Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 111192 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Joko Tri Haryanto
"Dewasa ini, pola konsumsi yang didasarkan pada aktivitas goreng menggoreng meningkat dengan pesat. Tidak ada satupun konsumsi masyarakat yang lepas dari kegiatan goreng menggoreng. Akibatnya muncul ketergantungan luar biasa dari rumah tangga terhadap industri minyak goreng. Hal inilah yang kemudian memicu adanya pola penjualan yang tidak etis dan kemudian muncul fenomena minyak jelantah (waste cooking oil) dimana para pelaku industri tersebut kemudian berupaya memaksimalkan penggunaan minyak jelantah dalam proses industrinya. Berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa perguruan tinggi (PT) seperti IPB dan UI, menunjukkan bahwa zat-zat berbahaya yang timbul akibat penggorengan minyak yang berulang-ulang diantaranya adalah kandungan asam, peroksida, lemak bebas, dan lemak trans. Kondisi ini disebabkan karena dalam penggunaannya, minyak goreng mengalami perubahan kimia akibat kondisi oksidasi dan hidrolisi yang menyebabkan kerusakan pada minyak goreng. Penggunaan secara berulang-ulang menyebabkan oksidasi asam lemak tidak jenuh. Sampai sekarang belum ada teknologi atau senyawa yang bisa memulihkan sifat kimia jelantah menjadi setara dengan minyak goreng murni. Mengingat urgensi dampak yang ditimbulkan dari penggunaan minyak jelantah yang hanya dikonsumsi semata, sekiranya perlu diambil langkah-langkah yang tepat sehingga minyak jelantah dapat ditangani secara hati-hati atau diubah menjadi bahan keperluan non-makanan untuk mengurangi polusi dampak negatif terhadap masyarakat dan lingkungan."
Jakarta: The Ary Suta Center, 2018
330 ASCSM 41 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Maria
"

Surfaktan ester sukrosa telah berhasil disintesis dari molase dan limbah minyak jelantah. Sintesis surfaktan ester sukrosa telah dilakukan melalui reaksi transesterifikasi antara metil ester dan molase. Metil ester telah didapatkan dari minyak jelantah melalui reaksi transesterifikasi menggunakan katalis homogen basa NaOH dengan yield sebesar 78,67% dan kadar metil ester 99,59%. Reaksi transesterifikasi metil ester dan molase telah dilakukan menggunakan pelarut dimetil sulfoksida (DMSO) dan katalis Na2CO3 sebanyak 13 mol% ester dengan variasi rasio mol molase terhadap metil ester 3:1, 5:1, dan 8:1 pada suhu 90oC selama 4 jam. Surfaktan ester sukrosa yang dihasilkan adalah sukrosa mono-linoleat dan sukrosa mono-oleat yang dikarakterisasi menggunakan instrument analisis LC-MS. Surfaktan ester sukrosa dihasilkan paling banyak pada rasio mol molase terhadap metil ester 8:1.


