Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 128882 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amalia Irsha Adhari
"Asam galat dan oktil galat adalah senyawa yang telah banyak digunakan di berbagai industri. Asam galat dikenal memiliki manfaat terapeutik potensial sebagai antibakteri, antivirus, antijamur, anti-inflamasi, dan anti kanker. Mirip dengan salah satu turunannya, octyl gallate. Turunan asam galat ini yang memiliki 8 rantai karbon alkil, berfungsi sebagai antibakteri, antifugal, dan antioksidan kuat. Tingginya kasus resistensi Salmonella thypi dan Streptococcus pneumoniae memberi peluang untuk asam galat dan oktil galat sebagai alternatif antibiotik baru. Pengujian dilakukan dengan metode difusi cakram diikuti dengan mengukur zona hambat yang terbentuk. Salmonella thypi dan Streptococcus pneumoniae diuji dengan asam galat dan oktil gallate dengan konsentrasi 16 mg / L, 32 mg / L, 64 mg / L, 128 mg / L, 128 mg / L, 256 mg / L, 512 mg / L, dan 1024 mg / L. Setiap tes diulang tiga kali (triplo). Dalam tes ini, gentamisin disc 10 μg digunakan sebagai kontrol positif. Hasil penelitian ini dinyatakan dalam satuan mm berdasarkan zona penghambatan setiap senyawa. Dari hasil pengujian menggunakan 7 konsentrasi yang berbeda, asam galat dan oktil galat belum mampu menghambat aktivitas Salmonella thypi dan Streptococcus pneumoniae, karena zona hambat yang diamati adalah 0 mm hingga konsentrasi 1024 mg / L.

Gallic acid and octyl gallate are compounds that have been widely used in various industries. Gallic acid is known to have potential therapeutic benefits as antibacterial, antiviral, antifungal, anti-inflammatory, and anti-cancer. Similar to one of its derivatives, octyl gallate. This gallic acid derivative which has 8 alkyl carbon chains, functions as an antibacterial, antifugal, and strong antioxidant. High cases of resistance of Salmonella thypi and Streptococcus pneumoniae provide opportunities for gallic acid and octyl gallate as alternatives to new antibiotics. Tests carried out by the method of disk diffusion followed by measuring the zone of inhibition formed. Salmonella thypi and Streptococcus pneumoniae were tested with gallic acid and octyl gallate at concentrations of 16 mg / L, 32 mg / L, 64 mg / L, 128 mg / L, 128 mg / L, 256 mg / L, 256 mg / L, 512 mg / L, and 1024 mg / L. Each test was repeated three times (triplo). In this test, a 10 μg gentamicin disc was used as a positive control. The results of this study are expressed in units of mm based on the zone of inhibition of each compound. From the test results using 7 different concentrations, gallic acid and octyl gallate have not been able to inhibit the activity of Salmonella thypi and Streptococcus pneumoniae, because the inhibited zone observed was 0 mm to a concentration of 1024 mg / L.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simbolon, Agnes Elsha Maria
"Shigella dysenteria merupakan etiologi dari shigellosis. Bakteri ini menginfeksi manusia melalui jalur fekal-oral dan menyerang sistem gastrointestinal. Sementara itu, Staphylococcus epidermidis merupakan salah satu etiologi tersering kasus infeksi nosokomial khususnya pada penggunaan alat-alat kesehatan. Infeksi yang disebabkan oleh kedua bakteri ini masih banyak ditemukan di negara berkembang, salah satunya Indonesia. Tata laksana definitif dalam mengatasi penyakit yang disebabkan oleh kedua bakteri ini adalah pemberian antibiotik adekuat. Akan tetapi, telah terjadi peningkatan resistensi antibiotik terhadap kedua bakteri ini, sehingga sangat diperlukan penemuan kandidat antibiotik baru. Kandidat antibiotik baru yang berpotensi mengatasi permasalahan ini adalah asam galat dan propil galat.
