Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 68080 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Imelda Fiorennita
"ASBTRAK
Penelitian ini membahas mengenai pengembangan pemikiran kebudayaan oleh Ajip Rosidi yang terekam dalam majalah Budaya Jaya (1968-1979). Majalah Budaya Jaya yang lahir pada Juni 1968 adalah hasil kerjasama Gubernur Jakarta dan para budayawan yang kehadirannya berusaha menciptakan iklim sehat bagi kehidupan kebudayaan di Indonesia melalui dunia pers (majalah). Para budayawan penggagas kelahiran majalah Budaya Jaya akhirnya menjadi dewan redaksi, dengan redaktur utamanya adalah Ajip Rosidi. Penelitian ini merupakan karya sejarah dengan menggunakan metode sejarah yang terdiri dari tahap heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Peranan Ajip Rosidi dalam Budaya Jaya bukan hanya sebagai penggagas saja, tetapi ia juga banyak berperan dalam perjalanan Budaya Jaya, ia dengan tekun terus menuangkan pemikirannya guna menghidupkan kebudayaan seperti pengembangan kebudayaan Indonesia, terutama kebudayaan tradisional yang sering menjadi perhatiannya. Upaya Ajip ini tentu memberikan pengaruh yang dapat dilihat perkembangannya yang terekam dalam Budaya Jaya.

ABSTRACT
This research discusses the development of cultural thought by Ajip Rosidi recorded in Budaya Jaya magazine (1968-1979). Budaya Jaya magazine was born in June 1968, is the result of the collaboration between the Governor of Jakarta with the humanist who support it to create healthy development for cultural life in Indonesia through the world of the press (magazine). The humanist was the initiator of Budaya Jaya magazine birth eventually became editorial, with the main editor, Ajip Rosidi. This research is historical work using historical method and approach, such as heuristic, critics, interpretation, and historiography. Ajip Rosidis role in Budaya Jaya was not only an initiator, but he also played many roles in the journey of Budaya Jaya, he diligently continued to express his thought in order to revive the culture, especially the traditional culture which was often his concern. Ajips effort certainly provided influence that can be seen in its development recorded in Budaya Jaya."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Callista Monarosa
"Dalam film, terdapat berbagai cerita yang biasa disajikan dengan tema pengalaman sehari-hari seperti cinta, harapan, kematian, kebaikan, kejahatan, kekerasan dan perdamaian, sehingga penonton menemukan dan merasakan korelasi dengan pengalaman individualnya. Film juga berpengaruh terhadap masyarakat. Revenge (2017) merupakan film bergenre horror, action dan thriller dengan sub-genre rape-revenge asal Prancis yang dirilis pada tahun 2017 dan disutradarai oleh Coralie Fargeat. Film ini mengisahkan tokoh Jennifer (Matilda Lutz) yang harus bertahan dari tindak kekerasan oleh tokoh-tokoh pria dan kemudian membalas dendamnya. Sering kali tokoh perempuan dimanfaatkan dalam film horor karena terdapat pandangan umum bahwa perempuan memiliki penokohan yang pasif dan lemah, sehingga dapat memperkuat efek seram. Artikel ini bertujuan untuk mengungkapkan makna dari aspek Male Gaze dan Female Gaze dalam film Revenge. Penelitian ini menganalisis Female Gaze dan Male Gaze terhadap tokoh pada film Revenge menggunakan struktur naratif dan unsur sinematik Boggs dan Petrie dan teori psikoanalisis Male Gaze dan Female Gaze Laura Mulvey dan Joey Soloway. Dalam film Revenge, terdapat transformasi Female Gaze ke Male Gaze. Male Gaze digunakan untuk mengobjektivikasikan perempuan lalu menggunakan Female Gaze untuk menjadikan tokoh perempuan sebagai subjek. Dengan Female Gaze, dapat dilihat sebagai alat untuk menunjukkan representasi perempuan yang kuat dan mengubah stereotip gender perempuan dari hanya sebagai objek atau korban menjadi subjek dan penyintas.

