Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 158659 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shofiyah Fatin Afifah
"N-acetylcysteine ​​adalah antioksidan yang mengandung gugus thiol / sulfhydryl dan saat ini sedang dikembangkan sebagai bahan aktif dalam krim anti-penuaan. N-asetilsistein tidak stabil karena mudah teroksidasi. Salah satu strategi untuk menjaga stabilitas N-acetylcysteine ​​adalah diformulasikan menggunakan transferome sebagai sistem pembawa. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan stabilitas dan aktivitas antioksidan dari N-acetylcysteine ​​dalam krim anti-penuaan yang diformulasikan dengan sistem pembawa yang berpindah-pindah dan yang tidak. Formulasi transferome optimal yang digunakan memiliki rasio fosfatidilkolin dan tween 80 (90:10). Stabilitas fisik diuji dengan tes bersepeda dan tes sentrifugal, hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kedua krim stabil secara fisik. Stabilitas kimia diperoleh dari hasil penentuan zat aktif yang tersisa dalam uji stabilitas dipercepat pada kondisi 40oC dan kelembaban relatif 70% yang dianalisis menggunakan High Performance Liquid Chromatography detektor UV-Vis pada kondisi analisis optimal dan valid menggunakan kolom C18 , panjang gelombang maksimum 214 nm, laju aliran 1,0 mL / menit, volume injeksi 5 μL, dan larutan buffer fosfat fase seluler pH 3,0. Hasil uji stabilitas dipercepat menunjukkan bahwa jumlah rata-rata N-asetilsistein yang tersisa dalam krim transferom adalah 82,92%, sedangkan krim non-transferom adalah 48,47%. Uji aktivitas antioksidan yang telah dilakukan membuktikan bahwa N-acetylcysteine ​​yang terkandung dalam sediaan krim memiliki aktivitas antioksidan yang kuat karena memiliki IC50 26,90 μg / mL dan 38,63 μg / mL. Hasil uji penetrasi in vitro menunjukkan bahwa formulasi transferom dalam sediaan krim dapat meningkatkan tingkat penetrasi N-acetylcysteine ​​dalam krim anti-penuaan yang 845,67 μg.cm-2.jam

N-acetylcysteine ​​is an antioxidant that contains a thiol / sulfhydryl group and is currently being developed as an active ingredient in anti-aging creams. N-acetylcysteine ​​is unstable because it is easily oxidized. One strategy to maintain the stability of N-acetylcysteine ​​is formulated using transferome as a carrier system. This study aims to compare the stability and antioxidant activity of N-acetylcysteine ​​in anti-aging creams formulated with mobile carrier systems and those that do not. The optimal transferome formulation used has a ratio of phosphatidylcholine and tween 80 (90:10). Physical stability was tested with a cycling test and a centrifugal test, the results obtained showed that both creams were physically stable. Chemical stability was obtained from the results of determining the remaining active substances in the accelerated stability test at 40oC and 70% relative humidity analyzed using High Performance Liquid Chromatography UV-Vis detector under optimal and valid analysis conditions using column C18, maximum wavelength 214 nm, rate flow of 1.0 mL / min, 5 μL injection volume, and cellular phase phosphate buffer solution pH 3.0. Accelerated stability test results showed that the average amount of N-acetylcysteine ​​remaining in transferom cream was 82.92%, while non-transferom cream was 48.47%. Antioxidant activity tests that have been carried out prove that N-acetylcysteine ​​contained in cream preparations has strong antioxidant activity because it has IC50 26.90 μg / mL and 38.63 μg / mL. In vitro penetration test results show that the transferom formulation in cream preparations can increase the penetration rate of N-acetylcysteine ​​in anti-aging creams which is 845.67 μg.cm-2.hours."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Friaini Zahra Murti
"Pada penelitian ini glutation akan diformulasikan dalam krim transfersom dan krim nontransfersom, lalu akan diteliti stabilitas kimia dan stabilitas fisik dari kedua krim tersebut. Stabilitas fisik diuji dengan uji stabilitas cycling test dan centrifugal test, berdasarkan hasil uji krim transfersom relatif lebih stabil. Stabilitas kimia dinilai dengan menggunakan Kromatograsfi Cair Kinerja Tinggi dengan kondisi analisis yang digunakan adalah laju alir 0,8 mL/menit, panjang gelombang maksimum 200 nm dan fase gerak dapar fosfat pH 3,0. Waktu retensi glutation 5,747 menit, faktor ikutan 1,219, regresi linear y = 14050x + 68846, r = 0,9992, LOD 6,78 µg/mL dan LOQ 22,63 µg/mL.
