Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 89319 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abdul Haris Subarjo
"ABSTRAK
Ketahanan keluarga sangat menentukan terhadap tercapainya ketahanan daerah atau wilayah, selanjutnya dengan ketahanan daerah pada akhirnya akan menentukan tercapainya ketahanan nasional. Salah satu bagian dari ketahanan keluarga adalah ketahanan ekonomi keluarga. Untuk meningkatkan Ketahanan Ekonomi Keluarga dapat dengan cara meningkatkan keterampilan. Keterampilan di bidang otomotif merupakan salah satu keterampilan yang berpotensi untuk meningkatkan taraf hidup. Argumentasi ini dapat kita lihat dari pertumbuhan kendaraan bermotor yang semakin meningkat dari tahun ke tahun yang membutuhkan perawatan rutin agar dapat beroperasi secara optimal. Hal ini menjadi peluang bagi orang yang ahli di bidang perawatan. Madrasah Aliyah Ibnu Sina berusaha meningkatkan kemampuan keterampilan siswanya di bidang otomotif, sehingga para siswa dapat mandiri dan dapat meningkatkan ketahanan ekonomi keluarganya. Keterampilan dibidang otomotif ini juga berusaha diangkat menjadi tema Kegiatan pengabdian masyarakat yang melibatkan siswa Madrasah Aliyah Ibnu Sina. Kegiatan ini dengan metode pelatihan, ceramah dan brosur. Hasil dari kegiatan ini, siswa mendapat pengetahuan dan wawasan bahwa keterampilan otomotif dapat meningkatkan ketahanan ekonomi."
Yogyakarta: Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto, 2019
600 JPM 2:1 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Windiyaningrum
"Anak tunagrahita dapat menjalani pekerjaan dengan sukses, namun mereka masih membutuhkan bantuan dalam mengatur pendapatan, yang meliputi kemampuan untuk budgeting dan banking skill (Browder & Grasso, 1999). Kemampuan ini merupakan bagian dari keterampilan hidup (life skill), yang perlu dikuasai agar siswa tunagrahita dapat berfungsi secara mandiri dalam kehidupan (Brolin dalam Goodship, 1990). Keterampilan untuk mengatur pendapatan dapat dilatihkan melalui kebiasaan menabung yang ditumbuhkan dengan modifikasi perilaku, yaitu dengan mengaplikasikan sejumlah prinsip belajar secara sistematis untuk membuat perubahan dalam diri seseorang dalam jangka waktu panjang (Martin & Pear, 2003). Pengajaran keterampilan hidup pada siswa tunagrahita perlu melibatkan pengalaman nyata atau Community based instruction (Crane, 2002), untuk memudahkan siswa tunagrahita dalam memahami perilaku yang diajarkan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain studi kasus pada satu orang subyek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas menabung efektif untuk meningkatkan keterampilan hidup pada subyek.

Mentally retarded students are able to successfully master certain vocational skills, yet they need assistance in managing their income particularly in budgeting and banking skills (Browder & Grasso, 1999). These are part of their life skills required by mentally retarded students to function independently in life (Brolin in Goodship, 1990). Financial management skills are trained by establishing saving habit through systematic learning principles application of behavior modification in order to create long term behavioral change (Martin & Pear, 2003). Teaching life skills to a mentally retarded student should involve real-life experience or adopt a community-based instruction (Crane, 2002), so the student can easily comprehend the newly-taught behavior. This
research was conducted using case study design in one particular subject. Result shows that saving activity is effective to enhance subject?s life skill."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T37594
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ernawati Munir
"Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan peningkatan angka insidens dan prevalensi diabetes tipe-2 di dunia. Strategi
utama upaya prevensi terhadap kejadian diabetes adalah kegiatan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan dapat diberikan
pada pasien juga dapat melalui kader kesehatan sebagai pemberdayaan masyarakat. Metode penelitian ini adalah quasi experiment
dengan pendekatan pretest-postest tanpa kelompok kontrol, dengan sampel 24 orang kader kesehatan Layanan Kesehatan
Cuma-Cuma Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan manajemen diabetes terhadap pengetahuan
dan keterampilan manajemen diabetes pada kader kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan pelatihan manajemen diabetes
meningkatkan pengetahuan manajemen diabetes secara bermakna (p= 0,001; α= 0,05). Skor ketrampilan manajemen diabetes
mengalami peningkatan namun tidak bermakna secara statistik (p= 0,387; α= 0,05). Karakteristik responden meliputi umur,
pendidikan, dan pengalaman tidak berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan dan ketrampilan manajemen diabetes.
