Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 98870 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Jeihan Farensyah
"Tulisan ini membahas praktik collaborationnisme yang terjadi di Prancis pada Perang Dunia II. Praktik tersebut dijalankan oleh kelompok-kelompok Prancis yang bekerja sama dengan Nazi Jerman pada periode Occupation 1940-1944. Tujuannya adalah untuk melihat sejarah pembentukan, aktor, dan kiprahnya. Metode yang dipakai adalah kualitatif melalui pemaparan deskriptif dengan menggunakan data-data kepustakaan. Penelitian menunjukkan bahwa collaborationnisme dilakukan dalam dua tingkat : politik dan militer. Politik kolaborasi dilakukan oleh para tokoh berhaluan kiri, namun selama Perang Dunia II berlangsung, mereka bergeser ke kanan ekstrem. Selain itu ditemukan pula bahwa mereka tidak bersandar sepenuhnya pada gagasan rasis dan antisemitis, sebagaimana hal tersebut menjadi haluan yang digariskan Nazi Jerman. Pada praktiknya mereka menjadikan gagasan antikapitalis dan antikomunis sebagai titik temu dan mendukung antisemitisme untuk meraup dukungan. Gagasan dan ambisi pribadi juga merupakan faktor pendorong pergeseran haluan tersebut.

This paper discusses collaborative practices that occurred in France during World War II. Those practices were carried out by French groups working alongside Nazi Germany in the Occupation period of 1940-1944. The focus is to describe the foundation, actors, and their involvement. The method used is qualitative with descriptive elaboration using bibliographical sources. The study shows that collaborationnisme is practiced within two levels : political and military. The politics of collaboration was carried out by left-leaning figures, but during World War II, they shifted to the extreme right. It also is found that they did not rely entirely on racist and antisemitic ideas, as this became the direction outlined by Nazi Germany. In practice, they make anticapitalist and anticommunist ideas a meeting point and support antisemitism to gain support. Personal ideas and ambitions are also factors driving this turnaround."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Andrian Rizky Moranta
"ABSTRAK
Serangan Jepang terhadap Pearl Harbor menandai pecahnya Perang Dunia Kedua di wilayah Asia Pasifik. Setelah Pertempuran Midway, Sekutu yang unggul atas Jepang yang semakin defensif terus maju ke wilayah utama Jepang dan mulai melaksanakan pengeboman terhadap seluruh wilayah utama Jepang. Pengeboman ini dikenal juga dengan sebutan Nihon Hondo Kuushuu atau Pengeboman Kepulauan Utama Jepang. Total 180 kota di seluruh Jepang dipilih menjadi target pengeboman oleh Sekutu termasuk wilayah Prefektur Shizuoka yang di dalamnya terdapat beberapa kota seperti Kota Shizuoka, Shimizu dan Hamamatsu. Pengeboman terhadap wilayah Shizuoka ini dikenal juga dengan sebutan Shizuoka Kuushuu atau Pengeboman Shizuoka dan dilakukan setelah mempertimbangkan target-target yang ada. Melalui data yang dikumpulkan dari catatan United States Strategic Bombing Survey, penelitian ini membahas proses jalannya pengeboman oleh Sekutu serta dampak setelah pengeboman terhadap wilayah Shizuoka khususnya di Kota Shizuoka, Kota Shimizu dan Kota Hamamatsu."
2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Restu Jandrio
"Artikel ini bertujuan untuk merekonstruksi pertempuran Kursk sebagai titik balik Perang Dunia II di front timur. Sumber diperoleh dari beberapa surat perintah pertempuran yang diambil dari arsip Uni Soviet dan buku-buku sejarah. Artikel ini menggunakan metode sejarah untuk menjelaskan unsur kekuatan pasukan Uni Soviet, kepemimpinan dan strategi mereka dalam pertempuran melawan pasukan Jerman. Artikel ini menyimpulkan bahwa dengan kekuatan pasukan Uni Soviet yang besar dan kepemimpinan yang baik, pasukan Uni Soviet mampu bertahan dan menyerang balik pasukan Jerman dalam pertempuran Kursk.

This article aimed to reconstruct the battle of the Kursk as a turning point of World War II on the eastern front. Sources obtained fromsome of the order of battles taken from Soviet Union`s archives and some history books.  This article uses historical methodology to explain the element of Soviet Union`s forces, leaderships and their strategy in the fight against German forces. This article concludes that the massive forces of the Soviet Union and good leaderships are able to defend and counter-attack the German Forces on the eastern front."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ainul Qalbi
"Perang selama ini dalam pemikiran masyarakat awam dikenal sebagai suatu peristiwa yang memilukan, tidak adil, dan sebagai sebuah tragedi kemanusiaan. Namun, perang sebenarnya dapat menjadi suatu peristiwa yang adil. Dalam upaya mencapai keadilan tersebut, Agustinus mencetuskan sebuah teori yang mengatur apa saja yang boleh maupun yang tidak boleh dilakukan oleh pihak-pihak yang berperang, yang dikenal sebagai Just War Theory. Ada pun teori ini dikembangkan lebih lanjut oleh Michael Walzer pada abad 20. Just War Theory yang dikembangkan oleh Walzer ini menjadi alat analisis yang akan penulis pergunakan untuk membuktikan pelaksanaan Perang Dunia II di Eropa sebagai sebuah perang yang adil.

