Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 155386 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anissa Nindhyatriayu Witjaksono
"ABSTRAK
Penelitian ini menilai validitas dan keandalan / reliability dari analisis hitung piksel untuk penilaian vasokonstriksi pembuluh darah konjungtiva dengan pemberian tetes mata fenilefrin 2,5%. Penelitian ini merupakan studi prospektif analitik berpasangan. Sebanyak 15 subjek dengan kriteria strabismus horizontal murni usia 5 - 35 tahun yang membutuhkan operasi koreksi strabismus dilibatkan pada penelitian ini. Pengambilan data dilakukan melalui foto konjungtiva yang kemudian diolah dan dianalisis menggunakan aplikasi FIJI. Foto dirubah menjadi bentuk binari menggunakan plugin semi-otomatis vessel analysis pada aplikasi FIJI. Modifikasi foto menjadi bentuk binari dapat membuat pembuluh darah dinilai berdasarkan hitung piksel. Pada penelitian ini, analisis hitung piksel dapat mendeteksi perubahan jumlah piksel pasca penetesan fenilefrin 2,5% yang bermakna secara statistik, sehingga bisa disimpulkan sebagai alat yang valid untuk menilai vasokonstriksi pembuluh darah konjungtiva. Keandalan dinilai menggunakan Intraclass Correlation Coefficient, namun didapatkan hasil yang bervariasi, namun nilai keandalan masih dapat ditingkatkan. Penelitian ini juga menunjukkan tetes mata fenilefrin 2,5% aman digunakan tanpa menimbulkan efek samping berdasarkan parameter kardiovaskular.

ABSTRACT
This study assessed the validity and reliability of pixel count analysis for evaluating vasoconstriction of conjunctival vessels by administering 2.5% phenylephrine eye drops. This study was a paired analytic prospective study. A total of 15 subjects with horizontal strabismus, aged 5-35 years, whose requiring strabismus correction surgery were included in this study. Data retrieval was done through conjunctival photos which then processed and analysed using the FIJI application. Photos were converted into binary forms using a semi-automatic plugin called vessel analysis in the FIJI application. By transforming blood vessel into binary forms to allow analysis using pixel count. In this study, pixel count analysis can detect changes in the number of pixels after 2.5% phenylephrine administration and were statistically significant, so that it can be concluded that pixel count analysis as a valid tool for assessing conjunctival blood vessel vasoconstriction. The reliability was analysed using Intraclass Correlation Coefficient and the value was obtained varied but can still be improved. This study also found that 2.5% phenylephrine eyedrop is safe with no side effects on cardiovascular parameter."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anissa Nindhyatriayu Witjaksono
"Penelitian ini menilai validitas dan keandalan / reliability dari analisis hitung piksel untuk penilaian vasokonstriksi pembuluh darah konjungtiva dengan pemberian tetes mata fenilefrin 2,5%. Penelitian ini merupakan studi prospektif analitik berpasangan. Sebanyak 15 subjek dengan kriteria strabismus horizontal murni usia 5 - 35 tahun yang membutuhkan operasi koreksi strabismus dilibatkan pada penelitian ini. Pengambilan data dilakukan melalui foto konjungtiva yang kemudian diolah dan dianalisis menggunakan aplikasi FIJI. Foto dirubah menjadi bentuk binari menggunakan plugin semi-otomatis vessel analysis pada aplikasi FIJI. Modifikasi foto menjadi bentuk binari dapat membuat pembuluh darah dinilai berdasarkan hitung piksel. Pada penelitian ini, analisis hitung piksel dapat mendeteksi perubahan jumlah piksel pasca penetesan fenilefrin 2,5% yang bermakna secara statistik, sehingga bisa disimpulkan sebagai alat yang valid untuk menilai vasokonstriksi pembuluh darah konjungtiva. Keandalan dinilai menggunakan Intraclass Correlation Coefficient, namun didapatkan hasil yang bervariasi, namun nilai keandalan masih dapat ditingkatkan. Penelitian ini juga menunjukkan tetes mata fenilefrin 2,5% aman digunakan tanpa menimbulkan efek samping berdasarkan parameter kardiovaskular.