"
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, 2012
610 JKI 15:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Cahyaningrum
"Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis argumentasi dan keterampilan menulis argumentasi melalui penerapan model Think Pair Share dengan media audiovisual siswa kelas X-10 SMA Negeri Kebakkramat. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan dua siklus. Sumber data berupa peristiwa, informan, dan dokumen. Pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Validitas data dengan teknik triangulasi metode, triangulasi sumber data dan review informan. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif komparatif. Model Think Pair Share dengan audiovisual mampu meningkatkan kualitas proses pembelajaran keterampilan menulis argumentasi dengan indikator kinerja guru dan siswa. Pada prasiklus, nilai kinerja guru dan siswa masih berada di bawah indikator pencapaian. Siklus I, nilai kinerja guru meningkat menjadi 69,29% dan kinerja siswa sebesar 47,22% sedangkan pada siklus II nilai kinerja guru menjadi 80,71% dan kinerja siswa menjadi 78,95%. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I, siswa yang tuntas hanya 21 siswa yang artinya dianggap belum memenuhi indikator pencapaian. Penerapan Think Pair Share dengan media audiovisual pada siklus II, menunjukkan peningkatan signifikan pada keterampilan menulis argumentasi, yaitu skor 31 siswa melampaui KKM. Disimpulkan bahwa penerapan model Think Pair Share dengan audiovisual mampu meningkatkan kualitas proses dan keterampilan menulis argumentasi pada siswa kelas X SMA Negeri Kebakkramat.
"
Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI, 2018
370 JPK 3:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muharipin
"ABSTRACT
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan menulis siswa kelas III Semester II SDN 1 Wanasaba Tahun Pelajaran 2015/2016. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III semester 2 dengan jumlah siswa 23 orang yang terdiri dari laki-laki 10 orang dan perempuan 13 orang. Prosedur pelaksanaan penelitian ini terdiri dari dua siklus. Tiap siklus terdiri atas beberapa tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan evaluasi, dan refleksi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan angket/tes dan dokumentasi. Observasi digunakan untuk mengamati jalannya proses tindakan yang dilakukan. Angket/tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai. Dokumentasi digunakan untuk bahan penunjang proses pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar Bahasa Indonesia materi menulis karangan narasi berdasarkan gambar seri menggunakan pilihan kata dan kalimat yang tepat dengan memperhatikan penggunaan ejaan, huruf kapital, dan tanda titik pada siswa kelas III semester 2 SDN 1 Wanasaba Tahun Pelajaran 2015/2016 sebelum dilakukan tindakan sangat rendah. Hal ini dibuktikan dengan persentase keberhasilannya adalah 26%. Setelah dilakukan tindakan penggunaan media gambar beseri hasil belajar tergolong sangat baik. Hal ini terbukti dengan persentasi keberhasilan pada variabel hasil belajar siswa pada siklus 1 yaitu 70% dan siklus 2 adalah 100%."
Mataram: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2017
400 MBSN 11:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Tri Wardhani
"ABSTRAK
Program yang disusun dalam tulisan ini bertujuan membantu F, seorang siswa
kelas 6 SD yang menunjukkan gejala underachiever di sekolah untuk meningkatkan
performa akademisnya terutama dalam menghadapi U AS BN (Ujian Akhir Sekolah
Berstandar Nasional). Berdasarkan prinsip yang dikemukakan oleh Zimmerman,
Bonner & Kovach (1996), program ini menerapkan empat proses dalam Self
Regulcited Learning (SRL) , yaitu Evaluasi Diri dan Pengawasan, Perencanaan Target
dan Strategi, Penerapan Strategi dan Pengawasan serta Evaluasi Penerapan Strategi
untuk Meningkatkan Keterampilan Membuat Perencanaan Belajar dan Pengaturan
Waktu.