Sucrose ester surfactants have been successfully synthesized from molasses and waste cooking oil waste. Synthesis of sucrose ester surfactants was carried out through a transesterification reaction between methyl esters and molasses. Methyl ester has been obtained from waste cooking oil through a transesterification reaction using a homogeneous base catalyst NaOH with a yield of 78.67% and FAME content of 99.59%. Transesterification reactions of methyl esters and molasses have been carried out using dimethyl sulfoxide (DMSO) as solvent and Na2CO3 as catalyst as much as 13 mol% of esters with variations of molasses to methyl ester mole ratio 3:1, 5:1, and 8:1 at 90oC for 4 hours. The sucrose ester surfactant produced were sucrose mono-linoleic and sucrose mono-oleic which were characterized using LC-MS analysis instruments. Sucrose ester surfactants with highest production produced at molasses to ester mol ratio of 8: 1.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rakhmat Dicky Muhammad
"ABSTRACT
Dewasa ini, meningkatkanya kebutuhan bahan bakar energi mengancancam kepunahan bahan bakar fosil serta meningkatkan polusi. Oleh karena itu dibutuhkan pengembangan energi alternatif yang ramah lingkungan dan mudah diproduksi seperti biodiesel. Biodiesel dapat diproduksi dari zat yang mengandung asam lemak melalui reaksi transesterifikasi dengan alkohol dan katalis basa. Pada penelitian ini digunakan limbah minyak jelantah sebagai sumber asam lemak dan katalis CaO yang disintesis dari kulit telur bebek dan kulit telur ayam. Hasil menujukan bahwa reaksi transesterifikasi bekerja  optimum menggunakan 5 % berat katalis, daya mikrowave 600 watt, waktu reaksi 40 detik, dan perbandingan rasio molar minyak metanol 1: 15. Produk biodiesel yang diperoleh di karakterisasi dengan GC-MS dan merupakan senyawa metil ester seperti metil palmitat, metil stearate, 9-metil oktadenoat, metil 2-hidroksi heksadenoat dan hidroksipropil metil oleat.

ABSTRACT
Nowadays, increasing the need for energy fuels threatens the extinction of fossil fuels and increases pollution. Therefore, it is necessary to develop alternative energy that is environmentally friendly and easily produced such as biodiesel. Biodiesel can be produced from substances that contain fatty acids through transesterification reaction with alcohol and base catalysts. In this study used waste cooking oil as a source of fatty acids and CaO catalysts synthesized from duck eggshells and chicken eggshells. The result shows that the transesterfication reaction worked optimally by uses 5% weight of catalyst, 600 watts of microwave energy, 40 seconds of reaction time, and molar ratio of methanol oil 1: 15. The biodiesel products obtained were characterized by GC-MS and were a methyl ester compound such as methyl palmitate, methyl stearate, methyl 9-octadecenoate, methyl 2-hydroxy hexanoate and hydroxypropyl methyl oleic."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanifah
"ABSTRAK
Senyawa piridin merupakan molekul senyawa dengan struktur cincin benzen dengan satu gugus CH yang diganti oleh atom nitrogen. Piridin merupakan senyawa kimia yang penting karena memiliki banyak kegunaan dalam aplikasi kehidupan sehari-hari. Penelitian ini dilakukan melalui sintesis senyawa derivat dihidropiridin menggunakan reaksi Hantzsch menggunakan pelarut gliserol yang bersumber dari limbah minyak jelantah. Pada hasil sintesis didapatkan persen yield sebesar 55 dengan menggunakan reagen benzaldehid dan 67 dengan menggunakan reagen sinamaldehid. Hasil sintesis yang didapatkan diuji sebagai senyawa antioksidan dan termasuk dalam kategori senyawa antioksidan yang lemah.

ABSTRACT
The pyridine compound is a molecule of a compound with a benzene ring structure with one CH group replaced by a nitrogen atom. Pyridine is an important chemical compound because many uses in the application of everyday life. This research has done by synthesis of dihydropyridine derivative compounds through Hantzsch reaction using glycerol solvent sourced from waste cooking oil. The synthesis result obtained percent yield of 55 by using benzaldehyde reagent and 67 by using cinnamaldehyde reagent. The resulting of synthesis were tested as an antioxidant compound and included in the category of weak antioxidant compounds. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Rahadi Pitoyo
"ABSTRAK