Uji stabilitas kimia dengan uji stabilitas dipercepat dengan kondisi 40°C/70% RH menunjukkan hasil kadar tersisa pada krim transfersom 83,44% dan krim non-transfersom 47,92%. Uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH menunjukkan hasil bahwa glutation pada krim transfersom mempunyai nilai IC50 11,89 µg/mL dan pada krim non-transfersom mempunyai nilai IC50 15,57 µg/mL. Uji penetrasi dengan sel difusi Franz menunjukkan hasil Fluks krim transfersom 510,38 µg.cm-2.jam-1 lebih tinggi dibandingkan krim non-transfersom yaitu 340,12 µg.cm-2.jam-1.

In this study glutathione will be formulated in transferome cream and non-transferome cream, then chemical stability and physical stability will be examined. Physical stability was tested by cycling test and centrifugal test stability tests, where the results of transferome cream were relatively more stable. Chemical stability was assessed by using High Performance Liquid Chromatography with the flow rate 0.8 mL/minute, maximum wavelength 200 nm and mobile phase phosphate buffer pH 3.0. Retention time 5.747 minutes, tailing factor 1.219, linear regression y = 14050x + 68846, r = 0.9992, LOD 6.78 µg/mL and LOQ 22.63 µg/mL.
Chemical stability tested by accelerated stability test with conditions of 40°C/70% RH during 3 months, the results of the remaining levels of transferome cream were 83,44% and non-transfersom cream were 47,92%. The antioxidant activity test using DPPH methode showed that glutathione in transferome cream had an IC50 value 11.89 µg/mL and in non-transferome cream had an IC50 value 15.57 µg/mL. Penetration test using Franz cell diffusion shows that Flux of transfersome cream were  510.38 µg.cm-2.hour-1, higher than non-transferome creams which are 340.12 µg.cm-2.hour-1.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lasmida Angela FT
"Kentang kuning (Solanum tuberosum L.) telah diketahui mengandung antosianin yang memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi sehingga dapat menghambat pembentukan radikal bebas dari ROS (Reactive Oxygen Species) yang menyebabkan penuaan dini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah formulasi gel anti-aging yang mengandung ekstrak air kentang kuning dalambkonsentrasi yang bervariasi, yaitu 1IC80 (0,01%), 4IC80 (0,05%), dan 8IC80 (0,11%) memiliki aktivitas antioksidan dan stabilitas fisik. Penentuan aktivitas antioksidan ekstrak dan sediaan gel dilakukan dengan menggunakan metode peredaman radikal DPPH. Uji kestabilan fisik dilakukan dengan pengamatan gel yang disimpan pada tiga suhu yang berbeda, yaitu suhu rendah (4±2°C), suhu kamar, suhu tinggi (40±2°C); dan cycling test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gel kentang kuning 0,11% memiliki aktivitas antioksidan paling tinggi yaitu 97,95 μg/mL bila dibandingkan dengan gel kentang kuning 0,01% (159,02μg/mL), 0,05% (136,99μg/mL) dan blanko positif kuersetin 134,86μg/mL.nGel kentang kuning 0,01%, 0,05%, dan 0,11% stabil secara fisik pada suhu rendah (4±2oC), suhu kamar, suhu tinggi (40±2oC), dan cycling test.