This study assessed the validity and reliability of pixel count analysis for evaluating vasoconstriction of conjunctival vessels by administering 2.5% phenylephrine eye drops. This study was a paired analytic prospective study. A total of 15 subjects with horizontal strabismus, aged 5 - 35 years, whose requiring strabismus correction surgery were included in this study. Data retrieval was done through conjunctival photos which then processed and analysed using the FIJI application. Photos were converted into binary forms using a semi-automatic plugin called “vessel analysis” in the FIJI application. By transforming blood vessel into binary forms to allow analysis using pixel count. In this study, pixel count analysis can detect changes in the number of pixels after 2.5% phenylephrine administration and were statistically significant, so that it can be concluded that pixel count analysis as a valid tool for assessing conjunctival blood vessel vasoconstriction. The reliability was analysed using Intraclass Correlation Coefficient and the value was obtained varied but can still be improved. This study also found that 2.5% phenylephrine eyedrop is safe with no side effects on cardiovascular parameter."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Putra Jayanegara
"Strabismus merupakan suatu masalah kesehatan yang memiliki dampak negatif yang besar pada kualitas hidup seseorang. Strabimus tidak hanya menyebabkan terjadinya permasalahan dari aspek fungsi, tetapi juga permasalahan pada aspek psikososial. Studi ini bertujuan membandingkan kualitas hidup pada pasien strabismus dewasa yang belum dilakukan operasi koreksi strabismus dan pasien strabismus dewasa yang sudah dilakukan operasi koreksi strabismus menggunakan kuesioner AS-20 versi Indonesia. Studi ini merupakan studi potong lintang perbandingan Terdapat 84 subjek dalam penelitian ini dan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok yang belum dilakukan operasi koreksi strabismus dan sudah dilakukan operasi koreksi strabismus dengan jumlah tiap kelompok sebanyak 42 subjek.  Setiap subjek dilakukan pemeriksaan mata menyeluruh dan pemeriksaan strabismus. Setelah itu pasien diminta mengisi kuesioner AS-20 versi Indonesia. Hasil studi menunjukan pada pasien strabismus dewasa yang belum dilakukan operasi koreksi strabismus mempunyai kualitas hidup yang lebih rendah secara fungsi dan psikososial dibandingkan pasien strabismus dewasa yang sudah dilakukan operasi koreksi strabismus (p<0,001). Selain itu terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi penilaian kualitas hidup strabismus dewasa yaitu usia, diplopia dan deviasi.

Strabismus is a health issue that has a significant negative impact on a person's quality of life. Strabismus not only causes functional problems but also psychosocial issues. This study aims to compare the quality of life in adult strabismus patients who have not undergone corrective surgery and those who have undergone corrective surgery using the Indonesian version of the AS-20 questionnaire. This study is a cross-sectional comparative study. There were 84 subjects in this study, divided into 2 groups: the group that had not undergone strabismus correction surgery and the group that had undergone strabismus correction surgery, with each group consisting of 42 subjects. Each subject underwent a comprehensive eye examination and a strabismus examination. After that, the patients were asked to complete the Indonesian version of the AS-20 questionnaire. After that, the patients were asked to complete the Indonesian version of the AS-20 questionnaire. The study results showed that adult strabismus patients who had not undergone strabismus correction surgery had a lower quality of life regarding function and psychosocial aspects compared to adult strabismus patients who had undergone strabismus correction surgery (p<0.001). Additionally, factors influenced the quality of life assessment in adult strabismus: age, diplopia, and deviation."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yossie Faudina Putri
"Pendahuluan: Operasi strabismus adalah salah satu operasi yang berisiko tinggi menimbulkan mual dan muntah pascabedah (PONV). Penggunaan obat anestesi umum seperti opioid dan agen inhalasi diperikirakan meningkatkan kejadian PONV pada orang dewasa. Laserpunktur salah satu modalitas akupunktur dan metode alternatif yang berperan penting pada kondisi seperti pencegahan PONV. Metode: Desain penelitian uji klinis acak terkontrol dengan 32 pasien dewasa yang akan menjalani operasi strabismus dengan anestesi umum. Pasien akan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok yang mendapat kombinasi laserpunktur dan terapi emetik standar sebagai kelompok perlakuan, sedangkan kelompok yang mendapat kombinasi sham laserpunktur dan terapi emetik standar sebagai kelompok kontrol. Dilakukan follow up gejala PONV di 30 menit, 2 jam, 6 jam dan 12 jam pascabedah. Titik akupunktur yang digunakan PC6 Neiguan dan CV12 Zhongwan . Hasil: Tidak ada kejadian mual pada kelompok perlakuan di 30 menit pasca bedah, 4 (25%) pasien mengalami mual di kelompok kontrol. Kejadian mual juga lebih banyak terjadi pada kelompok kontrol pada 2 jam pascabedah sebanyak 6 pasien (50%) sedangkan pada kelompok perlakuan kejadian mual hanya 1 pasien (6.3%). Tidak ditemukan kejadian muntah pada kedua kelompok. Kesimpulan: Terapi kombinasi laserpunktur dan terapi emetik standar efektif menurunkan kejadian mual pada 2 jam pascabedah.