Minyak jelantah merupakan sisa penggunaan minyak goreng yang telah digunakan berulang kali dan telah mengalami proses pemanasan. Meskipun merupakan turunan dari produk makanan, membuang limbah secara sembarangan dapat berpotensi mencemari lingkungan. Selain itu, minyak jelantah merupakan produk yang memiliki nilai rendah (non-valuable). Salah satu cara untuk mengolah minyak jelantah agar lebih bernilai adalah dengan memanfaatkannya sebagai biolubricant mesin hidraulik. Dalam pengaplikasian pada mesin hidraulik, biolubricant memiliki keunggulan yaitu memiliki sifat biodegradable atau mudah terurai di lingkungan. Untuk memanfaatkan minyak jelantah tersebut, dibutuhkan pre-treatment dengan proses adsorpsi untuk memurnikan minyak (trigliserida) dari zat pengotor. Melalui variasi suhu, proses adsorpsi optimum berada pada suhu 75oC, dengan kadar asam lemak bebas terendah (0,59%), bilangan peroksida terendah (74,24 Meq peroksida/kg), dan nilai absorbansi 0,236 yang mendekati minyak goreng baru (minyak kelapa murni). Proses transesterifikasi dibutuhkan untuk sintesis biolubricant dari metil ester (produk hasil reaksi antara minyak jelantah hasil pre-treatment dan metanol) dengan menggunakan alkohol. Poliol trimetilolpropana digunakan sebagai alkohol pada reaksi transesterifikasi, karena tidak mengandung atom hidrogen pada karbon beta dan mampu mencegah pembentukan asam lemak bebas. Selain itu, trimetilolpropana memiliki stabilitas dan fleksibilitas yang baik terhadap produk, sehingga baik digunakan pada sintesis biolubricant. Variasi waktu reaksi dilakukan dalam proses transesterifikasi. Waktu optimum dalam menghasilkan ester trimetilolpropana adalah reaksi selama 6 jam dengan konversi 91% dan viskositas kinematik 40oC sebesar 14,25 cSt. Selanjutnya, pengujian dengan instrumentasi FTIR dilakukan untuk memastikan keberlangsungan reaksi. Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa reaksi transesterifikasi telah berhasil dilakukan, dengan indikasi penurunan yang signifikan dari puncak gugus OH pada produk ester trimetilolpropana. Produk ester trimetilolpropana hasil sintesis memiliki spesifikasi sebagai pelumas. Berdasalkan hasil uji tersebut, produk hasil sintesis memiliki angka asam 0,41 mgKOH/g, densitas 0,897 g/cm3, viskositas kinematik pada suhu 40oC 14,25 cSt, indeks viskositas 106,94, flash point 149oC, pour point -6oC, dan rust prevention dengan hasil Nil. Spesifikasi produk ester trimetilolpropana mendekati spesifikasi pelumas hidraulik komersial dengan standar ISO VG 15.

ABSTARCT
Waste cooking oil is the remaining cooking oil after being used repeatedly and has undergone a heating process. Despite being a derivative of food products, disposing the waste cooking oil carelessly can potentially polluting the environment. Besides, waste cooking oil is materials that have poor value (non-valuable). One of the way to recycle waste cooking oil to make it valuable is by utilizing it as the hydraulic machine biolubricant. In application for hydraulic machine, biolubricant has advantage that compared with petroleum oil, that is biodegradable ability. To utilize waste cooking oil for biolubricant, pre-treatment with adsorption process is being required to purify the oil (triglycerides) from impurities. By variation of temperature, the optimum temperature of adsorption process is 75oC. This temperature has the smallest free fatty acid content (0.59%), smallest peroxide value (74.24 (Meq peroxide/kg), and has absorbance value of 0.236 that closest to new cooking oil (pure palm oil). Transesterification process is required to synthesis biolubricant from methyl ester (product from treated waste cooking oil and methanol reaction) that using alcohol for the reaction. The alcohol type used in the transesterification reaction is the trimethylolpropane which does not contain hydrogen atoms in beta carbon and prevents the formation of free fatty acids. In addition, trimethylolpropane also has good stability and flexibility for the product, so it is considered suitable for the synthesis of biolubricant. In the transesterification process, time of reaction variation was carried out, with indication of a significantly reduction in OH peak groups from trimethylolpropane ester product. Best time to produce trimethylolpropane ester is 6 hours of reaction with 91% of conversion and 14.25 cSt of kinematic viscosity at 40oC. To make sure the reaction has occurred, FTIR spectrum has been test. Result of the test describe the reaction of trimethylolpropane ester transesterification was considerably close to completion. Trimethylolpropane ester has lubricant specifications from the test. From the result, the product has acid value 0.41 mgKOH/g, density 0,897 g/cm3, kinematic viscosity at 40oC 14.25 cSt, viscosity index 106.94, flash point 149oC, pour point -6oC, and Nil result for rust prevention. Specifications of trimethylolpropane ester are close to ISO VG 15 standard as a hydraulic machine lubricant.