Yellow Potato (Solanum tuberosum L.) containing anthocyanine have high antioxidant activity to prevent free radicals generated from ROS (Reactive Oxygen Species) that causes premature aging. This research attempts to know whether the formulation of anti-aging gel containing water extract of yellow potato in various concentrations that are 1IC80 (0,01%), 4IC80 (0,05%) and 8IC80 (0,11%) have antioxidant activity and physical stability. Measurement of antioxidant activity from extract and gel was done by DPPH radical scavenging method. Physical stability test was done at low temperature (4±2°C), room temperature, high temperature (40±2°C); and cycling test. This research showed that yellow potato gel 0,11% have the best antioxidant activity at 97,95μg/mL compared to yellow potato gel at 0,01% (159,02μg/mL), 0,05% (136,99μg/mL) and positive blanko quersetin (134,86μg/mL). Yellow potato gel 0,01%, 0,05%, and 0,11% were physically stable stored at low temperature (4±2°C), room temperature, high temperature (40±2°C); and cycling test."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1668
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sherly Natalia
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S32748
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Meilisa Fitriani Ibrani
"ABSTRAK
Ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) diketahui mengandung antosianin yang memiliki aktivitas antioksidan kuat yang dapat menghambat pembentukan radikal bebas yang menyebabkan penuaan dini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah formulasi gel anti-aging yang rnengandung ekstrak etanol Ubi jalar ungu dalam konsentrasi yang bervariasi, yaitu 0,015%, 0,062%, dan 0,123% (b/b) memiliki aktivitas antioksidan dan stabilitas fisik. Aktivitas antioksidan ekstrak etanol ubi jalar ungu diuji dengan menggunakan metode peredaman radikal DPPH. Uji stabilitas fisik dipercepat dilakukan dengan pengamatan gel yang disimpan pada tiga suhu yang berbeda yaitu suhu rendah (4±2ºC), suhu kamar, dan suhu tinggi (40±2ºC) serta uji cycling test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sediaan gel ubi jalar ungu 0,015%, 0,062%, dan 0,123% memiliki kestabilan setelah dilakukan pengujian pada suhu rendah (4±2ºC), suhu kamar, dan suhu tinggi (40±2ºC) dan uji cycling test. Nilai IC50 dari ketiga gel ubi jalar ungu, yaitu: 0,015% sebesar 148,5155 ppm; 0,062% sebesar 139,6256 ppm; 0,123% sebesar 132,518 ppm dan blanko positif sebesar 134,6348 ppm. Berdasarkan Nilai IC50, disimpulkan bahwa gel ubi jalar ungu 0,123% (132,518 ppm) memiliki aktivitas antioksidan paling tinggi dibandingkan dengan gel ubi jalar ungu 0,015%, 0,062% dan kontrol positif (kuersetin).

ABSTRACT
The Purple sweet Potatoes (Ipomoea batatas L.) containing anthocyanin which have strong antioxidant activity to prevent of free radicals generated from ROS (Reactive Oxygen Species) that causes premature aging. This research is aimed to know whether the anti-aging gel formulation containing extracts of purple sweet potatoe in various concentrations of 0,015%, 0,062%, and 0,123% (w/w) have antioxidant activity and physical stability. The antioxidant activity of purple sweet potatoe ethanol extract were tested using DPPH radical reduction method. Accelerated physical stability test was done at three different temperatures including low temperature (4±2ºC), room temperature, and high temperature (40±2ºC) and also cycling test. IC50 value of three Purple sweet Potatoe gel of 0,015%, 0,062%, 0,123% and positive control are 148,5155 ppm, 139,6256 ppm, 132,518 ppm and 134,6348 ppm respectively. Based on IC50 values, it was concluded that purple sweet potatoe gel of 0,123% have the highest antioxidant activity compared to sweet potatoe purple gel of 0,015%, 0,062% and the positive control (quercetin)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1551
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yuli Yulfrida
"Kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) telah diketahui mengandung xanton yang memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat sehingga dapat menghambat pembentukan radikal bebas ROS (Reactive Oxygen Species) yang menyebabkan penuaan dini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah formulasi krim anti-aging yang mengandung ekstrak metanol kulit buah manggis dalam konsentrasi yang bervariasi, yaitu 0,5%, 1%, dan 2% (b/b) memiliki stabilitas fisik dan aktivitas antioksidan.
