Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 68092 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurul Gusti Khatimah
"ABSTRAK
Infeksi Streptococcus pyogenes paling sering menyebabkan faringitis. Terdapat 10% populasi yang alergi terhadap penisilin sebagai terapi lini pertama, sehingga diberikan alternatif berupa eritromisin. Namun, S. pyogenes dilaporkan resisten terhadap eritromisin dan dapat menyebabkan kematian. Moringa oleifera Lamk. merupakan tumbuhan yang banyak ditemui di Indonesia dan diketahui memiliki efek antibakteri. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efek antibakteri ekstrak daun M. oleifera Lamk. terhadap S. pyogenes. Penelitian ini menggunakan ekstrak daun M. oleifera Lamk. dengan metode makrodilusi untuk melihat nilai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) terhadap S. pyogenes. Ekstrak dibagi menjadi konsentrasi 150 mg/mL, 75 mg/mL, 37,50 mg/mL, 18,75 mg/mL, dan 9,38 mg/mL dengan kontrol positif berupa media dengan bakteri dan media dengan DMSO dan bakteri, serta kontrol negatif berupa media, ekstrak, antibiotik, dan antibiotik dengan bakteri. Antibiotik yang digunakan adalah amoksisilin dan inokulum bakteri dibuat berdasarkan standar McFarland 0,5. Jumlah koloni bakteri pada seluruh uji dan kontrol dihitung dengan metode pour plate, dan hasil jumlah koloni yang didapat dianalisis menggunakan SPSS dengan uji normalitas Shapiro-Wilk dan uji ANOVA. Ekstrak daun M. oleifera Lamk. memiliki efek antibakteri terhadap S. pyogenes dengan nilai KHM 18,75 mg/mL dan KBM 37,50 mg/mL dengan hasil perhitungan jumlah koloni didapatkan data terdistribusi normal dengan rerata dan standar deviasi pada KHM sebesar 22,50 ± 6,091. Uji ANOVA menunjukkan terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) dengan uji Post Hoc Bonferroni terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) antara KHM dengan konsentrasi 9,38 mg/mL dan KHM dengan masing-masing kontrol positif, sedangkan antara kedua kontrol positif tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,05).

ABSTRACT
Streptococcus pyogenes infection mostly causes pharyngitis. Penicilin as the first-line therapy is not used by 10% of the population because of alergic reaction, so as an alternative therapy erythromisin is given. However, S. pyogenes is reported resistant to erytromycin and causes mortality. Moringa oleifera Lamk. abundantly grows in Indonesia and is known to have an antibacterial effect. This research is conducted to determine the antibacterial effect of M. oleifera Lamk. leaf extract against S. pyogenes. This research used M. oleifera Lamk. leaf extract to see Minimum Inhibitory Concentration (MIC) and Minimum Bactericidal Concentration (MBC) against S. pyogenes using macrodilution method. The extract is divided into 5 concentrations such as 150 mg/mL, 75 mg/mL, 37.50 mg/mL, 18.75 mg/mL, and 9.38 mg/mL with positive controls such as medium with bacteria, and medium with DMSO and bacteria, and negative controls such as medium, extract, antibiotic, and antibiotic with bacteria. The antibiotic that is used in this research is amoxicillin and the inoculum of bacteria is made using McFarland 0.5 standard. Colony counting among all samples and controls is conducted using pour plate method, and the results are analyzed using normality test Shapiro-Wilk and ANOVA test using SPSS. M. oleifera Lamk. leaf extract has an effect as an antibacterial against S. pyogenes with MIC in concentration 18.75 mg/mL and MBC in concentration 37.50 mg/mL. The result of colony counting is distributed normally with mean ± standard deviation in MIC is 22.50 ± 6.091. Both ANOVA test and Post Hoc Bonferroni test show that there are statistically significant (p<0.05). Between MIC and concentration 9.38 mg/mL and MIC with each positive control are statistically significant (p<0.05), while between each positive control is not statistically significant (p>0.05).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pradipta