Introduction: Strabismus surgery is one of the operations that has a high risk of causing postoperative nausea and vomiting (PONV). The use of general anesthetic drugs such as opioids and inhalation agents is thought to increase the incidence of PONV in adults. Laserpuncture is an acupuncture modality and alternative method that plays an important role in conditions such as preventing PONV. Methods: Randomized controlled clinical trial research design with 32 adult patients who will undergo strabismus surgery under general anesthesia. Patients will be divided into 2 groups, namely the group that received a combination of laserpuncture and standard emetic therapy as the treatment group, while the group that received a combination of sham laserpuncture and standard emetic therapy as the control group. Follow-up of PONV symptoms was carried out at 30 minutes, 2 hours, 6 hours and 12 hours after surgery. The acupuncture points used are PC6 Neiguan and CV12 Zhongwan. Results: There was no incidence of nausea in the treatment group at 30 minutes after surgery, 4 (25%) patients experienced nausea in the control group. The incidence of nausea also occurred more frequently in the control group at 2 hours after surgery, as many as 6 patients (50%) while in the treatment group the incidence of nausea was only 1 patient (6.3%). There was no incidence of vomiting in either group. Conclusion: Combination therapy of laserpuncture and standard emetic therapy is effective in reducing the incidence of nausea at 2 hours after surgery. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Vincent Wang Tahija
"Latar Belakang : Pasien Non-Proliferative Diabetic Retinopathy (NPDR), Proliferative Diabetic Retinopathy (PDR) dengan neuropati kornea akan mengalami terganggunya stabilitas air mata. Penurunan sekresi dan konsituen air mata akan menyebabkan gangguan berupa mata kering. Pada pasien Diabetes dengan retinopati diabetik, gangguan kornea ini berpotensi lebih memperburuk gangguan penglihatan yang terjadi.
Tujuan : Menilai stabilitas air mata pada pasien NPDR, PDR dengan neuropati kornea sebelum, sesudah diberikan tetes mata Sodium hyaluronat+Vitamin A,E (HA+Vit A,E) atau Sodium Hyaluronat saja (HA).
Metodologi : Penelitian ini merupakan uji eksperimental randomisasi acak terkontrol, dengan dua kelompok utama (NPDR, PDR), kedua kelompok mendapatkan tetes mata HA+Vit A,E atau HA selama 28 hari. Sensitivitas kornea, Skoring Ocular Surface Disease Index (OSDI), Non-Invasive Break Up Time (NIBUT), Schirmer I, jumlah sel goblet konjungtiva dinilai pada 0, 2, 4 minggu.
Hasil : 96 subyek berpartisipasi, 65.6% wanita, 34.4% laki-laki (rerata usia 54.4 tahun). Skor OSDI memperlihatkan perbaikan signifikan, nilai terbesar pada kelompok PDR HA+Vit A,E dengan -4.86±5.76 (P= 0.000), NIBUT memperlihatkan perbaikan signifikan, nilai terbesar pada kelompok NPDR HA dengan 4.79±2.63 (P= 0.000), Schirmer I memperlihatkan perbaikan signifikan, hasil terbesar pada kelompok NPDR HA dengan 2.41±2.35 (P= 0.000). Sitologi impressi konjungtiva memperlihatkan perbaikan signifikan, terutama pada kelompok NPDR HA+Vit A,E (66% perbaikan). Seluruh kelompok memperlihatkan perbaikan signifikan, tetapi perbaikan antar kelompok tidak bermakna.
Kesimpulan : Parameter seluruh kelompok memperlihatkan perbaikan yang signifikan setelah diberikan tetes mata HA+Vit A,E maupun HA saja, Tetapi jika dibandingkan antar kelompok, tidak terdapat perbedaan perbaikan yang signifikan.

