Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1751 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alexander A. Ivanov
"ABSTRAK
We discuss the side resonances of the optically detected magnetic resonance in a diamond crystal and propose a new approach to the calculation of the hyperfine interaction in a composed system consisting of a negatively charged nitrogen vacancy NV center and a nearby 13C nuclear spin. The energy levels, rule selection and radiative transitions are obtained by a new method. The base of this method is the use of a complete set of commuting operators and entangled spin states. An estimation of the carbon hyperfine splitting parameters in the diamond NV center from side resonance frequencies is obtained in the frame of this method."
TASK, 2017
600 SBAG 21:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Adib Muhammad Hasyim Wicaksono
"Pada dewasa ini kapal mempunyai peranan penting dalam perindustrian perkapalan. Perekonomian di dunia menggunakan transportasi kapal sebagai keberlangsungan ekonomi. Kapal multihull mempunyai keunggulan saat kecepatan tinggi. Multihull terdapat 4 major konfigurasi diantaranya Catamaran, Trimaran, quadramaran, dan Pentamaran. Penelitian dari Hambatan Pentamaran sudah diuji dalam eksperimen ini. Dalam kasus ini kapal Pentamaran mepunyai konfigurasi yang bisa mendukung semakin optimalnya nilai hambatan, stabilitas kapal, luasan dek kapal, dan kekuatan konstruksi. Hambatan merupakan simbol dari efisiensi kapal itu sendiri. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan konfigurasi pentamaran dengan nilai hambatan terendah pada kecepatan tinggi dengan rentang Fr 0.39-0.6. Eksperimen dilakukan pada kolam uji dengan permukaan air tenang.

On this ship has an important role in the shipping industry. Economy in the world using the transport ship as the sustainability of the economy. Multihull ships have advantages when at high speed. There are 4 major Multihull configuration such as Catamaran, Trimaran, Quadraman, and Pentamaran. The Research of Drag Reduction Pentamaran already tested. In this case Pentamaran have a configuration that can support optimalization in drag reduction, stability, ship deck area, the power construction. The obstacle is the symbol of the efficienct of the ship itself. The purpose of the research is to get the configuration of the lowest resistance value at high speeds with range Fr 0.39 0.6. The research has done on water tank with waterl level calm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68277
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faiz Muhammad Hanif
"Indonesia merupakan negara kepulauan membutuhkan kapal sebagai sarana transportasi laut yang menjadi penggerak roda perekonomian. Pengembangan dan penelitian kapal di dunia umumnya bertujuan untuk menghasilkan kapal dengan payload yang besar dan biaya operasi yang minim. Hal ini dapat terwujud dengan dek yang luas dan hambatan kapal yang rendah, inilah yang menjadi keunggulan kapal multihull. Maka dari itu skripsi ini menganalisis eksperimental karakteristik hambatan model kapal pentamaran dengan variasi hull separation dengan rentang froude Number 0.39-0.6 untuk mencari konfigurasi dengan hambatan yang paling menguntungkan. Penelitian ini akan memperlihatkan grafik nilai koefisien hambatan total dan faktor interferensi terhadap Froude Number.

Indonesia is an archipelagic country requiring ships as sea transportation to support the economy. The research of ships in the world generally aims to produce ships with large payload and minimal operating costs. It can be realized with a large deck and low ship resistance, this is the advantage of multihull ships. Therefore, this thesis analyzes the experimental characteristics of the resistance of pentamaran model with the variation of hull separation with Froude Number range 0.39 0.6 to find the most advantageous configuration. This study will show the graph of total resistance coefficient and interference faktor due to Froude Number."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68209
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Uswatun Hasanah
"Telah dilakukan pelapisan diamond-like carbon (DLC) dengan metode plasma enhanced chemical vapour deposition (PECVD). Variasi parameter jenis gas, temperatur, tekanan, dan architecture coating dilakukan untuk mengetahui karakteristik lapisan diamond-like carbon yang terbentuk. Diamond dan grafit adalah alotrop karbon yang paling banyak diketahui. Diamond merupakan mineral alam yang paling keras yang memiliki struktur hibridisasi sp3 dan memiliki sifat ketahanan terhadap abrasive. Sedangkan grafit memiliki sifat yang lunak dengan struktur hibridisasi sp2. Diamond-like carbon adalah bentuk karbon amorf metastabil yang memiliki hibridasi sp3 dan sp2.
