Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 115988 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amirah Zatil Izzah
"Latar belakang: Leukemia limfoblastik akut (LLA) merupakan kanker tersering pada anak. Berbagai studi mendapatkan bahwa vitamin D berperan dalam pencegahan beberapa jenis kanker. Belum ada studi yang menilai hubungan status vitamin D dengan penyakit LLA pada anak di Indonesia.
Tujuan: Untukmengetahui hubungan antara status vitamin D dengan penyakit LLA pada anak.
Metode: Studi potong lintang pada 40 anak LLA yang baru terdiagnosis dan 40 anak sehat yang sesuai umur dan jenis kelamin. Pasien LLA diambil secara consecutive sampling di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta dan RSUP Dr. M. Djamil Padang. Status vitamin D diklasifikasikan berdasarkan rekomendasi Institute of Medicine yaitu defisiensi bila kadar < 12 ng/mL, insufisiensi 12 - <20 ng/mL, dan normal 20-100 ng/mL. Data dianalisa menggunakan uji Chi-Squaredan independent sample t-test, dengan kemaknaan p <0,05.
Hasil: Terdapat 22 (55%) anak laki-laki pada masing-masing kelompok dan kelompok usia 1-4 tahun merupakan kelompok terbanyak (48%). Mayoritas anak LLA memiliki status vitamin D normal (78%), demikian juga kelompok kontrol (63%). Terdapat 3(7%) dan 6(15%) anak LLA serta 1(2%) dan 14(35%) anak sehat memiliki status defisiensi dan insufisiensi berturut-turut dengan p =0,14. Rerata kadar vitamin D anak LLA adalah 25,1(7,6) ng/mL dan anak sehat 21,9(5,67) ng/mL, dengan perbedaan rerata 3,14 (IK95% 0,15-6,13) dan p =0,04.
Simpulan:Mayoritas anak LLA yang baru terdiagnosis memiliki status vitamin D normal. Rerata kadar vitamin D anak LLA lebih tinggi bermakna dari anak sehat, namun tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status vitamin D dan penyakit LLA pada anak.

Background:Acute lymphoblastic leukemia (ALL) is the most common cancer in children. Various studies have found that vitamin D plays a role in the prevention of several types of cancer. Currently, there is no study in Indonesia that assess association between vitamin D status and pediatric ALL
Objective:To determine association between vitamin D status and pediatric ALL.
Methods:A cross-sectional study of 40 newly diagnosed ALL children and 40 age-and sex-matched healthy children. ALL patients were taken by consecutive sampling at Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta and Dr. M. Djamil Hospital Padang. Vitamin D status is classified based on Institute of Medicine recommendations; deficiency <12 ng/mL, insufficiency 12 - <20 ng/mL, and normal 20-100 ng/mL. Data were analyzed using Chi-square test and independent sample t-test. A p-value <0.05 is considered to be statistically significant.
Results: There were 22 (55%) boys in each group and the group 1-4 years was the most age group (48%). Majority of ALL children had normal vitamin D status (78%) and also in healthy children (63%). There were 3(7%) and 6(15%) ALL children as well as 1(2%) and 14(35%) healthy children had deficiency and insufficiency status consecutively, with p value =0.14. The mean vitamin D level of ALL children and healthy children were 25.1 (7.6) ng/mL and was 21.9 (5.67) ng/mL consecutively, with mean difference of 3.14 (95% CI 0.15-6.13) and p value =0.04..
Conclusion:The majority of newly diagnosed ALL children have normal vitamin D status. The mean vitamin D levels of ALL children was significantly higher than healthy children, however there was no significant association between vitamin D status and ALL in children.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58542
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Ayuningtyas
"ABSTRAK
Latar belakang : Prevalens terjadinya malnutrisi bervariasi pada berbagai siklus kemoterapi LLA. Penelitian di Malaysia mendapatkan anak LLA pasca-kemoterapi fase induksi cenderung mengalami obesitas atau status gizi lebih. Penyebab malnutrisi pada anak LLA dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Perubahan status gizi selama kemoterapi dapat memengaruhi luaran kemoterapi.