"Penyakit infeksi masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia, dimana salah satu bakteri penyebabnya adalah Streptococcus pyogenes. Bakteri ini dapat menyebabkan penyakit-penyakit penting mulai dari infeksi kulit hingga penyakit yang dapat membahayakan nyawa seperti glomerulonephritis. Hingga saat ini, penyembuhan untuk bakteri Streptococcus pyogenes masih bergantung dengan antibiotik jenis penicillin maupun ciprofloxacin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak biji pepaya (Carica papaya L) memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Streptococcus pyogenes dengan melihat konsentrasi hambat minimum (KHM) dan konsentrasi bunuh minimum (KBM). Penelitian ini dilakukan menggunakan uji in-vitro dengan cara mikrodilusi tabung. Ekstrak biji pepaya digunakan dengan variasi konsentrasi 16.5%, 11%, 8.25%, dan 5.5%. KHM ekstrak biji pepaya ditemukan pada konsentrasi 16.5% ditandai dengan larutan yang bening pada tabung dengan konsentrasi ekstrak sebesar 16.5%. Dilain pihak, KBM ekstrak biji pepaya ditemukan pada konsentrasi 5.5%, yang ditandai dengan tidak adanya pertumbuhan koloni bakteri pada agar darah. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ekstrak biji pepaya berpotensi sebagai agen antibakteri untuk melawan bakteri Streptococcus pyogenes

Nowadays, infection is still a major problem in Indonesian health management. Streptococcus pyogenes is an example of a bacteria that needs more attention since it can cause a mild infection on skin untill a deadly infection such as glomerulonephritis. In Indonesia, treatment for Streptococcus pyogenes infection is still heavily dependent on the use of penicillin or ciprofloxacin. This reasearch’s objective is to discover if papaya’s seed (Carica papaya L) has an antibacterial activity for Streptococcus pyogenes by measuring the Minimum Inhibitory Concentration (MIC) and Minimum Bactericidal Concentration (MBC). This reasearch was done by in vitro test using a microdilution tube. Papaya’s seed extracted in varied concentration which is 16.5%, 11%, 8.25%, and 5.5%. The results showed that Minimum Inhibition Concentration (MIC) of papaya’s seed extract concentration is 16.5% shown by a clean solution in tube. On the other hand, Minimum Bactericidal Concentration (MBC) of papaya’s seed extract is 5.5% with no colony growth found in the blood agar specimen. In conclusion, papaya’s seed extract has a good potential to be an antibacterial to treat Sptretococcus pyogenes."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iif Pramesti Cahyani
"ABSTRAK
Angka resistensi bakteri Klebsiella pneumoniae terhadap beberapa antibiotik semakin meningkat setiap tahunnya. Salah satu alternatif untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan penggunaan tanaman obat Moringa oleifera Lamk.. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak daun Moringa oleifera Lamk. terhadap bakteri Klebsiella pneumoniae. Penelitian ini dilakukan melalui uji eksperimental dengan metode makrodilusi tabung. Terdapat lima konsentrasi berbeda ekstrak yang diteliti, yaitu 100 mg/mL, 200 mg/mL, 400 mg/mL, 800 mg/mL, dan 1600 mg/mL yang kemudian dibandingan dengan kontrol positif berupa media BHI dengan bakteri dan media BHI dengan bakteri dan DMSO, dan kontrol negatif berupa media BHI, media BHI dengan ekstrak, antibiotik gentamisin, dan antibiotik gentamisin dengan bakteri. Hasil uji dilaporkan dalam Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM), kemudian dilanjutkan dengan perhitungan jumlah koloni menggunakan plate count agar yang kemudian dianalisis menggunakan SPSS 20 dengan uji statistik One-way ANOVA dan Post Hoc Bonferroni. Hasil KHM ekstrak daun Moringa oleifera terdapat pada konsentrasi 400 mg/mL dan KBM berada pada konsentrasi 800 mg/mL. Data analisis statistik jumlah koloni pada KHM diperoleh rerata dan standar deviasi 47,83 ± 14, 986. Hasil analisis One-Way ANOVA dan Post Hoc Bonferroni ditemui perbedaan bermakna (p<0,05) antara kelompok ekstrak dengan kelompok kontrol positif, sedangkan antarkelompok kontrol positif tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,05).