Uji kestabilan fisik dilakukan dengan pengamatan krim yang disimpan pada tiga suhu yang berbeda, yaitu suhu rendah (4±2°C), suhu kamar, dan suhu tinggi (40±2°C); uji mekanik; dan cycling test. Penentuan aktivitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan metode
peredaman radikal DPPH.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa krim kulit buah manggis 0,5%, 1%, dan 2% memiliki kestabilan setelah dilakukan pengujian pada suhu rendah (4±2oC), suhu kamar, dan suhu tinggi (40±2oC), dan cycling test, namun menunjukkan ketidakstabilan pada uji mekanik. Krim kulit buah manggis 2% memiliki aktivitas antioksidan paling tinggi. Penyinaran dengan sinar UV-A dan penyimpanan selama delapan minggu pada suhu rendah (4±2°C), suhu kamar, dan suhu tinggi (40±2°C) tidak memberikan perbedaan bermakna terhadap aktivitas antioksidan krim."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
S33199
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nadira A`Dila
"Asiatikosida adalah konstituen utama yang diisolasi dari Centella asiatica (L.) dan merupakan salah satu zat aktif yang banyak digunakan untuk mencegah penuaan kulit. Namun, asiatikosida memiliki masalah ketidakstabilan karena mudah teroksidasi dan terdegradasi. Hal ini dapat mempengaruhi stabilitas asiatikosida dalam sediaan kosmetik. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan mikroemulsi asiatikosida sebagai sistem pembawa yang dapat meningkatkan stabilitas asiatikosida dan memfasilitasinya sebagai sediaan kosmetik. Pada penelitian ini, optimasi mikroemulsi asiatikosida dilakukan dengan memformulasikan mikroemulsi menggunakan isopropil miristat (sebagai fase minyak) dengan konsentrasi surfaktan (Tween 80) yang berbeda, yaitu F1 = 20%, F2 = 25%, dan F3 = 30%. Mikroemulsi dibuat dengan menggunakan metode titrasi fase. Ketiga formula yang diproduksi dievaluasi dalam hal organoleptik, distribusi ukuran partikel, pH, bobot jenis, viskositas, rheologi dan tegangan permukaan, cycling test, sentrifugasi, uji stabilitas 6 minggu pada 5±3°C dan 30±2°C, serta uji penetapan kadar selama 5 minggu penyimpanan. Mikroemulsi jernih dihasilkan dari F2 dan F3, sedangkan F1 tampak keruh dan terjadi pemisahan fase. Uji penetapan kadar menunjukkan bahwa kadar asiatikosida selama 5 minggu dalam formula F1, F2 dan F3 berturut-turut adalah 65,25 ± 13,73%; 42,62 ± 15,72% dan 68,50 ± 5,94%. Dapat disimpulkan bahwa mikroemulsi yang mengandung asiatikosida yaitu F2 dan F3 memenuhi persyaratan dan stabil secara fisik selama penyimpanan 6 minggu. Namun, belum dapat meningkatkan stabilitas kimia asiatikosida selama penyimpanan 5 minggu.

Asiaticoside is the main constituent isolated from Centella asiatica (L.), and is one of the active substances widely used to prevent skin aging. However, asiaticoside has instability problems because it is easily oxidized and degraded. This can affect the stability of asiaticoside in cosmetic preparations. The aim of this study was to obtain an asiaticoside-containing microemulsion as a carrier system that could increase the stability of asiaticoside and facilitate it as a cosmetic preparation. In this study, optimization of the asiaticoside-contiaining microemulsion was carried out by formulating the microemulsion using isopropyl myristate (as an oil phase) with different surfactant (Tween 80) concentrations, namely F1 = 20%, F2 = 25%, and F3 = 30%. The microemulsion was prepared by using the phase titration method. The three formulations manufactured were evaluated in terms of their organoleptic, particle size distribution, pH, mass density, viscosity, rheology and surface tension. Moreover, a cycling test, centrifugation method, 6-week stability test at 5±3°C and 30±2°C, and drug content assay during 5-week of storage were also conducted. Clear microemulsions were produced from F2 and F3, while F1 looked cloudy and phase separation occurred. The assay results showed that the asiaticoside levels for 5 weeks in F1, F2 and F3 were 65.25 ± 13.73%; 42.62 ± 15.72% and 68.50 ± 5.94%, respectively. It can be concluded that the asiaticoside microemulsions F2 and F3, meet the requirements and were physically stable during 6 weeks of storage. However, it has not been able to increase the chemical stability of asiaticoside during 5 weeks of storage.  "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azzahra Aliyya Rahman
"ABSTRAK