In films, various stories are usually presented with the themes of everyday experiences, such as love, hope, death, good, evil, violence, and peace, so that the audience finds and feels the correlation with their individual experiences. Films also have an impact on society. Revenge (2017) is a horror, action, and thriller film with a rape-revenge sub-genre from France, released in 2017 and directed by Coralie Fargeat. This film tells the story of Jennifer (Matilda Lutz), who must survive acts of violence by male characters and then take revenge. Female characters are often abused in horror films because there is a general view that women have passive and weak characters so that they can strengthen the spooky effect. This article aims to reveal the meaning of the Male Gaze's and Female Gaze's aspects in the film Revenge. This study analyzes Female Gaze and Male Gaze against the characters in the film Revenge, using narrative structure and cinematic elements of Boggs and Petrie and psychoanalytic theory of Male Gaze and Female Gaze Laura Mulvey and Joey Soloway. In Revenge, the Female Gaze is transformed into the Male Gaze. Male Gaze is used to objectify women and then use Female Gaze to make female characters as subjects. Female Gaze can be seen as a tool to show a strong representation of women and change the gender stereotype of women from being just objects or victims to being subjects and survivors."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Radite Bernard
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang peran serta masyarakat dalam kebijakan pemerintah Rusia tentang kampanye anti-rokok yang terwujud melalui gambar visual internet. Pada gambar visual internet yang terdapat dalam situs-situs web Rusia merepresentasikan pesan pemerintah sesuai dengan Undang-undang Negara Federasi Rusia tahun 2013 nomor 15-F3 tentang Perlindungan Masayarakat dari Paparan Asap Rokok dan Efek Lanjut Penggunaan Tembakau, khususnya pada pasal (9) dan (15). Metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi media dan budaya. Untuk menganalisis enam gambar visual internet Rusia digunakan teori semiotika Barthes tentang pemaknaan denotasi konotasi. Dengan menganalisis struktur yang membangun masing-masing gambar visual internet, disimpulkan bahwa pada gambar-gambar visual tersebut membawa pesan yang merepresentasikan kebijakan pemerintah.

ABSTRACT
This thesis is discussing about the Role of society in Russian Governments Policy on Facing Tobacco Control Campaign Through Visual Images displayed in Internet. The internet?s visual images on Russian websites representing the goverments messages according to Federal Law in 2013 No. 15-F3 on Citizens Protection from the Danger of Cigarette Smoke and the Further Effects of Tobacco Consumption, especially on article (9) and (15). The research methodology that used in this thesis is qualitative method in accordance with media cultural studies method. The Roland Barthes theory of denotative connotative levels of meaning is used in analyzing six visual images founded on the internet. By analyzing the structures that construct each of related works, the government?s messages which representing goverments policy is summarized.
"
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S62002
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumiyadi
"Majalah Budaya Jaya merupakan majalah kebudayaan umum yang diterbitkan secara bulanan oleh Dewan Kesenian Jakarta sejak tahun 1968 hingga tahun 1979. Baik majalah maupun dewan kesenian tersebut berdiri berkat kebijaksanaan kebudayaan dari Gubernur Jakarta pada saat itu, yaitu Ali Sadikin. Karangan dalam jenis esai mempunyai rubrik tersendiri dan sesuai dengan misi Budaya Jaya, esai yang dimuat sangat beragam: taxi, musik, teater, dan seni atau budaya secara umum. Akan tetapi, tulisan dalam bentuk esai sastra kerap kali muncul dalam setiap terbitannya. Oleh sebab itu, masalah yang hendak diungkap dalam penelitian ini adalah mengenai gambaran esai sastra Indonesia, khususnya yang menyangkut esai, objek esai, dan kecenderungan konteks esai yang ditulis dalam Budaya Jaya.
