Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 178538 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syahfina Farahmida Aljogja
"ABSTRAK
Pendahuluan: Bernapas melalui mulut merupakan suatu kebiasaan buruk yang berdampak terhadap tumbuh kembang dentokraniofasial anak serta menyebabkan masalah lain pada rongga mulut, seperti kebersihan rongga mulut yang buruk dan bau mulut. Bau mulut dihasilkan oleh hasil produk akhir bakteri anaerob proteolitik. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai parameter biologis yang berkaitan dengan kondisi tersebut. Tujuan: Mengetahui prevalensi bakteri Treponema denticola dan Porphyromonas gingivalis pada anak bernapas melalui mulut. Metode: Jumlah seluruh subjek pada penelitian ini adalah 60 subjek dan telah dilakukan uji bernapas melalui mulut (19 subjek bernapas melalui mulut dan 41 subjek bernapas melalui hidung). Setelah itu, subjek diklasifikasikan berdasarkan skor organoleptik dan status kebersihan mulut. Identifikasi bakteri Treponema denticola dan Porphyromonas gingivalis pada plak supragingiva dan mukosa bukal subjek dilakukan menggunakan metode PCR konvensional. Hasil: Korelasi antara skor OHI-S dan organoleptik pada kelompok bernapas melalui mulut merupakan korelasi positif (r=0.001), sedangkan pada kelompok bernapas melalui hidung merupakan korelasi negatif (r= -0.046). Prevalensi bakteri Treponema denticola dan Porphyromonas gingivalis pada anak yang bernapas melalui mulut dan hidung tidak berbeda signifikan. Demikian pula nilai signifikansi terhadap prevalensi bakteri berdasarkan parameter klinis yang tidak menunjukkan perbedaan. Kesimpulan: Pada penelitian ini, prevalensi Treponema denticola dan Porphyromonas gingivalis tidak dapat dijadikan sebagai indikator biologis pada subjek bernapas melalui mulut.

ABSTRACT
Introduction: Mouth breathing is a bad habit that has several impacts on dentocraniofacial growth and development in children and other problems in the oral cavity condition, such as poor oral hygiene and halitosis. Halitosis caused by an anaerobic proteolytic bacteria product. Therefore, a further study about oral cavity microflora associated these conditions is needed. Objective: To determine the prevalence of Treponema denticola and Porphyromonas gingivalis in mouth breathing children. Method: A total number of 60 subjects had a mouth breathing test (19 subjects were diagnosed as mouth breathers and 41 subjects were diagnosed as nose breathers). Then, subjects were classified based on organoleptic score and oral hygiene status. Identification of Treponema denticola and Porphyromonas gingivalis in supragingival plaque and buccal mucosa subjects were used a conventional PCR method. Result: The correlation between OHI-S and organoleptic score in mouth breathers has a positive correlation (r= 0.001), meanwhile in nose breathers has a negative correlation (r= -0.046). Prevalence of Treponema denticola and Porphyromonas gingivalis in mouth and nose breathers have no significant differences. Moreover, significance value of prevalence Treponema denticola and Porphyromonas gingivalis based on clinical parameters have no differences. Conclusion: The prevalence of Treponema denticola and Porphyromonas gingivalis cannot be used as a biomarker in mouth breathers."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Chaerisa Saleh
"Latar Belakang: Kebiasaan bernafas melalui mulut menjadi perhatian
di bidang kesehatan karena 50%-56% kebiasaan bernafas melalui mulut terjadi pada anak-anak. Kebiasaan ini dapat berdampak pada dehidrasi pada rongga mulut anak sehingga dapat mengakibatkan munculnya peradangan pada jaringan periodontal dan kecenderungan untuk anak mengalami bau mulut. Kemungkinan penyebab penyakit periodontal terlibat dalam kejadian pernapasan melalui mulut antara lain adalah bakteri Porphyromonas gingivalis dan Treponema denticola, namun prevalensi keduanya belum sepenuhnya diketahui bersih. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan prevalensi Porphyromonas gingivalis dan Treponema denticola pada biofilm permukaan lidah dan air liur anak-anak bernafas melalui mulut. Metode: Deteksi dan identifikasi bakteri Porphyromonas gingivalis dan Treponema denticola pada 60 subjek (19 subjek bernapas melalui mulut)
dan 41 subjek pernapasan normal) menggunakan teknik PCR konvensional. Analisis Statistik dilakukan dengan menggunakan uji Chi-square. Hasil: Treponema denticola and Porphyromonas gingivalis dapat dideteksi pada biofilm saliva dan lidah, tetapi tidak Ada perbedaan yang signifikan dalam prevalensi kedua bakteri di rongga mulut anak-anak
yang bernapas melalui mulut dan normal (p>0,05). Hasil studi menunjukkan ada hubungan positif antara skor organoleptik dan skor OHI-S dengan kejadian bernafas melalui mulut. Kesimpulan: Treponema denticola dan Porphyromonas gingivalis dapat ditemukan pada anak-anak dengan dan tanpa kebiasaan bernapas melalui mulut dengan tingkat prevalensi yang sama.