Tujuan: mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi perbaikan status gizi anak LLA setelah kemoterapi fase konsolidasi, serta pengaruhnya terhadap luaran kemoterapi, sehingga dapat dipakai sebagai masukan untuk upaya mengatasi malnutrisi pada anak LLA.
Metode : Penelitian ini dengan uji retrospektif, di Rumah sakit Cipto Mangunkusumo, selama tahun 2016-2018. Total sampling pada pasien leukemia limfoblastik akut yang terdiagnosis, dan menjalani kemoterapi di RSCM hingga fase konsolidasi.
Hasil : Seratus empat puluh satu subyek pasien anak LLA diikutsertakan dalam penelitian ini. Terdapat 69,5% subyek mengalami perbaikan status gizi, dan 30,5% mengalami perburukan status gizi, dengan 60% perburukan ke arah overnutrition pasca-kemoterapi fase konsolidasi. Faktor risiko independen terhadap terjadinya perbaikan status gizi pasca-kemoterapi fase konsolidasi ialah tidak timbulnya efek samping kemoterapi (RR 1,36, 95% IK 1,02 - 1,81). Jenis makanan dan cara pemberian makan tidak memengaruhi perubahan status gizi anak LLA pasca-fase konsolidasi. Terdapat hubungan antara perbaikan status gizi anak LLA pasca-fase konsolidasi dengan kejadian remisi (RR 1,24, 95% IK 1,03 - 1,5).
Simpulan : Status gizi pasca-kemoterapi fase konsolidasi mengalami perbaikan dibandingkan sebelum kemoterapi, sedangkan yang mengalami perburukan status gizi cenderung mengalami overnutrition. Perbaikan status gizi anak LLA pasca-kemoterapi fase konsolidasi dipengaruhi oleh tidak timbulnya efek samping kemoterapi. Terdapat hubungan antara perbaikan status gizi anak LLA pasca-kemoterapi fase konsolidasi dengan kejadian remisi.

ABSTRACT
Background: Acute lymphoblastic leukemia (ALL) is the most common malignancy in childhood. The prevalence of malnutrition varies in phase of ALL chemotherapy. Study in Malaysia showed ALL children after induction phase of chemotherapy tended to be obese or overweight. The causes of malnutrition in ALL children can be influenced by various factors. Changes in nutritional status during chemotherapy can affect the outcome of chemotherapy.
Aim: To investigate factors that influence nutritional status improvement of ALL children after consolidation phase, as well as the effect on the outcomes of chemotherapy, so it can be used as an input to overcome malnutrition in ALL children.
Method: A retrospective design was performed in Cipto Mangunkusumo Hospital from 2016 until 2018. Total sampling in patients with acute lymphoblastic leukemia who was diagnosed and started chemotherapy at Cipto Mangunkusumo Hospital until the consolidation phase.
Result: A total of 141 subjects were included in this study. After consolidation phase, 69.5% of subjects experienced nutritional status improvements, and 30.5% worsened, of which 60% become over nutrition post-consolidation phase. Independent risk factor for the improvement of nutritional status after consolidation phase was the absence of chemotherapy side effects (RR 1.36, 95% CI 1.02 - 1.81). There were no association between type of food and route of feeding with nutritional status improvement of ALL children after consolidation phase. There was association between improvement in nutritional status of ALL children after consolidation phase with the incidence of remission (RR 1.24, 95% CI 1.03 - 1.5).
Conclusion: Nutritional status at post-consolidation phase has improved compared to pre- chemotherapy, while those who worsening nutritional status tend to overnutrition. The absence of chemotherapy side effects affects nutritional status improvement of ALL children after consolidation phase. There is a relationship between nutritional status improvement of ALL children after consolidation phase with the incidence of remission."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T55513
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Dhiaulhaq
"
Latar Belakang
Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) adalah jenis kanker anak yang paling umum di Indonesia, menyumbang 75% dari kasus leukemia anak. Meski demikian, angka kesintasan 5 tahun untuk pasien di negara berkembang masih rendah dibandingkan dengan negara maju. Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor prognostik yang memengaruhi kesintasan tiga tahun pasien LLA anak di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo.