Isopropil miristat dan gliseril monostearat merupakan ester dari asam miristat dan asam stearat yang seringkali digunakan dalam basis krim anti aging. Namun, dengan adanya keberadaan air dan suasana asam dapat menyebabkan ikatan ester dari kedua zat tersebut terputus, sehingga kembali membentuk asam miristat dan asam stearat. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data stabilitas produk krim anti agingdengan uji stabilitas dipercepat, melalui perhitungan asam miristat dan asam stearat sebagai hasil urainya. Asam lemak diesterifikasi terlebih dahulu sebelum dianalisis menggunakan metode esterifikasi Lepage dengan pelarut metanol-toluen 4:1 v/v dan asetil klorida sebagai katalis reaksi. Analisis data stabilitas produk dilakukan menggunakan kromatografigas Shimadzu GC-17A dengan kolom HP-1 dan detektor ionisasi nyala. Kondisi analisis yang digunakan yaitu suhu awal kolom 120 C dengan kenaikan 10 C/menit hingga 160 C, dinaikkan 3 C/menit hingga 220 C dan dipertahankan selama 5 menit, lalu dinaikkan 10 C/menit hingga 260 C dan dipertahankan selama 5 menit. Suhu injektor 260 C, suhu detektor 280 C, dan laju alir gas pembawa 1,0 mL/menit. Waktu retensi campuran asam miristat dan asam stearat berturut-turut sekitar 16,655 menit dan 28,169 menit dengan faktor ikutan 0,734 dan 0,943. Metode validasi campuran asam miristat dan asam stearat yang dilakukan memenuhi persyaratan, dengan linearitas untuk asam miristat y = 9,6483 190, 78x dengan koefisien korelasi r = 0,9997 dan nilai LOD = 0,0013 ppm ; LOQ = 0,0042 ppm. Kemudian untuk asam stearat diperoleh linearitas y = 17,163 106,22x dengan koefisien korelasi r = 0,9998 dan nilai LOD = 0,0016 ppm; LOQ = 0,0053ppm. Pada hasil uji stabilitas dipercepat krim anti aging, diperoleh rata-rata kadar isopropil miristat tersisa pada bulan ke -0, -1, -2, dan -3 sebesar 99,6283 ; 99,1995 ; 98,2571 ; dan 97,1511 . Sedangkan rata-rata kadar gliseril monostearat yang tersisa berturut-turut sebesar 99,6791 ; 98,2881 ; 96,2247 ; dan 93,7195. Tanggal kadaluwarsa dari sediaan tersebut dihitung menggunakan orde nol, yakni 10 bulan dan 9 hari.

ABSTRACT
Isopropyl myristate and glyceryl monostearate are ester form of myristic acid and stearic acid, which commonly used as a component in anti aging cream base. Therefore, with high presence of water and acid as catalyst, the ester linkage can break down and form myristic acid and stearic acid. This study aimed to obtain the stability data of anti aging cream through the accelerated stability testing, by calculating the levels of myristic acid and stearic acid as degradation product. Derivatization were perfomed by esterification Lepage method using methanol toluene 4 1 v v and acetyl chloride as a catalyst. The analysis used gas chromatography Shimadzu GC 17A with HP 1 column and flame ionization detector at the column temperature of 120 C with increased of 10 C min up to 160 C, then increased of 3 C min up to 220 C maintained for 5 minutes , and increased of 10 C min up to 260 C maintained for 5 minutes . Injector and detector temperature were 260 C and 280 C, with flow rate 1.00 mL min. Retention time of myristic acid and stearic acid were 16.655 minutes and 28.169 minutes with Tf0.734 and 0.943 respectively. The results of validation.fulfilled the acceptance.criteria, which obtained linearity for myristic acid y 9.6483 190. 78x with correlation coefficient r value of 0.9997 LOD 0.0013 ppm LOQ 0.0042 ppm, and also linearity for stearic acid y 17.163 106.22x with correlation coefficient r value of 0.9998 LOD 0.0016 ppm LOQ 0.0053 ppm. The results of anti aging cream stability test were obtained with the average remaining levels of isopropyl myristate from 0 to 3 months were 99.6283 99.1995 98.2571 and 97.1511 , and glyceryl monostearate were 99.6791 98.2881 96.2247 and 93.7195. The expired date of anti aging cream product was calculated using zero order, which was 10 months and 9 days."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Purnamasari