Dalam penelitian ini dilakukan rekayasa lapisan diamod-like carbon di atas permukaan substrat AISI D2 dengan metode chemical vapour deposition berupa plasma lucutan pijar yang biasa disebut plasma enhanced chemical vapour deposition. Digunakan liquid petroleum gas (LPG) sebagai sumber gas hidrokarbon yang lebih murah dan mudah di dapat. Selain itu juga dilakukan variasi parameter tempespratur dan tekanan untuk mengontrol rasio sp3/sp2. Selanjutnya architecture coating dengan metode double layer dipilih sebagai upaya untuk memperbaiki lapisan single layer. Karakterisasi raman dilakukan untuk membuktikan pembentukan lapisan diamond- like carbon serta rasio ID/IG (Intensity Graphitic/Intensity Disorder). Selain itu pengujian mekanik dan keausan dilakukan untuk mengetahui hubungan rasio sp3/sp2 terhadap rekayasa yang telah dilakukan.
Penggunaan reaktan gas LPG sebagai sumber gas hidrokarbon untuk pelapisan berhasil meningkatkan nilai kekerasan lebih besar yaitu 418,08 HV dibandingkan dengan nilai kekerasan menggunakan gas C2H2 (388,58 HV). Selain itu penggunaan gas LPG menghasilkan CoF lebih kecil sebesar 5,52 x 10-3 sedangkan gas C2H2 didapatkan 7,59 x 10-3. Hal ini dikarenakan rasio H/C pada LPG yang lebih besar yaitu 2,3 sedangkan pada C2H2 yaitu 1. Daya lekat yang dimiliki lapisan dengan gas LPG maupun gas C2H2 memiliki kriteria klasifikasi yang sama yaitu 5B. Didapatkan ketebalan lapisan menggunakan gas LPG lebih besar yaitu 38,65 µm, sedangkan lapisan dengan gas C2H2 sebesar 25,7 µm. Ketebalan ini dipengaruhi oleh kandungan karbon di permukaan, didapatkan bahwa kandungan karbon LPG sebesar 50,57% sedangkan pada gas C2H2 sebesar 35,9%. Nilai rasio ID/IG penggunaan gas LPG berhasil menurunkan rasio yaitu 1.17 dibandingkan dengan gas C2H2 yaitu sebesar 1.31. Semakin kecil nilai rasio maka akan semakin bear rasio sp3/sp2 nya, hal ini akan memperbaiki sifat mekanik di permukaan.
Pengaruh parameter temperatur dan tekanan pelapisan juga telah dilakukan untuk merekayasa lapisan diamond-like carbon. Didapatkan bahwa nilai kekerasan terbesar terjadi di tekanan 1.6 mbar sebesar 445,51 HV, sedangkan pada temperatur yang lebih rendah yaitu 400 oC dihasilkan kekerasan yang lebih besar yaitu 448,06 HV dibandingkan nilai kekerasan pada temperatur yang lebih tinggi (450 oC). Kenaikan tekanan pada 1.6 mbar berhasil menurunkan CoF menjadi 1.3 x10-3. Selain itu juga pada temperatur 400oC dihasilkan nilai CoF yang lebih kecil sebesar 1,15 x10-3, sedangkan pada temperatur 450oC didapatkan 5,52 x10-3. Hal ini dikarenakan kenaikan tekanan akan menghasilkan volume gas yang meningkat dan menghasilkan deposisi yang semakin banyak di permukaan substart yang menyebabkan kekerasan dan ketahanan ausnya meningkat. Kemudian pada temperatur rendah akan menghasilkan tumbukan antar gas dengan energi yang lebih kecil untuk menghasil sp3 lebih banyak, sehingga hal ini menyebabkan peningkatan kekerasan dan ketahanan keausan pada lapisan DLC. Daya lekat yang dimiliki lapisan diamond-like carbon pada semua varisasi temperatur dan tekanan memiliki kriteria klasifikasi yang sama yaitu 5B. Peningkatan temperatur berhasil meningkatkan ketebalan yaitu 38,65 µm. Sedangkan peningkatan ketebalan lapisan didapatkan pada tekanan yang rendah yaitu 1.2 mbar sebesar 28,9 µm. Kenaikan tekanan pada 1.6 mbar berhasil menurunkan rasio ID/IG sebesar 0,84 dibandingkan pada tekanan 1.4 dan 1.2 mbar masing-masing sebesar; 0,96 dan 1,17. Penurunan temperatur terbukti berhasil menurunkan rasio ID/IG sebesar 0,78. Semakin kecil nilai rasio maka akan semakin bear rasio sp3/sp2 nya, hal ini akan memperbaiki sifat mekanik di permukaan.
