) Polresta Depok tahun 2013 dan juga mencari hubungan antara faktor risiko yang dapat diubah dengan obesitas.
Desain penelitian menggunakan desain cross sectional dengan sampel sebanyak 127 responden. Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Mei 2013. Pengumpulan data diambil dengan pengukuran primer tinggi badan dan berat badan, pengisian kuesioner mandiri, dan wawancara 2x24 hours food recall. Didapatkan sebanyak 34,6% polisi mengalami obesitas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara durasi tidur, asupan lemak, dan kebiasaan sarapan dengan kejadian obesitas serta ditemukan bahwa asupan lemak merupakan faktor dominan obesitas. Peneliti menyarankan agar polisi Satuan Sabhara Polresta Depok diberi edukasi dan penyuluhan mengenai konsumsi lemak yang baik dan diet gizi seimbang sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya obesitas.

Obesity is global epidemic that continually increase every year and a risk factor for degenerative diseases. This study aimed to find the dominant factor of obesity in Samapta Bhayangkara (Sabhara) Unit in Police Station Depok year 2013, also to find the relationship between modifiable risk factors with obesity.
This study used cross-sectional method with 127 respondents and held in April-May 2013. Data were collected with primary measuring height and weight, self-administered questionnaire, and 2x24-hours food recall. Thirty four point six percent policemen are obese.
The result show that there’s a relationship between sleep duration, fat intake, and breakfast habit with obesity and fat intake is the dominant factor of obesity. The researcher suggests that policemen should be given education as well as counseling about the right way to consume fat in order to reduce the risk of obesity.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S46619
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>