Background: The habit of breathing through the mouth is a concern
in the health sector because 50%-56% of the habit of breathing through the mouth occurs in children. This habit can have an impact on dehydration in the child's oral cavity so that it can result in the appearance of inflammation in the periodontal tissue and a tendency to swell
child has bad breath. Possible causes of periodontal disease involved in the incidence of mouth breathing include the bacteria Porphyromonas gingivalis and Treponema denticola, but the prevalence of both is not yet fully known. Objective: The aim of this study was to compare the prevalence of Porphyromonas gingivalis and Treponema denticola in the biofilm of the tongue and saliva surfaces of children breathing through the mouth. Methods: Detection and identification of Porphyromonas gingivalis and Treponema denticola bacteria in 60 subjects (19 subjects breathed through the mouth) and 41 normal respiratory subjects) using conventional PCR techniques. Statistical analysis was performed using the Chi-square test. Results: Treponema denticola and Porphyromonas gingivalis were detected in salivary and tongue biofilms, but there was no significant difference in the prevalence of the two bacteria in the oral cavity of children. who breathed through the mouth and were normal (p>0.05). The results of the study showed that there was a positive relationship between organoleptic scores and OHI-S scores with the incidence of mouth breathing. Conclusion: Treponema denticola and Porphyromonas gingivalis can be found in children with and without mouth breathing habits with the same prevalence rate.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irene Aimee Suhardi
"Pendahuluan: Pada anak-anak prevalensi bernapas mulut mencapai 55% dan 85% diantaranya merupakan suatu kebiasaan yang terjadi tanpa disadari. Bernapas melalui mulut adalah suatu kebiasan buruk yang dapat menyebabkan penurunan laju alir saliva. Penurunan laju alir saliva ini dapat menyebabkan perubahan protein dalam rongga mulut, sehingga fungsi proteksi protein dari saliva yang akan menurun dan mikoorganisme di dalam rongga mulut akan meningkat. Hal ini menunjukan bahwa keadaan homeostasis di dalam rongga mulut dapat terganggu karena kebiasaan bernapas melalui mulut. Kondisi mikroorganisme yang semakin banyak akan meningkatkan aktivitas proteolitik sehingga protein akan terdegradasi menjadi gas-gas Volatile Sulfur Compound dan menyebabkan terjadinya bau mulut. Kondisi bau mulut dapat diuji secara klinis dengan uji organoleptik.
Tujuan: menganalisis total protein dan deteksi profil protein saliva terhadap skor organoleptik serta kondisi bernapas melalui mulut dan bernapas normal.
Metode: Sumber sampel dari tongue biofilm, saliva, dental biofilm, serta mukosa bukal anak yang bernapas normal dan melalui mulut. Kemudian dilakukan uji Bradford untuk mengetahui total protein dan uji SDS-PAGE untuk mengetahui profil protein pada saliva.
Hasil: Tidak terdapat perbedaan bermakna kondisi bernapas mulut dan normal terhadap skor organoleptik dan total protein dari keempat sumber sampel. Korelasi total protein tongue biofilm dengan skor organoleptik pada anak bernapas mulut dan normal negatif sangat lemah tidak signifikan, sedangkan pada saliva positif lemah tidak signifikan. Korelasi total protein dental biofilm dengan skor organoleptik pada anak bernapas normal negatif sangat lemah tidak signifikan dan pada anak bernapas melalui mulut positif sangat lemah tidak signifikan. Akan tetapi, hasil korelasi total protein mukosa bukal berkebalikan dengan hasil korelasi dental biofilm baik pada kelompok bernapas normal dan mulut. Protein Amilase, MUC7, dan Cystatin yang terdeteksi pada saliva sampel lebih banyak terdapat pada anak bernapas normal. Protein MUC7dan Cystatin banyak terdapat pada anak dengan skor organoleptik rendah.