Konsep SRL dipilih karena dapat mendorong siswa untuk secara aktif
mengatur kognisi, motivasi dan perilaku mereka sendiri untuk mencapai tujuan yang
mereka inginkan dan berprestasi dengan lebih baik (Schunk & Zimmerman, 1998).
Dengan demikian, kemampuan SRL merupakan hal yang penting bagi siswa
underachiever dalam peningkatan prestasi akademis siswa karena SRL
memungkinkan siswa untuk melihat proses belajar sebagai suatu tantangan, berusaha
untuk memahami dan mempraktekkan apa yang mereka pelajari serta mampu
menampilkan usaha yang lebih baik untuk mencapai prestasi yang optimal (Perry
et.al, 2006).
Secara umum, program ini berjalan dengan lancar dan membantu F untuk
membuat target belajar yang realistis serta menumbuhkan inisiatif belajarnya secara
mandiri untuk menghadapi UAS BN. Meskipun demikian, kemampuan pengaturan
waktu yang baik belum dapat terbentuk dalam diri F mengingat terbatasnya waktu
pelaksanaan program menjelang UAS BN. Saran penting yang diajukan sebagai
evaluasi dari pelaksanaan program adalah pemantauan lebih lanjut yang dapat
dilakukan orang tua terhadap kebiasaan belajar F di tingkat SMP.

ABSTRACT
An intervention program is designed to help F, a sixth grader who shows
underachievement symptomps at school, in order to improve his academic
performance in facing final exams given by his shool. This program uses Self
Regulated Learning (SRL) process based on the principal of Zimmerman, Bonner &
Kovach (1996). SRL consists of four processes namely Self Evaluation and
Monitoring, Goal Setting and Strategic Planning, Strategy Implementation and
Monitoring and Strategic Outcome Monitoring to Increasing Planning in Learning and
Time Management Skill.
SRL has been chosen for the intervention because it can motivate students to
actively regulate their cognition and behavior to achieve their goals and gain better
achievements (Schunk and Zimmerman, 1998). Therefore, students’ ability to regulate
themselves is important for underachiever students in increasing academic
achievements because SRL help students to look at learning process as a challenge,
try to understand and apply what they have studied and to show better effort in
gaining fully optimized achievement (Perry et. al, 2006).
In general, this program has been successfully implemented and helped F in
making realistic study goals and built his initiative to study independently in facing
the final examination. On the other hand, F has not master good time management
skill because the lack of time in implementing the intervention program. In the future,
it is suggested that parents monitor F’s study habits in the secondary school."
2008
T37937
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rizqi Nur Azizah
"[Polifarmasi umum terjadi pada pasien geriatri. Kriteria Beers adalah alat untuk menilai ketidaksesuaian pengobatan pada pasien geriatri.Tujuan penelitian adalah untuk menilai efektifitas kriteria Beers dalam menurunkan kejadian penggunaan obat yang berpotensi tidak tepat pada pasien geriatri rawat inap di RSU Ibnu Sina Makassar. Rancangan penelitian ini adalah pre-experimental. Intervensi berupa informasi penggunaan obat kriteria Beers kepada dokter pada saat visite pasien.