Selain pelapisan single layer, architecture coating dengan metode double layer telah dilakukan untuk memperbaiki sifat lapisan single layer. Kemudian pengembangan lapisan interlayer kromium juga dilakukan sebagai metode architecture coating lainnya. Pada tahap penelitian architecture coating diperoleh dengan metode double layer Rekayasa 1 didapatkan nilai kekerasan 438,7 HV dan CoF sebesar 2.9x10-3. Hal ini dikarenakan pengaruh gas LPG pada tahap 2 di rekayasa 1 yaitu penggunaan gas LPG, tahap akhir disetiap rekayasa menentukan sifat dari lapisan DLC. Daya lekat yang dimiliki architecture coating Rekayasa 1 dan Rekayasa 2 juga memiliki kriteria klasisfikasi yang sama dengan lapisan diamond-like carbon single layer yaitu 5B. Selain itu juga ketebalan lapisan Rekayasa 1 dan Rekayasa 2 didapatkan masing masing; 30,1 µm dan 24,3 µm. Hal ini dikarenakan jumlah kandungan karbon di permukaan pada Rekayasa 1 lebih besar yaitu 48,74% dan pada Rekayasa 2 yaitu sebesar 29,08%. Architecture coating Rekayasa 1 memiliki nilai rasio ID/IG yang lebih kecil dibandingkan Rekayasa 2 yaitu masing-masing; 0,89 dan 0,96. Semakin kecil nilai rasio maka akan semakin besar rasio sp3/sp2 nya, hal ini akan memperbaiki sifat mekanik di permukaan. Lapisan interlayer chromium pada rekayasa parameter arus dan waktu pelapisan berhasil memperbaiki sifat mekanik dan ketahanan aus subtrat AISI D2. Kenaikan nilai kekerasan seiring dengan penurunan laju keausan yang mencapai 2,85 x 10-6. peningkatan arus listrik meningkatkan migrasi ion chromium dari larutan elektrolit ke katoda dan menghasilkan lebih banyak chromium di permukaan.

A diamond-like carbon coating has been carried out using the plasma enhanced chemical vapor deposition method. Variations in the parameters of gas type, temperature, pressure, and architecture coating were carried out to determine the characteristics of the diamond-like carbon layer formed. Diamond and graphite are the most widely known allotropes of carbon. Diamond is the hardest mineral with an sp3 hybridized structure and abrasive resistant properties. Meanwhile, carbon has a soft nature with an sp2 hybridization structure. Diamond-like carbon is a metastable amorphous carbon form with sp3 and sp2 hybridization.
In this study, we fabricate diamond-like carbon coatings on AISI D2 substrates using glow discharge plasma-enhanced chemical vapor deposition. LPG gas is used as a cheap and readily available source of hydrocarbon gas. In addition, we modified the temperature and pressure parameters to control the sp3/sp2 ratio. In addition, a double- layer coating structure was chosen to improve the single-layer coating. Raman characterization was performed to demonstrate the formation of diamond-like carbon layers and the sp3/sp2 ratio. Additionally, mechanical and abrasion tests were performed to determine the relationship between the sp3/sp2 ratio and the technique performed.