Metode
Penelitian ini menggunakan desain studi kohort retrospektif dengan data sekunder rekam medis. Subjek penelitian adalah pasien anak dengan LLA yang dirawat di RSCM, terdiagnosis antara 1 Januari 2020 hingga 30 Juni 2021, dan memenuhi kriteria inklusi. Uji Kaplan-Meier digunakan untuk analisis kesintasan dan uji Cox regression untuk mengidentifikasi faktor prognostik.
Hasil
Sebanyak 107 pasien terinklusi dalam studi ini. Analisis menunjukkan bahwa status gizi buruk atau kurang merupakan faktor prognostik signifikan, dengan risiko kematian 3,7 kali lebih tinggi dibandingkan pasien dengan gizi baik (HR=3,705; p=0,011). Faktor-faktor lain, seperti usia, jenis kelamin, jumlah leukosit awal, durasi kemoterapi fase induksi, dan stratifikasi risiko, tidak menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap kesintasan LLA anak tiga tahun. Tingkat kesintasan tiga tahun pasien anak dengan LLA di RSCM mencapai 69%, dengan IK 95% dalam rentang 59,8% hingga 78,2%.
Kesimpulan
Penelitian ini menemukan bahwa status gizi buruk atau kurang merupakan faktor prognostik signifikan terhadap kesintasan tiga tahun pada pasien anak dengan LLA di RSCM. Tingkat kesintasan tiga tahun pada pasien anak dengan LLA di RSCM sebesar 69%.

Introduction
Acute Lymphoblastic Leukemia (ALL) is the most common type of childhood cancer in Indonesia, representing 75% of pediatric leukemia cases. However, the 5-year survival rate for patients in developing countries remains lower compared to developed countries. This study aims to identify prognostic factors influencing the three year survival of pediatric ALL patients at Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) National Central General Hospital.
Method
This research is a retrospective cohort study using secondary data from medical records. The study subjects are pediatric ALL patients treated at RSCM, diagnosed between January 1, 2020, and June 30, 2021, who met the inclusion criteria. Kaplan-Meier analysis was used to assess survival, and Cox regression to identify prognostic factors. Results
A total of 107 patients were included in this study. The analysis showed that poor or malnourished nutritional status was a significant prognostic factor, with a 3.7-fold increased risk of mortality compared to patients with good nutritional status (HR=3.705; p=0.011). Other factors, including age, sex, initial leukocyte count, induction phase chemotherapy duration, and risk stratification, did not have a significant association with three year survival in pediatric ALL. The three year survival rate of pediatric ALL patients at RSCM was 69%, with a 95% CI of 59.8%-78.2%.
Conclusion
This study found that poor nutritional status is a significant prognostic factor for three year survival in pediatric ALL patients at RSCM. The three year survival rate of pediatric ALL patients at RSCM was 69%.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrye Fernandes
"Kemoterapi memiliki dampak terjadinya kelelahan pada anak yang menderita leukemia limfoblastik akut. Kelelahan pada anak dapat diperberat oleh masalah tidur yang dialami anak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan masalah tidur dengan kelelahan pada anak dengan leukemia limfoblastik akut yang menjalani satu siklus kemoterapi fase induksi. Desain penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pengukuran berulang masalah tidur dan kelelahan pada anak berumur 7-18 tahun (n=62). Pengambilan data dilakukan selama 7 hari yaitu, satu hari sebelum, lima hari selama, dan satu hari setelah kemoterapi.
Hasil analisis data menggunakan uji korelasi Pearson dengan tingkat kemaknaan 95% menunjukkan hubungan yang signifikan (p<0,001) antara masalah tidur dengan kelelahan. Kesimpulannya masalah tidur menjadi penyebab beratnya kelelahan pada anak sehingga penting untuk dilakukan pengkajian dan memberikan intervensi mengatasi masalah tidur untuk mengurangi kelelahan pada anak. Pelatihan manajemen masalah tidur dan kelelahan menjadi penting untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan perawat dalam mengatasi kelelahan pada anak leukemia limfoblastik akut yang menjalani kemoterapi fase induksi.

