Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 139859 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Karen Winardi
"Game Among The Sleep (2014) yang menyoroti perjalanan seorang bayi mencari kenangan- kenangan bersama ibunya ini memiliki ulasan beragam dari segi kesederhanaan teka-tekinya dan acaknya peletakkan simbolisme. Akan tetapi, gaya penceritaan dan aspek visual untuk membangun momentum cerita hingga mencapai resolusi penuh emosi dari game ini masih menuai pujian. Berkebalikan dari anggapan umum bahwa bayi sama sekali tidak dapat memahami kejadian di lingkungan sekitar mereka, tokoh utama bayi dalam game Among The Sleep mampu melakukan hal tersebut dengan bantuan mimpi dan fantasi. Menurut Freud, kedua hal tersebut akan mempengaruhi kepribadian bayi saat bertumbuh besar dari alam bawah sadar. Penelitian ini bertujuan memahami makna dari simbolisme mimpi tokoh utama game dengan teori tafsir mimpi Freud. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa elemen-elemen mimpi yang muncul bertujuan untuk memenuhi keinginan terpendam sang tokoh utama, dan hal tersebut merupakan wujud dari kemampuan kognitif bayi tersebut untuk bertahan di lingkunannya. Selain itu, dengan konsep abjeksi dan histeria, diketahui bahwa sosok ibu dari kenangan sang tokoh utama seringkali dipenuhi oleh elemen horor feminin demi memenuhi hasratnya memiliki sebuah penis dengan berupaya mengkastrasi anaknya. Seperti video game pada umumnya, elemen intrinsik penceritaan Among The Sleep membawa pesan untuk meyakinkan audiensnya mereka mampu melalui trauma yang mereka alami.

Among The Sleep (2014) follows an infant in his quest to search for memories of his mother. The game receives mixed opinions regarding its overly simple puzzles and confusing juxtaposition of the dream symbols; nevertheless, it is still praised for its storytelling and visuals used to build the momentum leading up to the resolution invoking strong emotions in players. Contrary to a popular belief that infants are incapable of understanding the events around them, in this game the infant can process his surroundings with the help of dreams and fantasies. In Freudian perspective, they will unconsciously affect an infant’s personality when growing up. This research aims to understand the infant’s dreams using Freud’s interpretation of dreams. The findings show that the dream elements are the wish-fulfilment part of the infant’s cognitive ability to cope with his surroundings. Moreover, using the concepts of abjection and hysteria, it is revealed that memories of his mother are often filled with feminine monstrosity to satiate her desire for having a penis by attempting to castrate him. Similar to many other video games, Among The Sleep carries a message through its storytelling elements, and it is to encourage the audience to tackle their own trauma."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ismi Damayanti
"Mimpi merupakan suatu bentuk manifestasi kesadaran dalam kondisi tak-sadar dari mind. Hubungan manifestasi tersebut merupakan representasi dari kesadaran itu sendiri. Memahami kesadaran harus melalui bentuk fenomenal qualia. Hubungan antara mimpi dan qualia tersebut akan dikaji melalui pemahaman interpretasi mimpi dari Sigmund Freud. Tujuan dari skripsi ini adalah untuk memahami hubungan antara mimpi dan qualia melalui interpretasi mimpi Sigmund Freud tersebut. Melalui metode analisis sintetis dan interpretasi dapat diungkapkan bahwa mimpi merupakan kualitas dari kesadaran.

Dream is a manifestation of the conscious in the unconscious state of the mind. The relation of the manifestation is a representation from the consciousness itself. To understand the conscious, we must take the phenomenal qualia. The relation between dream and qualia can be explained through interpretation of dream from Sigmund Freud. The goal of this thesis is to understand the relation between dream and qualia through the interpretation of dream from Sigmund Freud. Synthetic analytic and interpretation method are used as the explanation of the dream as the quality of the consciousness."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S42911
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Faiqah
"Kajian ini berawal dan dilatarbelakangi dari kekaguman penulis terhadap fenomena mimpi, Penulis melihat permasalahan yang menarik untuk dikaji secara mendalam pada mimpi terutama hal yang berkenaan dengan kedudukan dan fungsi mimpi. Mulai dari yang menganggap mimpi hanya sebagai wangsit, bunga tidur belaka sampai pada para ilmuwan dan peneliti yang sibuk melakukan penelitian dan eksperimentasi empiris untuk menggali dan mengungkap tabir rahasia dibalik mimpi.