Using LPG gas reactants as a source of hydrocarbon gas for coatings increased the hardness value to , 418.08 HV as compared to 388.58 HV when using C2H2 gas reactants. In addition, using LPG gas resulted in a CoF of 5.52 x 10-3, whereas C2H2 gas yielded 7.59 x 10-3. This is because the ratio of hydrogen to carbon in LPG is greater than in C2H2; 2.3, 1 respectively. The adhesion of the coating with LPG gas and C2H2 gas has the same classification, 5B, as the adhesion of the coating with C2H2 gas. It was determined that the layer with LPG gas was thicker, measuring 38.65 µm, than the layer with C2H2 gas, which measured 25.7 µm. This thickness is influenced by the carbon content on the surface; it was determined that the carbon content of LPG was 50.57 % while it was 35.9% for C2H2 gas. Using LPG gas, the ID/IG ratio decreased to 1.17 from 1.31 when C2H2 gas was utilized. The greater the sp3/sp2 ratio, the better the mechanical properties of the surface, the smaller the ratio.
The influence of coating temperature and pressure parameters has also been carried out to engineer diamond-like carbon coatings. At a pressure of 1.6 mbar, the highest hardness value was 445.51 HV, while at a lower temperature of 400 oC, the hardness value was 448.06 HV, which was greater than the hardness value at a higher temperature (450 oC). The pressure increase at 1.6 mbar was able to decrease the CoF to 1.3 x 10-3. In addition, a CoF value of 1.15 x10-3 was measured at 400oC, whereas 5.52 x10-3 was measured at 450oC. This is due to the fact that an increase in pressure will result in an increase in gas volume, leading to an increase in deposition on the surface of the substrate, thereby increasing its hardness and wear resistance. Then, at low temperatures, encounters between gases with less energy produce more sp3, resulting in an increase in the DLC layer's hardness and wear resistance. The adhesion of the diamond-like carbon layer is classified as 5B regardless of variations in temperature and pressure. Temperature increase resulted in a thickness increase of 38.65 m. While the increase in layer thickness was achieved at a low pressure of 1.2 mbar and 28.9 µm, it was observed at a thickness of 28.9 µm. Increased pressure at 1.6 mbar decreased the ID/IG ratio by 0.84 compared to pressures of 1.4 and 1.2 mbar, by 0.96 and 1.17 respectively. The ID/G ratio was successfully decreased by 0.78 by lowering the temperature. The greater the sp3/sp2 ratio, the better the mechanical properties of the surface, the smaller the ratio.
In order to enhance the properties of single layer coating, architecture coating with double layer method has also been implemented. The development of the chromium interlayer layer as an additional architectural coating method followed. At the architectural coating research stage, the double layer Design 1 method yielded a coating with a hardness of 438.7 and a CoF of 2.9 x 10-6. This is due to the effect of LPG gas in stage 2 of design 1. The final stage of this design affects the characteristics of the DLC layer. The adhesive strength of Design 1 and Design 2 is also classified as 5B, the same as the single-layer diamond-like carbon coating. In addition, the thickness of Design 1 and Design 2 layers were determined to be 30,1 µm and 24,3 µm, respectively. This is because the surface carbon content of Design 1 is 48.74% higher than Design 2, which is 29.08%. Design 1's architectural coating has a lower ID/G ratio than Design 2's; 0.89 and 0.96, respectively. The surface's mechanical properties will be enhanced as the ratio decreases and the sp3/sp2 ratio increases. The mechanical properties and wear resistance of the AISI D2 substrate were enhanced by the chromium interlayer coating on the current and coating time parameter optimization. The increase in hardness value corresponded to the 2.85 x 10-6 decrease in wear rate. The increase in ecurrent increases the migration of chromium ions from the electrolyte solution to the cathode, resulting in a greater concentration of chromium on the surface.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nandang Suhendra