Sampel penelitian berupa rekam medik 70 pasien kelompok pre intervensi dan 70 pasien kelompok post intervensi. Pengambilan sampel secara retrospektif September–November 2014 pada kelompok pre intervensi dan secara prospektif Desember 2014 - Februari 2015 pada kelompok post intervensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah obat yang tidak memenuhi kriteria Beers sebanyak 127 obat dari 70 resep sebelum intervensi dan 78 obat dari 70 resep setelah
intervensi. Perubahan terjadi dari 1-5 obat perlembar resep yang termasuk cakupan kriteria Beers sebelum intervensi menjadi 1-3 obat perlembar resep. Golongan obat yang paling banyak diresepkan tidak tepat berdasarkan kriteria Beers adalah insulin, benzodiazepin, dan NSAID. Usia 60-74 tahun dan lama rawat pasien lebih dari 5 hari berhubungan bermakna dengan kejadian peresepan yang berpotensi tidak tepat. Pemberian informasi obat berpengaruh bermakna
terhadap penurunan kejadian peresepan yang berpotensi tidak tepat dari 87,1% sebelum intervensi menjadi 65,7% setelah intervensi. Kesimpulan penelitian adalah pemberian informasi kriteria Beers kepada dokter efektif menurunkan peresepan obat yang berpotensi tidak tepat pada pasien geriatri rawat inap di RSU Ibnu Sina Makassar.;Polypharmacy was common in geriatric patients. Beers criteria is a tool that used to determine the inappropriate medical treatment to geriatric patients. The goal of this study was to determine the efectiveness of Beers criteria in decreasing the potency of inappropriate drugs use to the geriatric patients in Ibnu Sina Hospital
Makassar. The design of the study was pre experimental design. The intervention was the information about Beers criteria drugs use that given to the doctor when visit the patients. The medical record from 70 patients in pre intervention and 70 patients in post intervetion used as the samples of this study. The method of taking samples retrospectively has been done at September - November 2014 in
pre intevention group and prospectively at December 2014 - February 2015 in the post intervention group. 60-74 years of age and length of hospital patients over 5 days significantly associated with the occurrence of potentially improper prescription. Provision of drug information meaningful effect to reducing improper prescribing potentially from 87.1% before the intervention to 65.7% after intervention. So it could be concluded that the information giving about
Beers criteria to the doctor can decrease the inappropriate drugs use to the geriatric patients in Ibnu Sina Hospital Makassar.;Polypharmacy was common in geriatric patients. Beers criteria is a tool that used
to determine the inappropriate medical treatment to geriatric patients. The goal of
this study was to determine the efectiveness of Beers criteria in decreasing the
potency of inappropriate drugs use to the geriatric patients in Ibnu Sina Hospital
Makassar. The design of the study was pre experimental design. The intervention
was the information about Beers criteria drugs use that given to the doctor when
visit the patients. The medical record from 70 patients in pre intervention and 70
patients in post intervetion used as the samples of this study. The method of
taking samples retrospectively has been done at September - November 2014 in
pre intevention group and prospectively at December 2014 - February 2015 in the
post intervention group. 60-74 years of age and length of hospital patients over 5
days significantly associated with the occurrence of potentially improper
prescription. Provision of drug information meaningful effect to reducing
improper prescribing potentially from 87.1% before the intervention to 65.7%
after intervention. So it could be concluded that the information giving about
Beers criteria to the doctor can decrease the inappropriate drugs use to the
geriatric patients in Ibnu Sina Hospital Makassar, Polypharmacy was common in geriatric patients. Beers criteria is a tool that used
to determine the inappropriate medical treatment to geriatric patients. The goal of
this study was to determine the efectiveness of Beers criteria in decreasing the
potency of inappropriate drugs use to the geriatric patients in Ibnu Sina Hospital
Makassar. The design of the study was pre experimental design. The intervention
was the information about Beers criteria drugs use that given to the doctor when
visit the patients. The medical record from 70 patients in pre intervention and 70
patients in post intervetion used as the samples of this study. The method of
taking samples retrospectively has been done at September - November 2014 in
pre intevention group and prospectively at December 2014 - February 2015 in the
post intervention group. 60-74 years of age and length of hospital patients over 5
days significantly associated with the occurrence of potentially improper
prescription. Provision of drug information meaningful effect to reducing
improper prescribing potentially from 87.1% before the intervention to 65.7%
after intervention. So it could be concluded that the information giving about
Beers criteria to the doctor can decrease the inappropriate drugs use to the
geriatric patients in Ibnu Sina Hospital Makassar]"
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
T44044
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatmah
"Kemampuan kader dalam menilai status gizi lansia berdasarkan tinggi badan prediksi dan melakukan upaya promosi gizi dirasakan masih kurang. Oleh karena itu, telah dikembangkan alat IMT Meter untuk memprediksi status gizi lansia. Interpretasi hasil pengukuran berupa status gizi baik gizi kurang, normal, gizi lebih, maupun obesitas perlu ditindaklanjuti dengan upaya preventif bagi lansia. Salah satu masalah gizi yang banyak ditemukan pada lansia adalah obesitas dan hipertensi. Oleh karena itu, perlu dilakukan pelatihan penyuluhan obesitas dan hipertensi bagi kader posbindu dan petugas puskesmas.
