Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 96615 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Annisa Zahra
"Penggunaan antioksidan diperlukan untuk mencegah penurunan kualitas minyak. Substitusi basa Mannich, seperti pirolidin, dapat meningkatkan aktivitas antioksidan suatu senyawa. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas senyawa Asam 4-Hidroksi-3-metoksi-5[(pirolidin-1-il)metil]benzoat dengan Ter-Butil Hidroksi Quinon (TBHQ) pada stabilitas oksidatif minyak kelapa. Aktivitas antioksidan Asam 4-Hidroksi-3-metoksi-5[(pirolidin-1-il)metil]benzoat dan TBHQ dibandingkan dengan metode DPPH. Efektivitas Asam 4-Hidroksi-3-metoksi-5[(pirolidin-1-il)metil]benzoat pada konsentrasi 200, 275, dan 350 ppm diuji terhadap stabilitas oksidatif minyak kelapa. TBHQ dengan konsentrasi 200 ppm digunakan sebagai pembanding. Stabilitas oksidatif termal dilakukan dengan pemanasan 180 °C selama 1, 3, dan 6 jam sedangkan stabilitas oksidatif penyimpanan dilakukan dengan pemanasan 60 °C selama 5 minggu. Parameter yang diuji adalah kadar asam lemak bebas, bilangan peroksida, bilangan p-anisidin, dan bilangan asam tiobarbiturat. Aktivitas antioksidan Asam 4-Hidroksi-3-metoksi-5[(pirolidin-1-il)metil]benzoat 1,75 kali lebih rendah dari TBHQ. Pada analisis asam lemak bebas stabilitas oksidatif termal, Asam 4-Hidroksi-3-metoksi-5[(pirolidin-1-il)metil]benzoat 350 ppm dan TBHQ tidak mengalami perubahan kadar namun pada parameter lainnya, senyawa Asam 4-Hidroksi-3-metoksi-5[(pirolidin-1-il)metil]benzoat tidak memberikan hasil lebih baik dibandingkan dengan TBHQ. Pada parameter analisis oksidatif penyimpanan selama 5 minggu diperoleh hasil senyawa Asam 4-Hidroksi-3-metoksi-5[(pirolidin-1-il)metil]benzoat tidak menjaga stabilitas oksidatif lebih baik dibandingkan dengan TBHQ. Sehingga, efektivitas senyawa Asam 4-Hidroksi-3-metoksi-5[(pirolidin-1-il)metil]benzoat dalam stabilitas oksidatif minyak kelapa tidak seefektif TBHQ pada parameter uji yang dilakukan.

Antioxidant is needed to prevent a decrease in oil quality. Substitution of Mannich base, such as pyrrolidine, could enhance antioxidant activity of compounds. This study aims to compare effectivity of 4-Hydroxy-3-methoxy-5[(pyrrolidin-1-yl)methyl]benzoic Acid with t-Butyl Hydroxy Quinone (TBHQ) on coconut oil oxidative stability. Antioxidant activity of 4-Hydroxy-3-methoxy-5[(pyrrolidin-1-yl)methyl]benzoic Acid and TBHQ was compared with DPPH method. Effectivity of 4-Hydroxy-3-methoxy-5[(pyrrolidin-1-yl)methyl]benzoic Acid in concentration of 200, 275, and 350 ppm were tested in oxidative stability of coconut oil. TBHQ with concentration 200 ppm was used as compared sample. Thermal oxidative stability was tested at 180 °C for 1, 3, and 6 hours while storage oxidative stability was tested at 60 °C for 5 weeks. Parameters tested were free fatty acid, peroxide value, p-anisidine value, and thiobarbituric acid value. 4-Hydroxy-3-methoxy-5[(pyrrolidin-1-yl)methyl]benzoic Acid has antioxidant activity 1.75 times lower than TBHQ. On analysis of free fatty acid in thermal stability, 4-Hydroxy-3-methoxy-5[(pyrrolidin-1-yl)methyl]benzoic Acid 350 ppm and TBHQ did not get any changes, but on other parameters, 4-Hydroxy-3-methoxy-5[(pyrrolidin-1-yl)methyl]benzoic Acid was not as good as TBHQ. In storage oxidative stability for 5 weeks, TBHQ was also better in keeping oil stability. In conclusion, effectivity of 4-Hydroxy-3-methoxy-5[(pyrrolidin-1-yl)methyl]benzoic Acid in coconut oil oxidative stability is not as effective as TBHQ."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hidayatul Lutfika