"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alan Try Putra Samad
"Perancangan Pabrik biodiesel portable berbahan baku minyak jelantah dilakukan secara simultan dengan mengacu pada standard biodiesel SNI 7182:2012. Produksi biodiesel pada perancangan ini melibatkan proses esterifikasi, transesterifikasi, dekantasi, evaporasi vakum, dan membran ultrafitrasi. Proses esterifikasi mampu mengonversi FFA menjadi FAME sebanyak 90,8% dengan menggunakan 9:1 rasio molar metanol-FFA dan 2,5% massa FFA katalis asam sulfat. Transesterifikasi memberikan yield biodiesel sebesar 90% menggunakan 6:1 rasio molar metanol-trigliserida dan 1% massa trigliserida katalis NaOH. Evaporasi pada sistem vakum 0,01 bar mampu menghasilkan biodiesel dengan kadar metanol hingga 0,5% dan kemurnian metanol 99,9% dengan konsumsi energi yang relatif rendah. Pemurnian biodiesel menggunakan membran ultrafiltrasi membutuhkan energi yang cukup besar namun dapat menghasilkan tingkat kemurnian biodiesel hingga 99,5% serta proses yang relatif singkat. Pabrik biodiesel portable ini mampu menghasilkan 128 liter biodiesel per-batch dengan memroses 18 batch perhari. Pabrik ini diperkirakan mulai beroperasi pada tahun 2017 dan mampu bekerja selama 20 tahun dengan memberikan internal rate of return (IRR) sebesar 17,8 % dengan periode pengembalian pada tahun ke-3, sehingga layak untuk dibangun dan dikomersialisasikan. Analisis sensitivitas mengenai fluktuasi harga bahan baku, produk, jumlah batch proses serta nilai tukar US dollar terhadap rupiah juga dibahas dalam paper ini.

Waste cooking oil based biodiesel portable plant design is running simultaneusly based on biodiesel standardd SNI 7182:2012. Production process of biodiesel in this design involves esterification, transesterification, decantation, vacuum evaporation, and membrane ultrafiltration. The esterification process shows that 90.8% FFA can be converted into FAME by 9:1 molar ratio methanol to FFA using sulfuric acid catalyst 2.5%wt of FFA mass. The transesterification process gives biodiesel?s yield by 90% by 6:1 molar ratio methanol to triglyceride using NaOH catalyst 1%wt of triglyceride mass. The evaporation process in vacuum system 0.01 bar can separate methanol up to 0,5%wt, only by consuming a little energy. Biodiesel purification using membrane ultrafiltration requires a large amount of energy, but can reach up to 99.8% biodiesel purity as well as with a short process. This plant is able to produce 128 litre biodiesel in one batch and process 18 batches per day. This plant will be operated in 2017 and capable for operating for 20 years by providing IRR (internal rate of return) by 17.8% with a payback in the third year that can be commercialy viable. Sensitivity analysis regarding fluctioation in raw material price, product price, and the exchange rate of the US dollar against rupiah disscused in this paper."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S65232
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gian Djohan Junior
"ABSTRAK