Tujuan studi adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader posbindu dalam melakukan penyuluhan obesitas dan hipertensi lansia terkait hasil PSG lansia dengan alat IMT Meter. Kegiatan dilanjutkan dengan distribusi materi penyuluhan pada 21 posbindu dan dimonitor selama 2 bulan agar terpantau dengan baik. Desain quasi experimental digunakan dalam studi pada 59 kader posbindu dari 21 posbindu yang tersebar di Kota Depok.
Hasil studi menunjukan bahwa hampir seluruh responden tahu fungsi alat IMT Meter untuk mengukur prediksi tinggi badan lansia dengan keterbatasan fisik. Mayoritas responden berusia antara 40-49 tahun (42,2%), tamat SMA/SMK (46,7%) dengan lama kerja atara 1-5 tahun (40%). Hampir seluruhnya berprofesi sebagai ibu rumah tangga (71,1). Terjadi peningkatan pengetahuan hampir mencapai 15 poin dengan nilai rerata awal 64 dan rerata akhir 79. Skor sebelum pelatihan berbeda secara signifikan dengan skor pasca pelatihan (p=0,000). Pelatihan gizi dan kesehatan yang diikuti sebelumnya oleh responden mempengaruhi selisih skor akhir (p=0,002). Naiknya tingkat pengetahuan ini didukung pula oleh peningkatan kemampuan responden dalam melakukan teknik penyuluhan obesitas dan hipertensi lansia sebesar 90% selama dua kali pengamatan lapangan pasca pelatihan. Hampir seluruh kader telah mampu menyuluh dengan baik dalam penyampaian isi sesuai media secara sistematis dan menarik.
Disimpulkan bahwa pengetahuan dan keterampilan kader posbindu dapat ditingkatkan melalui pelatihan yang dilanjutkan dengan monitoring lapangan observasi keterampilan kader.

Training Effect on Improving Cadres? Knowledge and Skills of Obesity and Hypertension in Older People. Poor skill of cadres on nutritional status assessment in older people with disability should be increased. BMI (body mass index) Meter tool has been developed to predict the nutritional status of the elderly. Interpretation of the measurement results in the form of nutritional status i.e. underweight, normal, overweight, and obesity need to be followed up with preventive efforts. Most nutritional problems which faced by elderly are obesity and hypertension. Therefore, obesity and hypertension counseling training for cadres posbindu and community health center staff was needed.
The aim of this study is to assess the training effect on knowledge and skills in counseling obese and hypertension of elderly related to results of nutritional status asseesment of elderly using BMI Meter. Quasi-experimental design used in the study towards 38 cadres from 21 posbindus and 7 community health centers? staffs in Depok City.
The study results showed that most respondents knew the function of BMI Meter was to measure the predicted height of elderly with physical limitations at post-test (90%). Majority respondents aged between 40-49 years (42.2%) graduated from high school/vocational school (46.7%). At post-training, knowledge score increased almost 15 points and knowledge score at pre-training had significant difference with post-training (p = 0.000). Respondents whose previous nutrition and health training had significant difference with knowledge (p = 0.002). It also supported by increase their ability to conduct obesity and hypertension campaigns for elderly during twice observation field visit. Almost all respondents were able to counsel well in the delivery of media content sistematically and in interesting way.
It was concluded that knowledge and skills can be improved through training and post training retention.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dede Gemayuni Yusman
"Terdapat berbagai masalah klinis yang dapat terjadi dalam masa perkembangan anak. Masalah-masalah tersebut seharusnya menjadi perhatian karena berbagai konsekuensi yang mungkin terjadi dan dapat berlanjut hingga masa dewasa. Salah sate masalah klinis adalah ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity Disorder), yang merupakan suatu gangguan perkembangan, dalam bentuk gangguan pemusatan perhatian. Gangguan ini memiliki tiga gejala utama, yaitu inattention (kurang mampu memperhatikan), impulsivitas, dan hiperaktivitas (Wenar & Kerig, 2000).