Klebsiella pneumoniae bacterial resistance rates against several antibiotics are
increasing every year. One alternative to overcome this problem is through the use of
medical plant Moringa oleifera Lamk..The purpose of this study is to determine
antibacterial activity of Moringa oleifera Lamk. leaf extract againts Klebsiella
pneumoniae bacteria. This research was conducted through experimental study using
macrodilution tube’s method. There are five different concentrations of extract used,
consisting of 100 mg/mL, 200 mg/mL, 400 mg/mL, 800 mg/mL, and 1600 mg/mL that
will eventually be compared with positive control in the form of BHI media with
bacteria, BHI media with bacteria and DMSO, and negative control in the form of BHI
media, BHI media with extracts, gentamicin antibiotics, and gentamicin antibiotics with
bacteria. The test results are reported in Minimum Inhibitory Concentration (MIC) and
Minimum Bactericidal Concentration (MBC), then proceed with the calculation of the
number of colonies using plate count agar then analyzed using SPSS 20 with One-way
ANOVA and Post Hoc Bonferroni statistical test. The MIC of Moringa oleifera Lamk.
leaf extract is found at concentration of 400 mg/mL and MBC is at a concentration 800
mg/mL. Statistical analysis on the number of colonies in the MIC was obtained by
the mean and standard deviation of 47,83 ± 14, 986. One-way ANOVA and Post
Hoc Bonferroni analysis results show a significant differences (p<0,05) between
extract groups and the positive control groups, while there was no significant
difference (p>005) in between positive control groups.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"[Pendahuluan: Penyakit menular di Indonesia masih menjadi permasalahan
utama. Salah satu etiologi ISPA tersering ialah Streptococcus pyogenes. Seiring
meningkatnya angka resistensi bakteri terhadap antibiotik lini utama, ekstrak
Nigella sativa Linn. dikembangkan sebagai alternatif terapi. Biji jintan hitam
(Nigella sativa Linn.) dipercaya memiliki potensi efek antibakteri. Penelitian ini
ditujukan untuk mengetahui potensi aktivitas antibakteri dari ekstrak Nigella
sativa Linn.
Metode: Percobaan dilakukan di Departemen Mikrobiologi Klinik FKUI. Potensi
aktivitas antibakteri diamati melalui tiga percobaan. Percobaan pertama
menggunakan lima konsentrasi berbeda yakni 200 mg/mL, 100 mg/mL, 50
mg/mL, 25 mg/mL, 12,5 mg/mL. Percobaan kedua dan ketiga menggunakan lima
konsentrasi lain, yakni 1000 mg/mL, 500 mg/mL, 250 mg/mL, 125 mg/mL dan
62,5 mg/mL. Ekstrak kemudian diuji secara in vitro dengan metode difusi cara
sumuran, dibandingkan dengan antibiotik amoksisilin 10 ug/mL sebagai kontrol
positif dan larutan akuades sebagai kontrol negatif. Setiap percobaan dilakukan
dengan empat kali pengulangan.
Hasil: Tidak terdapat zona hambat pada sumuran ekstrak Nigella sativa Linn.
Hasil ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan ekstrak
Nigella sativa Linn. memiliki aktivitas antibakteri terhadap S. Pyogenes. Beberapa
faktor yang berpotensi memengaruhi hasil penelitian ialah penggunaan pelarut
ekstrak, sifat dari bahan dasar biji jintan hitam, serta metode uji, Introduction: Infectious diseases in Indonesia are still a major problem. One of
the most common etiology of respiratory infection is Streptococcus pyogenes.
Several studies have shown an increase of antibiotic resistance for treatment of
Streptococcus pyogenes, extracts of Nigella sativa Linn. was developed as an
alternative therapy. Black cumin seeds (Nigella sativa Linn.) is believed to have
the potential antibacterial effect. This study aimed to determine the potential
antibacterial activity of extracts of Nigella sativa Linn.