Background : Patient with Non-Proliferative Diabetic Retinopathy (NPDR), Proliferative Diabetic Retinopathy (PDR) with corneal neuropathy will experiencing disruption in tear film stability. Decrease in tear film secretion and constituent will cause dry eyes. In Diabetic patients with diabetic retinopathy, this corneal disorder has the potential to further worsen visual impairment.
Purpose : To Assess tear film stability in NPDR, PDR patients with corneal neuropathy before, after treatment with topical Sodium hyaluronat+Vitamin A,E (HA+Vit A,E) or Sodium Hyaluronat only (HA).
Method : This study was a double blind experimental randomized control trial with two parallel groups (NPDR, PDR), both group receives HA+Vit A,E or HA for 28 days. Corneal sensitivity, Ocular Surface Disease Index (OSDI), Non-Invasive Break Up Time (NIBUT), Schirmer I, conjungtival goblet cells will be assessed on 0, 2, 4 weeks.
Result : 96 subjects participated, 65.6% female, 34.4% male, mean age 54.4 years old. OSDI score shows significant improvement, highest improvement seen on PDR HA+Vit A,E with -4.86±5.76 (P= 0.000), NIBUT hows significant improvement, highest improvement seen on NPDR HA with 4.79±2.63 (P= 0.000), Schirmer I shows significant improvement, highest improvement seen on NPDR HA with 2.41±2.35 (P= 0.000). Conjungtival goblet cells shows significant improvement, highest improvement seen on NPDR HA+Vit A,E (66% improved). All groups shows shows significant improvement, but between groups the improvement was not statistically significant.
Conclusion : Parameters on all groups shows statistically significant improvement after topical HA+Vit A,E or HA. But, if compared between groups, the improvement was not significantly differed.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bachtiar Arif Wicaksono
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian antara SDE dengan
analisis ImageJ dalam menilai hiperemia konjungtiva pada pemakaian LKL dalam
2 minggu. Penelitian ini merupakan studi analitik prospektif berpasangan dengan
100 subjek mata dari 50 orang dengan miopia yang belum pernah menggunakan
LKL sebelumnya. Penilaian hiperemia konjungtiva dengan SDE dan imageJ
dengan mengevaluasi foto konjungtiva yang diambil pada sebelum, hari ketujuh,
dan keempat belas penggunaan LKL. Subjek terdiri dari 80,8% (n=42) perempuan
dengan rerata usia 22,12±1,79 tahun. Awal evaluasi didapatkan terbanyak
hiperemia trace (49%) dan ringan (51%) pada konjungtiva bulbar dan hiperemia
trace (92%) pada limbus. Evaluasi imageJ didapatkan median densitas vaskular
11,80 (4,56-17,61) %area dan rerata diameter vaskular 85,81±4,07 μm. Terdapat
peningkatan hiperemia konjungtiva tingkat ringan sebesar 19% dan sedang 6%
antara setelah 2 minggu penggunaan LKL. Terdapat perbedaan diameter (p<0,05)
dan densitas vaskular (p=0,000) yang bermakna secara statistik setelah pemakaian
LKL selama 2 minggu. Pada hari keempatbelas, persentase terbanyak yaitu
hiperemia menetap (59%) dan meningkat sebesar 35% pada konjungtiva bulbar
keseluruhan. Didapatkan peningkatan 1 tingkat SDE sebesar 33% dan peningkatan
2 tingkat SDE sebesar 2% setelah pemakaian LKL 2 minggu. Terdapat kesesuaian
pada penilaian hiperemia konjungtiva bulbar dan limbus antara SDE dengan
densitas dan diameter vaskular dengan perbedaan antar masing-masing kelompok
SDE yang bermakna (p<0,05).

This study aimed to evaluate the conformity of EGS with ImageJ analysis
in assessing conjunctival hyperemia in SCL use within 2 weeks. This is a paired
prospective analytic study which included 100 eyes from 50 subjects with myopia
who have not used SCL routinely before. Conjunctival hyperemia assessments were
done with EGS and ImageJ with evaluating conjunctival images taken at before,
day 7, and day 14 of using SCL. Subjects were 80,8% (n=42) female with mean age
of 22,12±1,79 years old. At initial evaluation, there were trace (49%) and mild
(51%) grade hyperemia in bulbar conjunctiva and trace hyperemia (92%) in limbus.
