Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 171778 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Prihandoko Sanjatmiko
Depok: Departemen Antropologi, FISIP UI, 2018
551.462 PRI a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Prihandoko Sanjatmiko
Bogor: CV Bianglala Publishing, 2020
MK-Pdf
UI - Publikasi  Universitas Indonesia Library
cover
Prihandoko Sanjatmiko
Bogor: CV. Bianglala Kreasi Media, 2019
UI - Publikasi  Universitas Indonesia Library
cover
Prihandoko Sanjatmiko
Bogor: CV Bianglala Kreasi Media, 2019
551.462 PRI o
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Prihandoko Sanjatmiko
Depok: Departemen Antropologi, FISIP UI, 2018
551.462 PRI o
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Prihandoko Sanjatmiko
Bogor: CV Bianglala Kreasi Media, 2019
551.462 PRI o
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Prihandoko Sanjatmiko
Makassar: Nas Media Pustaka, 2020
MK-Pdf
UI - Publikasi  Universitas Indonesia Library
cover
Tazkya Nadira
"ABSTRAK
Makalah ini berfokus untuk melihat fenomena pengelolaan perkebunan yang dilakukan oleh semua rumah tangga di Kampung Laut menggunakan perspektif interseksionalitas feminis-posthumanis. Tujuan dari perspektif interseksionalitas feminis-posthumanis adalah untuk melihat bagaimana ketidakseimbangan dalam kekuasaan dan akses antara pria dan wanita untuk pengelolaan sumber daya. Dalam pengelolaan perkebunan Albasia, pria dan wanita memainkan peran dan posisi yang berbeda, peran dan posisi yang berbeda terkait dengan interaksi antara pria dan wanita yang berbeda dari tanaman tertentu di perkebunan Albasia. Penggunaan perspektif interseksionalitas feminis-posthumanis dapat membantu menggambarkan bagaimana hubungan antara manusia berdasarkan berbagai dimensi sosial yang mereka miliki (gender, status, kelas) dapat mempengaruhi hubungan mereka dengan aspek-aspek non-manusia. Perspektif interseksionalitas feminis-posthumanis ini menekankan dua komponen, komponen pertama adalah melihat bagaimana hubungan gender-spesies terjadi antara pria, wanita dan tanaman di perkebunan albasia, dan komponen kedua adalah melihat bagaimana praktik sosio-spasial menunjukkan ketidakseimbangan antara wanita dan pria pada akses dan sumber daya ke perkebunan Albasia. Hubungan laki-laki, perempuan, dan tanaman tertentu melalui praktik sosio-spasial yang terjadi kemudian menciptakan tatanan hierarkis dalam pengelolaan perkebunan yang bertujuan untuk menjaga integritas dan keberlanjutan ekologi hutan sebagai tempat perlindungan bagi ketidakpastian sumber ekonomi karena perubahan di bentang alam terus terjadi di Kampung Laut.

ABSTRACT
This paper focuses on looking at the phenomenon of plantation management carried out by all households in Kampung Laut using the perspective of feminist-posthumanist intersectionality. The purpose of a feminist-posthumanist intersectionality perspective is to see how imbalances in power and access between men and women are for managing resources. In the management of Albasia plantations, men and women play different roles and positions, different roles and positions are related to interactions between men and women that are different from certain plants in Albasia plantations. The use of a feminist-posthumanist intersectionality perspective can help illustrate how relations between humans based on the various social dimensions they have (gender, status, class) can influence their relationship with non-human aspects. This feminist-posthumanist intersectional perspective emphasizes two components, the first component is looking at how gender-species relationships occur between men, women and plants on albasia plantations, and the second component is seeing how socio-spatial practices show an imbalance between women and men in access and resources southwest to the Albasia plantation. Relationships of men, women, and certain plants through socio-spatial practices that occur then create a hierarchical order in the management of plantations that aims to maintain the integrity and sustainability of forest ecology as a place of protection for uncertain economic resources because changes in the landscape continue to occur in Kampung Laut ."
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emil Supriatna
"ABSTRACT
Dalam Antropologi, adaptasi diartikan sebagai berbagai upaya manusia untuk beradaptasi dengan lingkungan alam. Perspektif ini, bagaimanapun, mengabaikan peran alam sebagai subjek aktif. Bahkan, interaksi timbal balik antara manusia dan alam memberikan dampak yang signifikan terhadap kelangsungan hidup kedua entitas. Makalah ini bermaksud untuk merekomendasikan perspektif baru pada konsep adaptasi melalui pendekatan etnografi multispecies. Penelitian ini mengamati masyarakat Kampung Laut di Cilacap. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dan observasi partisipasi. Makalah ini menyimpulkan bahwa masyarakat Kampung Laut yang tinggal di sekitar daerah di mana sedimentasi berlangsung selalu menghadapi tekanan dari lingkungan karena mereka sering menghadapi banjir pasang surut. Kondisi ini menuntut masyarakat Kampung Laut melakukan upaya untuk bertahan dari bencana alam yang tidak dapat dihindari. Masyarakat Kampung Laut berkompromi dengan lingkungan di pulau Nusakambangan dengan menumbuhkan perkebunan albizia chinensis. Albizia memberi manfaat bagi masyarakat dan keberlangsungan lingkungan. Selain memiliki nilai ekonomi yang signifikan, tumbuh albizians antara pohon-pohon kayu keras di bukit Nusakambangan membantu dalam memulihkan lingkungan setelah penebangan liar yang ekstrim. Berdasarkan temuan penelitian ini, saya berpendapat sesuai dengan perspektif multispesies etnografi bahwa konsep adaptasi tidak dapat lagi menempatkan manusia sebagai pusat analisis, karena ide ini cenderung mengabaikan fakta bahwa bencana alam disebabkan oleh adaptasi manusia. Ini pada akhirnya akan mengancam kelangsungan hidup manusia dalam jangka waktu tertentu.

ABSTRACT
In Anthropology, adaptation is interpreted as a variety of human efforts to adapt to the natural environment. This perspective, however, ignores the role of nature as an active subject. In fact, the reciprocal interaction between humans and the nature gives a significant impact to the survival of both entities. This paper intends to recommend a new perspective on the concept of adaptation through the approach of multispecies ethnography. The research observes the people of Kampung Laut in Cilacap. The data is collected through in depth interviews and participation observations. The paper concludes that the people of Kampung Laut who live around the area where sedimentation takes place always face pressures from the environment as they often encounter tidal flooding. This condition requires the people of Kampung Laut to make efforts in order to survive the unavoidable natural disasters. The people of Kampung Laut compromise the environment in Nusakambangan island by growing albizia chinensis plantations. Albizias provide benefits to both the people and the sustainability of the environment. In addition to having a significant economic value, growing albizians among other hardwood trees on the hill of Nusakambangan helps in restoring the environment after the extreme illegal logging. Based on the findings of this research, I argue in accordance to the perspective of multispecies ethnography that the concept of adaptation can no longer place humans as the center of analysis, because this idea tends to disregard the fact that natural disasters are caused by human adaptations. This will ultimately threatens human survival over a period of time."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prihandoko Sanjatmiko
Makasar: Nasmedia, 2021
MK-Pdf
UI - Publikasi  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>