"Ketengikan adalah masalah yang sering ditemukan pada minyak. Antioksidan digunakan untuk mencegah tengik pada minyak akibat oksidasi. Dalam studi ini, studi perbandingan efek 2-metoksi-4,6-di [(morfolin-4-yl) metil] fenol dengan ter-butil hidroksi kuinon (TBHQ) pada stabilitas oksidatif minyak kelapa dilakukan . Uji stabilitas oksidatif termal dilakukan pada suhu 180oC selama 1, 3, dan 6 jam, sedangkan uji stabilitas oksidatif penyimpanan dilakukan pada suhu 60oC selama 5 minggu. Konsentrasi fenol 2-metoksi-4,6-di [(morfolin-4-yl)] yang digunakan adalah 200, 350 dan 500 ppm sedangkan TBHQ adalah 200 ppm. Konsentrasi ini dipilih berdasarkan nilai IC50 yang diperoleh dari aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH. Hasil tes DPPH menunjukkan aktivitas antioksidan fenol 2-metoksi-4,6-di [(morpholine-4-yl)] 2,5 kali lebih rendah dari TBHQ. Tingkat asam lemak bebas, nilai peroksida, nilai asam tiobarbiturat, dan nilai p-anisidin digunakan sebagai parameter untuk menilai tingkat stabilitas oksidatif minyak kelapa. Hasil nilai asam tiobarbiturat berfluktuasi dan tidak dapat dipercaya untuk menarik kesimpulan. Berdasarkan hasil tingkat asam lemak bebas, nilai peroksida, dan nilai p-Anisidin, 2-metoksi-4,6-di [(morpholine-4-yl) metil] fenol tidak menunjukkan efek yang lebih baik dalam menjaga stabilitas oksidatif dari minyak kelapa dibandingkan dengan senyawa TBHQ.

Rancidity is a problem that is often found in oil. Antioxidants are used to prevent rancidity in oil due to oxidation. In this study, a comparative study of the effect of 2-methoxy-4,6-di [(morpholine-4-yl) methyl] phenol with ter-butyl hydroxy quinone (TBHQ) on the oxidative stability of coconut oil was carried out. The thermal oxidative stability test was carried out at 180oC for 1, 3, and 6 hours, while the oxidative stability test was carried out at 60oC for 5 weeks. The concentration of phenol 2-methoxy-4,6-di [(morpholine-4-yl)] used was 200, 350 and 500 ppm while TBHQ was 200 ppm. This concentration was chosen based on IC50 values ​​obtained from antioxidant activity using the DPPH method. DPPH test results showed the antioxidant activity of phenol 2-methoxy-4,6-di [(morpholine-4-yl)] 2.5 times lower than TBHQ. Free fatty acid level, peroxide value, thiobarbituric acid value, and p-anisidin value were used as parameters to assess the level of oxidative stability of coconut oil. The results of thiobarbituric acid values ​​fluctuate and cannot be trusted to draw conclusions. Based on the results of free fatty acid levels, peroxide value, and the value of p-Anisidin, 2-methoxy-4,6-di [(morpholine-4-yl) methyl] phenol showed no better effect in maintaining the oxidative stability of coconut oil than with TBHQ compounds.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sriwahyuni Madya Sakti
"Pada penelitian ini dilakukan sintesis senyawa ester sukrosa asam lemak hasil hidrolisis minyak kelapa maupun asam laurat secara enzimatik menggunakan lipase Candida rugosa bebas dalam pelarut n-heksana. Optimasi reaksi dilakukan dengan menggunakan variasi perbandingan mol antara sukrosa dengan asam lemak 1:0,2; 1:0,4; 1:0,6; dan 1:0,8 mol. Ester sukrosa asam lemak yang dihasilkan dikharakterisasi menggunakan FT-IR. Hasil analisis FT-IR menunjukkan adanya puncak serapan gugus C=O ester pada bilangan gelombang 1739 cm-1 pada ester sukrosa asam lemak hasil hidrolisis minyak kelapa dan 1733 cm-1 ester sukrosa asam laurat. Pada penelitian ini, dilakukan uji antimikroba terhadap ester sukrosa asam lemak hasil hidrolisis minyak kelapa maupun asam laurat dengan menggunakan metode kertas cakram untuk melihat apakah ester sukrosa yang disintesis dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Mikroba uji yang digunakan adalah Erchericia coli dan Staphiloccocus aureus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ester sukrosa asam lemak hasil hidrolisis maupun ester sukrosa laurat menunjukkan aktivitas antimikroba tehadap Staphylococcus aureus. Sedangkan pengujian terhadap bakteri Eschericia coli tidak menunjukan adanya aktivitas penghambatan. Pada kedua ester sukrosa yang diuji untuk semua variasi perbandingan mol memiliki daya hambat dan memiliki potensi sebagai antimikroba. Didapatkan kondisi optimum dari pengujian uji antimikroba pada kedua ester untuk variasi mol 1:0,2 dengan hasil 12 mm untuk ester sukrosa asam lemak hasil hidrolisis minyak kelapa dan 13 mm untuk ester sukrosa asam laurat.