Kesimpulan: Hasil analisis total protein menunjukan tidak ada perbedaan total protein terhadap kelompok bernapas mulut dan kelompok bernapas melalui hidung. Korelasi total protein dengan skor organoleptik yang menunjukkan hubungan yang berbeda-beda pada setiap sumber sampel baik pada kelompok bernapas mulut dan kelompok bernapas melalui hidung. Protein MUC7 dan Cystatin pada saliva dapat menjadi indikator kondisi bernapas melalui mulut dan skor organoleptik.

Background: In children, the prevalence of mouth breathing reaches 55% and 85% of them are habits that occur unwittingly . Mouth breathing is one of the bad habit that can reduce salivary flow rate. Decreased salivary flow rate can affect condition of protein in oral cavity, so that the protective function of saliva will decrease and microorganism in oral cavity will increase. This shows that the state of homeostasis in the oral cavity can be disrupted due to the habit of mouth breathing. The increasing number of microorganisms will increase proteolytic activity so that the protein will be degraded into Volatile Sulfur Compound gases and cause bad breath. The condition of bad breath can be clinically tested with organoleptic tests.
Objective: to analyse total protein and detection of salivary protein against organoleptic score in mouth breathing children.
Methods : Sample sources of tongue biofilms, saliva, dental biofilms, and buccal mucosa of children mouth breathers and nasal breathers. Then, the Bradford Assay was performed to determine the total protein and SDS-PAGE test to determine the protein profile in saliva.
Result : there is no significant difference between mouth breathing and nose breathing against organoleptic score and total protein. The correlation of total tongue biofilm protein and organoleptic score in mouth breathing and nasal breathing children was negative very weak and not significant, while positive weak relationship was found in the correlation of total salivary protein and organoleptic score in mouth breathing and nasal breathing children. The correlation of total dental biofilm protein with organoleptic score in nasal breathers was negative very weak not significant, although in mouth breathers was found positive very weak not significant. However, the relationship between total buccal mucosa protein and score organoleptic was the opposite of the result of dental biofilm correlation. Amylase, MUC7, and Cystatin were found more in nasal breathers. MUC7 and Cystatin were found more in low organoleptic score.
Conclusion : The result of total protein analysis show that there is no significant difference data in mouth breathers and nasal breathers children also there are variant correlation between total protein and organoleptic score. MUC7 and Cystatin protein in saliva can be indicators of mouth breathing condition and organoleptic score.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raymond Utomo Salim
"Latar Belakang: Eliminasi Porphyromonas gingivalis (Pg) dan Treponema denticola (Td), dengan skeling dan penghalusan akar (SPA) meningkatkan densitas tulang alveolar. Tujuan: Analisis densitas tulang alveolar serta jumlah bakteri Pg dan Td sebelum dan sesudah SPA pada kasus periodontitis kronis.
Metode: Empat puluh subjek menyetujui informed consent, dilakukan pemeriksaan klinis, radiografis densitas tulang alveolar, penghitungan jumlah Pg dan Td dengan RT-PCR.
Hasil: Perbedaan bermakna jumlah bakteri Pg, Td, serta densitas tulang antara sebelum dan sesudah SPA (p<0,05); Hubungan bermakna antara jumlah bakteri Pg dan Td dengan densitas radiografis (p<0,05).
Kesimpulan: SPA menurunkan jumlah bakteri Pg, Td, dan meningkatkan
densitas radiografis tulang alveolar.

Background: Elimination of Porphyromonas gingivalis (Pg) and Treponema denticola (Td) with scaling and root planing (SRP) can increase the radiographic alveolar bone density.
Objective: To analyze radiographic bone density, amount of Pg and Td before and after SRP.
Methods: Fourty subjects fill the informed consent, clinical examination, radiographic examination for bone density, count of Pg and Td using RT-PCR.
Result: Significant differences between radiographic bone density, amount of Pg and Td before and after SRP. Significant association between amount of Pg and Td and bone radiographic density.
Conclusion: Scaling and root planing decrease the amount of Pg and Td and increase radiographic bone density.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Marie Louisa
"Latar Belakang: Merokokmempengaruhi peran host danbakteridalam patogenesis periodontitis kronis.