"Sarang burung walet mengandung glikoprotein, asam lemak, dan epidermal growth factor yang diketahui memiliki aktivitas antioksidan dan anti-aging yang potensial. Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh aktivitas antioksidan dan anti-kolagenase dari ekstrak secara in vitro, serta mengetahui reaksi iritasi dan manfaat dari sediaan krim esktrak air sarang burung walet sebagai krim anti-aging pada sukarelawan wanita setelah produk diaplikasikan langsung kepada kulit. Metode ekstraksi menggunakan pelarut aquabidestilata, lalu dikeringkan dengan liofilisasi, selanjutnya diuji kadar protein dalam ekstrak. Aktivitas antioksidan diuji dengan DPPH dan penghambatan kolagenase diuji dengan kit kolagenase inhibitor. Stabilitas fisik krim diuji selama 12 minggu. Uji iritasi kulit dilakukan pada 32 wanita dengan patch oklusif. Uji efikasi sediaan krim anti-aging dilakukan pada 31 wanita dengan durasi pemakaian produk selama 28 hari. Hasil penelitian didapatkan bahwa kadar protein dari ekstrak sarang burung walet adalah 52,08%. Nilai dari IC50 antioksidan adalah 734,52 μg/mL sedangkan nilai IC50 dari aktivitas penghambatan kolagenase adalah 118,86 μg/mL. Krim anti-aging ekstrak air sarang burung walet stabil secara fisik selama 12 minggu. Krim anti-aging ekstrak air sarang burung walet tidak/sedikit menyebabkan iritasi kulit serta memberikan peningkatan yang signifikan secara statistik (p < 0,05) terhadap parameter serat kolagen, elastisitas kulit, kelembaban kulit dan penurunan pigmen kulit setelah 28 hari penggunaan produk. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak air sarang burung walet memiliki aktivitas anti-kolagenase yang cukup kuat, sediaan krim ekstrak air sarang burung walet stabil secara fisik selama 12 minggu dan setelah diuji klinis terbukti efektif untuk mencegah penuaan dini di kulit dengan perubahan nilai parameter aging.

Edible bird’s nest contains glycoproteins, fatty acids, and epidermal growth factors which are known to have potential antioxidant and anti-aging activities. The purpose of this study was to obtain antioxidant and anti-collagenase activity from extracts, as well as irritation reactions and efficacy of edible bird’s nest water extract cream as an anti-aging cream in women volunteers after product being applied directly to the skin. The extraction method used aquabidestilata solvent, then the liquid extract dried by lyophilization, after that determination the protein content in the extract. Antioxidant activity was tested with DPPH and collagenase inhibition activity was tested with a collagenase colorimetric assay kit. The physical stability of the cream was tested for 12 weeks. The skin irritation test was performed on 32 women with an occlusive patch test. The effectiveness test of anti-aging cream was carried out on 31 women with a duration of 28 days of product application. The results showed that the protein content of edible bird's nest was 52,08%. The IC50 value of the antioxidant was 734,52 μg / mL while the IC50 value of the collagenase inhibition activity was 118,86 μg / mL. Water extract of edible bird’s nest anti-aging cream was physically stable for 12 weeks Water extract of edible bird’s nest anti-aging cream did not or slightly cause skin irritation and provided a statistically significant increase (p < 0.05) in the three parameters of aging, that were collagen fibers, skin elasticity, skin moisture and a significant reduction in skin pigment color (p < 0.05) after 28 days of product application. The conclusion of this study is that the water extract of edible bird's nest has quite strong anti-collagenase activity, water extract of edible bird’s nest anti-aging cream is physically stable for 12 weeks and has been proven effective in preventing premature skin aging by improving the value of the aging parameters."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thia Amalia
"Daun senggani (Melastoma malabathricum L.) digunakan sebagai penyembuh luka secara empiris. Senyawa yang bertanggungjawab atas aktivitas farmakologi daun senggani adalah senyawa fenolik, flavonoid, dan glikosida. Senyawa fenolik dan flavonoid diketahui memiliki aktivitas anti-aging. Selain itu, senyawa flavonoid dan fenolik tidak stabil dan sulit terpenetrasi di kulit. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui aktivitas anti-aging ekstrak daun senggani dan mendapatkan serum fitosom ekstrak daun senggani yang stabil dan memiliki penetrasi yang baik. Uji aktivitas anti-aging dilakukan secara in vitro terhadap dua enzim, yaitu elastase dan kolagenase. Tiga formula fitosom dibuat dengan metode hidrasi lapis tipis berdasarkan perbandingan massa ekstrak dan fosfolipid. Fitosom dikarakterisasi berdasarkan morfologi, ukuran partikel dan zeta potensial, profil spektrum FTIR, dan efisiensi penjerapan.