Sumber data penelitian adalah semua majalah Budaya Jaya yang pernah diterbitkan sejak tahun 1968 hinggga 1979, yaitu 134 edisi yang di dalamnya terdapat tulisan esai sastra Indonesia sebanyak 73 judul. Penelitian memanfaatkan kerangka teori yang dikemukakan oleh Donald Keesey dalam buku Context for Criticism. Keesey memang tidak membahas esai secara khusus, melainkan pada kritik sastra. Namun, ada beberapa alasan yang memungkinkan kerangka teori Keesey digunakan dalam penelitian ini. Pertama, kritik dan esai sastra memiliki hubungan yang sangat berat karena keduanya merupakan tanggapan terhadap karya sastra. Kedua, dalam tradisi kesusastraan Indonesia, sesuai dengan pendapat H.B. Jassin, kritik merupakan bagian dari esai sastra. Menurut Keesey, skema dapat membantu kita dalam mendefinisikan, menganalisis, dan membandingkan konteks yang beragam sesuai dengan interpretasi esai pada saat menulis esai sastra.
Berdasarkan skema Keesey kita dapat mengelompokkan lima kecenderungan esai sastra, sesuai dengan konteks yang menjadi orientasinya, yaitu konteks pengarang, konteks pembaca, konteks realitas, konteks karya sastra itu sendiri dan konteks karya sastra lainnya.
Berdasarkan analisis didapatlah kenyataan bahwa esai sastra yang terdapat dalam Budaya Jaya (1968-1979) beragam apabila ditinjau dari aspek esais, objek esai, dan kecenderungan konteks esai sastranya. Para esais sebagian besar berkelahiran antara tahun 1930-1940-an, yang berarti mereka berusia sekitar 30-40 tahunan. Sebagian besar berjenis kelamin pria dan terdapat pula beberapa esais yang berkewarganegaraan asing.
Para esais sastra dalam Budaya Jaya masih menampakkan latar profesi kewartawanan atau jurnalistik, namun dengan tambahan profesi guru atau dosen di perguruan tinggi. Selain itu, sebagian besar esais adalah penyair dan yang sangat pruduktif menulis adalah Subagio Sastrowardojo. Kepenyairan para esais berpengaruh terhadap esai yang mereka tulis, sehingga sebagian besar berobjek puisi pula (34 judul).
Ketertarikan esais belum berpaling pada pesona puisi-puisi Chairil Anwar, meskipun mereka sudah mulai memperhatikan pascagenerasi Chairil Anwar, yaitu puisi-puisi Sutardji Calzoum Bachri. Dalam genre prosa dan drama terdapat beberapa karya yang menjadi fokus perhatian mereka, yaitu novel Ziarah karya Iwan Simatupang dan drama Kapai-Kapai karya Arifin C. Noer. Dalam esai mengenai kriiik sastra teoretis, tampak juga bahwa metode analitik dan metode ganzheit masih tetap jadi topik pembahasan, seperti terlihat dalam tulisan Achdiat Kartamihardja dan Arief Budiman. Apabila kita kaitkan dengan fungsi majalah sebagai media informasi, maka fenomena semua ini dapat menunjukkan "arus sastra" yang berkembang di sekitar akhir tahun `60 sampai dengan akhir tahun `70-an.
Dari analisis dapat diketahui pula bahwa yang banyak ditulis adalah esai yang cenderung pada konteks karya sastra itu sendiri dan pada konteks realitas. Hal ini dapat menunjukkan bahwa para esais dalam Budaya Jaya tartarik perhatiannya pada karya sastra, baik pada struktur formalnya maupun pada bahan atau isi yang dikandungnya. Ketertarikan pada unsur formal sastra, dapat juga dilihat dari sudut kepraktisan sebab unsur-unsur itulah yang tampak di depan mata esais sebagai unsur intrinsik yang selalu menyertai karya sastra. Sementara itu, ketertarikan mereka pada segi realitas atau kenyataan disebabkan oleh banyaknya karya sastra yang dianggap mencerminkan realitas yang ditangkap pengarangnya. Realitas yang demikian, tampaknya dapat ditangkap juga oleh para esaisnya yang sebagian besar mengakrabi dunia kepenyairan.