Tujuan: Menganalisis efek merokok terhadap kebersihan mulut, perdarahan gingiva, dan jumlah bakteri P. gingivalis.
Materi dan metode: Tiga puluh satu subjek laki-laki diperiksa indeks plak (PI), kalkulus (KI), kebersihan mulut (OHI-S), dan perdarahan papilla (PBI) kemudian diambil plak subgingiva untuk dihitung jumlah bakteri P. gingivalis.
Hasil: Skor PI, KI, OHI-S, PBI, dan prevalensi bakteri P.gingivalis perokok lebih tinggi namun peningkatannya tidak bermakna.
Kesimpulan: Merokok tidak mempengaruhi kebersihan mulut, perdarahan gingiva, dan jumlah bakteri P.gingivalis pada periodontitis kronis.

Introduction: Smoking affects host and bacteria roles in chronic periodontitis.
Objectives: Analyzing smoking effects towards oral hygiene, gingival bleeding, and P. gingivalis prevalence.
Material and methods: Thirty one male subjects were examined with plaque(PI), calculus (CI), oral hygiene (OHI-S), and papilla bleeding index (PBI). Sub-gingival plaque was taken to quantify P. gingivalis.
Results: Smokers had higher PI, CI, OHI-S, PBI score, and P. gingivalis was more prevalent, though the differences were not significant.
Conclusion: Smoking does not affect oral hygiene, gingival bleeding, and P. gingivalis prevalence in chronic periodontitis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kelcy Theresia Gotama
"Latar Belakang: Penyakit periodontal merupakan salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut utama di Indonesia, dengan prevalensi sebesar 74,1% pada tahun 2018. Salah satu penyebab utama dari periodontitis merupakan akumulasi biofilm yang mengalami pematangan menjadi plak di daerah permukaan gigi, khususnya subgingiva yang kaya akan bakteri anaerobik seperti Porphyromonas gingivalis dan Treponema denticola. Maka dari itu, perlu dilakukan tindakan pencegahan dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut. Hingga saat ini, agen antiplak gold standard di bidang kedokteran gigi ialah Chlorhexidine 0,2%. Namun, penggunaan Chlorhexidine dalam jangka panjang dapat menyebabkan beberapa efek samping. Oleh karena itu, dicarilah alternatif dari Chlorhexidine sebagai agen antibakteri—salah satunya yaitu kulit semangka. Kulit semangka merupakan bagian buah semangka yang tinggi akan zat fitokimia yang memiliki kemampuan antibakteri, seperti saponin, tanin, alkanoid, flavonoid, dan terpenoid, namun khasiatnya belum banyak diteliti di Indonesia.
Tujuan: Mengetahui dan menganalisa aktivitas antibakteri ekstrak kulit semangka (Citrullus lanatus) dalam menghambat pertumbuhan serta membunuh bakteri Porphyromonas gingivalis dan Treponema denticola, dan membandingkannya dengan kemampuan antibakteri gold standard anti-plaque agent yaitu Chlorhexidine 0,2%.
Metode: aktivitas antibakteri ekstrak kulit semangka terhadap bakteri Porphyromonas gingivalis (ATCC 33277) dan Treponema denticola (ATCC 35405) diamati melalui uji Kadar Hambat Minimum (KHM) dengan mengukur Optical Density dari sampel menggunakan microplate reader dan uji Kadar Bunuh Minimum (KBM) dengan mengukur secara visual koloni bakteri yang terbentuk setelah dipaparkan ekstrak dengan konsentrasi 30%, 20%, dan 10%. Selanjutnya hasil dioleh secara statistik.
Hasil: Ekstrak kulit semangka (Citrullus lanatus) dapat menghambat pertumbuhan serta membunuh koloni bakteri Porphyromonas gingivalis dan Treponema denticola dengan nilai KHM 10% dan KBM 10%. Uji komparatif secara statistik dengan uji One-Way Anova menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna antara aktivitas antibakteri ekstrak kulit semangka (Citrullus lanatus) dengan Chlorhexidine 0,2%.
Kesimpulan: Ekstrak kulit semangka (Citrullus lanatus) dapat menghambat pertumbuhan serta membunuh koloni bakteri Porphyromonas gingivalis dan Treponema denticola sehingga dapat dipertimbangkan sebagai alternatif agen antibakteri untuk mencegah penyakit periodontal.