ImageJ evaluation found medial vascular density of 11.80 (4.56-17.61)% area and
mean vascular diameter of 85,81±4,07 μm. There was an increase of mild grade
conjunctiva hyperemia of 19% and moderate grade of 6% between before and after
2 weeks of using SCL. There was a significant difference of vascular diameter
(p<0.05) and density (p=0.000) after using SCL for 2 weeks. At day 14 evaluation,
most percentage was found persistent grade (59%) and increasing grade (35%) in
overall bulbar conjunctiva. There were 1 EGS grade increase of 33% and 2 grades
increase of 2% after using SCL for 2 weeks. Good conformity was found in bulbar
conjunctiva and limbal hyperemia evaluation between EGS and vascular density
and diameter with significant difference between each EGS group (p<0.05)"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59130
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Maria Magdalena
"Penelitian ini bertujuan untuk melakukan terjemahan, adaptasi, uji validasi dan
reliabilitas terhadap kuesioner AS-20 menjadi kuesioner AS-20 versi Indonesia.
Selanjutnya mengevaluasi skor kualitas hidup pasien strabismus dewasa pre dan
post operasi dengan kuesioner AS-20 versi Indonesia tersebut dan menilai faktorfaktor
apa saja yang berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien strabismus.
Penelitian ini merupakan pilot study prospektif dengan metode pre-post study
yang menggunakan kuesioner. Sebanyak 30 subjek dengan usia ≥ 17 tahun yang
didiagnosis strabismus manifes secara klinis dengan indikasi operasi yang ikut
dalam penelitian ini. Subjek penelitian akan mengisi kuesioner sebelum operasi dan
mengisi kembali kuesioner yang sama pada 2 bulan pasca operasi koreksi
strabismus.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kuesioner AS-20 versi Indonesia
merupakan kuesioner yang valid dan reliabel sebagai instrumen untuk menilai
kualitas hidup pasien strabismus dewasa di Indonesia (Cronbach Alpha > 0.7). Pada
studi ini, pasien strabismus dewasa menunjukkan kualitas hidup yang lebih rendah
baik secara fungsi maupun psikososial dan operasi koreksi strabismus dapat
meningkatkan skor kualitas hidup pada follow up 2 bulan pasca operasi. Diketahui
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi skor kualitas hidup dalam studi ini antara
lain: jenis kelamin, deviasi dan diplopia.

The aims of this study were to translate, adapt, validation and reliability test of the
AS-20 Questionnaire into Indonesian version of AS-20 Questionnaire. This study
also evaluated the quality of life scores of strabismus adult patient pre and
postoperatively with the Indonesian version of the AS-20 Questionnaire and
assessed any factors that affect the quality of life of strabismus patient.
This study was a prospective pilot study with a pre-post study method using a
questionnaire. A total of 30 subjects, aged ≥ 17 years, who diagnosed clinically
with manifest strabismus and required of strabismus correction surgery were
included in this study. Subjects filled out the questionnaire before surgery and
refilled the same questionnaire at 2 months after strabismus correction surgery.