Dalam penelitian ini, dilakukan pengujian aktivitas asam galat dan propil galat dalam menginhibisi pertumbuhan kedua bakteri tersebut dengan menggunakan metode disk diffusion test dan menilai diameter zona hambat yang terbentuk. Terdapat 10 jenis perlakuan terhadap bakteri-bakteri ini yaitu gentamicin 10 μg sebagai kontrol positif, NaCl 0,9% dan alkohol absolut teknis 96% sebagai kontrol negatif, dan 7 jenis masing-masing senyawa asam galat dan propil galat dengan konsentrasi 16 - 1.024 mg/L. Penelitian ini dilakukan dengan 3 kali pengulangan (triplo).
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada zona hambat yang terbentuk (zona hambat = 0 mm) pada setiap konsentrasi asam galat dan propil galat. Uji Post-Hoc pada hubungan antara kontrol positif dan setiap konsentrasi asam galat dan propil galat diperoleh nilai p< 0,05 menunjukkan bahwa asam galat dan propil galat tidak dapat menghambat pertumbuhan Shigella dysenteriae dan Staphylococcus epidermidis secara signifikan.

Shigella dysenteria is the etiology of shigellosis. This bacteria infect humans through the faecal-oral route and attack the gastrointestinal system. Meanwhile, Staphylococcus epidermidis is one of the most common etiologies in nosocomial infections, especially in the use of medical devices. Infection caused by these bacteria is still widely found in developing countries, one of which is Indonesia. Definitive therapy in treating diseases caused by these bacteria is the use of adequate antibiotics. However, there has been an increase in antibiotic resistance to these bacteria, so it is necessary to find new antibiotic candidates. New antibiotic candidates that have the potential to overcome this problem are gallic acid and propyl gallate.
In this study, the activity of gallic acid and propyl gallate in inhibiting the growth of both bacteria was tested by using the disk diffusion test and assessing the diameter of the inhibitory zone formed. There are 10 types of interventions, namely 10 μg gentamicin as positive control, NaCl 0.9% and absolute alcohol 96% as negative control, and 7 variety concentrations of gallic acid and propyl gallate (16 - 1.024 mg/L). This research was carried out with 3 repetitions (triplo).
The results of this study showed that there was no inhibitory zone formed (inhibitory zone = 0 mm) at any concentration of gallic acid and propyl gallate. Post-Hoc test on the comparation between positive control and each concentration of gallic and propyl gallate obtained p < 0.05 showed that gallic acid and propyl gallate could not significantly inhibit the growth of Shigella dysenteriae and Staphylococcus epidermidis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Wildan Rabbani Kurniawan
"Pneumonia adalah penyakit ISPB yang mempunyai angka kematian yang masih cukup tinggi di dunia dan juga Indonesia Dua bakteri penyebab utama penyakit ini adalah Klebsiella pneumoniae serta Streptococcus pneumoniae Antibiotik adalah pengobatan utama untuk kasus akibat kedua bakteri tersebut Penggunaan antibiotik yang dilakukan secara luas dan tidak tepat guna menyebabkan munculnya pola peningkatan resistensi bakteri terhadap antibiotik yang biasa diberikan sehingga dibutuhkan golongan antibiotik baru yang masih efektif Senyawa X merupakan sebuah senyawa yang mengandung struktur cincin oksazol dan diduga mempunyai potensi untuk menjadi sebuah senyawa antibiotik baru yang masih efektif melawan berbagai bakteri Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bioaktivitas dari Senyawa X terhadap kedua bakteri tersebut serta apakah terdapat hubungan antara penambahan dosis dengan bioaktivitasnya Sebanyak 3 kultur dari masing masing bakteri sebagai ulangan diberikan perlakuan dengan metode disk difussion test Disk kosong ini diisi dengan aquades sebagai baseline alkohol 90 sebagai kontrol negatif serta Senyawa X dengan konsentrasi 2 4 8 16 32 64 dan 128 mg L sebagai perlakuan Indikator bioaktivitas adalah diameter hambatan pertumbuhan dari kedua bakteri Secara deskriptif didapatkan bahwa Senyawa X cenderung mempunyai bioaktivitas terhadap kedua bakteri sedangkan uji hipotesis Kruskal Wallis menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara peningkatan dosis Senyawa X dengan peningkatan bioaktivitasnya pada bakteri Streptococcus pneumoniae p 0 003 Namun pada bakteri Klebsiella pneumoniae tidak ditemukan hubungan yang bermakna p 0 133 Hasil penelitian ini membuktikan Senyawa X memiliki bioaktivitas terhadap bakteri Klebsiella pneumoniae dan Streptococcus pneumoniae Namun hubungan yang bermakna terhadap peningkatan dosis Senyawa X dan bioktivitasnya hanya terjadi pada bakteri Streptococcus pneumoniae.