"Diamond-like carbon amorfos telah berhasil dideposisikan pada substrate steel, menggunakan ion beam tunggal dan dua sumber karbon dalam bentuk gas dan padat (solid). Film-film hasil deposisi terbentuk dalam tiga warna, yaitu biru, kuning dan putih. Ketiga warna tersebut sangat bergantung pada jaraknya terhadap target solid. Ketebalan film berkisar mulai dari beberapa puluh sampai 200 nm, dan hardness nya dalam range 13.37 sampai 20.21 GPa. Tidak ada bukti yang penting mengenai terjadinya karburasi (carburation) dari substrate steel selama proses deposisi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nandang Suhendra
"Diamond-like carbon amorfos telah berhasil dideposisikan pada substrate steel, menggunakan ion beam tunggal dan dua sumber karbon dalam bentuk gas dan padat (solid). Film-film hasil deposisi terbentuk dalam tiga warna, yaitu biru, kuning dan putih. Ketiga warna tersebut sangat bergantung pada jaraknya terhadap target solid. Ketebalan film berkisar nilai dari beberapa puluh sampai 200 nm, dan e hardness nya dalam range 13.37 sampai 20.21 GPa. Tidak ada bukti yang penting mengenai terjadinya karburasi (carburation) dari substrate steel selama proses deposisi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
T40863
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Respati Kevin Prama Dewandaru
"Penelitian ini mempelajari elektroreduksi karbon dioksida CO2 pada permukaan boron-doped diamond BDD termodifikasi iridium Ir-BDD . BDD diketahui sebagai suatu kandidat yang menarik untuk aplikasi dalam proses elektroreduksi CO2 karena dilaporkan memiliki kestabilan yang tinggi dan kemampuan menghasilkan radikal bebas dengan persen hasil yang tinggi. Modifikasi elektroda BDD dilakukan dengan teknik kronoamperometri pada potensial reduksi 0,60 V vs. Ag/AgCl menggunakan larutan K2IrCl6 dalam H2SO4. Karakterisasi dilakukan menggunakan instrument X-Ray Photoelectron Spectroscopy XPS , Scanning Electron Microscopy SEM, dan Raman Spektroskopi. Teknik kronoamperometri juga digunakan untuk proses elektroreduksi CO2 dalam sel elektrokimia yang memiliki dua kompartemen yang dipisahkan oleh membran Nafion. Potensial reduksi yang digunakan adalah -1.5 V dan -2.5 V vs. Ag/AgCl. Karakterisasi hasil elektroreduksi CO2 yang dilakukan dengan menggunakan High Performance Liquid Cromatograph HPLC dan Gas Chromatography GC. Perbandingan dengan elektroda BDD, Ir-BDD, dan BDD termodifikasi IrO2 IrO2-BDD menunjukkan bahwa Ir-BDD dan BDD menghasilkan asam format, sedangkan IrO2-BDD menghasilkan asam asetat.

This research studied about electroreduction carbodioxide CO2 at the surface of boron doped diamond BDD modified by iridium Ir BDD. BDD is known as an attractive candidate for applications in the electroreduction of CO2 due to its high stability and its ability to produce radicals in high percent yields. Modification of BDD was performed using chronoamperometry method in a solution of K2IrCl6 in H2SO4 at the potensial of reduction of 0.60 V vs. Ag AgCl. Characterization was performed by X Ray Photoelectron Spectroscopy XPS, Scanning Electron Microscopy SEM, and Raman Spectroscopy. Chronoamperometry technique was also employed for the electroreduction process of CO2 using an electrochemical cell with 2 compartments separated by a Nafion membrane. The reduction potentials of 1.5 V and 2.5 V vs. Ag AgCl were applied. The results of electroreduction process of CO2 were characterized by High Performance Liquid Cromatography HPLC and Gas Chromatography GC. Comparison of Ir BDD with BDD and BDD modified by iridium oxide IrO2 BDD suggested that Ir BDD and BDD produced formic acid, while IrO2 BDD produced acetic acid. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S69198
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asman Kumik
"ABSTRAK