Methods: Experiments were performed at the Department of Clinical
Microbiology, Faculty of Medicine Universitas Indonesia. Potential antibacterial
activity was observed through three experiments. The first experiments using five
different concentrations of the 200 mg/mL, 100 mg/mL, 50 mg/mL, 25 mg/mL,
12.5 mg/mL. The second and third experiments using five different
concentrations, 1000 mg/mL, 500 mg/mL, 250 mg/mL, 125 mg/mL and 62.5
mg/mL. Extracts were then tested in vitro using agar well plate method, compared
with the antibiotic amoxicillin 10 ug/mL as a positive control and aquades as a
negative control. Each experiment was tested with four repetitions.
Results: There was no inhibition zone on extracts of Nigella sativa Linn. These
results differ from previous studies that showed antibacterial activity of Nigella
sativa Linn. Some of the factors that could potentially influence the outcome of
research is the use of solvent extract, the nature of the basic ingredients of black
cumin seeds, as well as test methods.]
"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maghfirah Anastamia Mariska
"Peningkatan insidensi infeksi S. aureus melatarbelakangi peningkatan penggunaan antibiotik yang melawan S. aureus, sehingga kejadian resistensi antibiotik semakin meningkat. Ekstrak tanaman M. oleifera Lamk. telah diteliti di berbagai negara dan didapatkan hasil berupa efek antibakteri terhadap S. aureus. Penelitian ini bertujuan mengetahui efek antibakteri ekstrak daun M. oleifera Lamk. terhadap bakteri S. aureus. Penelitian dikerjakan di laboratorium Departemen Mikrobiologi FKUI dengan rancangan eksperimental dan menggunakan metode makrodilusi tabung. Konsentrasi ekstrak yang diuji efek antibakterinya adalah 3.200 mg/mL, 1.600 mg/mL, 800 mg/mL, 400 mg/mL, dan 200 mg/mL. Selain kelompok uji, juga terdapat 6 kelompok kontrol, yaitu brain heart infusion (BHI); BHI dan bakteri; BHI, dimethyl sulfoxide (DMSO), dan bakteri; BHI dan esktrak; eritromisin; dan eritromisin dan bakteri. Hasil pertumbuhan bakteri setiap tabung dinilai sebagai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan pertumbuhan pada agar nutrisi dinilai sebagai Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM). Setiap konsentrasi juga dihitung jumlah koloni yang tumbuh pada plate count agar (PCA) menggunakan colony counter. Percobaan dilakukan dengan enam kali pengulangan. Ekstrak daun M. oleifera Lamk. memiliki KHM 800 mg/mL dan KBM pada konsentrasi1.600 mg/mL terhadap S. aureus. Jumlah koloni bakteri pada KHM dari pengamatan PCA adalah 55,83±10,685 (rerata±SD) dan pada KBM adalah steril (0 CFU/mL). Hasil uji ANOVA dan Post Hoc Bonferroni adalah terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) baik antarkelompok uji maupun antara kelompok uji dan kontrol, sementara tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,05) antarkelompok kontrol positif. Dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun M. oleifera Lamk. memiliki potensi antibakteri terhadap S. aureus.