The result of this study found that Indonesian version of AS-20 Questionnaire is a
valid and reliable questionnaire as an instrument to assessed the quality of life of
adult strabismus in Indonesia (Cronbach Alpha > 0.7). In this study, adult
strabismus patient showed a lower quality of life both functionally and
psychosocially and strabismus correction surgery could improve quality of life
scores at 2 months postoperative follow-up. Factors affecting the quality of life in
this study include: gender, deviation and diplopia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yudi Elyas
"Cardiovascular Disease (CVD) merupakan penyakit yang termasuk kedalam kategori penyakit tidak menular (PTM). Cardiovascular Disease (CVD) merupakan suatu keadaan dimana terjadinya gangguan pada sistem jantung dan pembuluh darah. Hal ini menjadi tantangan yang besar bagi seorang Ners spesialis dalam pemberian pelayanan kesehatan di Indonesia. Praktik ilmu keperawatan yang berkualitas harus diimbangi dengan pembuktian secara Evidence Base Nursing (EBN) karena EBN bisa menjadi landasan dalam melaksanakan peran pemberi asuhan, pendidik, peneliti, dan inovator yang profesional. Praktik residensi telah memberikan pengalaman dan menambah pengetahuan residensi tentang keperawatan kardiovaskular. Penerapan teori Lydia Hall: Care, Core, dan Cure dilakukan oleh Residensi pada 30 kasus resume dan satu kasus kelolahan yaitu pada pasien dengan Pasca Operasi CABG dan Katup. Peran peneliti telah dilakukan dengan menerapkan EBN tentang penerapan Slow Deep Breathing Relaxation Exercise (SDBE) pada pasien yang mengalami Takikardia di ruang IGD, IW dan Ruang Rawat. Penerapan SDBE didapatkan efektif dalam menurunkan frekunesi jantung pada pasieng yang mengalami Takikardi. Peran Inovasi dilakukan dengan penerapan spiritual care assessment dengan menggunakan metode FICA untuk melakukan pengkajian kebutuhan pelayanan spritual pasien yang dirawat di ruang Medikal RSJPDHK Jakarta. Pengkajian dengan menggunakan spiritual care assessment FICA didapatkan mampu mendeteksi adanya kebutuhan pelayanan spritualitas pasien dan mudah dilaksanakan oleh perawat. Namun sebaiknya pengkajian spiritual care assessment dengan FICA ini dapat dilakukan juga di ruangan lain seperti di ruang perawatan bedah dan juga ruang IW.

Disease (CVD) is a disease that is included in the category of non-communicable diseases (NCD). Cardiovascular Disease (CVD) is a condition where problems occur in the heart and blood vessel system. This is a big challenge for a specialist nurse in providing health services in Indonesia. Quality nursing practice must be balanced with evidence based on Evidence Base Nursing (EBN) because EBN can be the basis for carrying out the role of professional caregiver, educator, researcher and innovator. Residency practice has provided experience and increased residency knowledge about cardiovascular nursing. The application of Lydia Hall's theory: Care, Core, and Cure was carried out by the Residency in 30 resume cases and one managed case, namely in patients with post-CABG and valve surgery. The role of researchers has been carried out by implementing EBN regarding the application of Slow Deep Breathing Relaxation Exercise (SDBE) in patients experiencing tachycardia in the emergency room, IW and treatment room. The application of SDBE was found to be effective in reducing heart frequency in patients experiencing tachycardia. The role of Innovation is carried out by implementing spiritual care assessment using the FICA method to assess the spiritual service needs of patients being treated in the Medical Room at RSJPDHK Jakarta. An assessment using the FICA spiritual care assessment was found to be able to detect a patient's need for spiritual care and was easy for nurses to carry out. However, it is best that the spiritual care assessment with FICA can also be carried out in other rooms such as the surgical treatment room and also the IW room."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Faradila Putri Febrianti
"Beberapa sistem pengaturan yang melibatkan jantung, pembuluh darah, ginjal mendukung patofisiologi hipertensi. Stres oksidatif merupakan faktor yang menghubungkan sistem-sistem tersebut. Stres oksidatif terjadi karena ketidakseimbangan antara antioksidan dan produksi spesies oksigen reaktif (ROS). Salah satu biota laut yang bisa digunakan dalam pengobatannya berasal dari kuda laut dengan kandungan senyawa yang dapat mencegah penyakit kardiovaskuler dan kaya akan kandungan antioksidan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pemberian ekstrak kuda laut (Hippocampus comes L.) terhadap kadar SOD dan MDA darah dan ginjal pada mencit Ddy yang diinduksi Fenilefrin. Mencit dibagi menjadi 6 kelompok (n=4) secara acak yaitu kelompok normal, kontol negatif, kontrol positif (kandesartan sileksetil 2,1 mg/kgBB) dan kelompok uji ekstrak kuda laut (dosis 100, 200, 400 mg/kgBB) yang diberikan selama 14 hari. Seluruh hewan uji terlebih dahulu diinduksi fenilefrin (PE) selama 14 hari, lalu dilanjutkan diberikan perlakuan masing-masing selama 7 hari. Pengukuran kadar SOD dilakukan dengan Total Superoxide Dismutase (T-SOD) Activity Assay Kit (WST-1 Method), dan kadar malondialdehida (MDA) diukur menggunakan metode TBA. Penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak kuda laut (Hippocampus comes L.) pada variasi tiga dosis yang berbeda tidak memiliki perbedaan bermakna terhadap kadar SOD (nilai p = 0,0936) dan MDA (nilai p = 0,2393) darah, kadar SOD (nilai p = 0,3257) dan MDA (nilai p = 0,3685) ginjal dari mencit yang diinduksi fenilefrin dibandingkan dengan kelompok normal, negatif, dan positif. Dari hasil tersebut didapatkan bahwa ekstrak kuda laut (Hippocampus comes) tidak menyebabkan peningkatan kadar SOD dan tidak menurunkan kadar MDA pada darah dan ginjal mencit yang diinduksi fenilefrin.