Pneumonia is one of the Upper Airways Infections which still has increasing mortality rate in Indonesia Two common pathogens causing this disease are Klebsiella pneumoniae and Streptococcus pneumoniae Antibiotics are the main therapy in this case A wide and irrational usage of those antibiotics brings the increasing antibiotics resistant pattern of both pathogens So that a new and effective antibiotic are needed Substance X an ocsazoles containing substance is now assumed being an effective antibiotic among many pathogens Therefore this study aims to understand the bioactivity of Substance X to both pathogens and to understand the relationship between the increasing dosage and their effect on the Substance X bioactivity There were 3 cultures of both pathogens and each of them is given disk diffusion test method to conduct the experiment The blank disk were then filled with aquades baseline alcohol 90 negative control and Substance X with 2 4 8 16 32 64 And 128 mg L concentration tested group The indicator of bioactivity in this study measured in growth inhibition diameter of both pathogens Descriptively the experiment shows Substance X has bioactivity to both pathogens Another hypothesis then tested using Kruskal Wallis shows a significant relationship between the increasing dosage of Substance X and the increasing bioactivity on Streptococcus pneumoniae p 0 003 but not on Klebsiella pneumoniae p 0 133 This study then can be concluded that Substance X has bioactivity to both Klebsiella pneumoniae and Streptococcus pneumoniae But the significant relationship between increasing dosage and bioactivity of Substance X can only be found on Streptococcus pneumoniae.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Masayu Siti Gumala Sari
"Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif yang berperan sebagai flora normal sekaligus patogen penting pada manusia. Asam galat atau 3,4,5-asam trihidroksibenzoat merupakan senyawa polifenol yang memiliki banyak kegunaan seperti pada industri, makanan antioksidan, serta industri farmasi. Asam galat juga memiliki potensi untuk menjadi agen antimikroba berspektrum luas. Modifikasi gugus karboksil maupun hidroksil pada asam galat akan menghasilkan senyawa turunan asam galat yang diharapkan lebih aktif sebagai antimikroba dibandingkan asam galat.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat aktivitas antimikroba senyawa turunan asam galat terhadap Staphylococcus aureus. Pengujian dilakukan secara duplo pada asam galat dan 10 turunan asam galat dengan antibiotik amoksisilin sebagai kontrol positif menggunakan metode makrodilusi dan uji konfirmasi pada agar darah.
Hasil penelitian diambil dari nilai KHM Konsentrasi Hambat Minimum pada uji plat agar darah yang menunjukkan bahwa lima senyawa turunan asam galat yaitu senyawa 2-fenil-etil galat 4, benzil galat 6, amil galat 8, isoamil galat 9, dan sekunder amil galat 10 memiliki aktivitas antimikroba yang lebih baik dibandingkan asam galat dengan KHM masing-masing 989 g/mL, 983,5 g/mL, 455,5 g/mL, 972 g/mL, dan 1089 g/mL. Aktivitas antimikroba kelima senyawa turunan ini dipengaruhi oleh panjang rantai alkil ester yang optimal, struktur gugus alkil lurus, dan adanya gugus aromatik benzena.