Pada penelitian ini detergen cair dalam bentuk nanofluida disintesis dari surfaktan metil ester sulfonat (MES) dengan bahan baku minyak jelantah dan nanopartikel ZnO. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh detergen ramah lingkungan dengan stabilitas dan kinerja yang optimum. Minyak jelantah difiltrasi untuk menghilangkan kotoran yang dapat disaring kemudian kandungan asam lemak bebas (ALB) pada minyak jelantah dikurangi dengan menambahkan NaOH pada proses netralisasi. Kemudian dilakukan bleaching dengan variasi konsentrasi massa karbon aktif 5%, 10%, 15%, 20% untuk mengurangi kandungan asam lemak bebas dan mendapatkan warna minyak jelantah yang lebih cerah mendekati warna minyak komersil. Minyak jelantah dan metil ester dikarakterisasi menggunakan GC-MS untuk mengetahui komposisi yang terkandung didalamnya. MES disintesis dengan melakukan sulfonasi pada metil ester menggunakan natrium bisulfit (NaHSO3). Hasil sulfonasi kemudian dipurifikasi dengan variasi konsentrasi methanol 10%, 20%, 30%, 40% dan dilanjutkan dengan netralisasi hingga pH 7. Karakterisasi MES menggunakan spektrofotometer FTIR untuk melihat ikatan kimia yang terdapat pada MES. Detergen cair dihasilkan dengan menambahkan 0,1% nanopartikel ZnO dan aquades kedalam MES dengan variasi konsentrasi massa 10,0%; 12,5%; 15,0%. Bleaching menggunakan 20% karbon aktif menghasilkan warna minyak jelantah paling cerah dan penurunan kadar ALB sekitar 31% dengan ALB akhir 0,6%. Purifikasi MES dengan 40% metanol menghasilkan surfaktan dengan tegangan permukaan terbaik sekitar 34 dyne/cm. Detergen cair dengan kualitas terbaik didapatkan pada konsentrasi MES 15% dengan stabilitas sekitar 88%, kemampuan pengangkatan kotoran sekitar 65%, dan kemampuan degradasi kotoran 82%.

ABSTRACT
The environmentally friendly anionic surfactant methyl ester sulfonate (MES) was synthesized from waste cooking oil (WCO). MES was combined with ZnO nanoparticles, producing nanofluidic detergent. Free fatty acid (FFA) in WCO was reduced by adding NaOH solution, while other impurites, such as food residues, were removed by means of filtration. Bleaching was also performed using activated carbon at various concentrations of 5%;10%;15%;20%wt. The purified cooking oil then underwent transesterification with oil-methanol molar ratio of 1:9. The as-produced methyl ester and WCO were analyzed using GC-MS to confirm their composition. Sulfonation was then performed by adding sodium bisulfite (NaHSO3) to produce MES surfactant.The product was then purified using methanol of various concentrations of 10%, 20%, 30%, 40%v/v. Finally, NaOH solution was added to neutralize the synthesized MES, and FTIR analysis was subsequently performed to scrutinize its chemical bonding properties. Combined with ZnO nanoparticles, nanofluidic detergent was producedat various MES concentrations of 10.0%, 12.5%, 15.0%wt. In this work, we establishedthe optimum condition for bleaching process beingin the use of 20% activated carbon,causing WCO color to alter from dark brown to light yellow while promotingsignificant reduction of FFA was about 31% with FFA final 0.6%. We also found that purification of MES using 40%v methanol results in surfactant with adequately low surface tension of 33.6 dyne/cm. Liquid detergent comprising of 15% MES concentration and 0.1% ZnO nanoparticles exhibit notable stability was about 88%, while retaining 65% stain removal as well as 82%.