War is commonly known as an event that only brings misery, injustice, and a tragedy of humanity. But, war actually can become an event which is just. In order to make war as a just war, Augustine arranged some theories that can make a war become a just war, which is known as “Just War Theory”. In the 20th century, Michael Walzer has successfully developed the just war theory into a whole new level. In my opinion, this theory can become an instrument to prove that there are justice that contained in World War II in European Region, and this war is a just war that happened in the 20th century."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jaqualine Lukman
"Literature review ini menjelaskan bahwa konstruksi persepsi terhadap pengungsi berevolusi sesuai dengan situasi internasional saat itu. Kepentingan negara juga turut berperan dalam pembentukan konstruksi. Definisi pengungsi juga tidak lepas dari adanya konstruksi persepsi terhadap pengungsi. Saat berakhirnya Perang Dunia II, pengungsi dipersepsikan sebagai korban, lalu menjadi alat kepentingan politik saat Perang Dingin. Seiring dengan munculnya pengungsi dari Dunia Ketiga, pengungsi mulai dipersepsikan sebagai ancaman. Ini menunjukkan adanya pergerakan persepsi dari korban ke ancaman, di mana dua persepsi ini saling bertolak belakang. Dua persepsi ini menafikan kemampuan agensi kepada pengungsi dan memicu generalisasi yang dapat berakibat pada salah penanganan.

This literature review explains that the construction of these perceptions evolves by international situation. State interests also play a role in the construction. The definition of refugees is inseparable from the perception of refugees. When the World War II ends, refugees were perceived as victims. Refugees then became political pawn in the Cold War era. Following the emergence of Third World refugees, refugees were perceived as threat. This shows a shift from victim perception to threat perception. These perceptions also become contending perceptions at the same time. Both of these perceptions deny the agency capability of refugees and could trigger generalization that leads to unsuitable approaches.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Munifah Sukma Zahara
"ABSTRAK
Tulisan ini membahas tentang film Kaze Tachinu dengan fokus kepada teknologi alat perang yang digunakan Jepang pada masa Perang Dunia II. Tujuan dari penelitian ini untuk menunjukkan bahwa film Kaze Tachinu sebagai media untuk mengkritik teknologi yang Jepang gunakan pada masa perang dunia II. Data yang digunakan untuk penelitian ini diambil dari salah satu film animasi Studio Ghibli berjudul Kaze Tachinu (2013). Agar analisis data terlihat dengan jelas, dilakukan pendeskripsian berdasarkan dialog dan beberapa adegan, lalu dianalisis dengan mengategorikan bagian realita dan fantasi di dalam film. Analisis yang dilakukan dalam penelitian menggunakan konsep fantasi dalam kesusastraan Jepang modern milik Susan J. Napier. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa teknologi pesawat yang digunakan Jepang pada masa perang justru membawa Jepang pada kehancuran.
Sedangkan penggunaan fantasi di dalam karya ini adalah sebagai bentuk subversif terhadap teknologi pesawat yang menghancurkan. Dengan demikian, keberadaan film ini dapat dimaknai sebagai kritik teknologi pada masa Perang Dunia II di Jepang.

ABSTRACT
This paper discusses film Kaze Tachinu by focusing on technology used by Japan during World War II. The objectives of this paper was to show that Kaze Tachinu was used as a medium to criticize the technology that Japan used during World War II. The data for this paper was collected from one of the animated films made by Studio Ghibli entitled Kaze Tachinu which was released in 2013. In order
to obtain the objectives of this research, the data was analyzed by describing dialogues and scenes, then analyzed bycategorizing which parts is reality and fantasy in the film. The analysis of this research used Fantasy Theory in modern Japanese literatures from Susan J. Napier. The results of this analysis show that aircraft technology used by Japan during the war were actually brought Japan to destruction. While the fantasy part in this film used as a form of subversity towards its destructive technology. Thus, the existence of this film functioned as a criticism of technology during World War II in Japan."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Asmarany
"Penulisan ini membahas mengenai depopulasi yang terjadi selama perang dunia II dikatkan dengan semakin setaranya pekerja perempuan di Uni Soviet termasuk para perempuan yang berprofesi sebagai intelijen. Setelah pendeskripsian mengenai keterliabatan Uni Soviet dalam perang dunia II, perempuan di masa pemerintahan Stalin, Pertahanan Uni Soviet, hingga kontribusi perempuan dalam pertahanan Uni Soviet, kemudian data tersebut akan dianalisis melalui sudut pandang Feminisme Marxis, Kesetaraan Gender, dan sistem patriarki. Berdasarkan hasil analisis kesetaraan perempuan di Uni Soviet dalam bidang Intelijen merupakan hasil dari depopulasi dari perang dunia II yang memberikan kesempatan bagi perempuan seluas-luasnya untuk mendapatkan pekerjaan.