Formula fitosom terpilih diformulasikan ke dalam sediaan serum, kemudian diuji stabilitas dan penetrasi secara in vitro dengan sel difusi Franz. Ekstrak daun senggani memiliki aktivitas anti-elastase (IC50 95,553 µg/mL) dan anti-kolagenase (62,933 µg/mL). Fitosom ekstrak daun senggani (F2, 1:1 b/b) memiliki bentuk sferis, Dv90 638,00±62,39 nm, PDI 0,503±0,05, zeta potensial (ZP) -38,3±1,6 mV, efisiensi penjerapan 92,22±0,31%. Spektrum IR membuktikan terjadinya kompleks antara ekstrak dan fosfolipid dalam fitosom. Serum fitosom tidak mengalami perubahan ukuran partikel, namun mengalami penurunan kadar kuersetin setelah 12 minggu penyimpanan pada suhu 25oC. Fluks serum fitosom adalah 0,56±0,01 µg/cm2/jam, sedangkan fluks serum ekstrak adalah 1,28±0,02 µg/cm2/jam. Dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun senggani berpotensi sebagai bahan kosmetik anti-aging, fitosom ekstrak daun senggani stabil pada suhu rendah, dan serum ekstrak terpenetrasi lebih baik dibandingkan dengan serum fitosom. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk lebih meningkatkan stabilitas dan penetrasi ekstrak daun senggani. 

Senggani leaves (Melastoma malabathricum L.) was used traditionally to treat wound because of flavonoids and phenolic compound. Flavonoid and phenolic compounds were known to have anti-aging activity. However, flavonoids and phenolic compounds were poor in stability and skin permeation. The aim of this study was to evaluate the anti-aging activity of the extracts, then formulate and evaluate serum dosage form containing senggani leaves extract-loaded phytosomes. Anti-aging activity was evaluated by in vitro elastase inhibitor and collagenase inhibitor. The extract was formulated into three formulations of phytosomes with thin layer method. The phytosomes were characterized in terms of particle morphology, particle size, zeta potential, profile spectra of FTIR, and entrapment efficiency. The selected phytosome formula was formulated into serum dosage form and evaluated its stability and in vitro penetration study using Franz diffusion cell. The senggani leaves extract has anti-elastase and anti collagenase with IC50 of  95.553 µg/mL and 62.933 µg/mL, respectively.
The selected phytosome formula (F2, 1:1 w/w) has a spherical shape, Dv90 of 638.00±62.39 nm, PDI 0.503±0.05, zeta potential of -38.3±1.6 mV, and entrapment efficiency of 92.22±0.31%. Molecular interaction between extract and phospholipid was confirmed from FTIR spectrum. Serum phytosome was physically stable, but chemically unstable after 12 weeks storage in 25oC. According to the in vitro penetration study, the diffusion flux of quercetin as marker from phytosome and extract serum was 0.7945 µg/cm2/h and 1.835 µg/cm2/h, respectively. In conclusion, the extract could be a potential anti-aging, the phytosomes were stable in low temperature, and the skin penetration of the extract serum was much better than the phytosomes serum. Further study was required to improve stability and penetration of the extract. 
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
T51863
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>