"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chika Putri Tsabitah
"Penelitian ini membahas mengenai pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan minyak jelantah yang dilakukan oleh Yayasan Tunasmuda Care (T.CARE) melalui program Jelantah Bawa Berkah. Urgensi dilakukannya penelitian ini adalah terungkapnya pengelolaan minyak jelantah yang dijalankan oleh lembaga sosial sebagai bentuk kontribusinya terhadap pelestarian lingkungan. Hasil penelitian ini diharapkan bersumbangsih bagi program studi Ilmu Kesejahteraan Sosial berupa pengayaan mata kuliah inteversi komunitas dan sistem usaha kesejahteraan sosial. Penelitian ini memiliki tujuan untuk memberikan gambaran mengenai tahapan pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan dan manfaat yang masyarakat rasakan dengan mengikuti program ini. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif serta menggunakan teknik studi literatur, observasi, dan wawancara mendalam yang dilakukan secara luring dan daring pada bulan September 2021 sampai dengan Juni 2022. Penelitian ini melibatkan 5 orang petugas dari Yayasan Tunasmuda Care (T.CARE) dan 5 orang warga yang menjadi tim koordinator dalam pelaksanaan program Jelantah Bawa Berkah. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam upaya mencapai pengelolaan minyak jelantah yang lebih baik, lembaga melakukan pemberdayaan masyarakat dengan melakukan beberapa tahapan seperti persiapan, pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Dalam program ini, tidak ada terminasi karena program akan dilaksanakan secara berkelanjutan tanpa adanya pemutusan kontak. Dengan adanya program ini, warga merasakan perubahan ke keadaan yang lebih baik, khususnya dalam pengelolaan minyak jelantah. Warga merasakan manfaat material seperti peningkatan pendapatan dan juga manfaat non material seperti peningkatan pengetahuan, peningkatan kebersihan lingkungan, dan juga keterlibatan dalam kegiatan sedekah. Jadi, dari penenlitian ini diketahui bahwa melalui pemberdayaan masyarakat dapat meningkatkan partisipasi dan kontribusi masyarakat terhadap pengelolaan minyak jelantah di lingkungan.

This study discusses community empowerment in the management of used cooking oil carried out by the Tunasmuda Care Foundation (T.CARE) through the Jelantah Bawa Berkah program. The urgency of this research is to reveal the management of used cooking oil which is run by social institutions as a form of its contribution to environmental conservation. The results of this study are expected to contribute to the Social Welfare Study program in the form of enrichment of community intervention courses and social welfare business systems. This study aims to provide an overview of the stages of community empowerment carried out and the benefits that people feel by participating in this program. This type of research is a qualitative research with a descriptive design and uses literature study techniques, observations, and in-depth interviews conducted offline and online from September 2021 to June 2022. This study involved 5 officers from the Tunasmuda Care Foundation (T.CARE). and 5 residents who became the coordinating team in the implementation of the Jelantah Bring Blessings program. The results of this study indicate that in an effort to achieve better management of used cooking oil, the institution empowers the community by carrying out several stages such as preparation, assessment, planning, implementation, monitoring and evaluation. In this program, there is no termination because the program will be carried out continuously without any termination of contact. With this program, residents feel a change to a better situation, especially in the management of used cooking oil. Residents feel material benefits such as increased income as well as non-material benefits such as increased knowledge, improved environmental hygiene, and also involvement in alms activities. So, from this research it is known that through community empowerment can increase community participation and contribution to the management of used cooking oil in the environment."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maharani Suci
"Penggunaan bakteri sebagai mikroorganisme untuk menghasilkan lipase sedang dikembangkan karena memiliki keuntungan untuk diproduksi skala besar. Kultur Bacillus subtilis ditumbuhkan dalam substrat minyak jelantah menggunakan metode fermentasi terendam SmF. Aktivitas enzim dioptimasi dengan melakukan variasi konsentrasi inokulum, substrat, sumber nitrogen, inducer, serta ion logam Ca2 pada suhu 30oC selama 84 jam fermentasi. Aktivitas lipolitik diukur menggunakan metode titrasi dengan reaksi hidrolisis. Aktivitas maksimum diperoleh saat konsentrasi inokulum 5 v/v, konsentrasi minyak jelantah 4 v/v, konsentrasi ekstrak ragi 0.5 w/v, konsentrasi minyak zaitun 0.25 v/v, dan konsentrasi ion logam Ca2 10 mM di dalam medium pertumbuhan. Kemudian, ekstrak basah lipase dikeringkan dengan spray dryer dan menghasilkan 17,33 gr ekstrak kering dari 500 mL ekstrak basah. Ekstrak kering enzim lipase dianalisis aktivitasnya dengan menggunakannya sebagai biokatalis reaksi interesterifikasi sintesis biodiesel rute non-alkohol pada reaktor batch dengan perbandingan mol reaktan minyak kelapa sawit dan metil asetat 1:12 pada suhu reaksi 40oC selama 50 jam.