Chemotherapy had an impact of disruption in sleep patterns and fatigue in children who suffer from acute lymphoblastic leukemia. Fatigue in children can be exacerbated by sleep problems experienced by children. This study aimed to analyze the relationship of sleep problems with fatigue in children with acute lymphoblastic leukemia who underwent a cycle of induction phase chemotherapy. The design of this research used descriptive analytic with repeated measurements of sleep problems and fatigue in children aged 7-18 years (n = 62). The data were taken for 7 days, consist of one day before, five days during, and one day after chemotherapy.
The result of data analysis using Pearson correlation test with significance level 95% showed significant relationship (p <0.001) between sleep problems with fatigue. The conclusion were sleep problems cause severe fatigue in children so it is important to do the assessment and provide intervention to overcome sleep problems to reduce fatigue in children. Training on sleep problems and fatigue management becomes important to improve knowledge and abilities of nurses in overcoming fatigue in children with acute lymphoblastic leukemia undergoing chemotherapy on induction phase.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T48320
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Dwi Darmayanti
"Leukemia limfoblastik akut (ALL) adalah jenis kanker yang paling umum pada anak-anak. Nyeri dan kelelahan berhubungan dengan faktor-faktor kanker dan perawatannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan hubungan antara kualitas nyeri dan kelelahan pada anak-anak dengan ALL 1-3 hari setelah kemoterapi. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dan menggunakan teknik consequtive sampling. Total sampel adalah 44 anak-anak dengan ALL (7-18 tahun) di Jakarta. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner Simple Pain Inventory (BPI) untuk mengukur kualitas nyeri dan Kelelahan Onkologi Anak-Allen (FOA-A) untuk mengukur kelelahan. Nilai rata-rata kualitas nyeri adalah 1,63932 dan nilai rata-rata kelelahan adalah 9,25.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kualitas nyeri dan kelelahan (p = 0,006), status kambuh dan kelelahan (p = 0,058), dan antara seseorang yang menemani anak-anak dan kelelahan (p = 0,016). Hasil penelitian ini merekomendasikan pentingnya penilaian nyeri lebih lanjut dan pengobatan kombinasi antara farmakologi dan nyeri non-farmakologi setelah kemoterapi untuk mengurangi kelelahan pada anak-anak dengan kanker.

Acute lymphoblastic leukemia (ALL) is the most common type of cancer in children. Pain and fatigue are related to cancer factors and their treatments. The aim of this study was to find an association between pain quality and fatigue in children with ALL 1-3 days after chemotherapy. This research uses cross sectional design and uses consequtive sampling technique. The total sample was 44 children with ALL (7-18 years) in Jakarta. The measuring instrument used in this study was a Simple Pain Inventory (BPI) questionnaire to measure the quality of pain and Fatigue Oncology of Children-Allen (FOA-A) to measure fatigue. The average value of pain quality is 1.63932 and the average value of fatigue is 9.25.