Staphylococcus aureus is a gram positive bacteria that acts both as a normal flora and as an important human pathogens. Gallic acid or 3,4,5 trihydroxybenzoic acid is a polyphenol compounds that have many uses such as in industry, for antioxidant foods, and pharmaceutical industries. In addition, gallic acid has the potential to be a broad spectrum antimicrobial agents. Modification of carboxyl and hydroxyl groups on the gallic acid will generate gallic acid derivative compounds which are expected to be more active as an antimicrobial agent than gallic acid.
This study aimed to examine the antimicrobial activity of gallic acid derivatives against Staphylococcus aureus. The test was done in duplicate on gallic acid and 10 gallic acid derivative compounds with antibiotic amoxicillin as a positive control with macrodilution tube method and confirmation test by blood agar.
The results were taken from MIC Minimum Inhibitory Concentration on blood agar plate test which showed that five gallic acid derivative compounds, 2 phenyl ethyl gallate 4, benzyl gallate 6, amyl gallate 8, isoamyl gallate 9, and the secondary amyl gallate 10 has antimicrobial activity better than gallic acid with MIC of each is 989 g mL, 983.5 g mL, 455.5 g mL, 972 g mL and 1089 g mL. The antimicrobial activity of the fifth derivatives is influenced by optimum long chain alkyl ester, the straight structure of alkyl groups, and the presence of benzene aromatic group.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70349
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jonathan Calvin Limawal
"Hingga saat ini, stres oksidatif masih menjadi salah satu perhatian di dunia kesehatan karena stres oksidatif berkontribusi terhadap timbul dan berkembangnya berbagai macam penyakit. Alkil galat telah menunjukkan berbagai aktivitas biologis, termasuk aktivitas antioksidan, antibakteri, dan antikanker, yang lebih besar dibandingkan asam galat yang merupakan senyawa antioksidan kuat. Akan tetapi, tidak semua alkil galat telah banyak diuji aktivitas biologisnya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi baru mengenai pengaruh panjang rantai alkil terhadap toksisitas dan aktivitas antioksidan, dari beberapa senyawa alkil galat, yakni etil galat, butil galat, dan pentil galat. Dari hasil penelitian, ketiga senyawa alkil galat berhasil disintesis melalui reaksi esterifikasi Fischer menggunakan refluks selama ± 7 jam. Dari hasil uji toksisitas dengan Daphnia magna, ketiga senyawa alkil galat hasil sintesis tergolong sebagai senyawa dengan toksisitas rendah (10 ppm < LC50 < 100 ppm). Selain itu, panjang rantai alkil ditemukan berpengaruh terhadap sifat toksisitas alkil galat. Untuk hasil uji aktivitas antioksidan dengan DPPH, ketiga senyawa alkil galat hasil sintesis tergolong sebagai senyawa antioksidan yang sangat kuat (IC50 < 50 ppm) . Panjang rantai alkil diteliti tidak berpengaruh terhadap aktivitas antioksidan dari alkil galat.

Oxidative stress remains a significant concern in the field of health due to its role in the onset and development of various diseases. Alkyl gallates have demonstrated diverse biological activities, including antioxidant, antibacterial, and anticancer effects, which are more pronounced than those of gallic acid, a potent antioxidant. However, the biological activities of all alkyl gallates have not been fully explored. This study aims to provide new insights into the impact of alkyl chain length on the toxicity and antioxidant activity of several alkyl gallate compounds, specifically ethyl gallate, butyl gallate, and pentyl gallate. In this research, these three alkyl gallate compounds were successfully synthesized via Fischer esterification using reflux for approximately 7 hours. Toxicity assessments using Daphnia magna indicated that all three synthesized alkyl gallate compounds were classified as slightly toxic (10 ppm < LC50 < 100 ppm). Additionally, the length of the alkyl chain was found to influence the toxicity of alkyl gallates. Regarding antioxidant activity, evaluated using the DPPH assay, the synthesized alkyl gallate compounds were categorized as very strong antioxidants (IC50 < 50 ppm), with alkyl chain length having no effect on their antioxidant activity."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rengganis Rianingtyas Harsono Putri
"Streptococcus pneumoniae (S. pneumoniae atau pneumokokus) dapat menyebabkan Invasive Pneumococcal Disease (IPD), seperti penumonia, meningitis, dan otitis media. Streptococcus pneumoniae memiliki lebih dari 90 serotipe yang berbeda sifat-sifat kepatogenannya. Saat ini, metode molekuler lebih banyak diterapkan dalam penentuan serotipe bakteri tersebut. Penelitian sebelumnya pada anak-anak sehat di Lombok, menemukan bahwa 73 dari 551 isolat merupakan untypeable S. pneumoniae karena tidak dapat ditentukan serotipenya berdasarkan metode PCR multipleks. Pada penelitian ini dilakukan identifikasi lebih mendalam dengan mendeteksi tiga gen yang lestari (conserved genes) pada bakteri S. pneumoniae yaitu, gen psaA, lytA, dan cpsA. Sebanyak 52 isolat (71.2%) terdeteksi dengan PCR mempunyai gen psaA. Sementara itu, gen lytA terdeteksi pada 69 isolat (90.4%) dan gen cpsA terdeteksi pada 37 isolat (50.7%).