Melihat luasnya obyek penelitian yang akan penulis kaji, maka penulis membatasi obyek penelitian ini kepada dua tokoh pemikir besar tentang mimpi yaitu Ibnu Sirin yang berlatar belakang seorang muslim (Dania Timur) dan Sigmund Freud yang berlatar belakang seorang yahudi (Dunia Barat). Kedua orang pemikir ini penulis anggap sangat layak dan sesuai untuk diangkat sebagai obyek, dengan memperhatikan betapa mereka telah melahirkan dan memberikan kontribusi dan sumbangan yang begitu besar berupa konsep dan teori pemikiran tentang mimpi yang kuat dan berpengaruh luas. Metode yang penulis gunakan dalam kajian penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode studi pustaka. Sedangkan dalam proses analisis data penulis menggunakan tehnik perbandingan dan deskriptif analisis. Setelah melakukan pengolahan data, penulis menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa tcori mimpi antara Ibnu Sirin dan Sigmund Freud terdapat beberapa persamaan dan perbedaan.
Persamaan teori mimpi mereka antara lain mengenai hal yang berkenaan dengan metodologi mengutarakan mimpi, Kedua ilmuwan itu menyebutkan bahwa dalam mengutarakan mimpi, seorang penafsir haruslah memberikan perhatian yang penuh, bersungguh-sungguh dan tidak terburu-buru. Kemudian, seorang penafsir harus berusaha mencari tabu semua hal yang berhubungan dengan gambaran atau isi mimpi serta pelaku mimpi secara komprehensif. Kemudian terdapat juga kesamaan tentang kamampuan atau pengetahuan yang harus dikuasai oleh seorang penafsir mimpi. lbnu Sirin dan Sigmund Freud sama-sama menyebutkan bahwa seorang penafsir mimpi harus menguasai ilmu tentang Bahasa. tentang makna kata, derivasi kata, dan kata-kata kiasan maupun pribahasa sehingga mengetahui tentang kondisi dan kebiasaan serta budaya yang berlaku pada masyarakat atau daerah setempat.
Sedangkan perbedaan konsep atau teori mimpi antara Ibnu Sirin dan Sigmund Freud. antara lain terletak pada sumber atau asal mimpi. Ibnu Sirin mengatakan bahwa mimpi itu ada yang berasal dari Allah, setan dan manusia itu sendiri. Sedangkan Freud, sama sekali bahkan terkesan menafikan pesan Tuhan berkaitan dengan sumber atau asal mimpi, ia lebih menekankan tentang fungsi fisik dan psikis manusia sebagai sumber atau isi mimpi. Terdapat perbedaan juga dalam hal simbol mimpi. Simbol-simbol mimpi yang diungkapkan Ibnu Sirin, hampir mencakup semua hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia. kecuali simbol-simbol yang berkaitan dengan seks. Hal ini disebabkan. karena lbnu Sirin menganggap mimpi-mimpi yang berhuhungan dengan seks adalah tennasuk mimpi yang kosong dan tidak mempunyai makna. Sehingga simbol-simbol yang munculpun tidak perlu diperhatikan maupun ditakwilkan. Sebaliknva Freud, simbol-simbol yang ia kemukakan, meskipun hanya sedikit, sernuanya merupakan simbol-simbol yang berhubungan dengan seks. Kedua hal inilah yang menjadi perbedaan utama konsep mimpi antara lbnu Sirin dan Sigmund Freud. Disamping perbedaan mendasar lain tentang kedudukan dan fungsi mimpi. Ibnu Sirin mengagap mimpi sebagai bagian dari kenabian dan memiliki nilai ibadah. Sedangkan Freud, sama sekali tidak mengkaitkan mimpi dengan agama apalagi Tuhan.