Anak yang didiagnosa ADHD seringkali memiliki gangguan psikiatris lain dan mengalami serangkaian resiko kesehatan, perkembangan, dan sosial. ADHD diklasifkasikan dalam DSM-IV sebagai disruptive behavior disorder' karena adanya kesulitan yang signifikan dalam perilaku sosial dan penyesuaian sosial. Perilaku interpersonal anak ADHD lebih impulsif, mengganggu, berlebihan, tidak teratur, agresif, intens, dan emosional, sehingga mereka mengalami kesulitan dan gangguan dalam alur interaksi sosial biasa yang resiprokal dan kooperatif, yang merupakan bagian yang penting dalam kehidupan sosial anak. Barkley (2004) mengungkapkan bahwa ketika anak ADHD memasuki sekolah dasar, masalah dalam ketiga karakteristik utama berlanjut dan ditambah dengan berbagai kesulitan karena sekarang masalah mungkin terjadi di sekolah dan rumah. PrevaIensi ADHD pada usia sekolah mencapai sekitar 5 % dari anak usia sekolah (Wenar & Kerig, 2000). Masalah sosial pada anak ADHD muncul bukan hanya karena perilaku inattentive, hiperaktif, dan impulsif mereka, namun juga merupakan konsekuensi dari ekspresi emosi, raut muka, nada bicara, dan Bahasa tubuh yang berlebihan, lebih terbatasnya timbal batik dalam interaksi, kurang digunakannya pemyataan sosial yang positif, lebih negatifnya aksi fisik, dan terbatasnya pengetahuan akan keterampilan sosial (Barkley, 2004).
Menurut Combs & Slaby (dalam Cartledge & Milburn, 1995), keterampilan sosial adalah kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain dengan cara-cara yang dapat diterima secara sosial dan membawa manfaat bagi diri sendiri maupun orang lain secara timbal balik. Selain treatment dengan obat-obatan, anak ADHD membutuhkan bantuan khusus untuk mengembangkan tehnik dalam mengelola pola perilaku, termasuk cara berinteraksi dengan orang lain (National Institute of Mental Health, 2000). Oleh karena itu, peneliti terdorong untuk menyusun suatu program pelatihan keterampilan sosial bagi anak ADHD usia sekolah (6 -- 12 tahun). Pelatihan yang dilakukan merupakan modifikasi dari program pelatihan keterampilan sosial yang dikembangkan oleh Goldstein & Pollock (1988).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan sosial anak usia sekolah yang mengalami ADHD melalui program pelatihan keterampilan sosial. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Pengambilan sampel penelitian akan dilakukan melalui pemeriksaan psikologis. Subyek penelitian adalah 3 anak usia sekolah dengan diagnosis ADHD pada Axis I. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kuesioner asesmen keterampilan sosial yang diisi oleh guru dan orangtua sebelum dan sesudah subyek mengikuti pelatihan (pre and post training). Berdasarkan hasil kuesioner sebelum pelaksanaan program pelatihan serta wawancara dengan guru dan orangtua subyek, peneliti menentukan target pelatihan yaitu keterampilan sosial yang dianggap masih kurang atau buruk pada ketiga subyek. Tiga keterampilan sosial yang menjadi target pelatihan adalah Bertanya dengan Baik, Mengikuti PerintahlInstruksi, dan Menyadari Akibat Tindakannya terhadap prang Lain. Peneliti juga menggunakan token reinforcement berupa stiker "senyum" untuk menguatkan keterampilan sosial yang dilatihkan dan agar subyek bersikap kooperatif selama pelatihan. Token yang telah dikumpulkan oleh subyek dapat ditukarkan dengan hadiah pada hari terakhir pelatihan. Selama pelaksanaan pelatihan, peneliti melakukan observasi terhadap perilaku maupun jawaban-jawaban yang diberikan subyek pada tiap pertemuan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelatihan keterampilan sosial yang telah dilaksanakan sebanyak lima kali pertemuan (dengan tiga kali pertemuan inti untuk melatih keterampilan sosial yang menjadi target pelatihan) memperlihatkan terjadinya perkembangan keterampilan sosial pada subyek penelitian. Hasil kuesioner yang diisi 10 hari sesudah pelatihan (post training) menunjukkan bahwa dua subyek mengalami perubahan dalam hal keterampilan sosial sedangkan satu subyek lainnya tidak mengalami perubahan. Penerapan token reinforcement ditemukan cukup berhasil pada dua subyek yang mengalami perubahan namun kurang berhasil pada subyek yang tidak mengalami perubahan.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18640
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>