Background: Periodontal disease is one of the main oral and dental health diseases in Indonesia, with a prevalence of 74,1% in 2018. The etiology of periodontal disease is multifactorial. One of the main causes is the accumulation of dental biofilm which matures, forming plaque on tooth surfaces, particularly the subgingival area that has an abundance of anaerobic bacteria such as Porphyromonas gingivalis and Treponema denticola. Hence, preventive measures has to be implemented in order to preserve oral and dental health. One way to do so is by regular usage of oral rinses. Chlorhexidine 0,2% is considered to be the gold-standard antiplaque agent in today’s dental field. However, long-term use of Chlorhexidine may lead to several side effects. As a result, researchers have begun looking for alternatives to Chlorhexidine as an antibacterial and antiplaque agent—one of which is watermelon peel. Watermelon peel is rich in phytochemicals which possess antibacterial properties, such as saponin, tannin, alkanoid, flavonoid, and terpenoid; however, its benefits have not been studied much in Indonesia.
Goal: To analyze the antibacterial activity of watermelon (Citrullus lanatus) peel extract in preventing the growth and eliminating bacteria colonies of Porphyromonas gingivalis and Treponema denticola as well as comparing them to the antibacterial activity of Chlorhexidine 0,2% as gold standard.
Method: the antibacterial activity of watermelon peel extract against the bacteria Porphyromonas gingivalis (ATCC 33277) and Treponema denticola (ATCC 35405) is observed through the Minimum Inhibitory Concentration (MIC) test by measuring the Optical Density (OD) of the studied samples through a microplate reader, as well as the Minimum Bactericidal Concentration (MBC) test by visually counting the number of colonies formed after being exposed to the extracts at 30%, 20%, and 10% concentration. Afterwards, the data collected is statistically.
Results: Watermelon peel extract is capable of inhibiting as well as eliminating bacterial colonies of Porphyromonas gingivalis and Treponema denticola with MIC score of 10% and MBC score of 10%. Statistical comparative test reveals that there’s no significant difference between the antibacterial activity of all sample groups of watermelon peel extract and Chlorhexidine 0,2%.
Conclusion: Watermelon peel extract can inhibit the growth as well as eliminate bacterial colonies of Porphyromonas gingivalis and Treponema denticola, which makes it a considerable alternative as antibacterial agent in order to prevent periodontal diseases.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sophia Rebecca Adventa
"Latar Belakang: Status kebersihan rongga mulut yang buruk ditandai dengan biofilm dalam jumlah banyak. Biofilm terbentuk dari perlekatan bakteri ke permukaan padat dan dengan bakteri lain. Bakteri later colonizers patogen periodontitis di biofilm seperti Treponema denticola bergantung pada early colonizers seperti Veillonella parvula. Protein VtaA dan Msp berperan dalam fungsi perlekatan Veillonella parvula dan Treponema denticola. Akumulasi biofilm dapat menyebabkan periodontitis. Akan tetapi periodontitis tidak umum dibahas pada anak. Tujuan: Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan jumlah Veillonella parvula dan Treponema denticola, serta ekspresi gen VtaA dan Msp spesifik tiap bakteri dari saliva anak terhadap status rongga mulut. Metode: Penelitian ini menggunakan 40 sampel saliva anak yang dikelompokkan berdasarkan kategori OHI-S. Ekstraksi RNA untuk analisis ekspresi gen dan DNA untuk jumlah bakteri target dari sampel menggunakan GeneZol Kit. Konversi RNA menjadi cDNA menggunakan SensiFast cDNA Kit. Ekstrak DNA dan cDNA diuji dengan Real-time PCR. Analisis jumlah bakteri menggunakan kuantifikasi absolut dan tingkat ekspresi gen menggunakan kuantifikasi relatif. Hasil: Tidak ada perbedaan bermakna antara jumlah kedua bakteri maupun tingkat kedua ekspresi gen di antara kategori OHI-S. Jumlah Veillonella parvula cenderung menurun dan Treponema denticola cenderung meningkat seiring memburuknya skor OHI-S. Kesimpulan: Deteksi peningkatan jumlah Veillonella parvula tidak dapat menjadi bioindikator inisiasi penyakit periodontal. Ekspresi gen VtaA dan Msp tidak dapat digunakan sebagai bioindikator pembentukan biofilm dalam jumlah tinggi.