This study was based on the writer's amazement at the phenomenon of dreams. The writer finds this matter quite interesting to study in some depth, especially the things concerning its importance and function in people's lives. Some people see dreams as they are, but others see them as an illumination. Some scientists and researchers have been occupied with these phenomenons that they have done some empirical research and experiments to reveal the secrets of dreams.
Considering the wide-ranging research object the writer is going to study, the writer will limit her research to the two scientists' views on dreams; they are Ibnu Sirin who was a Moslem coming from the East and Sigmund Freud who was a Jewish coming from the West. The writer finds these two scientists' views quite interesting to study as the object of research, considering these two scientists' amazing concepts and theories has greatly influenced many people. The method the writer uses in this research is through a qualitative approach by using a reference-study method. While in the process of data analysis, the writer uses a comparative technique and descriptive analysis.
After processing the data, the writer came up with a conclusion that there are some similarities and differences between Ibnu Sirin and Sigmund Freud's theories of dreams. They had similar ideas on the things concerning the methodology used in revealing the meaning of a dream. The two scientists cited that in revealing the meaning of a dream, a dream foreteller had to use some serious thought and did not do that in haste. Then, the dream foreteller had to try hard to find out all the things concerning the object and the subject of a dream in a comprehensive way. Then, the two scientists also shared the same thought on the skills and knowledge which a dream foreteller must have. Both Ibnu Sirin and Sigmund Freud said that a dream foreteller had to have a wide-ranging knowledge of language and its related aspects. They also said that a foreteller had to have a wide-ranging knowledge of the customs and tradition of a local society or area.
While the differences between Ibnu Sirin and Sigmund Freud's theories of dreams, among others, lied in the source of a dream. Ibnu Sirin said that dreams could come from the God, evils or people. Sigmund Freud, on the other hand, seemed to negate the role of the God as a source of a dream. The latter scientist gave more importance to human physical and psychological function as a source of a dream. They also had different ideas in the symbols of dreams. The symbols of dream stated by Ibnu Sirin, almost covered all the things related to people's lives, except the symbols related to sex. This might be that Ibnu Sirin saw the dreams concerning sex was meaningless, so that there was no need to pay attention to the symbols given. Freud's symbols, on the other hand, were all, even if just a few, related to sex. Those two things are the main differences between Ibnu Sirin and Sigmund Freud's theories on the importance and function of a dream. Ibnu Sirin saw dreams as a part of prophecy and had religious values, while Freud, did not relate dreams to religion, or the God.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
T17903
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Freud, Sigmund, 1856-1939
London: George Allen and Unwin, 1954
154.63 FRE i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sitohang, Marulam
"Masalah dalam tesis ini adalah kegagalan impian Amerika yang tercermin melalui tiga buah novel karya Theodore Dreiser yaitu Sister Carrie, the Genius dan An American Tragedy, karena ketidaksesuaian atau ketidakcocokan nilai- nilai budaya yang dimiliki dengan tuntutan dunia luar atau lingkungan yang dihadapi ketiga protagonis. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan psikologi dan pendekatan budaya . Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap kegagalan impian Amerika pada periode akhir abad ke -19 dan awal abad ke 20 yang tercermin melalui tiga buah novel karya Theodore Dreiser adalah ..."
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1992
T11385
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyuni Indawati
"Fungsi paru bayi pada usia awal kehidupan dapat memprediksi penyakit pernapasan dan perkembangan fungsi paru di kemudian hari. Penelitian ini bertujuan mengetahui karakteristik fungsi paru pada bayi di Indonesia dan membandingkannya dengan populasi di negara barat. Penelitian potong lintang dilaksanakan di RS Budi Kemuliaan, Jakarta. Dengan menggunakan automated single occlusion technique, peneliti mengukur fungsi paru pada 124 bayi. Data komplians (Crs) dan resistensi (Rrs) total dari sistem pernapasan kemudian dibandingkan dengan data dari studi WHISTLER di Belanda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa selain faktor usia, berat badan, dan panjang badan, polusi udara juga merupakan faktor determinan penting pada fungsi paru bayi di Indonesia.