The increasing incidence of S. aureus infection is the background for the increasing use of antibiotics against S. aureus, so the occurrence of antibiotic resistance is increasing. M. oleifera Lamk. plant extract has been studied in several countries and the results revealed that there was an antibacterial effect againsts S. aureus. The aim of this research is to discover antibacterial effect of M. oleifera Lamk. leaves extract against S. aureus bacteria. Research conducted at Microbiology Department Laboratory of FKUI with an experimental study design and using tube macrodilution method. The extract concentrations tested for its antibacterial effect were 3.200 mg/mL, 1.600 mg/mL, 800 mg/mL, 400 mg/mL, and 200 mg/mL. There were also six control groups, i.e. brain heart infusion (BHI); BHI and bacteria; BHI, dimethyl sulfoxide (DMSO), and bacteria; BHI and extract; erythromycin; and erythromycin and bacteria. Result of bacterial growth of each tube was determined as Minimum Inhibitory Concentration (MIC) and on nutrient agar was determined as Minimum Bactericidal Concentration (MBC). Each concentration also planted on plate count agar (PCA), so the number of colonies were counted using colony counter. The experiment was repeated six times. The result revealed that MIC and MBC of M. oleifera leaves extract against S. aureus are 800 mg/mL and 1.600 mg/mL. The number of bacterial colonies of MIC through PCA observation was 55,83±10,685 (mean±SD) and on MBC was sterile. According to One-way ANOVA and Post Hoc Bonferroni test, there were statistical difference (p<0,05) between test and control groups, and between test groups, while there were no statistical difference between control groups itself. This research conclude that M. oleifera Lamk. leaves extract has an antibacterial effect against S. aureus.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mirza Suranta Hanafiah
"Latar Belakang Streptococcus pyogenes (S. pyogenes) adala bakteri penyebab berbagai penyakit, mulai dari faringitis, pioderma, serta penyakit pasca Streptococcus seperti demam rematik dan glomerulonefritis. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa beberapa strain S. pyogenes telah resisten terhadap beberapa antibiotik sehingga diperlukan terapi baru. Centella asiatica (C. asiatica) adalah tanaman herbal yang berpotensi menghambat pertumbuhan berbagai bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur Minimum Inhibitory Concentration (MIC) dari ekstrak etanol 70% C. asiatica terhadap S. pyogenes untuk mengevaluasi potensinya sebagai agen antibakteri. Metode Nilai Minimum Inhibitory Concentration (MIC) diukur menggunakan metode broth dilution dimana pada 10 tabung akan ditambahkan berbagai konsentrasi ekstrak C. asiatica mulai dari 750 hingga 1,46 mg/ml. Setelah penambahan 1 μl S. pyogenes dengan kekeruhan McFarland 0,5, tabung-tabung tersebut diinkubasi selama 24 jam pada suhu 35°C. Kekeruhan tabung kemudian diamati; kaldu yang tetap jernih menandakan terhambatnya pertumbuhan bakteri, sedangkan kaldu yang keruh menandakan adanya pertumbuhan bakteri. Minimum Inhibitory Concentration (MIC) adalah konsentrasi ekstrak terendah yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Hasil MIC ditemukan pada konsentrasi 375 mg/ml, yang merupakan konsentrasi ekstrak terendah yang efektif menghambat pertumbuhan S. pyogenes. Pada konsentrasi yang lebih rendah, tabung tetap terlihat keruh. Hasil ini konsisten dalam tiga percobaan terpisah, yang semuanya dilakukan secara duplo. Kesimpulan Penelitian ini menemukan bahwa ekstrak etanol 70% dari daun C. asiatica memiliki sifat antibakteri terhadap S. pyogenes pada konsentrasi 375 mg/ml.