The results of this study indicate that there is a significant relationship between quality of pain and fatigue (p = 0.006), relapse and fatigue status (p = 0.058), and between someone who accompanies children and fatigue (p = 0.016). The results of this study recommend the importance of further pain assessment and combination treatment between pharmacology and non-pharmacological pain after chemotherapy to reduce fatigue in children with cancer.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safarudin
"Tiopurin Metil-Transferase (TPMT) merupakan salah satu enzim yang berperan penting dalam metabolisme 6-merkaptopurin (6-MP) dan telah terbukti secara klinis memiliki pengaruh terhadap efek 6-MP yang digunakan dalam terapi leukemia limfoblastik akut, salah satunya adalah myelosupresi. Aktivitas TPMT ini sangat dipengaruhi oleh varian (polimorfisme) pada gen TPMT. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh polimorfisme genetik Tiopurin Metil-Transferase (TPMT) terhadap toksisitas hematologi pada pasien anak leukemia limfoblastik akut (LLA) yang menerima terapi 6-merkaptopurin pada fase maintenance. Penelitian ini dilakukan dengan disain kohort retrospektif. Hasil menunjukkan bahwa terdapat 25 pasien (69,4%) dari 36 pasien mengalami polimorfisme TPMT*2 heterozigot, dan tidak ditemukan adanya polimorfisme TPMT*3A dan TPMT*3C. Pengaruh genotipe tersebut terhadap toksisitas hematologi dianalisis secara statistik menggunakan uji chi-square dan regresi logistik, dan ditemukan bahwa polimorfisme genetik TPMT*2 tidak signifikan mempengaruhi kejadian toksisitas hematologi berupa anemia, leukopenia, dan trombositopenia dilihat dari nilai RR secara berturut sebesar 2,2 (CI: 0,361-13,424); 1,8 (CI: 0,379-8,533); dan 3,4 (CI. 0,320-35,753).

Thiopurin methyltransferase (TPMT) is one of the enzymes playing important roles in 6-mercaptopurine metabolism that has been clinically proven to have influence the effects of the drug used in acute lymphoblastic leukemia therapy, one of them is myelosuppression. TPMT activity is strongly influenced by variants (polymorphisms) in the TPMT gene. This study was conducted to determine the effects of genetic polymorphisms of TPMT against hematologic toxicity in pediatric patients with acute lymphoblastic leukemia (ALL) receiving 6-mercaptopurine therapy in the maintenance phase. This study was conducted with a retrospective cohort design. The results showed that there were 25 patients (69.4%) of 36 had heterozygous TPMT*2 polymorphism, and there were no TPMT*3A and TPMT*3C polymorphisms. The effects of genotypes against the hematologic toxicity were analysed using the chi-square test and logistic regression, and it was found that genetic polymorphism of TPMT did not significantly affect the incidence of hematologic toxicity, such as anemia, leukopenia, and thrombocytopenia after being controlled by age, with successive RR of 2.2 (CI: 0.361-13.424); 1.8 (CI: 0.379-8.533); dan 3.4 (CI. 0.320-35.753."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T43327
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Nartiana
"Latar Belakang: Acute lymphoblastic leukemia (ALL) adalah jenis kanker yang paling umum pada anak-anak dan sering menjadi penyebab kematian. Pneumonia adalah salah satu infeksi serius yang mempengaruhi prognosis dan kelangsungan hidup anak dengan ALL. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat keparahan pneumonia pada anak dengan ALL.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan consecutive sampling pada 103 responden. Data retrospektif diambil dari rekam medis anak dengan ALL yang terdiagnosis pneumonia di RSAB Harapan Kita dari tahun 2018 hingga 2023. Analisis statistik menggunakan uji Chi-square dan regresi logistik ganda.
Hasil: Dari 103 anak dengan ALL, 61,2% mengalami pneumonia berat. Mayoritas responden adalah bayi dan balita (53,4%), 56,3% berjenis kelamin laki-laki, 55,7% memiliki status gizi tidak normal, 53,4% berada pada fase pengobatan induksi, 61,2% menggunakan terapi kortikosteroid 3-5 hari sebelum dan saat terdiagnosis, 58,3% pernah menerima transfusi darah, 90,3% tipe ALL B, 57,3% mengalami neutropenia, 80,6% anemia dan 83,5% memiliki kadar CRP tidak normal. Analisis bivariat menunjukkan status gizi, fase pengobatan, terapi kortikosteroid dan kadar CRP berhubungan dengan tingkat keparahan pneumonia pada anak anak dengan ALL. Analisis multivariat menunjukkan variabel status gizi (OR 3.024, 95% CI: 1.216-7.522) dan kadar CRP (OR 8.337, 95% CI: 2.29-30.348) berhubungan dengan tingkat keparahan pneumonia setelah dikontrol oleh variabel fase pengobatan (OR 1.588, 95% CI: 0.433-5.826) dan terapi kortikosteroid ( OR 1.855, 95% CI: 0.493-6.978)
Kesimpulan: Anak dengan ALL yang menjalani kemoterapi berisiko tinggi mengalami pneumonia berat. Sangat penting untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap infeksi ketika anak dengan ALL berada dalam fase induksi, terutama jika mereka telah menggunakan terapi kortikosteroid selama 3-5 hari sebelumnya dan memiliki status gizi yang tidak normal (gizi kurang atau gizi lebih).