In this research, synthesis of sucrose ester hydrolized coconut oil fatty acid and lauric acid was conducted enzymatically using Candida rugosa free lipase in n hexane solvent. The mol ratio between sucrose and fatty acids were varied for optimization on 1 0.2 1 0.4 1 0.6 and 1 0.8 moles. Sucrose esters of fatty acids were characterized using FT IR. The results of FT IR analysis showed absorption peak that were related to the stretching of C O ester group at 1739 cm 1 for sucrose ester hydrolized coconut oil fatty acid and at 1733 cm 1 for sucrose ester of lauric acid. Furthermore, the antimicrobial activity of sucrose ester hydrolized coconut oil fatty acid and lauric acid were tested using paper disc method to see whether synthesized sucrose esters could inhibit the growth of microbes. Microbes used are Erchericia coli and Staphiloccocus aureus.
The results showed that sucrose esters of fatty acid and ester hydrolysis of sucrose lauric show antimicrobial activity against Staphylococcus aureus, while the test against Escherichia coli showed no inhibitory activity. In both sucrose esters tested for all variations of mole ratios have inhibitory and has potential as an antimicrobial. Optimum conditions of antimicrobial activity test for both esters was obtained for ratio mole ester 1 0.2 with 12 mm results for the sucrose fatty acid ester hydrolysis of coconut oil and 13 mm for the sucrose ester of lauric acid.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S66425
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panjaitan, Mery Kristina
"Zat warna azo merupakan salah satu jenis zat warna yang sering digunakan sebagai pewarna kain pada industri tekstil. Untuk itu perlu dikembangkan teknik-teknik pambuatan zat warna azo yang dapat menghasilkan zat warna yang bermutu tinggi. Pada penelitian kali ini dilakukan sintesis zat warna azo dari beberapa senyawa aromatik seperti N,N dimetilanilin, fenol, toluen dan asam benzoat dengan variasi konsentrasi. Proses pembuatan zat warna azo ini dibagi dalam dua tahap reaksi yaitu reaksi pembentukkan garam diazonium yang dilakukan pada suhu < 5°C untuk menghindari lepasnya gugus diazo (-N=N-), kemudian reaksi dilanjutkan dengan penambahan senyawa-senyawa aromatik tersebut ke dalam larutan garam diazonium yang akan menghasilkan zat warna azo. Dari hasil sintesis didapatkan senyawa aromatik yang lebih mudah membentuk zat warna azo adalah N,N dimetilanilin, kemudian dilanjutkan dengan fenol dan toluen. Sedangkan asam benzoat tidak bereaksi dengan garam diazonium. Hasil pengukuran spektrum serapan infra merah menunjukkan adanya peak pada bilangan gelombang 1575 cm-1 sampai 1630 cm-1 yang merupakan bilangan gelombang untuk gugus azo (-N=N-), Sedangkan pengukuran spektrum serapan UV-Vis menghasilkan variasi panjang gelombang maksimum yaitu untuk N,N dimetilanilin pada 473,4 nm; pada fenol 356,8 nm; pada toluen 302 nm dan asam benzoat pada 270,5 nm."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indri Kusumawati
"ABSTRAK
Panadol® Syrup merupakan sediaan obat berbentuk sirup yang diberikan secara oral
kepada anak-anak yang berumur 1-12 tahun dan diberikan sesuai dengan dosisnya. Panadol®
Syrup untuk anak-anak yang diperuntukan menyembuhkan demam, sakit kepala, sakit tumbuh
gigi, sakit gigi, dan gejala flu dan cold. Panadol® Syrup merupakan obat analgesik-antipiretik
yang mengandung parasetamol sebagai bahan aktifnya, asam benzoat dan kalium sorbat sebagai
bahan pengawetnya. Pengontrolan mutu Panadol® Syrup dilakukan analisis rutin penetapan
kadar bahan pengawet yaitu asam benzoat dan kalium sorbat sehingga produk tersebut dapat
diketahui kualitas berdasarkan kesesuaiannya terhadap spesifikasi yang telah ditentukan oleh
GlaxoSmithKline. Dari percobaan yang telah dilakukan terhadap Panadol® Syrup dengan
menganalisis empat batch produk Panadol® Syrup diperoleh kadar asam benzoat masing-masing
sebesar 3,003 mg/mL, 2,995 mg/mL, 2,998 mg/mL, 3,005 mg/mL dan kadar kalium sorbat
masing-masing sebesar 0.995 mg/mL, 1,008 mg/mL, 0,998 mg/mL, 1,001 mg/mL. Hasil yang diperoleh tersebut sesuai spesifikasi yang telah ditetapkan oleh GlaxoSmithKline, yaitu 2.40 -
3.30 mg/mL untuk asam benzoat dan 0.80 - 1.10 mg/mL untuk kalium sorbat."