Introduction Streptococcus pyogenes (S. pyogenes) can cause various infections, from pharyngitis, pyoderma, and post-streptococcal diseases such as rheumatic fever and glomerulonephritis. Previous studies have shown that some strains of S. pyogenes have become resistant to several antibiotics, requiring new therapies. Centella asiatica (C. asiatica) is an herbal plant that has the potential to inhibit the growth of various bacteria. This study aims to measure the Minimum Inhibitory Concentration (MIC) of 70% ethanol extract of C. asiatica against S. pyogenes to evaluate its potential as an antibacterial agent. Method The Minimum Inhibitory Concentration (MIC) value was measured using the broth dilution method where 10 tubes were added with various concentrations of C. asiatica extract ranging from 750 to 1.46 mg/ml. After the addition of 1 μl of S. pyogenes with a McFarland turbidity of 0.5, the tubes were incubated for 24 hours at 35°C. The turbidity of the tubes was then observed; broth that remained clear indicated inhibition of bacterial growth, while turbid broth indicated bacterial growth. Minimum Inhibitory Concentration (MIC) is the lowest concentration of extract that can inhibit bacterial growth. Results The MIC was found at a concentration of 375 mg/ml, which is the lowest concentration of extract that effectively inhibits the growth of S. pyogenes. At lower concentrations, the tubes remained cloudy. These results were consistent across three separate experiments, all of which were performed in duplicate. Conclusion This study found that 70% ethanol extract of C. asiatica leaves has antibacterial properties against S. pyogenes at a concentration of 375 mg/ml."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Annisa Kusumawardani
"ABSTRAK
Pola resistensi bakteri Gram negatif Pseudomonas aeruginosa terus mengalami peningkatan, tetapi hal tersebut tidak diikuti oleh perkembangan penemuan antibiotik baru. Penelitian mengenai pembuatan antibiotik dari bahan alami pun mulai banyak dilakukan untuk menanggulangi hal tersebut. Salah satu tanaman yang diduga memiliki efek antibakteri adalah Moringa oleifera Lamk. Tujuan penelitian adalah mengetahui potensi penggunaan ekstrak daun Moringa oleifera Lamk. dalam penanganan infeksi Pseudomonas aeruginosa melalui metode in vitro. Penelitian dilakukan melalui uji eksperimental dengan metode makrodilusi. Konsentrasi ekstrak daun Moringa oleifera Lamk. yang digunakan yaitu 800 mg/mL, 400 mg/mL, 200 mg/mL, 100 mg/mL, dan 50 mg/mL. Selain itu, terdapat enam kelompok kontrol positif, yaitu BHI dan bakteri serta BHI, DMSO, dan bakteri juga kontrol negatif, yaitu gentamisin, gentamisin dan bakteri, BHI, serta BHI dan ekstrak. Ekstrak daun Moringa oleifera Lamk. Hasil penelitian didapatkan nilai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) sebesar 200 mg/mL dan hasil Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) sebesar 400 mg/mL. Sedangkan, jumlah koloni pada lempeng PCA dari tabung KHM adalah 182,5±22,6 CFU/mL (data terdistribusi normal). Hasil uji ANOVA dan post-hoc Bonferroni menunjukkan perbedaan bermakna (p<0,05) antara tiap konsentrasi ekstrak dengan kontrol positif. Akan tetapi, tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,05) pada perbandingan dua kelompok kontrol positif. Kesimpulan penelitian ini adalah ekstrak daun Moringa oleifera Lamk. memiliki efek antibakteri terhadap Pseudomonas aeruginosa melalui kultur in vitro.

ABSTRACT
The resistance patterns of Gram negative bacteria Pseudomonas aeruginosa have increased tremendously these past few years, but it does not followed by the emergence of new antibiotics. Research about the development of antibiotics from natural products have been increasing in order to overcome bacterial resistance. Moringa oleifera Lamk. is considered to be one of the herbs with antibacterial effect. The aim of this study is to investigate Moringa oleifera Lamk. leaf extracts potential as treatment of Pseudomonas aeruginosa infection using in vitro culture. This study was conducted using experimental test through macrodilution method. We used Moringa oleifera Lamk. leaf extracts in five concentrations, which is 800 mg/mL, 400 mg/mL, 200 mg/mL, 100 mg/mL, and 50 mg/mL. Positive controls (BHI+P. aeruginosa, BHI+DMSO+P. aeruginosa) and negative controls (gentamicin, gentamicin+P. aeruginosa, BHI, BHI+extract) were also used. Moringa oleifera Lamk leaf extract showed MIC at 200 mg/mL and MBC at 400 mg/mL. Number of colonies on MIC was 182,5±22,6 CFU/mL (data normally distributed). We used ANOVA and post-hoc Bonferroni tests for colonies numbers that showed significant differences (p<0,05) between each extract groups and positive control. Meanwhile, there were no significants difference between control groups (p>0,05). Hence, it can be concluded that Moringa oleifera Lamk. leaf extract has antibacterial activity against Pseudomonas aeruginosa in in vitro culture.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
William Caesar Raja Mandala
"Pengemasan makanan penting dari produk makanan untuk melindungi kualitas makanan dan keamanan dari produk makanan. Material pembungkus makanan dengan ketahanan tarik, ketahanan panas, biodegradable, dan memiliki sifat antibakteri diperlukan untuk keamanan makanan dan memperpanjang waktu penyimpanan, terutama dari kontaminasi makanan akibat bakteri patogen makanan. Kini, plastik berbahan dasar minyak bumi digunakan dalam industri pengemasan makanan. Plastik ini sulit didegradasi sehingga menyebabkan masalah lingkungan yang serius. Oleh karena itu, plastik biodegradable dengan penambahan senyawa antibakteri dibutuhkan. PVA/pati crosslink sering digunakan sebagai material pengemasan makanan karena harganya murah, biodegradable, dan memiliki sifat mekanik yang baik. Daun kelor mudah dicari, harganya murah, dan memiliki sifat antibakteri yang baik. Inilah yang menyebabkan daun kelor sebagai kandidat yang baik sebagai senyawa antibakteri pada bioplastik. Oleh karena itu, pada penelitian ini dibuat bioplastik Poli(vinil alkohol) (PVA)/pati ter-crosslink dengan penambahan senyawa antibakteri dari ekstrak daun kelor. Bioplastik PVA/pati crosslink dibuat dengan terlebih dahulu daun kelor yang telah dicuci bersih dimaserasi, dikeringkan dan digerus hingga berukuran kecil dengan pelarut metanol, setelah itu ekstrak kemudian dipisahkan dengan pelarut etil asetat. Setelah dipisahkan, fasa organik dan fasa air dari ekstrak daun kelor diambil, lalu masing-masing diencerkan dengan air dengan konsentrasi 1:20 dan 2:20 (v/v), kemudian dibuat menjadi bioplastik dengan reaksi crosslink antara PVA dengan pati. Senyawa bioplastik yang terbentuk kemudian dikarakterisasi dengan instrumen FTIR, TGA, SEM, dan uji antibakteri terhadap bakteri Staphlyococcus aureus dan Escherichia coli. Bioplastik dengan ketahanan panas terbaik ialah bioplastik PVA/pati dengan ekstrak daun kelor pada fasa air dengan pengenceran 2:20, dengan ketahanan panas hingga suhu 190oC.

Food packaging is an essential part of food products to protect food quality and safety of food products. Food packaging materials with sufficient thermal stability, mechanical strength, and antibacterial properties is necessary for food safety and extending the shelf life of packaged foods, especially from food contamination by foodborne pathogens. Currently, petroleum-based plastics used to the food packaging industry. However, this kind of plastic is non-degradable and can cause a more serious environmental problem. Therefore, biodegradable plastic with the addition of antibacterial is needed. PVA/starch crosslinked bioplastic is commonly used as a food packaging material because its cheap, biodegradable and have excellent mechanical properties. Kelor (Moringa oleifera) leaf has an antibacterial ability due to its active compounds such as tannin and flavonoid. Kelor leaf is also cheap and easy to find in Indonesia, making it a right candidate for an antibacterial compound for food plastics. Hence, in this research, we made bioplastic PVA/starch crosslink with the addition of antibacterial compound from kelor leaf. Bioplastic PVA/starch crosslink made by maceration of kelor leaf with methanol solvent, then the product separated by extraction with a mixture of ethyl acetate concentrated and water solvent. After being separated, water and organic phase of each extract were diluted by distilled water with concentration 1:20 and 2:20 (v/v), and each concentration was made bioplastic by cross-linking poly(vinyl alcohol) and starch. Each plastic product was characterized by FTIR, SEM, and antibacterial test with S.aureus and E.coli. The best heat-resistant bioplastic was PVA/starch bioplastic with Kelor leaf extract in the water phase with a dilution of 2:20, which has heat resistance up to 190oC.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arestiara Shaquelliniesa