Several regulatory systems involving the heart, blood vessels, kidneys, support the pathophysiology of hypertension. Oxidative stress is a factor that connects these systems with compounds that can prevent cardiovascular disease and is enriched by antioxidants. Blood pressure that exceeds normal limits can slow the development of kidney disease and prevent the heart from functioning properly. This research is conducted with the purpose to analyze the effect of administering seahorse (Hippocampus comes L.) extract towards the amount of SOD and MDA on blood and kidney of Phenylephrine-induced mice Ddy. The mice were divided into six groups (n=4) randomly: normal group (CMC Na 0.5%), negative control (CMC-Na 0.5%), positive control (candesartan cilexetil 2.1 mg/kgBW) and seahorse extract-tested group (dose 100, 200, 400 mg /kgBB) given for 14 days. All test animals were first induced by phenylephrine (PE) for 14 days, then continued with each treatment for 7 days. SOD levels were measured using the Total Superoxide Dismutase (T-SOD) Activity Assay Kit (WST-1 Method), while MDA levels were measured using TBA method. This research shows that administration of seahorse (Hippocampus comes L.) extract at three different dose did not cause significant differences in SOD (p value = 0.0936) and MDA (p value = 0.2393) levels from the blood, and SOD (p value = 0.3257) and MDA (p value = 0.3685) levels from the kidneys of mice induced with phenylephrine compared to the normal, negative, and positive groups. From these results it was found that seahorse extract (Hippocampus comes) did not cause an increase in SOD levels and did not reduce MDA levels in the blood and kidneys of mice induced with phenylephrine."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Catherine Nastasya
"Lokasi pada pembuluh darah yang memiliki peluang paling besar terjadinya pengendapan plak aterosklerosis adalah zona bifurkasi (percabangan) pada pembuluh darah arteri karotis. Fluida non-Newtonian darah memiliki karakteristik fluida shear-thinning. Simulasi CFD digunakan untuk menganalisis hemodinamik pada aliran pembuluh darah arteri karotis yaitu menggunakan software ANSYS Fluent Student dengan metode finite volume. Geometri percabangan arteri disederhanakan menjadi model benbentuk T-junction dimana merupakan model geometri ideal pembuluh darah dan paling sederhana. Selain itu, fitur alirannya menunjukkan perilaku yang paling umum pada bifurkasi arteri. Digunakan Metode desain eksperimen 2k faktorial untuk menginvestigasi pengaruh ukuran domain aliran masuk dan keluar, dan juga derajat bifurkasi terhadap respons variabel yg berupa nilai kecepatan, Wall Shear Stress (WSS), dan Oscillatory Shear Index (OSI). Hasil dari simulasi ini dapat sangat membantu para ilmuwan medis untuk lebih mudah memprediksi area yang berpotensi untuk membentuk plak aterosklerosis di dalam sistem peredaran darah.

The blood vessel that has the greatest chance of atherosclerotic plaque deposition is the bifurcation zone (branching) in the carotid artery. The non-Newtonian fluid of blood has the characteristics of a shear-thinning fluid. CFD simulation was used to analyze hemodynamics in carotid artery flow using the ANSYS Fluent Student software with the finite volume method. The branching geometry of the arteries is simplified into a T-junction model which is the ideal blood vessel geometry model and the simplest to perform simulations. Moreover, its flow features exhibit the most common behavior in arterial bifurcations. The 2k factorial experimental design method was used to investigate the effect of the inflow and outflow domain sizes, as well as the degree of bifurcation on the response variables in the form of velocity values, Wall Shear Stress (WSS), and Oscillatory Shear Index (OSI). The results of this simulation can greatly help medical scientists to more easily predict areas that have the potential to form atherosclerotic plaques in the circulatory system."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>