Berdasarkan hasil deteksi gen psaA, lytA, dan cpsA diperoleh 6 kelompok varian untypeable S. pneumoniae. Analisa sekuens gen recA dengan metode sekuensing, menunjukkan bahwa kelompok varian I (psaA+, lytA+, cpsA+), II (psaA+, lytA+, cpsA–) dan IV (psaA–, lytA+, cpsA+) merupakan bakteri S. pneumoniae. Sementara itu, kelompok varian VI (psaA–, lytA+, cpsA–) merupakan bakteri S. pseudopneumoniae dan kelompok varian VIII (psaA–, lytA–, cpsA–) merupakan bakteri S. infantis. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa identifikasi bakteri S. pneumoniae tidak dapat dilakukan hanya dengan satu penanda gen. Hasil penelitian ini penting untuk meningkatkan sensitifitas dari deteksi S. pneumoniae dengan teknik biologi molekuler.

Streptococcus pneumoniae (S. pneumoniae or pneumococcus) can cause Invasive Pneumococcal Disease (IPD), such as pneumonia, meningitis, and otitis media. Streptococcus pneumoniae has more than 90 serotypes which differentiated based on the level of pathogenicity. Currently, molecular methods were more widely applied to determine bacterial serotype. Previous studies of healthy children in Lombok, found that 73 of 551 isolates were untypeable S. pneumoniae, because the serotypes can not be determined by multiplex PCR method. This research used a deeper identification by detecting three conserved genes in S. pneumoniae, such as psaA, lytA, and cpsA. A total of 52 isolates (71.2%) were positive for psaA gene by PCR. Meanwhile, lytA gene was detected in 69 isolates (90.4%) and cpsA gene was detected in 37 isolates (50.7%).
Based on the result of psaA, lytA and cpsA gene detection, obtained 6 variants of untypeable S. pneumoniae. recA gene sequence analysis with sequencing method, showed that variant I, II and IV are S. pneumoniae. Meanwhile, variant VI is S. pseudopneumoniae and variant VIII is S. infantis. The results indicated that identification of the bacteria S. pneumoniae can not be done with just one marker gene. The results are important to increase the detection of S. pneumoniae with molecular biology techniques.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S47317
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Maria Ulfa
"Kanker serviks merupakan jenis kanker yang paling banyak dialami oleh wanita di Indonesia. Gangguan pada proses apoptosis merupakan tahapan yang penting dalam perkembangan tumor dan menyebabkan sel tumor lebih resisten terhadap terapi sitotoksik konvensional. Protein antiapoptosis Bcl-2 merupakan protein yang berperan penting dalam proses apoptosis yang bisa dijadikan molekul target obat antikanker. Asam galat merupakan senyawa penuntun yang telah terbukti secara in vitro memiliki aktivitas sebagai anti kanker. Penelitian ini bertujuan untuk mendesain, mensintesis dan menguji aktivitas sitotoksik turunan asam galat terhadap sel HeLa. Desain turunan asam galat dilakukan dengan metode structure based drug design untuk mendapatkan senyawa turunan yang menghambat protein anti apoptosis Bcl-2 dengan lebih baik. Lima senyawa turunan asam galat yang memberikan nilai ΔG terkecil dipilih untuk disintesis. Tiga senyawa turunan asam galat disintesis dengan reaksi kondensai dengan alkil halida, sedangkan dua turunan yang lain disintesis dengan reaksi esterifikasi menggunakan katalis DIC dan DMAP. Senyawa hasil sintesis diidentifikasi dengan menggunakan spektrofotometer FT-IR, Spektrometer massa, 1H-NMR dan 13C-NMR. Senyawa hasil sintesis dilakukan uji sitotoksisitas dengan metode MTT. Hasil pengujian sitotoksisitas menunjukkan bahwa tiga turunan ester asam galat memiliki aktivitas penghambatan yang lebih besar pada sel HeLa dibandingkan dengan asam galat dengan IC50 berkisar antara 30,20-34,43 μM.