Penelitian ini telah memperlihatkan beberapa aspek esai yang terdapat dalam majalah Budaya Jaya dari terbitan perdananya (1968) hingga terbitan yang terakhir (1979). Selama lebih kurang sebelas tahun itu, Budaya Jaya telah memuat 73 esai sastra Indonesia yang ditulis oleh 36 orang esais. Apabila kita meninjau majalah tersebut dari konteks kekinian, maka Budaya Jaya telah menjadi masa lalu kita selama lebih kurang 25 tahun. Kita pun kini dapat melihat bahwa ada di antara esaisnya seperti Subagio Sastrowardojo, Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko Damono, Dami N. Toda, dan Umar Junus yang telah mengoleksikan esainya itu ke dalam bentuk buku. Akan tetapi, terdapat juga beberapa esais seperti Abdul Hadi W.M, Popo Iskandar, dan Satyagraha Hoerip yang tampaknya produktif menghasilkan esai pada majalah tersebut, namun belum mengumpulkannya dalam bentuk buku. Hal itu sudah sepantasnyalah menjadi agenda bagi pihak yang peduli terhadap tradisi esai sastra Indonesia sehingga dapat menindaklajutinya dengan penerbitan esai mereka ke dalam bentuk buku.

Budaya Jaya magazine represent the magazine of public culture published in monthly by Council of Artistry Jakarta (Dewar Kesenian Jakarta) since year 1968 till year 1979. Whether magazine and also the artistry council stand up blessing of culture wisdom from Governor Jakarta at that moment that is Ali Sadikin. Composition in type essay has separate rubric and as according to Budaya Jaya mission, essay loaded very immeasurable: dance, music, theatre, and cultural or artistic in general. However, article in the form of literary essay is very often emerging in its derivative. On that account, problem which will be expressed in this research is hit the picture of essay of Indonesian literary , especially which is concerning essayist, object essay, and tendency of context essay which written in Budaya Jaya.
Source of research data is all Budaya Jaya magazine which have been published since year 1968 till 1979, that is 134 edition which in it there are article of essay of Indonesian literary as much 73 title. Researches exploit the theory framework opened by Donald Keesey in book of Context for Criticism. Keesey is true not study the essay peculiarly, but at literary criticism. There are some reasons of framework of theory Keesey used in this research. The first, criticize and literary essay own the very hand in glove relation because both representing response to belles-lettres. Second, in tradition of Indonesian literary , as according to opinion HB.
Jassin, criticize the literature represent the part of literary essay. According to Keesey, scheme can assist us in defining, analyzing, and comparing immeasurable context as according to interpretation essayist at the time of writing literary essay. Pursuant to scheme Keesey, we can group five tendency of literary essay, as according to context becoming its orientation, that is author context, reader/audience context, reality context, context of itself work, and other literature context.
Pursuant to analysis got by fact that literary essay which is there are in Budaya Jaya (1968-1979) immeasurable if evaluated from aspect essayist, object essay, and tendency of its context literary essay. All essayists of most have birth among year 1930-1940's, meaning they have age to about 30-40's annual. Mostly have gender of man and there are also some essayist who has foreign civic too.
All essayists literature in Budaya Jaya still look the background of profession of journalism or journalistic, but additionally profession is teacher or lecturer in college. Others, most essayists are poet and very productive write like Subagio Sastrowardojo. Poets of all essayists have an effect on to essay that they write, so that most have object to poem also (34 title). Essays interest not yet looked away at glamour of poems Chairil Anwar, though they have started to pay attention to the next generation of Chairil Anwar, that is poems Sutardji Calzoum Bachri. In genre of prose and drama, there are some masterpiece becoming their attention focus that is novel of Ziarah of masterpiece of Iwan Simatupang and drama of Kapai-Kapai of masterpiece Arifin C. Noer. In essay of concerning theoretical criticism, visible also that analytic method and method ganzheit still become this topic of solution, like seen in article of Achdiat Kartamihardja and Arief Budiman. If we hook correlate with the magazine function as information media, hence phenomenon all this can show the "literature current" expanding around year-end 60's up to final 70's.
From analysis, knowable also that which is a lot of writes is an essay, which is in a mood for context of itself belles-lettres and reality context This matter can indicate that all essayists in interested by Budaya Jaya its attention at belles-lettres, its formal structure and also substance or content contained.