Backgrounds: Poor oral hygiene status is marked by large amount of biofilms. Biofilms are made from bacterial adhesion to solid surfaces and to other bacteria. Later colonizers periodontitis pathogenic bacteria in biofilms like Treponema denticola, depend on early colonizers such as Veillonella parvula. VtaA and Msp are proteins that function in adhesion of Veillonella parvula and Treponema denticola. Biofilms accumulation can cause periodontitis. However, periodontitis is not a common discussion on children. Objectives: This research aims to analyze the correlation between the quantity of Veillonella parvula and Treponema denticola, also VtaA and Msp gene expression with oral status from children’s saliva. Methods: This study uses 40 samples of children’s saliva which has been grouped according to OHI-S category. RNA extraction to analyze gene expression and DNA extraction to quantify target bacteria from samples using GeneZol Kit. RNA conversion to cDNA uses SensiFast cDNA Kit. DNA extract and cDNA are tested using Real-time PCR Analysis of bacteria quantity with absolute quantification dan gene expression levels with relative quantification. Results: There is no significant difference between target bacteria quantity also gene expression levels between the OHI-S categories. Veillonella parvula’s quantity tends to decrease and Treponema denticola tends to increase as OHI-S scores worsens. Conclusions: Detection of increasing quantity of Veillonella parvula cannot be used as a bioindicator of periodontal disease initiation. VtaA and Msp gene expression cannot be used as a bioindicator of high rates of biofilm’s formation."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hocky Benny Kasim
"ABSTRAK
Bakteri mikroorganisme gram negatif dalam rongga mulut seperti Porphyromonas gingivalis dan Treponema denticola dapat melekat dan berkolonisasi pada permukaan gigi pada daerah subgingiva dan berorganisasi sebagai biofilm. Pada penelitian ini digunakan obat kumur minyak kelapa murni 12,5 dengan metode fermentasi , dimana berdasarkan penelitian sebelumnya pada konsentrasi diatas 12,5 menunjukkan bahwa efek antibakteri dari minyak kelapa murni akan mengalami penurunan jumlah mikroorganisme. Tujuan: Untuk dapat menganalisa pengaruh mikrobiologi obat kumur minyak kelapa murni 12,5 terhadap penurunan jumlah bakteri Porphyromonas gingivalis dan Treponema denticola pada margin mahkota tiruan penuh metal porselen. Metode: Data dari 23 subjek berasal dari pasien RSKGM FKG Universitas Indonesia menyetujui informed consent, dilakukan pemeriksaan status periodontal, penghitungan jumlah bakteri Porphyromonas gingivalis dan Treponema denticola dengan Real Time Polymerase Chain Reaction. Kesimpulan: Penggunaan obat kumur minyak kelapa murni 12,5 terdapat penurunan jumlah bakteri Porphyromonas gingivalis dan Treponema denticola pada margin mahkota tiruan penuh metal porselen.ABSTRACT Microorganism bacteria Gram negative in the oral cavity such as Porphyromonas gingivalis and Treponema denticola can adhere and colonies on the surface of the tooth in the area of subgingiva and as biofilm. In this research, pure coconut oil 12.5 mouth wash is used with fermentation method, while based on earlier research using a concentration above 12.5 showed that an antibacteria effect from pure coconut oil will decreased the number of microorganism. Aim To analyze the clinical effect microbiological of pure coconut oil 12.5 on the decrease in number of bacteria Porphyromonas gingivalis and Treponema denticola on the margin of porcelain fused to metal crown. Method 23 subjects , was patients with porcelain fused to metal crown in posterior of RSKGM FKG Universitas Indonesia fill the informed consent, clinical periodontal examination, patient was gargled twice daily with a pure coconut oil 12.5 of 30cc for 1 minute performed for 4 days, sampling saliva with paper point for calculating the number of bacteria Porphyromonas gingivalis and Treponema denticola using Real Time Polymerase Chain Reaction. Conclusion Using pure coconut oil 12.5 as a mouthwash showed a decrease amount of bacteria Porphyromonas gingivalis dan Treponema denticola in the margin porcelain fused to metal crown."