Bacterial lipase has been developed lately because of its advantage to produce with large scale. Culture of Bacillus subtilis were grown to produce lipase in Waste Cooking Oil WCO using submerged fermentation SmF method. The enzyme activity of the culture was improved by using different concentration of inoculum, substrate, nitrogen source, inducer, and Ca2 ion at 30oC for 84h fermentation. Lipolytic activity of crude lipase was determined using titrimetry method with hidrolysis reaction. Maximum activity of lipase 4.96 U mL was found at 5 v v inoculum, 4 v v WCO, 0.5 w v yeast extract, 0.25 v v olive oil, and 10 mM Ca2 that present in medium culture. Later, the crude lipase has been dried with spray dryer and resulting 17.33 gr of dry lipase powder per 500 mL crude lipase. Furthermore, dry lipase powder was analyzed its activity by utilizing it as a biocatalyst for interesterification reaction in non alcohol route of biodiesel synthesis in batch reactor with mole comparison 1 12 of reactant palm oil and methyl acetate in 40oC of reaction temperature and 50 hour cycle."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67869
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risya Utaviani Putri
"ABSTRAK
Green diesel merupakan bahan bakar nabati generasi kedua yang memiliki potensi untuk menjawab kebutuhan energi baik dalam negeri maupun dunia. Proses yang digunakan untuk memproduksi green diesel adalah hidrolisis sebagai pre-treatment dan hidrodeoksigenasi menggunakan katalis NiMo/Al2O3. Hidrolisis akan mengubah trigliserida pada bahan baku, yaitu minyak jelantah menjadi free fatty acid FFA yang selanjutnya dikonversi menjadi green diesel melalui hidrodeoksigenasi. Hidrolisis minyak jelantah dilakukan pada suhu 200oC dan tekanan 16 bar dengan rasio volume air dan minyak sebesar 1:1. Waktu reaksi divariasikan dari 1 hingga 3 jam. Kondisi operasi optimum hidrolisis, yaitu pada waktu 3 jam mampu menghasilkan FFA sebanyak 73,89 . Untuk proses hidrodeoksigenasi dilakukan variasi kondisi operasi, yaitu pada suhu 375oC dan tekanan 12 bar yang dapat menghasilkan green diesel dengan konversi 80,24 , selektivitas 53,37 , dan yield 19,26 , serta pada suhu 400oC dan 15 bar yang dapat menghasilkan green diesel dengan konversi 82,15 selektivitas 69,58 , dan yield 68,87 .

ABSTRACT
Green diesel is a second generation of biofuel that has a potential to answer the energy needs either in Indonesia or in the world. The process used to produce green diesel are hydrolysis as a pre treatment and hydrodeoxygenation by using NiMo Al2O3 catalyst. Hydrolysis will change the triglycerides in the raw material, which is waste cooking oil into free fatty acid FFA and then converted into green diesel through hydrodeoxygenation. Hydrolysis of waste cooking oil carried out at temperature of 200oC and pressure of 16 with water and oil volume ratio of 1 1. Time is varied from 1 to 3 hours. The optimum condition of hydrolysis, which is at 3 hours can produce FFA as much as 73.89 . For hydrodeoxygenation, variations in operating condition used are 375oC with pressure of 12 bar that can produce green diesel with conversion of 80.24 , selectivity of 53.37 , and yield of 19.26 , also 400oC with pressure of 15 bar that can produce green diesel with conversion of 82.15 , selectivity of 69.58 , and yield of 68.87 . "
2017
S67176
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>