2009
TA1331
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Khafsah Sangadah
"Sintesis senyawa ester gliserol laurat dan ester gliserol asam lemak hasil hidrolisis minyak kelapa dilakukan dengan reaksi esterifikasi menggunakan lipase Candida rugosa dan pelarut n-heksana. Optimasi reaksi dilakukan dengan menggunakan variasi perbandingan mol antara asam lemak dengan gliserol 1:1; 1:2; 1:3; dan 1:4 mol. Didapatkan persen konversi tertinggi 61 untuk ester gliserol laurat dan 55 untuk ester gliserol asam lemak hasil hidrolsis pada perbandingan mol 1: 4. Identifikasi produk menggunakan instrumen FT-IR Fourir Transform-Infra Red menunjukkan adanya puncak serapan C=O ester pada bilangan gelombang 1748 cm-1 untuk ester gliserol laurat maupun ester gliserol asam lemak hasil hidrolisis.
Selanjutnya pada uji aktivitas sebagai emulsifier, kedua jenis ester memiliki aktivitas sebagai emulsifier dengan tipe emulsi air dalam minyak. Uji aktivitas antimikroba menunjukkan bahwa ester gliserol laurat membunyai aktivitas yang kuat untuk Propionibacterium acne dan Staphylococcus epidermidis pada konsentrasi 75. Sedangkan untuk ester gliserol asam lemak, menghasilkan aktivitas yang sedang pada konsentrasi 75 terhadap Propionibacterium acne dan pada konsentrasi yang sama menghasilkan aktivitas yang lemah terhadap Staphylococcus epidermidis.

Synthesis of glycerol ester hydrolized coconut oil fatty acid and lauric acid was conducted enzymatically using Candida rugosa lipase in n hexane solvent. The optimization of the reaction was carried out by using a mole ratio variation between fatty acids and glycerol, 1 1 1 2 1 3 and 1 4 mole mole . The highest percent conversion percentage is 61 for glycerol ester of lauric acid and 55 for glycerol ester fatty acid of hydrolyzed coconut oil in 1 4 mole ratio. The product identification using FT IR Fourier Transform Infra Red instrument shows the absorption peak C O ester at wave number 1748 cm 1 for both glycerol ester of lauric acid and fatty acid hydrolyzed coconut oil.
Furthermore, in the activity test as the emulsifier, both types of ester have activity as emulsifiers with water in oil emulsion type. Ester glycerol laurate against bacteria Propionibacterium acne and Staphylococcus epidermidis has strong activity at concentrations of 75 . For fatty acid glycerol esters of hydrolysis, medium category was produced on Proponibacterium acne at 75 concentration. And at the same concentration, resulting in weak antimicrobial activity against Staphylococcus epidermidis.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S69922
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suci Fazar Indah
"Virgin Coconut Oil (VCO) adalah produk turunan kelapa berupa minyak kelapa mumi memiliki keunggulan kadar asam laurat yang tinggi serta diproses tanpa menggunakan panas. Produk ini memiliki nilai tambah yang sangat menunjang perkembangan industri kelapa nasional. Proses pembuatan VCO secara sederhana dilakukan dengan beberapa cara, antara lain enzimasi, ekstraksi, dan pengadukan. Pada penelitian ini, dibuat VCO dengan dua cara yaitu dengan metode pengadukan dengan alat pengaduk gantung elektrik dengan kecepatan putar 1000, 1300, dan 1500 rpm dan juga dengan metode enzimasi yang menggunakan crude enzim bromelin dari sari buah nanas.