Interested to formal element of literature is also seen practical from the aspect of elements cause that's visible before very eyes essayist as intrinsic element, which always accompany the belles-lettres. Meanwhile, their interest at facet of reality or fact because the number of belles-lettres assumed minor the capturer reality its author. Such reality, seems earn be under arrest also by all chummy essayists mostly world poets.
This research have showed some aspect essay which is there are in Budaya Jaya magazine than its maiden derivative (1968) till last derivative (1979). During more or less that eleven year, Budaya Jaya has loaded 73 essay of Indonesian literary writes by 36 essayists. If we evaluate the magazine from context nowadays, hence Budaya Jaya have come to our past during more or less 25 year. We even also nowadays can see that there is among essayists like Subagio Sastrowardojo, Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko Damono, Dami N. Toda, and Umar Junus collected those essays into book form. However, there are also some essayists like Abdul Hadi W.M., Popo Iskandar, and Satyagraha Hoerip, which productive to seem yield the essay at magazine, but not yet collected it in the form of book. That matter has proper become the agenda for party, which cares about to tradition of essay of Indonesian literary so that earn to follow-up with their publication essay into book form.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T11238
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Lestari
"ABSTRAK
In this last decade, a closed cooperation of rural development Saemaul Undong between South Korea and Vietnam has been formed. Saemaul Undong is a success model of South Koreas rural development. Along with it, question related to the possibility of adopting Saemaul Undong by developing countries arises. With this regard, this research attempts to explain the reasons why this cooperation has been formed. By using concept
of cooperation, this research tries to observe the existence of goals and benefits in Saemaul Undong cooperation between South Korea and Vietnam. Result of this research affirmed that goals and benefits spurred Saemaul Undong cooperation between both parties. South Korea aimed to internationalized its Saemaul Undong, while Vietnam aimed to attain the success of rural development. In this context, South Korea
was able to provide funding, experience, and knowledge in mobilizing rural peoples participation, while Vietnam was able to justify the possibility of adopting SU by developing countries. Finally, this research showed that cooperation can not be separated from goals and benefits of parties."
Depok: Departemen Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
320 UI-GLOBAL 18:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Pontianak: Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Pontianak, 2018
300 JSB
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Luh Suryatni Harthayasa
"Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dapat merupakan lembaga pendidikan informal yang menampilkan berbagai bentuk peragaan tentang Indonesia. Meskipun demikian sampai seberapa jauh kegiatan dan penyelenggaraannya memperoleh tanggapan dari para pengunjung. Penelitian ini bertujuan: (1) menganalisis perwujudan TMII sebagai lembaga pendidikan informal (2) menganalisis berbagai peragaan yang dilaksanakan oleh TMII melalui anjungan-anjungan daerah (3) menganalisis efektivitas kegiatan dan cara-cara penyelenggaraannya (4) menilai tanggapan masyarakat pengunjung terhadap berbagai hal yang ditampilkan oleh TMII melalui anjungan-anjungan daerah. Metoda yang digunakan ialah metoda deskriptif analisis dengan data kualitatif dan kuantitatif.
Data yang digunakan ialah data primer dan data sekunder. Obyek observasi antara lain: (1) Kualitas dan kuantitas misi dan kegiatan TMII melalui anjungan-anjungan daerah (2) Kualitas dan kuantitas hambatan dari pengelola obyek wisata budaya TMII (3) Kualitas kondisi Astagatra sebagai ketahanan budaya secara integral, holistik dan sistemik merupakan ketahanan nasional.