Background: Acute lymphoblastic leukemia (ALL) is the most common type of cancer in children and a leading cause of mortality. Pneumonia is one of infection that significantly affects the prognosis and survival of children with ALL. This study aims to analyze the factors associated with the severity of pneumonia in children with ALL.
Methods: This cross-sectional study used consecutive sampling of 103 respondents. Retrospective data were collected from the medical records of children with ALL diagnosed with pneumonia at RSAB Harapan Kita from 2018 to 2023, using the SMART System. Statistical analysis was performed using the Chi-square test and multiple logistic regression.
Results: Among 103 children with ALL, 61.2% experienced severe pneumonia. The majority of respondents were infants and toddlers (53.4%), 56.3% were male, and 55.7% had abnormal nutritional status. Additionally, 53.4% were in the induction treatment phase, and 61.2% had received corticosteroid therapy 3-5 days before and at the time of diagnosis. Furthermore, 58.3% had received blood transfusions, 90.3% had ALL type B, 57.3% experienced neutropenia, 80.6% had anemia, and 83.5% had abnormal CRP levels. Bivariate analysis indicated that nutritional status, treatment phase, corticosteroid therapy, and CRP levels were associated with the severity of pneumonia in children with ALL. Multivariate analysis showed that nutritional status (OR 3.024, 95% CI: 1.216- 7.522) and CRP levels (OR 8.337, 95% CI: 2.29-30.348) were associated with pneumonia severity after controlling for treatment phase (OR 1.588, 95% CI: 0.433-5.826) and corticosteroid therapy (OR 1.855, 95% CI: 0.493-6.978).
Conclusion: Children with ALL undergoing chemotherapy are at high risk of severe pneumonia. It is crucial to increase vigilance against infections when children with ALL are in the induction phase, especially if they have received corticosteroid therapy in the preceding 3-5 days and have abnormal nutritional status (undernutrition or overnutrition).
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neneng Arie Komariah
"Latar belakang: Peningkatan enzim transaminase sering ditemukan pada anak dengan leukemia limfoblastik akut LLA dalam kemoterapi fase pemeliharaan. Belum ada penelitian terkait pemberian vitamin E pada anak LLA dengan kondisi tersebut di Indonesia.
Tujuan: Mengetahui prevalens, karakteristik, dan pengaruh pemberian vitamin E terhadap perbaikan kadar enzim transaminase pada anak LLA dalam kemoterapi fase pemeliharaan.
Metode: Uji klinis acak tersamar tunggal, membandingkan vitamin E dosis antioksidan dengan plasebo pada anak LLA yang mengalami peningkatan enzim transaminase bulan Agustus-Desember 2017 di Poliklinik Hematologi dan Onkologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Enzim transaminase dievaluasi setelah 3 dan 5 minggu intervensi dan perbaikan didefinisikan bila menurun ge;20.
Hasil: Terdapat 33 kejadian peningkatan enzim transaminase, 17 vitamin E dan 16 plasebo. Prevalens 41,2, karakteristik pasien predominan laki-laki, usia 2,5-5x. Vitamin E dibandingkan plasebo setelah 3 minggu P=0,601; RR=0,93; IK 95 0,73-1,16 dan 5 minggu P= 0,103; RR= 0,81; IK 95 0,64-1,03.
Kesimpulan: Pemberian Vitamin E dibandingkan plasebo pada anak LLA dalam kemoterapi fase pemeliharaan setelah 3 dan 5 minggu tidak berbeda bermakna, namun kelompok vitamin E terdapat kecenderungan perbaikan kadar enzim transaminase.