Kedua metode ini dibandingkan untuk mendapatkan metode yang terbaik dari keduanya. Pengadukan dilakukan untuk memecah emuisi kanil, dengan cara mekanisasi. Energi dari pengadukan memecah globula-globula emuisi sehingga terbentuk tiga fasa yaitu minyak, air dan kanil. Penggunaan sari buah nanas yang mengandung crude enzim bromelin sebagai katalisator, dapat membantu reaksi biokimia, yaitu dalam reaksi pemecahan globula kanil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pengadukan dengan kecepatan putar 1300 rpm lebih baik dari pada metode enzimasi, dengan hasil yang dicapai sebanyak 16,33 ml/100 gram kelapa parut atau 455 ml kanil dan kadar asam laurat mencapai 39,12% terhadap keseluruhan asam lemak dalam VCO."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49498
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1992
S27964
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Ananda
"Andrografolid merupakan senyawa bahan alam dari Andrographis paniculata (Burm. F) Ness yang menunjukkan aktivitas antivirus. Andrografolid memiliki kelarutan air yang buruk dan bioavailabilitas yang rendah, sehingga dapat membatasi distribusi dan akumulasi dalam tubuh setelah pemberian. Nanoemulsi merupakan sistem dispersi berupa emulsi yang dapat meningkatkan kelarutan obat yang sukar larut dalam air. Nanoemulsi memiliki stabilitas jangka panjang dan kemampuan penetrasi yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan nanoemulsi dengan bahan aktif andrografolid menggunakan minyak kelapa sawit dan Medium Chain Triglyceride (MCT) coconut oil sebagai fase minyak yang ditujukan untuk rute parenteral sehingga dapat langsung menuju ke sistemik. Nanoemulsi dibuat dengan memvariasikan konsentrasi lesitin yang digunakan yaitu 1%, 1,5%, dan 3%. Metode pembuatan dengan ultrasonikasi kemudian dilakukan evaluasi stabilitas fisik selama 12 minggu penyimpanan pada suhu ruang (30 ± 2°C), suhu rendah (5 ± 2°C), dan suhu tinggi (40 ± 2°C). Hasil uji morfologi nanoemulsi yang diamati dengan transmission electron microscope memiliki bentuk yang sferis. Nilai ukuran globul yang dihasilkan 452,3±8,17 nm dengan indeks polidispersitas 0,129±0,01.  Hasil uji sentrifugasi pada 3800 rpm selama 30 menit dan cycling test selama 12 hari menunjukkan sediaan yang stabil dan tidak terdapat pemisahan fase. Hasil pengujian kadar diperoleh sebesar 98,91%. Penelitian ini menunjukkan bahwa sediaan nanoemulsi andrografolid dengan konsentrasi lesitin 3% memiliki kestabilitan fisik yang baik selama 12 minggu penyimpanan.

Andrographolide is a natural compound from Andrographis paniculata (Burm. F) Ness which exhibits antiviral activity. Andrographolide has poor water solubility and low bioavailability, so it can limit the distribution and accumulation in the body after administration. Nanoemulsion is a dispersion system in the form of an emulsion that can increase the solubility of drugs that are less soluble in water. Nanoemulsion has long-term stability and good penetration ability. This study aims to formulate a nanoemulsion with the active pharmaceutical ingredient andrographolide using palm oil and Medium Chain Triglyceride (MCT) coconut oil as the oil phase intended for the parenteral route so that it can enter to the blood circulation directly. Nanoemulsions were made by varying the concentration of lecithin used, namely 1%, 1.5%, and 3%. Nanoemulsion were made using the ultrasonication method and then studied for physical stability for 12 weeks of storage at room temperature (30 ± 2°C), low temperature (5 ± 2°C), and high temperature (40 ± 2°C). The nanoemulsion as observed under transmission electron microscope were found to be spherical in shape. The resulted of globule size value was 452.3±8.17 nm with a polydispersity index of 0.129±0.01. Centrifugation test at 3800 rpm for 30 minutes and the cycling test for 12 days showed that the preparation was stable and there was no phase separation. The result of the drug content determination was 98.91%. This study showed that the andrographolide nanoemulsion preparation with 3% lecithin concentration had good physical stability for 12 weeks of storage."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>