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Margareta Olivia Supangat
"Latar Belakang: Permasalahan gigi dan mulut pada anak di usia mixed dentition di Indonesia masih tinggi, salah satunya di daerah Jawa Barat. Permasalahan gigi dan mulut dapat disebabkan oleh status kesehatan oral yang buruk. Status kesehatan oral dapat dinilai dari nilai OHI-S. Status kesehatan mulut buruk ditandai dengan penumpukan plak (salah satunya plak supragingiva) dapat menyebabkan peningkatan jumlah bakteri, salah satunya bakteri Veillonella parvula. Bakteri Veillonella parvula berperan dalam proses adhesi dan metabolisme bakteri late colonizer seperti Treponema denticola yang berperan dalam patogenesis penyakit periodontal. Bakteri Veillonella parvula dan Treponema denticola memiliki protein berupa VtaA dan Msp yang berperan dalam proses adhesi ke biofilm. Sampai saat ini, belum ada penelitian yang meneliti hubungan kedua protein tersebut dengan status kebersihan rongga mulut. Tujuan: Mengetahui apakah ada hubungan dan korelasi antara ekspresi gen Msp dan VtaA dengan status kebersihan rongga mulut. Metode: Penelitian menggunakan 40 sampel plak supragingiva yang diambil dari anak berusia 9-12 tahun di SD Sukaluyu dan dikelompokkan berdasarkan kategori skor OHI-S. Sampel kemudian diekstraksi RNA dan DNA, lalu dianalisis menggunakan Real Time PCR. Hasil kuantifikasi DNA dianalisis menggunakan absolute quantification untuk mengidentifikasi jumlah bakteri, sedangkan hasil kuantifikasi RNA dianalisis menggunakan relative quantification untuk membandingkan ekspresi gen. Hasil: Terdapat korelasi positif bermakna (p=0.008) antara jumlah bakteri Treponema denticoladengan memburuknya nilai OHI-S. Terdapat perbedaan bermakna antara jumlah bakteri Treponema denticola pada OHI-S sedang dan buruk (p=0.016). Korelasi positif tidak signifikan ada pada jumlah bakteri Veillonella parvula dan ekspresi gen Msp, sedangkan korelasi negatif tidak signifikan ditemukan pada VtaA. Kesimpulan: Ada hubungan antara menambahnya jumlah bakteri Treponema denticola seiring dengan memburuknya status kesehatan oral. Tidak ditemukan korelasi dan perbedaan antara jumlah bakteri Veillonella parvula, ekspresi gen Msp dan VtaA jika dibandingkan dengan kategori OHI-S.

Latar Belakang: Dental and oral problems in children with mixed dentition in Indonesia are still highly prevalent, especially in West Java. These problems are caused by poor oral health status, which can be assessed by OHI-S score. Poor oral health status, which is characterized by plaque accumulation, can cause the quantity of bacteria in mouth to increase. One of those bacterias is Veillonella parvula, a bacteria which plays a role in the adhesion process and metabolism of late colonizer bacteria. Treponema denticola is a late colonizer bacteria which contributes to the progression of periodontal diseases. In order to adhere to a biofilm, Treponema denticola produces protein called Msp, while Veillonella parvula produces VtaA. However, the relationship between these proteins to oral health status has not been well studied. Objective : The aim of this study is to analyze the relationship and correlation between Msp and VtaA gene expression and oral health status. Methods: 40 samples are collected from supragingival plaque of children between the ages of 9-12 years old in SD Sukaluyu and grouped into 3 categories (poor, moderate, good) based on each samples’s OHI-S score. Samples are then extracted and analized by real-time PCR. DNA quantification results are analyzed using absolute quantification to identify the amount of bacteria present. RNA quantification results are analyzed using relative quantification to identify each gene expression relative to calibrator samples. Results: There is a significant positive correlation (p=0.008) found between the quantity of Treponema denticola and OHI-S score. A significant difference (p=0.016) is found between the amount of Treponema denticola in moderate OHI-S and poor OHI-S category. There is a non-significant positive correlation between the amount of Veillonella parvula and Msp gene expression and OHI-S score. VtaA gene expression showed a non-significant negative correlation. Conclusion: This study demonstrated there is a relationship between the increasing quantity of Treponema denticola and the worsening state of oral health status. There is no relationship between Msp and VtaA gene expression and the quantity of Veillonella parvula and oral health status."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofia Alissandra Sitchon Winarno
"Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi dan menimbulkan masalah kesehatan gigi dan mulut. Penyakit periodontal menduduki peringkat kedua di Indonesia. Penyakit periodontal terdiri atas 2 jenis yaitu gingivitis dan periodontitis. P. gingivalis dan S. sanguinis merupakan bakteri yang sering dikaitkan dengan kerusakan pada jaringan peridontal terutama gingivitis dan periodontitis, dan memiliki sifat resisten terhadap antibiotik. Nisin termasuk dalam bakteriosin kelas I lantibiotik dan merupkan peptida antimikroba yang diproduksi oleh bakteri Gram-positif tertentu yang mencakup spesies Lactococcus dan Streptococcus. Nisin A dan nisin Z merupakan varian nisin alami yang diproduksi oleh L. lactis dimana keduanya memiliki aktivitas bakterisidal. Bakteriosin merupakan solusi potensial untuk masalah ini karena aktivitas spektrumnya yang luas terhadap bakteri resisten terhadap antibiotik. Untuk melihat efektivitas bakteriosin nisin Z dan nisin A terhadap bakteri patogen P. gingivalis dan S. sanguinis dilakukan studi in-silicodengan menggunakan metode molecular docking dengan menggunakan software PatchDock dan FireDock. Visualisasi dilakukan menggunakan PyMol untuk melihat situs interaksi antara ligan dan reseptor. Protein target yang digunakan dari bakteri P. gingivalis dan S. sanguinis adalah LPS dan bakteriosin nisin A serta nisin Z dipilih sebagai ligan uji. Hasil metode molecular docking dan visualisasi menunjukan bahwa nilai global energy terbaik dari docking bakteriosin nisin Z dan protein LPS bakteri P. gingivalis adalah -45.40 kcal/mol dan antara bakteriosin nisin A dan protein LPS bakteri S. sanguinis adalah -42.59 kcal/mol. Selain itu, terdapat interaksi antara asam amino ASP-74, ASP-76, dan ARG-66 pada bakteriosin nisin A dengan reseptor LPS pada bakteri S. sanguinis dan interaksi antara asam amino Lys-1C pada bakteriosin nisin Z dengan reseptor LPS pada bakteri P. gingivalis. Dapat disimpulkan bahwa bakteriosin nisin A dapat menghambat aksi bakteri S. sanguinis dan bakteriosin nisin Z dapat menghambat aksi bakteri P. gingivalis sebagai bakteri patogen di mulut.

Periodontal is a disease that often occurs and causes dental and oral health problems. Periodontal disease is ranked second in Indonesia. There are two types of periodontal disease: gingivitis and periodontitis. P. gingivalis and S. sanguinis are bacteria that are often affected by periodontal tissue damage, especially gingivitis and periodontitis, and are resistant to antibiotics. Nisin belongs to the class I lantibiotic bacteriocins and is an antimicrobial peptide produced by certain Gram-positive bacteria including Lactococcus and Streptococcusspecies. Nisin A and nisin Z are natural variants of nisin produced by L. lactis which both have bactericidal activity. Bacteriocins are a potential solution to this problem because of their broad-spectrum activity against bacterial resistance to antibiotics. To see the effectiveness of bacteriocin nisin Z and nisin A against pathogenic bacteria P. gingivalis and S. sanguinis, an in-silico study was conducted using the molecular docking method using PatchDock and FireDock softwares. Visualization was carried out using PyMol to see the interaction site between the ligand and the receptor. The target protein used from bacteria P. gingivalis and S. sanguinis was LPS and bacteriocin nisin A and nisin Z were selected as test ligands. The results of the molecular docking method and visualization showed that the best global energy value of docking between bacteriocin nisin Z and bacterial LPS protein P. gingivalis was -45.40 kcal/mol and between bacteriocin nisin A and bacterial LPS protein S. sanguinis was -42.59 kcal/mol. In addition, there is an interaction between the amino acids ASP-74, ASP-76, ASP-78 and ARG-66 on the bacteriocin nisin A with the LPS receptor on S. sanguinis and the interaction between the amino acids Lys-1C on the bacteriocin nisin Z with the LPS receptor. on P. gingivalis bacteria. It can be concluded that bacteriocin nisin A can inhibit the action of bacteria S. sanguinis and bacteriocin nisin Z can inhibit the action of bacteria P. gingivalis as pathogenic bacteria present in the mouth."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>