Peningkatan konsentrasi CO2 diatmosfer mengakibatkan permasalahan lingkungan sehingga konversi CO2 menjadi bahan kimia dan bahan bakar menarik untuk dikaji. Salah satu alternatif dalam daur ulang siklus karbon terbarukan yaitu dengan reduksi elektrokatalitik CO2 dapat dilakukan dalam kondisi ruang dan mudah dikontrol proses reaksinya dengan pengubahan potensial. Pada penelitian ini, boron-doped diamond dimodifikasi terlebih dahulu dengan AuNP, PdNP dan AuPdNP kemudian diaplikasikan untuk reduksi CO2 secara elektrokimia. Sebelum dilakukan perendaman dengan larutan nanopartikel, BDD dimodifikasi dengan larutan allilamina dibawah sinar UV selama 6 jam. Kemudian direndam dalam larutan koloid nanopartikel. Karakterisasi larutan nanopartikel dilakukan dengan UV-Vis dan TEM, sedangkan BDD termodifikasi dikarakterisasi dengan SEM EDS, XPS dan secara elektrokimia. Elektroreduksi CO2 dilakukan dalam sel dengan dua kompartemen dengan larutan elektrolit NaCl 0,1 M di dalam ruang katoda dan larutan Na2SO4 0,1 M di dalam ruang anoda. Potensial yang digunakan ialah -0,8 V, -0.9V, dan -1,1V vs Ag/AgCl dengan waktu reduksi selama 60 menit. Produk yang dihasilkan dikarakterisasi dengan GC, HPLC dan GC-MS. Efisiensi Faraday tertinggi dihasilkan oleh elektroda BDDN-AuPdNP sebesar 84,564 dan asam asetat sebagai salah satu produk.Kata kunci: Elektroreduksi CO2, nanopartikel emas palladium, boron-doped diamond, modifikasi permukaan.

ABSTRACT
The increase of CO2 concentrations in atmosphere can cause an environmental problem so CO2 conversion to chemicals and fuels become interesting to be investigated. One of the alternative in recycling renewable carbon cycles is electrocatlytic conversion of CO2 using the electrochemical method due to mild condition and easily controllable in term of reaction process by changing the potential value. In this study, boron doped diamond was previously modified with AuNP, PdNP and AuPdNP then applied for electrochemical reduction. Before modification with nanoparticle solutions, BDD was modified with allylamine under UV light for 6 hours. The nanoparticle solutions were characterized by UV Vis and TEM, while modified BDD was characterized by SEM EDS, XPS and electrochemical characterization. The electroreduction of CO2 was performed on two cell compartments using NaCl 0,1M in cathode and Na2SO4 in anode. The potentials used were 0.8 V, 0.9V, and 1.1V vs. Ag AgCl with a reduction time of 60 min. The resulting products were characterized by GC, HPLC and GC MS. The highest Faradic efficiency is mostly generated by BDDN AuPdNP electrode, approximately 84.564 and the only electrode form these experiments which had produced acetic acid.Keywords the electroreduction of CO2, gold palladium nanoparticle, boron doped diamond, surface modification."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
T50393
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Zahran Ilyasa
"Tingginya konsentrasi CO2 di atmosfer menyebabkan perubahan iklim dan lingkungan. Oleh karena itu, riset untuk mereduksi CO2 banyak dilakukan oleh para peneliti dengan harapan dapat mengkonversi CO2 secara langsung menjadi hidrokarbon. Pada penelitian ini dilakukan deposisi permukaan BDD dengan tembaga untuk meningkatkan sifat katalitik dari BDD sebagai elektroda kerja. Deposisi dilakukan dengan teknik kronoamperometri pada potensial -0,6 V (vs Ag/AgCl) dan dikarakterisasi menggunakan instrumentasi SEM, EDS, XPS, dan CV. Elektroda yang telah dipreparasi digunakan untuk mereduksi CO2 dengan sistem flow cell guna meningkatkan efisiensi Faraday dari produk yang dihasilkan. Sel yang digunakan terdiri atas dua kompartemen yang dipisahkan dengan membran nafion. Di ruang katoda, elektrolit yang digunakan adalah larutan KCl 0,5 M, sedangkan di anoda larutan KOH 0,5 M. Elektroreduksi CO2 menggunakan elektroda kerja berupa BDD dan Cu-BDD dilakukan dengan memberikan potensial tetap selama 60 menit. Potensial yang digunakan bervariasi pada -1,5 V, -1,7 V, dan -1,9 V (vs. Ag/AgCl). Produk hasil reduksi dianalisa menggunakan HPLC dan GC. Produk terbanyak yang dihasilkan adalah asam format dengan konsentrasi sebesar 75,375 mg/L dan efisiensi Faraday sebesar 57% pada elektroda BDD di potensial -1,9 V.