This thesis discusses about depopulation during the World War II, linked toward the equality of Soviet women worker included a women whose work as a spy. After describing the involvement of Soviet Union in World War II, women during the Stalin's regime, Soviet Union's defense and women's contribution on Soviet Defense , this thesis is analyzed by theory of Marxist Feminism, gender equality, and patriarch. Based on the analysis, women's equality in Soviet Union especially in intelligence service area was formed by the depopulation during the world war II which has give a chance for women to work.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S66778
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Muhammad Affan Taufiqulhakim Johardian
"Representasi hegemoni dominasi kekuatan Inggris pada perang dunia kedua dapat direpresentasikan melalui teks-teks budaya populer seperti film perang Hollywood, Dunkirk (2017). Membahas film Dunkirk (2017) dengan buku yang berjudul Film as Social Practice oleh Graemer Turner dan buku Film Art Textual film analysis oleh David Bordwell dan Kristin Thompson sebagai kerangka pada penelitian ini, esai ini membuktikan bahwa ada beberapa pesan-pesan ideologi tertentu sebagaimana film tersebut memperlihatkan bendera Inggris dan Insignia sebagai lambang nasional dari tantara Inggris, bagaimana film tersebut menunjukkan superioritas tantara Inggris melebihi tantara Perancis, dan bagaimana representasi ambiguitas antara hirarki tentara Inggris dihasilkan dalam film ini. Penelitian ini menunjukkan bahwa memori Dunkirk digambarkan sebagai serangkaian aksi heroik pada layar lebar dan secara implisit mengabadikan supremasi dari kekuatan Inggris melalui elemen-elemen sinematografi pada Dunkirk (2017). Selain itu, dengan memasukkan kepercayaan ideologi berupa hegemoni kekuatan Inggris ke dalam budaya populer, Christopher Nolan bermaksud untuk menampilkan sejarah dari peristiwa Dunkirk menurut versi negaranya.

The representation of Hegemony of British power domination in World War II can be
represented through popular culture texts such as Hollywood war movies, Dunkirk (2017).
Examining Dunkirk (2017) with Graeme Turners book titled Film as Social Practice and
David Bordwell and Kristin Thompson books Film Art textual film analysis as the
frameworks of this research, this essay argues that there are some particular ideological
messages, such as how the film displays the British flag and insignia as the national symbol of
British army, how it shows British armys superiority over the French soldier, and how the
ambiguity between British soldiers hierarchy representation is generated in the film. This
research shows that the memory of Dunkirk is portrayed as a series of heroic actions on the
screen and implicitly perpetuates the British power supremacy through cinematography
elements in Dunkirk (2017). Moreover, by inserting ideological belief such as hegemony of
British power into popular culture, Christopher Nolan intends to show the history of Dunkirk
according to his own countrys version.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bintarti Mayang Sari
"Skripsi ini bertujuan untuk mendeskripsikan metafora dalam pidato De Gaulle pada tahun 1941. Unit analisis adalah semua ungkapan metaforis dalam pidato pada tanggal 11 November dan 24 Desember 1941. Penulis ini menggunakan pendekatan semantik kognitif, yakni teori metafora konseptual yang dikemukakan oleh Lakoff dan Johnson. Melalui analisis data ditemukan delapan kategori metafora dalam pidato De Gaulle yang menunjukkan pesan utama yakni untuk menyemangati rakyat Prancis yang sedang dalam keadaan Perang Dunia II. Penelitian ini juga menunjukkan pandangan hidup De Gaulle yaitu pantang menyerah dan bersemangat cinta pada tanah air yang dapat dicontoh semua orang jika ingin memajukan bangsanya.

This thesis is to describe metaphors in De Gaulle’s speeches in 1941. The analysis units are all metaphorical expressions in the speeches on November 11 and December 24, 1941. I use cognitive semantic approach, which is Lakoff and Johnson's conceptual metaphor theory. This research found eight metaphorical concepts in the speeches that show De Gaulle's main message: to motivate French people in the middle of World War II. This study shows also an illustration of his values of life as an individual and as a state leader, namely resistance and patriotism which can be followed by people who want to advance their country’s welfare."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>