Infant lung function in early life can predict respiratory disease and later lung development. We aimed to understand the characteristics of lung function in Indonesian healthy infant and to compare these with a Western population. We performed a cross-sectional study in Budi Kemuliaan Hospital in Jakarta. Using the automated single occlusion technique we measured lung function in 124 infants. The data of compliance (Crs) and resistance (Rrs) of the respiratory system were compared with data from the WHISTLER study in Neatherlands. Our results suggest that besides age, weight and height, air pollution is an important determinant of infant lung function in Indonesian children.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afiq Shofy Ramadhan
"ABSTRAK
Sementara studi lain berfokus pada nilai materialisme dalam naskah Death of a Salesman karya Arthur Miller, tulisan ini mengkaji kasus bunuh diri dari tokoh Willy Loman dalam naskah tersebut yang disebabkan oleh mitos American Dream dan American Adam. Lebih jauh lagi tulisan ini akan menelisik perbedaan antar generasi dalam menilai American Dream. Penelitian ini akan menggunakan metode analisis tekstual. Dengan menggunakan konsep American Dream, American Adam, dan konsep bunuh diri milik Durkheim, tulisan ini menunjukkan adanya altruism dalam kasus bunuh diri yang disebabkan oleh mitos American Dream.

ABSTRACT
While other studies focus on the materialism in Arthur Miller rsquo;s Death of a Salesman, this paper examines the suicide case of Willy Loman that presumably causes by the myth of American Dream and Adam. Even fewer tries to acknowledge the inter-generation gap in perceiving American Dream. This is what this study tries to accomplish by doing textual analysis of the play. This study uses the concept of American Dream, and American Adam, and delves into the Durkheim 39;s concept of suicide. At the end, this study would like to state the altruism in the suicide caused by the myth of American Dream. "
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Muzafarsyah
"Tesis ini merupakan analisis semiotik terhadap film Lilja 4-Ever karya sutradara asal Swedia, Lukas Moodysson. Analisis dilakukan dengan memperlakukan film Lilja 4-Ever sebagai suatu bahasa yang memuat seperangkat pesan yang dikarakterisasi oleh kodifikasi sistem gambar dan suara. Hasil analisis menunjukkan sutradara mendayagunakan komoditas budaya populer Amerika sebagai elemen-elemen dalam film yang berbahasa Rusia ini untuk membangun opini tentang wacana American Dream di Rusia dan dampaknya. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan pendekatan semiotika strukturalis Roland Barthes dan semiotika film Christian Metz.

This thesis is a semiotic analysis of Swedish drama movie, Lilja 4-Ever, directed and written by Lukas Moodysson. The analysis is seeing Lilja 4-Ever as a language contained a set of messages characterized by specific audio visual system codifications. The analysis result shows that Lukas Moodysson exploited American popular culture commodities as elements in this Russian language movie to drive opinion about the discourse of American Dream in Russia and its impact. Qualitative descriptive methode was used in this research with structural semiotic from Roland Barthes and Christian Metz film semiotic as the approaching tools."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
T45146
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muzafarsyah
"Tesis ini merupakan analisis semiotik terhadap film Lilja 4-Ever karya sutradara asal Swedia, Lukas Moodysson. Analisis dilakukan dengan memperlakukan film Lilja 4-Ever sebagai suatu bahasa yang memuat seperangkat pesan yang
dikarakterisasi oleh kodifikasi sistem gambar dan suara. Hasil analisis menunjukkan sutradara mendayagunakan komoditas budaya populer Amerika sebagai elemen-elemen dalam film yang berbahasa Rusia ini untuk membangun opini tentang wacana American Dream di Rusia dan dampaknya. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan pendekatan semiotika strukturalis Roland Barthes dan semiotika film Christian Metz.