Background: Aminotransferase enzyme's elevation is a common complication associated maintenance chemotherapy in pediatric acute lymphoblastic leukemia ALL. Vitamin E is used as therapy but none research has been done on this issue in Indonesia.
Objectives: To identify the prevalence, characteristics of patients and the effect of vitamin E on aminotransferase enzyme's improvement in pediatric ALL during maintenance chemotherapy.
Methods: A randomized single blind controlled trial of antioxidant dose vitamin E versus placebo in pediatric ALL during maintenance chemotherapy with aminotransferase enzyme's elevation was conducted on August December 2017 at Hematology and Oncology clinic Cipto Mangunkusumo hospital. Aminotransferase enzymes were evaluated after intervention for 3 and 5 weeks. Improvement was defined as a decrease ge 20 of baseline.
Results: There were 33 events, 17 vitamin E and 16 placebo. Prevalence was 41,2, characteristics were predominated boys, 2,5 5x. There were no statistical difference in aminotranferase enzyme's improvement after 3 weeks intervention P 0,601 RR 0,93 CI 95 0,73 1,16 and 5 weeks intervention P 0,103 RR 0,81 CI 95 0,64 1,03.
Conclusion Antioxidant dose of vitamin E tends to decrease aminotransferase enzyme but not statistically significant.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Anggraeni
"Latar belakang: Penderita leukemia limfoblastik akut (LLA) akan mengalami perubahan status oksidan dan antioksidan sejak awal diagnosis dan selama kemoterapi. Vitamin E merupakan antikarsinogenik kuat dan berperan besar mencegah kerusakan oksidatif pada struktur sel dan jaringan lewat reaksi pemecahan radikal bebas.
Tujuan: Mengetahui pengaruh vitamin E terhadap kadar oksidan, kadar enzim transaminase, dan insiden demam neutropenia pada LLA saat awal dan selesai kemoterapi fase induksi.
Metode: Uji klinis acak tersamar ganda yang membandingkan kelompok vitamin E dengan kelompok plasebo pada penderita LLA saat awal dan selesai kemoterapi fase induksi pada bulan Juni-November 2019 di poliklinik Hematologi Onkologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI RSCM Kiara.
Hasil: Terdapat peningkatan kadar median MDA saat awal fase induksi dan terjadi penurunan MDA secara bermakna saat selesai fase induksi pada kelompok plasebo. Terdapat peningkatan median enzim transaminase (AST dan ALT) saat awal fase induksi dan terjadi penurunan delta median AST secara bermakna saat selesai fase induksi pada kelompok plasebo. Insiden demam neutropenia (episode) ditemukan hampir sama pada kelompok vitamin E dan kelompok plasebo.
Simpulan: Vitamin E tidak terbukti secara bermakna memperbaiki kadar MDA, enzim transaminase, dan insiden demam neutropenia pada penderita LLA fase induksi.

Background: Children undergoing treatment for acute lymphoblastic leukemia receive multiagent chemotherapy are associated with free radical production may affect the antioxidant status at diagnosis and during treatment. Vitamin E as an anticarcinogenenic agent play important role to prevent oxidative damage in cell by quenching free radicals.
Aim: To identify effects of vitamin E in oxidant level, serum levels of liver enzymes, and incidence of febrile neutropenia before and after induction phase chemotherapy of ALL.
Methods: A randomized double-blind controlled trial of vitamin E compared with placebo in ALL during induction phase chemotherapy between June-November 2019 at Hematology Oncology clinic, Department of Child Health, Faculty of Medicine, Cipto Mangunkusumo Hospital, Kiara.
Results: The median of MDA level was increase at early induction phase and significantly decrease after induction phase in placebo group. The median of serum levels of liver enzymes (AST and ALT) were increase at early induction phase and the delta median of AST level was significantly decrease after induction phase in placebo group. Incidence of febrile neutropenia (episode) was not much different in vitamin E and placebo group.
