Ditemukan 121217 dokumen yang sesuai dengan query
Shirly Palupi Setiawan
"Skripsi ini bertujuan untuk menganalisa efek perang nilai tukar secara keseluruhan di negara - negara berkembang melalui survei studi. Studi ini juga menginvestigasi efek devaluasi dalam jangka pendek terhadap neraca perdagangan secara empiris. Model regresi digunakan dalam menganalisa hubungan antara nilai tukar dan neraca perdagangan untuk membuktikan hipotesa Kurva J dengan menggunakan panel data dari 8 negara - negara berkembang dalam periode 2000 - 2016. Negara - negara tersebut yang terdiri dari Venezuela, Brazil, China, Iran, Congo, Malaysia, Philippines, and Uruguay diklasifikasikan berdasarkan rezim nilai tukar. Hasil studi menunjukkan bahwa efek jangka pendek devaluasi berdampak buruk terhadap neraca perdagangan disebabkan oleh tingginya ketergantungan imported inputs dalam produksi barang ekspor pada negara - negara berkembang.
This paper presents a survey study reviewing the overall effects of currency wars in developing countries. The study also investigates the short run effects of devaluation on trade balance particularly in an empirical study. A regression model is established to analyse the relationship between exchange rates and the trade balance in verifying the J-curve hypothesis by using a panel data of eight developing countries for the period 2000 - 2016. These countries, which consist of Venezuela, Brazil, China, Iran, Congo, Malaysia, Philippines, and Uruguay, are classified based on their exchange rate regimes. The findings indicate that the short run effects of devaluation lead to a worsening in trade balance due to most of developing countries are highly dependence on imported inputs in their production of exports."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Rickards, James
"Drawing on a mix of economic history, network science, and sociology, "Currency Wars" provides a rich understanding of the increasing threats to U.S. national security, from dollar devaluation to collapse in the European periphery, failed states in Africa, Chinese neomercantilism, Russian adventurism, and the current scramble for gold."
London: Portfolio/Penguin, 2011
332.4 RIC c
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Herlina Budiarti
"Tesis ini menganalisis depresiasi nilai tukar terhadap neraca perdagangan bilateral dan fenomena J-curve untuk kasus Indonesia dengan 6 negara mitra dagang terbesarnya yaitu Jepang, Amerika Serikat, China, Korea Selatan, Jerman, dan Inggris. Metode pendekatan Autoregressive Distributed Lag (ARDL) terhadap ECM digunakan untuk mengestimasi data perdagangan bilateral Indonesia pada periode I998Ql-2008Ql.
Hasil empiris menunjukkan bahwa efek depresiasi nilai tukar rupiah memiliki dampak jangka pendek dan jangka panjang terhadap neraca perdagangan bilateral Indonesia. Fenomena J-curve ditemukan pada neraca perdagangan bilateral Indonesia dengan Amerika Serikat, China, Jerman, dan Korea Selatan. Sementara untuk neraca perdagangan bilateral Indonesia dengan Jepang dan lnggris, fenomena J-curve hanya terjadi pada jangka pendek saja.
The focus of this study is to analyze the effect of currency depreciation on the bilateral trade balance and the J-curve phenomenon for Indonesian trade and her 6 major trading partners-Japan, United States of America, China, South Korea, Germany and United Kingdom. The Autoregressive Distributed Lag (ARDL) approach to error correction model is deemed to be appropriate to estimate Indonesia's bilateral trade data during the period of l998Ql-2008Ql. The empirical result reveals that depreciation of rupiah has short-run and long-run effects on the bilateral trade balance between indonesia and her 6 major trading partners. However, the J-curve phenomenon is present in 4 cases, i.e. in the trade balance between Indonesia and USA, China, Germany, and South Korea. As for Japan and U.K, the J-curve phenomenon only occurs in the short~run."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T21099
UI - Tesis Open Universitas Indonesia Library
Randa Silvano Bangun
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan pembentukan mata uang tunggal di ASEAN-5 dengan meneliti hubungan antara volatilitas nilai tukar dengan variabel optimum currency area (OCA) menggunakan Dollar Singapura sebagai mata uang acuan. Penelitian ini menggunakan metode Error Correction Model (ECM) dengan periode penelitian pada tahun 1975-2010. Hasil analisis penelitian ini didasari oeh variabel kriteria OCA membuktikan Dollar Singapura bukan merupakan mata uang acuan yang ideal untuk ASEAN-5, dengan Thailand dan Malaysia merupakan negara yang paling mendekati untuk membentuk mata uang tunggal dengan Singapura. Sedangkan Indonesia dan Filipina belum siap.