Cervical cancer is the most common cancer among women in Indonesia. Impaired apoptosis is a central step in tumor development and renders the tumor cell more resistant to conventional cytotoxic therapy. Proteins Bcl-2, a protein that plays an important role in the process of apoptosis, could be used as an anticancer drugs target molecule. Gallic acid is a lead compound that has been proven have anticancer activity in vitro. The aims of this research are to design, synthesize, and evaluate the cytotoxic activity of gallic acid derivatives in HeLa cells. Gallic acid derivatives is designed by structure-based drug design as anti-apoptotic protein Bcl- 2. Five gallic acid derivatives with the smallest ΔG value are selected for synthesized. Three gallic acid derivatives synthesized by condensation reaction with an alkyl halide, while the other two derivatives were synthesized by esterification reaction using DIC and DMAP catalysts.The synthesized product identified by FT-IR, MS Spectrometer, 1H-NMR and 13C-NMR. Cytotoxicity evaluation are then done by MTT methode. It shows that three derivatives exhibited as a greater anticancer activity against HeLa Cell cells than the lead compound gallic acid with IC50 ranging of 30,20-34,43 μM.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
T45955
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi Budiarti
"Latar Belakang. Endometriosis ditandai dengan pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus, salah satunya disebabkan oleh disregulasi apoptosis sel yang memicu ketahanan sel ektopik. Asam galat dan turunannya pada beberapa penelitian mampu menghambat karsinogenesis pada beberapa cell line kanker. Penelitian kami terdahulu membuktikan asam galat dan turunannya dapat menekan proliferasi sel dan meningkatkan apoptosis sel endometriosis in vitro, namun efeknya terhadap mekanisme jalur apoptosis instrinsik belum di buktikan. Metode. Sel endometriosis berasal dari jaringan endometrium pasien laparaskopi, diisolasi secara enzimatis dan dikultur primer. Sel kultur diberi perlakuan asam galat, heptil galat, oktil galat dengan dosis 51,2 μg/ml, 102,4 μg/ml dan 153,6 μg/ml selama 48 jam, dilanjutkan induksi 10 ng/ml LPS selama 24 jam . Kelompok kontrol hanya di induksi LPS tanpa perlakuan. Ekspresi relatif mRNA Bax, Bcl-2, dan Caspase-3 dinilai dengan qRT-PCR. Hasil. Peningkatan tertinggi ekspresi mRNA Bax dan penekanan tertinggi ekspresi mRNA Bcl-2 pada oktil galat dosis 153,6 μg/ml. Peningkatan ekspresi mRNA Bax, dan penurunan ekspresi mRNA Bcl-2 akan di ikuti dengan peningkatan ekspresi mRNA Caspase-3. Secara statistik tidak terdapat perbedaan bermakna antara kelompok perlakuan dengan ekspresi mRNA Bax, Bcl-2, dan Caspase-3 (p > 0,05). Kesimpulan. Oktil galat, asam galat, dan heptil galat memiliki efek potensial pada mekanisme apoptosis intrinsik.