Hasil penelitian menunjukkan: (1) perwujudan TMII sebagai lembaga pendidikan informal adanya perubahan prilaku individu atau masyarakat yang diakibatkan terjadinya proses interaksi informasi tanpa adanya pengaturan tertentu dan sering dilakukan tanpa sadar mencapai tujuan tertentu. Dalam merealisasikan proses tersebut diperlukan berbagai cara dari TMII dalam mengemas potensi yang ada sehingga dapat menarik masyarakat untuk berrekreasi. 2) Berbagai bentuk peragaan yang ditampillcan melalui anjungan-anjungan daerah pada umumnya sama baik yang bersifat statik maupun yang bersifat dinamis. Tetapi dalam melaksanakan aktivitasnya sangat bervariasi. (3) Efektivitas kegiatan dan cara-cara penyelenggaraannya pada umumnya sama antar anjungan daerah baik berupa pameran pertunjukan maupun pendidikan dan latihan, begitu pula dengan cara penyelenggaraannya baik secara mingguan atau bulanan, khusus dan insidentil, tetapi yang menjadi perbedaan adalah kualitas dan kuantitasnya. Disisi lain masing-masing Pemerintah Daerah mempunyai kemampuan yang berbeda sehingga dalam perkembangannya kurang baik yang dapat menimbulkan kecemburuan antar anjungan. (4) Tanggapan masyarakat pengunjung terhadap berbagai hal yang ditampilkan oleh TMII melalui anjungan-anjungan daerah secara bersama antara gatra geografi, gatra budaya dan gatra ekonomi sebesar 70% sedangkan 30% lagi dipengaruhi oleh faktor lain.
Pemeriksaan secara statistik untuk koefisien-koefisien ini sangat signifikan dengan uji statistik t, pengembangan dan pelestarian obyek wisata budaya TMII disarankan antara lain: (1) Keberadaan obyek wisata budaya TMII berpotensi untuk saling mengerti dan memahami perbedaan yang ada diharapkan partisipasi dan proaktif dari masyarakat luas dan khusus kepada pengelola TMII dalam melaksanakan misinya perlu ditingkatkan sesuai dengan dinamika masyarakat. (2) Perkembangan pembangunan obyek wisata budaya TMII hams memperhatikan ciri khas daerah dan tidak merusak sendi-sendi kehidupan masyarakat maupun obyek wisata yang sudah ada. (3) Untuk lebih dikenal oleh masyarakat luas promosi perlu ditingkatkan dan khusus bagi anjungan daerah lebih banyak menampilkan pertunjukan atau pagelaran yang bemuansa budaya daerah. (4) Kontribusi TMII sebagai obyek wisata budaya dalam membina sating pengertian di dalam masyarakat majemuk Indonesia cukup positip sehingga dapat mempengaruhi wawasan nusantara dan ketahanan nasional, perkembangan lebih lanjut perlu diantisipasi budaya global yang berdampak negatif."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T2472
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Amalia Hanifah
"Penelitian ini menjabarkan gambaran seorang perempuan keturunan imigran Turki yang terbelenggu oleh budaya Turki tradisional yang dianut keluarganya dalam novel Ein Schnelles Leben Karya Zoë Jenny. Ayse sebagai tokoh utama dalam novel mengalami tekanan yang berasal dari keluarga imigran Turki yang memiliki habitus budaya pingit kepada perempuan. Habitus budaya pingit yang dimaksud merujuk pada pola kehidupan keluarganya yang terus mengatur dan membelenggu anggota keluarga perempuannya. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif yang berfokus pada analisis data dengan menggunakan serta mencari informasi-informasi dari jurnal, buku, artikel dan literatur-literatur lainnya yang sesuai dengan topik pembahasan. Hal yang menjadi fokus utama dalam penelitian adalah bagaimana bentuk habitus budaya pingit dialami oleh perempuan keturunan imigran Turki dan upaya tokoh utama keluar dari kungkungan keluarganya. Penjabaran kisah yang tertuang pada novel ini didukung oleh teori Pierre Bourdieu mengenai habitus dan ruang sosial. Hasilnya adalah tokoh utama yang mengalami tekanan karena hidup sebagai perempuan keturunan imigran Turki yang dipingit akhirnya bisa menemukan keberanian untuk menentukan pilihan di hidupnya sendiri.