The purpose of this research is to analyze the feasibility to form a currency union in ASEAN-5 through the investigation of how well the optimum currency area (OCA) criteria variabels could explain the exchange rate volatility by using Singapore Dollar as an anchor currency. This research uses Error Correction Model (ECM) Method with 1975-2010 research period. Based on OCA criteria, this study results show that Singapore Dollar is not suitable as anchor currency and not all ASEAN-5 countries such as Indonesia and Philipines could form currency union."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S45798
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Moekti Prasetiani Soejachmoen
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1992
S18282
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Lewis, Brenda Ralph
New York: Random House, 1993
R 737.4 LEW c
Buku Referensi Universitas Indonesia Library
Coyle, Brian
Canterbury: Financial World Publishing, 2000
658.155 COY c
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Coyle, Brian
Canterbury: Financial World, 2000
332.45 COY c
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Coyle, Brian
Canterbury: Financial World, 2000
658.155 COY c
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Girsang, Erna Sari Ulina
"Salah satu alternatif mengatasi persoalan dispersi mata uang adalah dengan membentuk mata uang tunggal, tetapi harus memenuhi berbagai persyaratan agar manfaat yang diperoleh lebih besar dari kerugian. Salah satu teori yang mendasari pembentukan mata uang bersama adalah Teory Optimum Currency Area (OCA), di mana nilai tukar negara-negara dalam OCA harus bergerak ke arah derajat yang sama (co-movement). Nilai tukar nominal akan mengambil alih peran variabel riil dalam melakukan penyesuaian terhadap goncangan. Co-movement nilai tukar harus dipengaruhi oleh indikator makro, yaitu inflasi, suku bunga, produk domestik bruto, dan jumlah uang beredar.
Arah permodelan dan teknik estimasi yang digunakan harus ditujukan untuk mendeteksi terpenuhinya ketiga karakteristik di atas, sehingga digunakan vector error correction model (VECM). Hasilnya, diketahui co-movement jangka panjang hanya diperoleh dari pergerakan ringgit Malaysia dan dolar Singapura. Namun, tidak semua indikator makro menjadi faktor penjelas dari pegerakan nilai tukar itu. Dengan demikian, secara keseluruhan tidak ditemukan indikasi pementukan mata uang tunggal dari pergerakan nilai tukar dan indikator makro ekonomi ASEAN5.
One alternative to overcome the dispersion problem is the currency by establishing a single currency, but must meet various requirements for benefits greater than the losses. One theory that underlies the formation of a common currency is the Theory of Optimum Currency Area (OCA), in which the exchange rate of countries in the OCA should be moving toward the same degree (comovement). Nominal exchange rate would takeover the role of real variables in making adjustments to the shocks. Co-movement rate should be influenced by economic indicators, namely inflation, interest rates, gross domestic product, and the money supply. The direction of modeling and estimation techniques used should be directed to detect the fulfillment of the three characteristics above, so the used vector error correction model (VECM). The result, known to long-term co-movement is only obtained from the movement of Malaysian ringgit and Singapore dollar. However, not all macro indicators of movement explanatory factors of exchange value. Thus, overall indication to create not find a single currency exchange rate fluctuations and macroeconomic indicator ASEAN5."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2011
T28307
UI - Tesis Open Universitas Indonesia Library