Background. Endomeriosis characterized by the presence of extrauterine endometrial tissue, one of which caused by disregulation of apoptosis that contribute of endometrial ectopic survival. Our previous research has proven that gallic acid and its derivatives can suppress proliferation and induce apoptosis endometriosis cell in vitro. However, the effect of gallic acid and its derivatives on apoptosis intrinsic pathway mechanism is not proven yet. Method. Endometriosis cell from endometriosis patiens who had undergone laparascopy surgery were isolated by enzimatic reaction and primary cultured. Cultured cells treated by gallic acid, heptyl gallate and octyl gallate each with dosage 51.2 μg/ml, 102.4 μg/ml, 153.6μg/ml for 48 hours, than induced by LPS 10 ng/ml for 24 hours. Parameter research was assessed by qRT-PCR for mRNA expression of Bax, Bcl-2, Caspase-3. Result. Octyl gallate showed more effect to induce apoptosis intrinsic . Endometriosis cell were treated with octyl gallate shown increases of Bax and Caspase3 mRNA expression than decrease of Bcl-2 mRNA expression. Statistically, mean differences are not significant between treatment groups and mRNA expression (p > 0.05). Conclusion. This study exhibited that octyl gallate has a more potential effect on apoptosis intrinsic in endometriosis cell cultures followed by gallic acid and heptyl gallate and their potency as treatment for endometriosis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gassani Amalia
"Kanker serviks merupakan kanker dengan prevalensi tertinggi di Indonesia. Tatalaksana kanker serviks saat ini meliputi kemoterapi, radioterapi, dan pembedahan yang relatif mahal dan menimbulkan efek samping. Asam galat adalah senyawa alami yang berpotensi menjadi pengobatan alternatif kanker serviks. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas penghambatan asam galat dan derivatnya pada pertumbuhan kultur sel HeLa, yang dinyatakan dengan nilai IC50. Asam galat dan derivatnya dilarutkan dalam phosphate buffered saline PBS , dibuat triplo dengan 8 variasi konsentrasi dalam rentang 0,067-8,533 g/mL. Kultur sel HeLa diencerkan dan ditambahkan 10 mL PBS serta 1 mL dulbecco 39;s modified eagle medium. Viabilitas sel diuji dengan MTT assay. Hasil yang diperoleh menunjukkan terdapat 9 senyawa derivat yang lebih poten sebagai antikanker serviks HeLa dibandingkan asam galat IC50: 3,606 g/mL , yaitu: propil galat IC50: 0,0000674 g/mL , trans-2-heksenil galat IC50: 0,09583 g/mL , cis-2-heksenil galat IC50: 0,19 g/mL , 2-hidroksi-benzil galat IC50: 0,40 g/mL , amil galat IC50: 0,62 g/mL , sekunder-amil galat IC50: 0,73 g/mL , asam 4-cis-2-heksenil-oksi galat IC50: 1,31 g/mL , asam-4-trans-2-heksenil-oksi galat IC50: 1,69 g/mL , dan benzil galat IC50: 2,98 g/mL . Secara umum, hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan rantai alkil ester pada asam galat dapat meningkatkan sitotoksisitasnya terhadap sel HeLa.