This study lays out the image of a woman of Turkish immigrant descent who is shackled by the traditional Turkish culture her family adheres to in Zoë Jenny's Ein Schnelles Leben novel. Ayse as the main character in the novel experiences pressure that comes from a family of Turkish immigrants who have a pingit culture to women. The pingit culture in question refers to the pattern of life of her family who continues to control and shackle female family members. In this study, the author use qualitative method, that focuses on data analysis from journals, books, articles, and other literature that is relevant with the topic of discussion. The main focus of the study is how pingit culture is experienced by women of Turkish immigrant and the efforts of the main character to get out of the confines of his family. The description of the story contained in this novel is supported by Pierre Bourdieu's theory of habitus and social space. The result is that the main character who is under pressure from living as a shackled woman of Turkish immigrant can finally find the courage to make choices of her own."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Topik penelitian ini mengangkat tentang Survivalitas Masyarakat Adat terhadap Intervensi Negara : Studi di kampung Kuta, Ciamis. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa peran mereka dalam mengelola pemerintahan asli (pemerintahan adat) dapat disederhanakan dalam peran mengatur, melayani dan memberdayakan masyarakatnya.
Peran-peran tersebut diantaranya pengaturan pendirian rumah, penentuan mata pencaharian, pembatasan ekplorasi hasil alam, penyelesaian konflik. Dalam bidang pemberdayaan, pemimpin adat Kuta berupaya menstimulan generasi penerus kehidupan
adat mereka, ketangkasan atau kegagahan, kemampuan seni. Di bidang pelayanan pemimpin adat berperan dalam menjaga kesehatan warganya, fasilitator dalam berbagai ritual adat, pelayanan lainnya dalam berbagai lini kehidupan. Keseluruhan peran yang
terbentuk ini menjadikan mereka sebagai pemimpin yang kredibel dan responsif, disegani dan memiliki kharisma tersendiri yang membedakannya dengan masyarakat adat biasa. Hal tersebut secara tidak langsung melahirkan masyarakat yang sejahtera
(welfare community) dengan tercukupinya segala kebutuhan. "
320 JIPP 1:1 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
I Kadek Agus Sujiro Putra
"ABSTRACT
I Nyoman Cerita adalah seniman sekaligus akademisi seni pertunjukan khususnya seni tari di Bali yang berasal dari Banjar Sengguan, Desa Singapadu, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar Bali. Beliau telah mampu membangun sebuah upaya pengembangan kesenian khususnya tari di Bali. Berbagai karya-karya yang hingga kini telah memberikan catatan penting terhadap perkembangan sent tari, I Nyoman Cerita mampu menciptakan karya tari dengan cara Nyeraki. Istilah Nyeraki
yaitu serba ada atau serba bisa. Kemampuan Nyeraki yang dimaksud disini adalah kemampuan Nyoman Cerita yang dapat menyelesaikan segalanya dengan kemampuan yang serba bisa. Nyoman Cerita mampu menciptakan tabuh (musik iringan tari), mampu menciptakan gerak tari, serta mampu menciptakan konsep kostum. Kemampuan Nyeraki sangat jarang dimiliki oleh seniman tari pada umumnya
Tujuan dari penelitian ini menghasilkan sebuah karya tulis tentang tokoh I Nyoman Cerita seniman tari asal Gianyar, menghasilkan karya tulis yang mampu digunakan sebagai informasi tentang tokoh inovatif dalam mencipta tari Bali, ada tiga pokok permasalahan yang akan dikaji yaitu bagaimanakah latar belakang kehidupan I Nyoman Cerita, bagaimanakah proses kreatif I Nyoman cerita sebagai tokoh inovatif dalam mencipta Tari Bali, bagaimanakah kontribusi karya I Nyoman Cerita dalam perkembangan seni tari di Bali? teori yang digunakan untuk membedah ketiga Iatar belakang tersebut yaitu: teori biograifi, teori motivasi,teori Estetika.
Inovatif karya I Nyoman Cerita yaitu beliau mampu memunculkan ide-ide bar seperti pengolahan properti tari yang digunakan dalam berbagai fungsi. Sebagai contohnya adalah properti pajeng dapat di fungsikan sebagai tombak, roda kereta, dan simbol awan, sedangkan properti kipas dapat digunakan sebagai gada dan kereta kencana kontribusi karya-karya Tari Bali beliu menjadi bahan ajar di sanggar dan sebagai sajian seni pertunjukan pariwisata."
Denpasar: Institut Seni Indonesia Denpasar, 2017
700 KJSP 3:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>