"ABSTRAK
Pemanfaatan tanaman obat sebagai sumber senyawa yang dapat meningkatkan kualitas kesehatan terus berkembang. Salah satu tanaman obat yang memiliki berbagai manfaat kesehatan adalah Moringa oleifera Lam. Tanaman tersebut dikenal sebagai kelor dan daunnya banyak digunakan sebagai sumber makanan di Indonesia. Daun tanaman tersebut dilaporkan berpotensi sebagai agen antibakteri alami. Aktivitas antibakteri daun mungkin ditingkatkan melalui proses fermentasi. Penelitian dilakukan untuk mengevaluasi aktivitas antibakteri dari hasil fermentasi infusa daun M. oleifera Lam. menggunakan metode agar well diffusion terhadap Staphylococcus aureus InaCC B4 dan Escherichia coli InaCC B5. Proses fermentasi dilakukan oleh Lactobacillus pentosus InaCC B149 selama 24 jam dengan berbagai konsentrasi infusa daun (2,5%, 5,0% dan 10,0%). Infusa tidak difermentasi digunakan sebagai kontrol. Hasil penelitian menunjukkan infusa daun M. oleifera Lam. difermentasi dengan konsentrasi 5,0% dan 10,0% menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap kedua bakteri uji. Indeks aktivitas (IA) infusa 5,0% dan 10,0% tersebut terhadap S.aureus InaCC B4 berturut-turut adalah 0,45±0,006 dan 0,56±0,04; dan IA terhadap E.coli InaCC B5 berturut-turut adalah 0,59±0,053 dan 0,77±0,119. Asam organik (asam laktat dan asam asetat) yang diproduksi melalui fermentasi gula oleh L. pentosus diduga sebagai agen antibakteri utama dalam penelitian. Kadar total asam yang dinyatakan sebagai asam laktat dalam infusa difermentasi yaitu 0,64%±0,007 (infusa 5,0%) dan 0,89%±0,000 (infusa 10,0%). Sementara itu, aktivitas antibakteri dari infusa daun difermentasi dengan konsentrasi 2,5% dan kelompok kontrol tidak terdeteksi terhadap kedua bakteri uji. Penelitian menunjukkan bahwa proses fermentasi oleh Lactobacillus pentosus InaCC B149 meningkatkan aktivitas antibakteri dari infusa daun M. oleifera Lam. pada konsentrasi infusa 5,0% dan 10,0%.

ABSTRACT
Utilization of medicinal plants as a source of compounds that can improve the quality of health continues to develop. One of the medicinal plants which has various health benefits is Moringa oleifera Lam. The plant is known as Kelor and its leaves are widely used as a food source in Indonesia. The leaves are reported to have potential as a natural antibacterial agent. The antibacterial activity of the leaf possibly to be enhanced through the fermentation process. This study was conducted to evaluate the antibacterial activity of fermented M. oleifera Lam. leaf infusion using the well diffusion method against Staphylococcus aureus InaCC B4 and Escherichia coli InaCC B5. The fermentation process was carried out by Lactobacillus pentosus InaCC B149 for 24 hours with various concentrations of the leaf infusion (2.5 %, 5.0% and 10.0 %). The non-fermented leaf infusion used as control. The result reveals that fermented M. oleifera Lam. leaf infusion at 5.0% and 10.0% concentration exhibited antibacterial activity against both bacterial test. The activity index (IA) of fermented 5.0% and 10.0% against S.aureus InaCC B4 were 0.45 ± 0.006 and 0.56 ± 0.04, respectively; and IA against E.coli InaCC B5 were 0.59 ± 0.053 and 0.77 ± 0.119, respectively. Organic acids (lactic acid and acetic acid) produced from fermentation sugar by L. pentosus are assumed to be the primary antibacterial agents in the study. Total acid levels expressed as lactic acid in fermented infusions were 0.64% ± 0.007 (5.0% infusion) and 0.89% ± 0.000 (10.0% infusion). On the other hand, the antibacterial activity of the fermented leaf infusion with a concentration of 2.5% and the control group not detected against both bacterial test. This study shows that the fermentation process by Lactobacillus pentosus InaCC B149 increased the antibacterial activity of M. oleifera Lam. leaf infusion at a concentration of 5.0% and 10.0%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>