Cervical cancer is a cancer with the highest prevalence in Indonesia. Currently, the treatments of cervical cancer chemotherapy, radiotherapy, and surgery still have side effects and limitations. Gallic acid is a natural compound that could be developed as alternative treatment of cervical cancer. This study aims to determine anticancer activity of gallic acid and its derivatives on the growth of HeLa cell cultures measured by IC50 value. Gallic acid and its derivatives dissolved in phosphate buffered saline PBS , and made into 8 concentrations 0.067 to 8.533 g mL . HeLa cells culture is diluted and added by 10 mL PBS and 1 mL dulbecco 39 s modified eagle medium. HeLa cells viability was tested by MTT assay. Results showed 9 gallic acid derivatives that have greater anticancer activity than gallic acid IC50 3,606 g mL , i.e. propyl gallate IC50 0,0000674 g mL , cis 2 hexenyl gallate IC50 0,19 g mL , 2 hydroxy benzyl gallate IC50 0,40 g mL , amyl gallate IC50 0,62 g mL , sec amyl gallate IC50 0,73 g mL , 4 cis 2 hexenyl oxy gallic acid IC50 1,31 g mL , 4 trans 2 hexenyl oxy gallic acid IC50 1,69 g mL , trans 2 hexenyl gallate IC50 2,79 g mL , and benzyl gallate IC50 2,98 g mL . In general, the results indicate that addition of alkyl ester chain on gallic acid can increase its cytotoxicity against HeLa cells.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70346
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jilly Octoria Tagore Chan
"Latar Belakang: Kanker kolorektal merupakan salah satu kanker dengan prevalensi yang cukup tinggi dan penanganan yang tersedia dapat menyebabkan efek samping buruk. Oleh karena itu, pengobatan alternatif untuk kanker kolorektal perlu dikembangkan. Asam galat telah menunjukkan aksi menghambatan proliferasi sel di berbagai tipe sel kanker termasuk HCT 15 colon cancer cells. Penambahan grup hidrofobik ke asam galat diduga dapat meningkatkan efek anti kanker asam galat. Riset ini dilakukan untuk mengobservasi efek antikanker derivat asam galat, (enam senyawa alkil amida galat hasil sintesis) terhadap sel kolon karsinoma HCT 116. Metode: Menggunakan MTT, enam (6) senyawa alkil amida galat, yaitu: -metil, -etil, -butil, -sek-butil, -ters-butil dan heksil amida galat diuji efek antikankernya terhadap sel HCT 116. Penentuan nilai IC50 dilakukan dengan menggunakan metoda regresi linear untuk analisis data. Hasil uji efek antikanker senyawa turunan alkil amida galat dibandingkan dengan hasil uji efek antikanker asam galat sebagai senyawa awal dan doxorubicin sebagai kontrol positif. Jika dibandingkan dengan asam galat (IC50: 0.05 μg/mL) dan doxorubicin (IC50: 0.001 μg/mL), keenam senyawa turunan alkil amida galat memiliki aktivitas antikanker yang lebih rendah terhadap sel kanker kolon HCT 116. Diantara ke-enam senyawa alkil amida galat hasil sintesis, heksil amida galat dengan IC50 0,07 μg/mL memiliki aktivitas antikanker terbaik. Kesimpulan: Dari hasil studi yang telah dilakukan ini, dapat disimpulkan bahwa heksil amida galat memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi agen antikanker kolon.

Background: Colorectal cancer is one of the most prevalent cancers and its common managements still evoke undesirable side effects. Therefore, there needs to be a development of a safer alternative. Gallic acid has exhibited significant cell proliferation inhibition in a variety of cancer cell lines including HCT 15 colon cancer cells. Addition of hydrophobic groups to gallic acid has been postulated to increase the anti-cancer effects of gallic acid and henceforth this research is conducted to observe the derivatives of gallic acid (six derivative compounds of alkyl amide gallate) on HCT 116 cells. Methods: With the utilization of MTT assay, six synthesized compounds of alkyl amide gallate, namely methyl-, ethyl-, butyl-, sec-butyl-, tert-butyl-, and hexyl amide gallate were measured for their anticancer effect on HCT 116 cells. Determination of IC50 values was carried out by the linear regression method for data analysis. Lastly, results were compared with gallic acid as an original compound and doxorubicin as a positive control. Results: In comparison to gallic acid (IC50: 0.05 μg/mL) and doxorubicin (IC50: 0.001 μg/mL), a lower anticancer effect on colon HCT 116 cells was displayed by all the six- synthesized alkyl amide gallates. Hexyl amide gallate with IC50 value of 0.07 μg/mL shows the strongest anticancer and inhibitory effect on HCT 116 cells. Conclusion: Result of the study indicates that hexyl amide gallate has the potential to undergo further development as a promising anti- colon cancer agent."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>