High concentrations of CO2 in the atmosphere cause climate and environmental change. Therefore, many research had been done by researchers to reduce CO2 by converting CO2 directly into hydrocarbons. In this research, CO2 electroreduction was studied using boron-doped diamond (BDD) modified with copper nanoparticles to improve the catalytic properties of BDD as a working electrode. Deposition was performed by chronoamperometry technique at a potential of -0.6 V (vs Ag / AgCl) and characterized using SEM, EDS, XPS, and CV instrumentation. The cell used consists of two compartments separated by a Nafion membrane. In the cathode chamber, the electrolyte used was 0.5 M KCl solution, while the anode used a 0.5 M KOH solution. CO2 electroreduction using a working electrode in the form of BDD and Cu-BDD was carried out by giving a fixed potential for 60 minutes. The potential used varies at -1.5 V, -1.7 V, and -1.9 V (vs. Ag/AgCl). Reduced products are analyzed using HPLC and GC. The most produced product is formic acid with a concentration of 75.375 mg/L and Faradaic efficiency is 57% on a BDD electrode in -1.9 V potential."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Farhan Robani
"Teknologi pada era industri 4.0 menuntut kebutuhan akan perangkat teknologi yang semakin canggih namun dengan berat yang semakin ringan dan ukuran yang lebih kecil. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, proses manufaktur berkembang kearah pembuatan komponen elektronik mikro yang diproduksi dengan teknik fabrikasi mikro (Microforming). Komponen dalam proses microforming yang paling berpengaruh yaitu cetakan (dies), dimana gesekan antarmuka antara permukaan cetakan dengan benda kerja dapat berpengaruh terhadap hasil produk akhir serta dapat memperpendek umur pakai cetakan. Untuk mengatasi masalah ini dapat diberikan pelapisan permukaan cetakan dengan diamond-like carbon (DLC). Studi literatur ini mempelajari pelapisan DLC pada permukaan cetakan microforming dengan membandingkan data penelitian terhadap koefisien friksi dan laju keausan. Hasil perbandingan pelapisan DLC dengan teknik physical vapour deposition (PVD) pada permukaan cetakan baja AISI D2 menghasilkan pengurangan nilai koefisien friksi hingga 50% dan penurunan laju keausan sebesar 2-6 kali lipat lebih kecil. Variasi penambahan gas Ne ke dalam gas Ar pada proses pelapisan DLC menghasilkan pengurangan koefisien friksi beserta laju keausan. Ketahanan aus lapisan DLC menunjukkan nilai koefisien friksi dan laju keausan terendah bila dibandingkan lapisan tahan aus lain.

Technology in the industrial era 4.0 demands the need for increasingly sophisticated technological devices but with lighter weight and smaller sizes. To meet these needs, the manufacturing process has been developing towards the manufacture of micro-electronic components which are manufactured using micro fabrication techniques (Microforming). The component in microforming process that has the most influence is the die, where the interface friction between the surface of the die and the workpiece can affect the final product and shorten the life cycle of the die. In this literature review, the DLC coating on the surface of the microforming die will be studied by comparing research data on the friction coefficient and wear rate. The comparison results of DLC coating with physical vapour deposition (PVD) techniques on the die surface, namely AISI D2 steel, have shown a reduction in the friction coefficient value of up to 50% and a decrease in wear rate of 2-6 times smaller. Then the variation with the addition of Ne gas into Ar gas in the DLC coating process obtained a reduction in the friction coefficient along with the wear rate. Finally, the wear resistance of the DLC coating is compared with other wear-resistant coatings, the lowest friction coefficient and wear rate were found in the DLC coating when compared to others."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>