Conclusions: Vitamin E not significantly can improve MDA level, serum levels of liver enzymes, and incidence of febrile neutropenia in induction phase of ALL.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Juan Felix Samudra
"Latar Belakang
Leukemia limfoblastik akut (LLA) adalah keganasan darah tertinggi pada anak dengan tingkat mortalitas yang masih tinggi di negara berkembang. Saat ini berkembang berbagai upaya tatalaksana LLA dan respons terhadap pengobatan tersebut salah satunya dilihat melalui karakteristik dan data hematologi pasien. Interleukin 10 (IL-10) merupakan marker potensial terapi LLA karena perannya dalam mekanisme progresivitas kanker. Akan tetapi, hubungan konsentrasi IL-10 terhadap karakteristik dan data hematologi pasien dalam menentukan respons pasien terhadap pengobatan belum dilakukan. Penelitian ini bertujuan mengukur konsentrasi IL-10 dan melihat hubungannya terhadap karakteristik dan data hematologi pasien yang sedang berada dalam kemoterapi fase pemeliharaan.
Metode
Penelitian potong lintang menggunakan 74 sampel darah tersimpan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan pada bulan Januari sampai April 2024 di laboratorium Farmakokinetik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Pengukuran konsentrasi IL- 10 dilakukan dengan metode ELISA dan dibaca melalui spektrofotometer. Karakteristik dan data hematologi pasien didapatkan melalui repositori penelitian sebelumnya. Analisis deskriptif dilakukan pada konsentrasi IL-10, karakteristik, dan data hematologi pasien. Analisis bivariat dilakukan untuk mencari hubungan antara setiap variabel bebas terhadap konsentrasi IL-10 sebagai variabel terikat.
Hasil
Konsentrasi IL-10 pada pasien anak LLA dalam kemoterapi fase pemeliharaan berada dalam rentang 9,32-451,02 pg/ml. Ditemukan hubungan antara konsentrasi IL-10 dengan kelompok usia (p=0,001) dengan OR sebesar 8,667 (95% CI; 2,376-31,611), sedangkan terhadap jenis kelamin, status gizi, dan stratifikasi risiko tidak ditemukan hubungan. Tidak ditemukan hubungan antara konsentrasi IL-10 dengan data hematologi pasien berupa hemoglobin, leukosit, dan trombosit.
Kesimpulan
Konsentrasi IL-10 berhubungan dengan variabel usia pasien LLA anak dalam kemoterapi fase pemeliharaan, tetapi tidak berhubungan dengan variabel karakteristik lain dan data hematologi.

Introduction
Acute lymphoblastic leukemia is the most common hematologic malignancy in children, with a high mortality in developing countries. Treatment strategies are being developed for ALL. Patient characteristics and hematological data are considered when evaluating patient’s response. Interleukin-10 (IL-10) is a potential marker for ALL therapy for its role in cancer progression. However, the association between IL-10 levels those variables mentioned before has not yet been investigated. This study aims to measure IL-10 levels and their association with patient characteristics and hematological data in children undergoing maintenance phase chemotherapy.
Method
This cross-sectional study utilized 74 stored blood samples from a previous study and was conducted between January and April 2024 at the Pharmacokinetics Laboratory, Faculty of Medicine, Universitas Indonesia. IL-10 concentrations were measured using the ELISA method. Patient characteristics and hematological data were obtained from the prior study. Descriptive analyses were performed on IL-10 concentrations, patient characteristics, and hematological data. Bivariate analysis was conducted to examine the association between IL-10 concentration and independent variables.
Results
IL-10 concentrations in pediatric ALL patients undergoing maintenance-phase chemotherapy ranged from 9.32 to 451.02 pg/ml. IL-10 concentration was associated with age group (p = 0.001) with an odds ratio of 8,667 (95% CI; 2,376-31,611). No associations were observed between IL-10 concentration and gender, nutritional status, risk stratification, hemoglobin, leukocytes, and platelets.
Conclusion
IL-10 concentration is associated with age in pediatric ALL patients undergoing maintenance-phase chemotherapy, but no associations were observed with other patient characteristics or hematological data.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf;S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>