This thesis is a semiotic analysis of Swedish drama movie, Lilja 4-Ever, directed and written by Lukas Moodysson. The analysis is seeing Lilja 4-Ever as a language contained a set of messages characterized by specific audio visual system codifications. The analysis result shows that Lukas Moodysson exploited American popular culture commodities as elements in this Russian language movie to drive opinion about the discourse of American Dream in Russia and its impact. Qualitative descriptive methode was used in this research with structural semiotic from Roland Barthes and Christian Metz film semiotic as the approaching tools."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nursania
"Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 diketahui AKB di Indonesia adalah 32 kematian per 1000 kelahiran hidup. Angka ini masih jauh dari target Renstra Kementerian Kesehatan RI Tahun 2010-2014 yang menargetkan AKB tahun 2014 sebesar 24/1000 kelahiran hidup, dan target Millenium Development Goals (MDGs) yang menargetkan AKB tahun 2015 sebesar 23/1000 kelahiran hidup. AKB tersebut menunjukan peningkatan derajat kesehatan anak di Indonesia belum sesuai dengan yang diharapkan, dan dapat mengancam kelangsungan hidup anak di Indonesia.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui determinan kematian bayi di Indonesia dengan menganalisis lebih lanjut data SDKI Tahun 2012. Determinan kematian bayi pada peneilitian ini dapat dilihat dari faktor ibu (umur ibu saat melahirkan, pendidikan ibu, status pekerjaan ibu, paritas, perdarahan saat melahirkan, merokok), faktor lingkungan (keadaan rumah, wilayah tempat tinggal, status ekonomi), faktor bayi (jenis kelamin, berat bayi lahir, mendapatkan ASI), faktor upaya kesehatan (pemberian imunisasi tetanus pada saat ibu hamil, mendapat pil/sirup zat besi pada saat ibu hamil, tempat persalinan, penolong persalinan, kepemilikan jaminan kesehatan).
Unit analisis adalah bayi yang lahir dalam rentang waktu setahun sebelum survei SDKI 2012. Desain penelitian adalah cross sectional dengan menggunakan analisis regresi logistik. Hasil penelitian diketahui dari 2965 bayi yang lahir dalam rentang waktu setahun sebelum survei, 1,9% meninggal dunia, dan 98,1% bayi masih hidup. Diketahui faktor status ibu bekerja, berat bayi lahir, dan mendapatkan air susu ibu merupakan faktor yang signifikan terhadap kematian bayi, dengan faktor dominan adalah faktor mendapatkan air susu ibu (ASI).
Penelitian ini menyarankan agar memasyarakatkan pentingnya ASI, pentingnya nutrisi ibu hamil, meningkatkan kualitas penatalaksanaan bayi berat lahir rendah (BBLR), serta meningkatkan akses, kuantitas dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak dengan memperhatikan aspek teknis dan manajerial.

Based on Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) 2012 IMR in Indonesia known is 32 deaths per 1000 live births. This figure is still far from the target of the Ministry of Health Strategic Plan, 2010-2014 targeting 2014 IMR of 24/1000 live births, and the millennium Development Goals (MDGs) that targets IMR 2015 at 23/1000 live births. The IMR showed an increase in the degree of child health in Indonesia is not as expected, and could threaten the survival of children in Indonesia.
This study was conducted to determine the determinants of infant mortality in Indonesia to further analyze the data IDHS 2012. Determinants of infant mortality in this study can be seen from maternal factors (maternal age, maternal education, maternal employment status, parity, bleeding during childbirth, smoking), environmental factors (home state, region of residence, economic status), infant factors (gender, birth weight, breast fed), and factors of health efforts (tetanus immunization of pregnant women at the time, got pills/syrup iron, place of delivery, birth attendents, health insurance ownership).
The unit of analysis is the baby born in the span of a year prior to the survey IDHS 2012. Study design was cross-sectional by using logistic regression analysis. The results of the 2965 research showed the babies born in the span of a year before the survey, 1,9% died, and 98,1% of babies are still alive. Known factors working mother status, birth weight, and get breast milk is a significant to infant mortality, the dominant factor is the factor of getting breast milk.
This study suggests that promote the importance of breastfeeding, the importance of maternal nutrition, improve the quality of management of low birth weight (LBW), as wel as improving access, quantity and quality of maternal and child health services by taking into account the technical and managerial aspects.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41898
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>